• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti selanjutnya dianalisis agar dapat menjawab pertanyaan penelitian. Peneliti mengetahui deskripsi keterampilan-keterampilan metakognitif dari setiap subjek melalui analisis hasil pekerjaan siswa pada tes tertulis dan hasil wawancara.

Keterangan: P : Peneliti

S1 : Subjek dengan tingkat pemahaman matematika rendah S3 : Subjek dengan tingkat pemahaman matematika sedang S2 : Subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi

1. Prediksi

Keterampilan prediksi dilakukan sebelum seseorang menyelesaikan masalah. Pada masing-masing subjek, keterampilan prediksi dapat dilihat pada kutipan wawancara di bawah ini:

a. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Rendah

Keterampilan prediksi pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika rendah dapat dilihat pada kutipan wawancara di bawah ini:

1) Soal Nomor 1

1. P : Nomor pertama, ya? Coba, kamu dari tiga soal ini, pas kamu pertama dikasih soalnya itu, kamu membaca berapa kali untuk soal yang pertama sampai kamu benar-benar ngerti?

2. S1 : Lebih dari tiga kali.

3. P : Lebih dari tiga kali? Itu baru kamu ngerti maksudnya soalnya? 4. S1 : Iya.

5. P : Oke. Kemudian, kalo yang untuk nomor satu ini menurutmu sulit nggak soalnya?

6. S1 : Nggak terlalu.

7. P : Nggak terlalu? Kenapa kamu bilang nggak terlalu sulit? 8. S1 : Masih bisa dimengerti.

9. P : Masih bisa dimengertinya di mana?

10. S1 : Caranya memperoleh… memperoleh... maksud soalnya.

47. P : Kalo kamu sama soal-soal yang nggak terlalu sulit itu biasanya mengerjakannya lebih lambat atau lebih cepat dari soal-soal yang misalnya kamu anggap lebih sulit?

48. S1 : Bisa lebih cepet.

49. P : Bisa lebih cepet. Kenapa lebih cepet?

50. S1 : Gampang. Apa, ya. Cepat nangkep soalnya itu. Gimana caranya… udah tahu.

51. P : Em, kok kamu bisa tahu soalnya ini, yang nomer satu, itu sulit atau enggak?

52. S1 : Ya, tadi dari mbaca. Gimana caranya. Udah pernah. Apa, maksudnya.

Udah pernah dipelajari. Terus udah… apa, ya. Udah nangkep lah. Gampang nangkepnya.

53. P : Gampang nangkep apanya? Maksud soalnya? 54. S1 : Maksud soalnya.

Analisis:

Dari kutipan wawancara di atas, terlihat bahwa S1 membaca soal nomor 1 sebanyak lebih dari tiga kali. S1 membaca soal nomor 1 beberapa kali untuk memastikan agar benar-benar mengerti maksud dari soal tersebut. Selanjutnya, S1 berpendapat bahwa soal nomor 1 memiliki tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit karena S1 masih dapat memahami maksud dari soal nomor 1 dan S1 pernah mempelajari soal serupa. Dari pernyataan tersebut, S1 dapat membedakan masalah yang sulit dan mudah dalam pemecahan masalah matematika. S1 juga berpendapat bahwa ia dapat menyelesaikan

soal yang mudah dengan waktu lebih singkat dari waktu untuk mengerjakan soal yang sulit. Kedua hal tersebut termasuk ke dalam keterampilan metakognitif yaitu prediksi.

2) Soal Nomor 2

335.P : Kemudian nomer dua. Em, tadi ketika kamu membaca soal nomer dua ini berapa kali?

336.S1 : Tiga kali.

337.P : Tiga kali. Dari situ kamu mengerti maksud soalnya? 338.S1 : Sebenarnya ngerti, cuma bingung cara ngerjainnya.

