• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN

D. Analisis Data Lintas Situs

Berdasarkan hasil penelitian dengan pemaparan data dan temuan penelitian, berikut akan dianalisis data lintas situs tentang model pengelolaan kelas inklusi dalam pembelajaran PAI di SDN Sumbersari 1 Malang dan SDN Junrejo 01 Batu.

Berdasarkan fokus penelitian, maka berikut akan paparkan analisis data lintas situs dan temuan penelitian model pengelolaan kelas inklusi dalam pembelajaran PAI yang terdiri dari; 1) Karakteristik siswa di kelas inklusi, 2) strategi pengelolaan kelas inklusi dalam pembelajaran PAI, dan 3) implikasi model pengelolaan kelas inklusi terhadap pembelajaran PAI.

Tabel 4.1.

Analisis Data Lintas Situs dan Temuan Penelitian

Fokus Data Lintas Situs

SDN Sumbersari 1 Malang SDN Junrejo 01 Batu F.1 Karakteristik siswa di kelas inklusi yaitu

terdiri atas siswa normal dan siswa ABK jenis ADHD, disleksia, slow learner, autis, gangguan emosi dan tunagrahita.

Karakteristik siswa di kelas inklusi terdiri atas siswa normal dan siswa ABK jenis ADHD, tunadaksa, tungrahita, slow learner, autis dan autis. F.2 Strategi pengelolaan kelas model kelas

reguler dengan pull out.

1. RPP disusun untuk seluruh siswa secara reguler namun untuk ABK dimodifikasi langsung di kelas

2. 2. Penyusunan bangku model U dan model teater.

3. 3. Pembelajaran dimulai dengan doa dan surat-surat pendek untuk menstimulus semangat siswa

4. 4. Sebelum pembelajaran dimulai guru mereview pelajaran sebelumnya 5. Penjelasan materi disampaikan secara

klasikal dengan metode ceramah,

Strategi pengelolaan kelas model kelas reguler dan kelas khusus penuh adalah sebagai berikut:

1. RPP disusun untuk seluruh siswa secara reguler, namun untuk ABK dimodifikasi langsung di kelas

2. Penyusunan bangku secara kelompok dengan susunan acak.

3. Pembelajaran dimulai dengan doa dan surat-surat pendek untuk menstimulus semangat siswa

4. Guru mengulang materi yang lalu sebelum dimulai materi yang baru 5. Dalam pembelajaran di kelas reguler SDN Sumbersari 1 Malang SDN Junrejo 01 Batu

Fokus 1 Fokus 2 Fokus 3 Fokus 1 Fokus 2 Fokus 3 Model Pengelolaan Kelas Inklusi dalam Pembealajaran PAI

eksplorasi, tanya jawab, demonstrasi dan pelatihan. Pemberian soal latihan untuk semua siswa di kelas reguler sama. Untuk ABK diberikan soal dan materi yang berbeda di kelas khusus. 6. Pembelajaran di kelas khusus terkesan

lebih luwes dan lebih rileks

7. Evaluasi dalam soal UTS dan UAS bersifat graduatif

8. Penanganan masalah kelas reguler dan di kelas khusus ketika pull out, dengan isyarat non verbal, verbal dengan nasihat yang lembut

9. Penanganan siswa ABK jika terjadi masalah dengan isyarat non verbal, verbal dan dengan tindakan yang lembut

guru PAI menerangkan materi secara klasikal dengan metode ceramah, eksplorasi, dan tanya jawab serta demonstrasi. Pemberian soal latihan bersifat graduatif.

6. Evaluasi dalam soal UTS dan UAS bersifat graduatif

7. Pembelajaran di kelas khusus lebih menyesuaikan kemampuan siswa dan tidak bersifat memaksa

8. Penanganan masalah di kelas reguler dengan isyarat non verbal, verbal dan pemindahan posisi siswa dari teman kelompoknya agar jera. Penangan di kelas khusus dengan isyarat non verbal dan verbal dengan lembut. 9. Penanganan masalah siswa ABK

dengan isyarat non verbal, verbal dan tindakan pencegahan tanpa emosi F.3 Model pengelolaan kelas reguler dengan

pull out memberikan implikasi yang positif terhadap hasil belajar siswa yang mencapai KKM dan budaya religius yang diterapkan di lingkungan sekolah (shalat dhuha berjamaah, istighosah dan bimbingan pildacil) memberikan dampak positif terhadap perkembangan diri siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik) .

