BAB III METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data
2. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa (1) skor penilaian
perangkat tes hasil belajar dari hasil validitas isi melalui expert judgement,
validitas, reliabilitas, (2) analisis butir soal yang meliputi tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh. Peneliti menggunakan bantuan
dari aplikasi TAP (Test Analysis Programme) version 14.7.4 untuk
menghitung data analisis butir soal. Teknik analisis data dilakukan dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kuesioner
Analisis data pada kuisioner dalam penelitian ini didapatkan dari
skor dalam lembar validasi produk oleh para praktisi (expert judgement)
yaitu 4 guru kelas V di SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Data kuantitatif
yang diperoleh dari validator tersebut akan dianalisis sebagai hasil dari
validitas isi. Rentang skor yang digunakan peneliti berdasarkan pada
skala likert dengan model 4 kategori (skala empat). Hasil validasi
praktisi kemudian dianalisis dan dikategorikan ke dalam tabel berikut
ini (Widoyoko, 2015: 69).
Tabel 3.4 Kriteria Skor Hasil Produk Pengembangan
Interval Skor Kategori
3,25 < M ≤ 4,00 Sangat Baik 2,50 < M ≤ 3,25 Baik 1,75 < M ≤ 2,50 Kurang Baik 0,00 < M ≤ 1,75 Tidak Baik Keterangan:
b. Tes
Data kuantitatif yang berasal dari hasil ujicoba produk yang
diolah dengan bantuan aplikasi TAP (Test Analysis Programme)
version 14.7.4. Peneliti menganalisis validitas dan reliabilitas, daya
pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh dari soal yang
sudah diuji coba.
1) Validitas
Analisis validitas butir soal pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap butir
soal. Menurut Surapranata (2009: 61) untuk menghitung
validitas item dengan teknik point biserial yaitu sebagai
berikut:
rpbi = Keterangan :
rpbi : koefisien korelasi biserial
Mp : rerata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya
Mt : rerata skot total
St : standar deviasi dari skor total proporsi P : proporsi siswa yang menjawab benar
P :
Menurut Masidjo (1995: 209) kriteria validitas dibagi
menjadi 5 yaitu:
Tabel 3.5 Kriteria Validitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah
Peneliti menentukan validitas dengan membandingkan
hasil rhitung soal dengan rtabel menggunakan signifikansi 5% untuk N (jumlah siswa) = sebanyak 30 siswa adalah 0,361.
Hasil perhitungan tersebut digunakan peneliti dalam
menghitung uji validitas soal.
2) Reliabilitas
Sudjana (2010: 16) mengemukakan bahwa reliabilitas
adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilai. Pada penelitian ini uji reliabilitas yang digunakan
peneliti yaitu metode belah dua atau Split-half Method dengan
cara membelah pada pembelahan ganjil genap (Odd/Even).
Langkah pertama dengan menggunakan rumus product moment
dengan angka kasar:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
Langkah kedua menggunakan formula Spearman-Brown
sebagai berikut:
r
11=
Keterangan:
2r ½ ½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r11 = Korelasi reliabilitas yang sudah disesuaikan
Menurut Masidjo (1995: 209) kriteria reliabilitas dibagi
menjadi 5 yaitu:
Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91 – 1,00 Sangat tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah
Peneliti menetapkan item yang lolos yaitu item yang
mencapai minimum 0,41 atau termasuk dalam kategori cukup.
3) Daya Pembeda
Arikunto (2012: 226) mengemukakan bahwa angka
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
pembeda) berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks
diskriminasi ada tanda negatif (-) yang digunakan untuk
menunjukkan jika suatu soal “terbalik”. Rumus mencari indeks diskriminasi adalah:
D =
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
dengan benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda
Koefisien Korelasi Kategori
0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,71 – 1,00 Baik Sekali
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kriteria daya
pembeda kategori baik dan baik sekali dengan koefisien
4) Tingkat Kesukaran
Arikunto (2012: 223) bilangan yang menunjukkan sukar
dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (diffculty
index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan
1,0. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal terlalu
sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya
terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (p besar).
Rumus indeks kesukaran adalah:
P =
Keterangan:P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Rentang Nilai Kategori
0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah
Tingkat kesukaran pada tes hasil belajar yang dibuat
peneliti ini diharapkan sesuai kurva normal, yaitu 25% mudah,
50% sedang, 25% sukar. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan kategoti tingkat kesukaran sukar sampai dengan
5) Analisis Pengecoh
Tes pilihan ganda menyediakan sejumlah pilihan
jawaban. Pilihan jawaban yang disediakan terdiri dari jawaban
benar dan jawaban salah. Jawaban benar disebut sebagai kunci
jawaban dan jawaban salah disebut sebagai pengecoh.
Pengecoh dikatakan jelek apabila tidak dipilih sama
sekali oleh peserta tes, terlalu menyolok dan menyesatkan.
Sebaliknya, pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik apabila
pengecoh tersebut memiliki daya tarik yang besar bagi
pengikut-pengikut tes yang kurang memahami konsep atau
kurang menguasai bahan (Arikunto, 2012: 233-234).
Arikunto (2012: 234) mengemukakan bahwa distraktor
atau pengecoh dikatakan dapat berfungsi dengan baik apabila
pengecoh dipilih paling sedikit 5% dari peserta tes. Dalam
menggunakan analisis pengecoh digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
IP = Indeks Pengecoh
P = jumlah peserta tes yang memilih pengecoh N = jumlah seluruh peserta tes
B = jumlah peserta tes yang menjawab benar pada setiap soal
n = jumlah alternatif jawaban (opsi) 1 = bilangan tetap
Arifin (2009: 279) mengemukakan bahwa butir soal
dapat dikatakan baik apabila pengecohnya dipilih secara merata
oleh peserta tes, sedangkan butir soal dapat dikatakan kurang
baik apabila pengecohnya dipilih secara tidak merata oleh
65