339.P : Bingung cara mengerjakannya. Kemudian untuk soal nomer dua ini, setelah kamu menerima soal itu, kamu menganggap soal itu mudah, sulit, atau sedang?

340.S1 : Sebenarnya sedang, namun setelah di, mengerjakan menjadi sulit. 341.P : Mengapa menjadi sulit?

342.S1 : Soalnya dari soalnya ini, pangkatnya tinggi (sambil menunjuk −

+ + ).

343.P : Itu yang membuat bingung. Untuk yang lainnya ada lagi? 344.S1 : Em, belum (diam).

Analisis:

S1 selanjutnya membaca soal nomor 2 sebanyak tiga kali. Keterampilan prediksi tampak ketika S1 melakukan perulangan membaca sebanyak tiga kali sehingga S1 mengerti maksud dari soal tersebut, namun S1 masih belum mengetahui cara mengerjakan. S1 berpendapat bahwa soal nomor 2 memiliki tingkat kesulitan yang sedang, namun selanjutnya menjadi sulit setelah S1 mencoba memecahkannya. Dari pernyataan tersebut, S1 dapat membedakan masalah yang sulit dan mudah dalam pemecahan masalah matematika, tetapi S1 belum menyesuaikan prediksinya dengan rencana pemecahan masalah untuk soal nomor 2.

3) Soal Nomor 3

406.P : Selanjutnya, nomer tiga kamu baca berapa kali? 407.S1 : Empat sampai lima.

408.P : Empat sampai lima kali kamu baru mengerti maksud soalnya? 409.S1 : Iya.

566.P : Ketika kamu mengerjakan soal. Kamu membacanya, e, misalnya nomer satu ini kamu anggap sulit, kamu tetap menjawab untuk soal yang nomer satu ini atau mencari soal yang mudah?

567.S1 : Mencari soal yang lebih mudah. 568.P : Agar apa?r

569.S1 : Agar cepat.

570.P : Dari ketiga nomer ini, kira-kira ketiganya sulit atau? 571.S1 : Iya.

572.P : Tadi untuk yang nomer satu kamu mengatakan bahwa?

573.S1 : Sedang. Yang nomer dua sulit. Sebenarnya nggak sih, tapi setelah mencoba mengerjakannya ya agak, begitu.

Analisis:

Keterampilan metakognitif S1 pada soal nomor 3 terlihat pada kutipan wawancara di atas, yaitu ketika S1 membaca soal nomor 3 sebanyak empat hingga lima kali sehingga S1 memahami maksud dari soal tersebut. S1 mengungkapkan bahwa ia memilih soal yang lebih mudah untuk dikerjakan terlebih dahulu untuk membuat waktu lebih efisien. S1 tidak mengungkapkan tingkat kesulitan untuk soal nomor 3. Dari pernyataan tersebut, S1 dapat membedakan masalah yang sulit dan mudah dalam pemecahan masalah matematika.

b. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Sedang

Keterampilan prediksi pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika sedang dapat dilihat pada kutipan wawancara di bawah ini:

1) Soal Nomor 1

1111. P : Oke Alda, untuk yang nomer satu ini, kamu ketika pertama kali diberi soal ini berapa kali kamu membaca soal sampai kamu benar-benar mengertimaksud dari soal itu?

1112. S3 : Kurang lebih sampai tiga kali lah mbak. 1113. P : Oke, tiga kali.

1114. S3 : He’em.

1115. P : Apa yang membuat kamu sampai tiga kali membaca?

1116. S3 : Soalnya, yang ditanyain kan suku banyaknya. Jadi kan itu kan kalo biasanya yang ditanya hasilnya. Nah, terus njuk malah karena yang ditanyain suku banyaknya terus aku bingung itu lho caranya pertama gimana. Terus ya akhirnya tak baca lagi. Oh ya, yang ditanyain suku banyaknya sama derajatnya.