Model kelas reguler dan kelas khusus penuh memberikan implikasi yang positif terhadap hasil belajar siswa yang mencapai KKM dan budaya religius yang diterapkan di lingkungan sekolah (membaca dan menghafal surat pendek Juz „Amma dan ceramah singkat) memberikan dampak positif terhadap perkembangan diri siswa (kognitif, afektif dan psikomotorik).

Berdasarkan pemaparan hasil analisis data di SDN Sumbersari 1 Malang dan SDN Junrejo 01 Batu, maka temuan penelitian dari kedua sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik siswa yang belajar di kelas inklusi terdiri atas siswa normal dan siswa ABK dengan berbagai jenisnya yaitu autis, ADHD, disleksia, tunadaksa, tunagrahita, slow learner dan gangguan emosi.

a. Siswa normal adalah siswa yang memiliki karakteristik sehat dan tidak memiliki gangguan belajar, mudah memahami pelajaran, mudah mengerti instruksi dan mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang tua, guru dan teman-temannya tanpa ada hambatan atau kelainan.

b. Anak ABK jenis autis memiliki karakteristik tidak mampu bersosialisasi dengan teman seusianya, mengalami hambatan dalam belajar karena tidak fokus, anak autis memiliki dunia sendiri sehingga ia sering menghayal dan nggeremeng (mengoceh) sendiri tanpa tentu arah. Dalam belajar, ia mengerti instruksi yang diberikan namun tidak mau melihat orang yang ada di sekitarnya. Tulisannya juga rapi namun lambat, ia sangat disiplin dengan kebiasaan yang sudah ia lakukan sehingga ia akan sangat marah jika jadwal belajarnya terlambat.

c. Siswa ABK gangguan emosi adalah ia yang memiliki karakteristik emosinya tidak terkontrol sangat pendiam namun terkadang ia marah tiba-tiba tanpa ada yang tahu sebabnya namun memiliki kemampuan dalam memahami pelajaran dengan sangat cepat dan tergolong cerdas.

d. Anak slow learner adalah ia yang memiliki karakteristik rendahnya semangat belajar sehingga ia sering terlambat dalam memahami pelajaran, namun ia bisa mengikuti pelajaran akan tetapi sulit

memahami secara menyeluruh, hanya konsep-konsep utama saja dan ia sulit mengerjakan soal yang sulit.

e. Anak ADHD atau Attention Dificit Hiperactive Disorder adalah anak memiliki karakteristik ingatannya pendek namun hiperaktif dan mudah berpindah kesana kemari, tidak tenang dalam mengerjakan tugas, pemikirannya sering tidak fokus sehingga harus sering diingatkan untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

f. Anak tunagrahita memiliki karakteristik sulit memahami pelajaran berbasis teks karena IQ dan daya penalarannya sangat lamat, ia membutuhkan pemahaman dasar yang kuat dengan bantuan gambar atau nyanyian, bukan berbasis teks yang memenuhi lembaran buku.

g. Anak tunadaksa adalah memiliki karakteristik gangguan atau lemahnya fingsi motori kasar dari aspek fisik sehingga sulit berjalan tanpa bantuan orang tuanya, guru maupun teman-temannya. Ia juga sulit untuk berbicara kuat dan suaranya sangat pelan.

h. Anak disleksia memiliki karakteristik sulit membaca dengan lancar karena tidak mudah membedakan huruf-huruf yang hampir sama, sehingga tulisan tangannya juga seperti itu. Ia tidak bisa fokus dalam belajar, ia sangat sulit untuk menulis dan membaca dengan ejaan yang benar, sering membolak-balik ejaan atau melangkahi kata sambung.

2. Berdasarkan karakteristik siswa di kelas inklusi, maka pengelolaan kelas inklusi adalah dengan menggunakan model kelas reguler untuk siswa gabungan anak normal dan ABK, model kelas khusus penuh untuk siswa anak ABK saja dan model kelas reguler dengan pull out untuk siswa ABK dan siswa normal belajar di kelas reguler namun pada pertemuan tertentuk siswa ABK ditarik ke kelas khusus).