1117. P : He’em. Oke, itu berarti sampai tiga kali ya? 1118. S3 : He’em.

1119. P : Kemudian menurutmu, setelah kamu membaca tiga kali, sekilas soal ini sulit atau nggak?

1120. S3 : Sebenernya nggak terlalu.

1121. P : Nggak terlalu sulit. Apa yang bikin kamu mengatakan kalau soal ini nggak terlalu sulit?

1122. S3 : Pertama kan aku nyari apa, em, nulis dulu diketahuinya, suku banyaknya. Terus, ini dari ini kan ada hasilnya juga sama sisanya itu. 1123. P : Oke, kamu mengatakan hasil. Hasil itu dari mana?

1124. S3 : Di soal ada ini, ini “diperoleh dari pembagian tersebut adalah” berarti kan diperoleh dari pembagian tersebut, berarti hasilnya dua kali kuadrat sisa pembagian itu. Sisanya kan ini, berarti hasilnya itu dikuadratin dari sisanya itu.

1125. P : Oke, berarti kamu selilas melihat soal ini tidak terlalu sulit ya? 1126. S3 :

1127. P : Kemudian, em, kalau untuk soal yang tidak terlalu sulit ini, biasanya kalau kamu mbandingin dengan soal yang sulits-sulit nah itu kamu mengerjakannya lebih cepat atau lebih lambat?

1128. S3 : Kalo nggak terlalu sulit berarti ya biasanya lebih cepat. 1129. P : Kenapa lebih cepet?

1130. S3 : Kalo misalnya kalo lebih susah kan berarti harus mikir lagi harus ngitung lagi. Kaya gitu. Jadi kan lebih lama.

Analisis:

Berdasarkan kutipan wawancara di atas, S3 melakukan perulangan membaca soal nomor 1 sebanyak tiga kali. Hal ini disebabkan karena S3 belum pernah menyelesaikan soal dengan tipe berbeda. S3 terlihat berusaha

mencari informasi yang membantunya memecahkan soal nomor 1 dengan cara membaca dan memahami soal lebih dalam. S3 juga mengungkapkan bahwa soal nomer 1 memiliki tingkat kesulitan yang tidak terlalu sulit. Hal ini disimpulkan S3 dari informasi yang diperolehnya yaitu hasil bagi dan sisa pembagian (pada dialog no. 1122-1124). Selanjutnya, S3 dapat mengerjakan soal dengan tingkat kesulitan mudah dengan waktu yang lebih singkat dari soal yang sulit. S3 berpendapat bahwa soal yang sulit membutuhkan pemikiran lebih dalam dan perhitungan yang tidak singkat (pada dialog no. 1127-1130).

2) Soal Nomor 2

1341. P : Sekarang coba untuk yang nomer dua. Nomer dua, ini kemarin ketika kamu mbuka itu kamu sempet baca sampai berapa kali?

1342. S3 : Berkali-kali.

1343. P : Berkali-kali itu berapa kali? Coba diinget-inget. 1344. S3 : Berapa ya.

1345. P : Ada dua kali? Tiga kali? 1346. S3 : Lebih. Lebih dari tiga kali. 1347. P : Lebih dari tiga kali?

1348. S3 : He’em. Soalnya juga pangkatnya banyak banget. 1349. P : Pangkatnya berapa memang?

1350. S3 : Dua ribu enam belas sama dua ribu tujuh belas.

1351. P : Em, kemudian selanjutnya setelah kamu baca sampai berapa kali tadi?

1352. S3 : Lebih dari tiga kali.

1353. P : Lebih dari tiga kali kamu paham, em, maksud dari soalnya ini, masalahnya itu apa?

1354. S3 : He’em. Tahu sebenarnya, tapi nggak tahu caranya, penyelesaiannya.

1359. P : Em, sekilas setelah kamu baca sampai lebih dari tiga kali itu kamu, menurutmu soal ini sulit nggak?

1360. S3 : Iya, saya kalau ketemu suku banyak soalnya tipe yang kayak gini, saya masih merasa sulit, masih merasa bingung.

1371. P : Em, Kamu tadi menilai soal ini sulit, itu bagaimana kamu menyatakan soal ini sulit?

1372. S3 : Cara mencari nlai A dan B nya. 1373. P : Kalau untuk pangkat tadi bagaimana?

1374. S3 : Sama aneh aja, belum pernah lihat apa, pangkatnya banyak banget.

1375. P : Em, sama seperti soal yang nomer satu tadi, kalau untuk soal yang sulit ini kamu mengerjakannya bagaimana? Lebih cepat atau lebih lambat?

1376. S3 : Lebih lambat. Makanya tadi, eh, kemarin saya lompati dulu. Mengerjakan yang nomer tiga.

1377. P : Tiga dulu? 1378. S3 : He’em.

1379. P : Kenapa kok lebih lambat? 1380. S3 : Karena lebih sulit. 1381. P : Lebih sulit? Itu saja?

1382. S3 : Bingung. Bingung juga, caranya bingung. Terus mikir, mikir, mikir, caranya gimana gitu. Terus akhirnya cuma nulis diketahui sama ditanyakan.

Analisis:

Pada soal nomor 2, S3 sempat tidak mengingat banyaknya membaca soal tersebut. Namun setelah mencoba mengingat kembali, S3 mengungkapkan bahwa dia membaca soal tersebut sebanyak lebih dari tiga kali sampai S3 benar-benar paham maksud dari soal nomor 3. Namun, S3 belum segera mengetahui langkah pemecahan masalah untuk soal tersebut karena S3 terkendala soal yang mengandung derajat tinggi hingga ribuan (pada dialog no.1348-1350). S3 menganggap bahwa soal nomor 2 memiliki tingkat kesulitan sulit, karena tipe soal yang berbeda dengan soal yang sering dikerjakan S3 (pada dialog no. 1359-1360). S3 menganggap soal yang sulit diselesaikan dengan waktu yang lebih lama dari soal dengan tingkat kesulitan mudah, seperti diungkapkan S3 untuk soal nomor 1. Keterampilan prediksi tampak ketika S3 mampu membedakan tingkat kesulitan soal nomor 1 dan perkiraan waktu untuk menyelesaikannya, serta membaca soal selama beberapa kali.

3) Soal Nomor 3

1537. P : Yang nomer dua udah. Sekarang coba yang nomer tiga. Untuk yang nomer tiga ini kamu membaca sampai berapa kali? Ini kan soal cerita, ini kamu baca sampai berapa kali?

1538. S3 : Tiga kali.

1539. P : Tiga kali. Itu untuk melihat apa aja? Kok sampai tiga kali. 1540. S3 : Ini kan ada itunya to. Apa, ada yang ditulis tingginya tiga meter

kurang dari Sembilan kali lebarnya. Itu kalau Cuma dibaca sekali takut nek salah itu lho. Makanya terus dibaca lagi sambil ditulis. Gitu.

1541. P : Ditulis apa?

1542. S3 : Ditulis diketahuinya.

1543. P : Diketahuinya. Oke em, selanjutnya sekilas kamu lihat soal nomer tiga ini sulit atau mudah?

1544. S3 : Em, lumayan.

1545. P : Lumayan mudah? Lumayan sulit?

1546. S3 : Lumayan em, sedengan. Nggak terlalu sulit. Ya, sedang. 1547. P : Kenapa sedang?

1548. S3 : Tapi, ini kan ada yang ditanyain kan dua. Persamaan volume sama nyari lebarnya. Kalau lebarnya em, mungkin aku bisa menyelesaikan, tapi aku juga nggak yakin. Tapi kalau persamaan volumenya itu yang aku nggak tahu.