Adapun strategi pengelolaan kelas inklusi adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan RPP hanya satu, yaitu RPP reguler, namun dalam pelaksanaanya RPP tersebut secara langsung dikembangkan oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa normal dan siswa ABK.

2. Pengelolaan fisik di kelas reguler menggunakan susunan model bangku yaitu model U, teater dan kelompok acak. Namun di kelas khusus dengan model bangku dan meja bundar seperti konferensi atau diskusi

3. Pembelajaran dimulai dengan doa dan bacaan surat pendek untuk menstimulus semangat siswa dan kesiapan dalam memulai pembelajaran.

4. Sebelum belajar, guru mengajak siswa untuk mereview ulang pelajaran yang telah lalu sebelum melanjut pada pembelajaran berikutnya.

5. Dalam pembelajaran di kelas reguler, guru PAI menerangkan materi secara klasikal dengan metode ceramah, eksplorasi, dan tanya jawab

serta demonstrasi. Guru Menjelaskan secara klasikal namun untuk penugasan bersifat graduatif, disesuaikan dengan kemampuan siswa. 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran kelas khusus, GPK menjelaskan

materi lebih santai dan bersifat sharing sehingga pembelajaran menyenangkan dan tidak membuat siswa ABK jenuh, soal latihan pun diberikan sesuai dengan kemampuan mereka.

7. Ketika terjadi masalah di kelas, untuk ABK seperti autis yang sering mengeluarkan suaranya yang aneh, gangguan emosi:sering marah dan nangis tiba-tiba), guru akan mendatangi mereka dan mengelus pundak mereka, menenangkan mereka dengan nasihat lembut serta memberikan arahan agar mereka mau kembali fokus dalam belajar. 8. Jika anak normal membuat masalah atau melakukan keributan di

kelas, guru akan menegur mereka dengan sapaan dan nasihat atau memberikan isyarat non verbal seperti memandang atau mendatanginya dengan mengelus lembutt kepala mereka serta mengajaknya untuk kembali konsentrasi dalam belajar. Terkadang guru memukul papan tulis jika suasana ribut sudah parah dan dengan menasihati atau menyuruh mereka diam. Namun jika tidak bisa juga maka guru akan memindahkan siswa yang ribut tersebut dari temannya ke tempat duduk yang lain, hal ini melerai dan membuat mereka jera 9. Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran guru PAI memberikan soal

dan penilaian untuk anak normal dan anak ABK yang IQ tinggi,yaitu jenis gangguan emosi. Namun untuk evaluasi bagi ABK yang tidak

mampu, maka mereka akan diberikan soal yang lebih mudah (kalimat soal disederhanakan dan dengan bantuan gambar).

3. Adapun implikasi model pengelolaan kelas inklusi, (model kelas khusus, kelas reguler, dan model kelas reguler dengan pull out) memberikan dampak positif terhadap perkembagan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dan keberhasilan belajar PAI. Hasil belajar dapat dilihat dari nilai siswa normal dan ABK yang dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan. Selain dari hasil belajar yang mencapai nilai KKM. Pengelolaan kelas inklusi memberikan dampak positif terhadap perkembangan diri siswa yaitu dengan pembiasaan atau pembudayaan kegiatan religius yang dilakukan di sekolah inklusi, seperti budaya solat dhuha setiap hari, bimbingan akhlakul karimah dari guru dalam bentuk nasihat setiap hari ketika berbaris di lapangan dan pembacaan surat-surat pendek Juz “Amma sebelum masuk ke kelas dan pembinaan latihan pildacil (kultum) singkat setiap jumat, sehingga dapat melatih kemampuan dan perkembangan (afektif dan psikomotorik) siswa untuk menjadi pribadi muslim yang bertakwa.

Perkembangan siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa sudah mampu menyampaikan dakwah singkat, mampu melaksanakan praktek sholat dengan benar, membaca ayat-ayat suci al Quran dengan lancar dan jalinan akhlakul karimah ataupun hubungan sosialisasi yang baik antara siswa normal dengan ABK, sesama ABK, serta hubungan siswa dengan guru dan orang tua.

BAB V