Analisis:

Keterampilan prediksi tampak ketika S3 membaca soal nomor 3 sebanyak tiga kali. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan S3 dalam mengubah kalimat biasa menjadi simbol matematik (pada dialog no. 1540). Selanjutnya, S3 meganggap soal nomor 3 memiliki tingkat kesulitan “sedang”, karena S3 merasa mengetahui pemecahan masalah nomor 3 (pada dialog no. 1547-1548).

c. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Tinggi

Keterampilan prediksi pada subjek dengan tingkat pemahaman matematika tinggi dapat dilihat pada kutipan wawancara di bawah ini:

1) Soal Nomor 1

589. P : Deo, tadi di awal ketika kamu menerima soal ini, untuk yang

nomer satu ini, em… kamu tadi membaca sekilas atau membaca sampai

berapa kali?

590. S2 : Beberapa kali, tapi yang bagian sini, dua kali kuadrat sisa 591. P : Yang mana? Untuk kalimat yang mana?

592. S2 :

593. P : Bagian tersebut adalah…

594. S2 : …dua kali kuadrat sisa pembagian

595. P : Oh itu. Itu kenapa kamu sampai baca berkali-kali? 596. S2 : Bingung (tertawa).

597. P : Bingung? 598. S2 : Maksudnya.

599. P : Oh, maksudnya, ya? Maksud dari soalnya, ya. Berarti, tadi sampai berapa kali bacanya?

600. S2 : Dua kayaknya.

601. P : Sampai dua kali. Kemudian, em, kamu baca sekilas untuk soal yang nomer satu ini sulit nggak?

602. S2 : Nggak juga, sih.

603. P : Nggak. Jadi tidak terlalu sulit, ya?

604. S2 : He’em.

605. P : Mengapa kamu bisa bilang nggak terlalu sulit?

606. S2 : Em… udah dikasih tahu kuncinya, sih.

607. P : Kuncinya di?

608. S2 : “Dua kali kuadrat sisa pembagian”.

683. P : Nah, kalo untuk soal-soal yang tidak terlalu sulit atau soal yang mudah itu biasanya kamu mengerjakannya lebih cepat atau lebih lambat, dari soal-soal yang lebih sulit?

684. S2 : Em, lebih cepat sih.

685. P : Lebih cepat. Kenapa lebih cepat?

686. S2 : Karena lebih mudah, berarti gimana ya. Kan, kaya kalo lebih mudah, lebih cepet mengertinya gitu. Lebih cepet mengerti soalnya, terus lebih mudah gitu.

Analisis:

Keterampilan prediksi pada S2 tampak ketika S2 membaca soal nomor 1 beberapa kali, khususnya pada kalimat tertentu di dalam soal yang S3 belum pahami, yaitu pada bagian “dua kali kuadrat sisa pembagian” (pada dialog no. 589-596). S2 tampak memfokuskan pada hal-hal yang

belum dipahaminya dan membacanya sebanyak dua kali. Keterampilan prediksi juga tampak ketika S2 dapat menggolongkan tingkat kesulitan soal dengan mengatakan bahwa soal nomor 1 tergolong mudah karena S2 memahami informasi “dua kali kuadrat sisa pembagian” sebagai informasi yang ditanyakan pada soal nomor 1 (pada dialog no. 605-608). Selanjutnya, S2 berpendapat bahwa ia dapat mengerjakan soal yang tergolong mudah dengan waktu yang singkat bila dibandingkan dengan soal yang sulit, karena soal yang tergolong mudah dapat dipahami lebih cepat (pada dialog no. 685- 686) sehingga keterampilan prediksi tampak pada S2.

2) Soal Nomor 2

839. P : Em, kemudian, untuk yang nomer dua. Tadi kamu membaca

sampai berapa kali untuk yang nomer dua? Sampai kamu mengerti “oh masalahnya ini”.

840. S2 : Dua kayaknya. 841. P : Dua kali?

842. S2 : He’em.

843. P : Dua kali, baru kamu mengetahui “oh masalahnya ini”. 844. S2 : Satu sih.

845. P : Sekali? Sekali kemudian kamu tidak membaca lagi? 846. S2 : Sekali, baca lagi buat nyari informasinya.

847. P : Em, he’em. Berarti, ketika kamu membuka nomer dua ini, kamu membaca sekali, kemudian?

848. S2 : Kemudian baca lagi buat cari informasi yang diketahuinya itu apa aja.

849. P : Oh, jadi untuk yang kedua kalinya kamu ini ya, mencari hal-hal pentingnya, ya?

850. S2 : He’em.

853. P : Em, menurutmu soal nomer dua ini sulit atau tidak? 854. S2 : Lumayan.

855. P : Lumayan? Kenapa kamu mengatakan ini lumayan?

856. S2 : Em, gimana, ya. Karena kan, ini tipe soalnya udah pernah, udah pernah dikerjain. Cuma, angka pertama ini dan kedua ini, pangkat dua- duanya besar. Jadi, belum pernah dapet pangkat sebesar ini.

857. P : Kemudian, kalau untuk soal tipe nomer dua ini kamu sudah pernah melihatnya atau mengerjakan? Yang diketahui ini, kemudian ini. 858. S2 : Sudah.

859. P : Sudah. Akan tetapi pangkatnya yang biasanya kamu kerjakan itu bagaimana?

860. S2 : Pangkatnya yang jelas nggak sebesar ini.

861. P : He’em.

862. S2 : Paling pangkat terbesar empat. 863. P : Empat?

864. S2 : He’em. Empat.

Analisis:

Keterampilan prediksi pada S2 terlihat ketika S2 membaca soal nomor 2 sebanyak dua kali dengan rincian membaca satu kali digunakan untuk memahami soal dan membaca soal kedua kalinya untuk mencari informasi penting di dalam soal (pada dialog no. 843-846). Kemudian, S2 mengungkapkan bahwa soal nomor 2 memiliki tingkat kesulitan “cukup sulit”, dengan alasan pernah mengerjakan soal serupa dengan derajat terbanyak 4, namun ia pertama kali mengerjakan soal nomor 2 yang memuat derajat hingga ribuan. S2 terlihat dapat menggolongkan tingkat kesulitan soal yang termasuk ke dalam keterampilan prediksi.

3) Soal Nomor 3

969. P : Kamu tadi sempat berapa kali membaca soal nomer tiga? Atau mungkin cukup sekali?

970. S2 : Aku, dua kali. 971. P : Dua kali?

972. S2 : He’em.

973. P : Kalau yang sekali berarti kamu sudah, belum terlalu mengerti sehingga kamu ulang, atau bagaimana?

974. S2 : Sekali sudah mulai mengerti, sih. Tapi, dua kali untuk kayak memastikan lagi.

975. P : Untuk memastikan kembali? 976. S2 : Iya.

977. P : Em, menurutmu soal nomer tiga ini sulit atau tidak? 978. S2 : Em, sulit sih.

979. P : Sulit. Mengapa sulit?

980. S2 : Sulitnya yang cari lebarnya, cari lebar kolam renangnya. 981. P : Mengapa mencari lebar itu sulit?

982. S2 : Em, karena bingung. Bingung apa ya. Kayak mengaplikasikannya itu bingung. Kayak dalam perhitungannya itu mengaplikasikannya yang bingung. Ini harus digimanain, gitu.

Analisis:

Keterampilan prediksi tampak pada S2 ketika membaca soal nomor 3 beberapa kali, yaitu sebanyak dua kali (pada doalog no. 969-972). Hal ini bertujuan untuk memastikan S2 benar-benar memahami maksud soal nomor 3 (pada doalog no. 973-976). S2 seolah memantau cara berpikirnya melalui pemahaman S2 terhadap soal tersebut. Selanjutnya, S2 mengungkapkan bahwa soal nomor 3 tergolong soal yang sulit, dengan alasan bahwa S2 sudah dapat mengaplikasikan persamaan volume, namun belum dapat melakukan perhitungan lebih lanjut (pada dialog no. 981-982).

2. Perencanaan

Keterampilan perencanaan dilakukan sebelum soal dikerjakan oleh subjek. Untuk lebih jelasnya, keterampilan perencanaan dapat dilihat pada kutipan wawancara dan hasil pekerjaan siswa di bawah ini:

a. Subjek dengan Tingkat Pemahaman Matematika Rendah

1) Soal Nomor 1

Berikut merupakan kutipan wawancara yang menunjukkan bahwa S1 mengidentifikasi informasi yang diketahui dari soal nomor 1:

12. S1 : Em.. ini.. dia, em.. suku banyaknya ini (sambil menunjuk soal: −

+ + − + − ). Terus jawabannya dua kali kuadrat sisa pembagian.

13. P : Jawabannya itu berarti kalau di suku banyak itu apanya? 14. S1 : S… Eh, H.

15. P : H itu apa? 16. S1 : Hasil.

17. P : Hasil. Oke, kemudian?

18. S1 : Hasinya kan kuadrat sisa pembagian. Sedangkan sisa pembagian kan x- 2. Jadi, dua kali kuadratnya ini (sambil menunjuk soal: − ).

19. P : Berarti dua kali?

20. S1 : Kuadrat sisa pembagian.

21. P : Kuadrat sisa pembagian. Sisa pembagiannya berapa? 22. S1 : x-2

23. P : x-2. Itu yang diketahui. Kemudian ada yang lain? 24. S1 : (Diam dan berpikir) Udah.

Gambar 4. 1 Jawaban S1 Soal Nomor 1 Bagian Diketahui Analisis:

Keterampilan perencanaan pada S1 tampak pada dialog no. 11-24. S1 mampu menyebutkan dan menuliskan informasi yang diketahui dari soal. S1 menjelaskan informasi yang diketahui dari soal meliputi: suku banyak yang dibagi, hasil bagi suku banyak, dan sisa pembagian suku banyak (pada dialog no. 12, 16, 18). Selanjutnya, S1 menyebutkan hasil bagi suku banyak sebagai dua kali kuadrat sisa pembagian, namun S1 tidak menuliskan hasil bagi pada lembar jawab bagian diketahui (pada Gambar 4.1).

Di bawah ini merupakan kutipan wawancara yang menunjukkan bahwa S1 mengidentifikasi informasi yang ditanyakan dari soal nomor 1:

25. P : Udah? Oke, kemudian dari soal ini yang nomer satu, yang ditanyakan apa?

26. S1 : Suku banyak yang dimaksud.

27. P : Suku banyak yang dimaksud itu berarti apa? 28. S1 : (Diam dan berpikir) Hasil… (ragu-ragu)

29. P : Tadi yang diketahui apa saja? Coba.. f(x) iya kan? 30. S1 : f(x)

31. P : Kemudian selanjutnya? 32. S1 : Hasil.

33. P : Hasil. Hasil apa? 34. S1 : Hasil pembagian. 35. P : Hasil pembagian?

36. S1 : f(x). Hasil pembagiannya… 37. P : Biasanya simbolnya apa? 38. S1 : H.

39. P : H. H apa? 40. S1 : H(x)

41. P : Itu kenapa enggak kamu tuliskan di sini? (sambil menunjuk jawaban S1)

Gambar 4. 2 Jawaban S1 Soal Nomor 1 Bagian Ditanya Analisis:

Selanjutnya, keterampilan perencanaan tampak ketika S1 dapat menyebutkan dan menuliskan informasi yang ditanyakan dari soal nomor 1 (pada Gambar 4.2). Akan tetapi, S1 tidak dapat menyebutkan informasi yang ditanyakan pada poin a dengan benar karena S1 memaknai hasil bagi sebagai informasi yang diketahui sekaligus informasi yang ditanyakan dari soal nomor 1 (pada dialog no. 25-26, 29-32) dan S1 terlihat ragu dalam menjawab pertanyaan wawancara.

Berikut merupakan kutipan wawancara yang menunjukkan aktivitas S1 mengidentifikasi rencana pemecahan masalah dan pengetahuan yang dipakai dalam rencana tersebut:

55. P : Oke, terus, ketika kamu baca soal nomer satu ini, kamu punya rencana

nggak? “Oh, aku mau mengerjakan soal ini dengan cara ini.”

56. S1 : He’em.

57. P : Ada? Nah, di soal ini kamu, rencana awalmu apa? Sebelum kamu mengerjakan jawabanmu.

58. S1 : Em, ini. 59. P : Gimana?

60. S1 : Buat… buat em… kan dah diketahui. Terus ditanyakan. Yang ditanyakan, dua kali kuadrat sisa pembagiannya itu tak cari.

61. P : Oh, dihitung dulu? Hasilnya tadi? 62. S1 : Iya,

63. P : Hasil pembagiannya itu dua kali kuadrat sisa pembagian. 64. S1 : (mengangguk)

65. P : Selanjutnya, em, kamu pake rumus apa aja atau pengetahuan apa aja di suku banyak? Misalnya teorema faktor atau apa? Di nomer satu ini. Yang udah kamu pelajari materinya.

66. S1 : Derajat. 67. P : Derajat? 68. S1 : Teorema sisa

69. P : Teorema sisa. Emang teorema sisa itu bunyinya seperti apa? 70. S1 : (Tersenyum)

71. P : Maksudnya. Maksudnya aja deh. 72. S1 : (Tersenyum) Sisa… sisa pembagian 73. P : Sisa pembagiannya kenapa? 74. S1 : (Tersenyum) Hi… bingung.

75. P : Bingung? Bingung apa lupa? Coba, diinget-inget lagi. Kok pake teorema sisa?

76. S1 : ….. Karena yang diketahui sisa pembagian. Analisis:

Keterampilan perencanaan tampak pada S1 ketika S1 memiliki rencana sebelum mulai memecahkan masalah nomor 1 (pada dialog no. 55- 64). Rencana yang disusun oleh S1 kurang tepat karena S1 belum memahami informasi yang ditanyakan dengan baik. Selanjutnya, S1 menggunakan pengetahuan di dalam suku banyak berupa konsep derajat dan

teorema sisa. S1 sudah memiliki konsep pengetahuan yang dipakai berhubungan dengan teorema sisa, tetapi setelah ditanyai lebih lanjut S1 belum tampak memiliki alasan yang mendasar menggunakan pengetahuan tersebut. S1 berargumen bahwa teorema sisa dipakai karena salah satu informasi yang diketahui dari soal menyangkut sisa pembagian dan S1 tidak dapat menjelaskan lebih mendalam mengenai teorema sisa (pada dialog no. 69-76).

Berikut merupakan kutipan wawancara yang menunjukkan bahwa S1 mengidentifikasi informasi penting dalam soal nomor 1:

77. P : Yang diketahui sisa pembagian. Oke, em, kamu biasanya kalo diketahui. Yang dari soal yang diketahui itu biasanya kamu pake ilustrasi nggak? 78. S1 : (diam) em…

79. P : Mengerti maksudnya ilustrasi? Itu maksudnya, cara yang lebih mudah biar kamu itu tahu maksud dari soal ini.

80. S1 : Nggak.

81. P : Nggak. Berarti langsung ditulis diketahui saja? Kalo untuk yang nomer satu, ya?

82. S1 : (Mengangguk)

83. P : Mmm. Kamu pernah nggak, menyelesaikan soal yang mirip dengan soal

Dokumen terkait