• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Siswa di Kelas Inklusi SDN Sumbersari 1 Malang dan SDN Junrejo 01 Batu

DISKUSI HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Siswa di Kelas Inklusi SDN Sumbersari 1 Malang dan SDN Junrejo 01 Batu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, karakteristik perkembangan siswa ABK yang pada tahun ajaran 2015/2016 di SDN Sumbersari 1 Malang dan SDN Junrejo 01 Batu terdiri atas siswa normal dan siswa ABK jenis autis, slow learner, tunadaksa, gangguan emosi, tunagrahita, ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder), dan disleksia.

Adapun karakteristik siswa normal yaitu sehat fisik dan psikisnya dan tidak mempunyai gangguan atau kelemahan dalam memahami instruksi, pembelajaran dan mengerjakan tugas. Hal ini sebagaimana Menurut DR. Dr. Y.

Handojo, MPH dalam bukunya yang berjudul “Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain” yang dikutip dalam artikelnya dijelaskan bahwa anak normal sejak lahir mampu untuk bereaksi terhadap suara dan mampu untuk melihat. Anak normal memiliki kecerdasan IQ antara 90 sampai 110. Selain dariada itu, anak dikatakan normal jika sehat fisik dan psikisnya serta tidak adanya menunjukkan adanya kelainan-kelaian yang menyebabkan sulitnya ia melakukan perbuatan yang sesuai dengan usianya.1

Untuk jenis ABK anak autis memiliki karakteristik yang sulit memahami orang lain,, sering melakukan hal yang berulang dan sulit berinteraksi dengan sesama. Hal ini sebagaimana menurut Abdul Hadits bahwa anak autis memiliki karakteristik gangguan komuinikasi (kemampuan bahasa lambat, kata tidak sesuai arti, senang membeo tanpa tau arti, sebagian sedikit bicara, menarik tangan orang lain untuk melakukan keinginannya), gangguan interaksi sosial (suka menyendiri, menghindari kontak mata, gangguan sensoris, tidak suka disentuh (peluk), menutup telinga jika mendengar suara keras, suka mencium, menjilat benda disekitar, tidak peka terhadap rasa sakit dan takut, gangguan pola bermain (tidak memiliki kreatifitas (imajinasi), bermain tidak sebagaimana biasa, suka pada benda berputar, lekat dengan benda-benda tertentu hingga selalu dibawa, gangguan prilaku (hiperaktif atau hipoaktif, merangsang diri sendiri, melakukan hal yang berulang, tidak suka perubahan, sering duduk dengan tatapan kosong.2

1DR. Dr. Y. Handojo, MPH dalam bukunya“Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk

Mengajar Anak Normal, Autis, dan perilaku Lain, yang dikutip pada artikel Ciri-ciri anak normal

dalam http://kidsgen.blogspot.com/2012/12/ciri-ciri-anak-anak-normal.html#ixzz4BjY5HQnu (Diakses 16 Juni 2016)

Anak tunagrahita memiliki karakteristik kelambanan dalam memahami pembelajaran berbasis teori sebagaimana menurut Smith dkk yang dikutip oleh Bandie Delphie, anak tunagrahita memiliki karakteristik khusus yaitu; mempunyai dasar secara fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak menyandang tunagrahita, selalu berfikir eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan, suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan, mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri, mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial, mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar, mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan, mempunyai masalah dalam kesehatan fisik, kurang mampu untuk berkomunikasi, mempunyai kelainan pada sensori dan gerak, dan mempunyai masalah berkaitan dengan psikiatrik, adanya gejala-gejala depresif berdasarkan hasil penelitian dari Meins tahun 1995.3

Karakteristik anak ADHD yaitu sulit untuk duduk tenang dan juga mudah lupa sebagaimana menurut Jenny Thomson anak ADHD tidak bisa fokus pada sesuatu yang detail, perhatian mudah teralihkan, sulit duduk diam, banyak bicara yang tidak penting dan tidak terarah, sering mengganggu anak-anak lain, terlihat bingung dan pelupa, menunjukkan kesulitan menjaga perhatian dalam mengerjakan tugas dan gagal menyelesaikannya, sering berteriak di kelas dan anak-anak lain akan merasa terintimidasi oleh tindakan mereka, anak ADHD lebih suka banyak bicara dibandingkan anak-anak lainnya di kelas dan jika anak

3Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hlm. 17

lain diminta untuk menjawab, maka dia akan segera meneriakkan jawabannya, jarang mempertimbangkan akibat dari tindakan yang dilakukannya, sering lupa terhadap tugas, sehingga harus terus menerus diingatkan tentang tugasnya.4

Karakteristik siswa dengan gangguan emosional adalah anak yang selalu membuat kerusakan secara tiba-tiba dan terjadi pada anak yang pendiam sebagaimana menurut menurut Aulia Fadhli adalah sering menuntut perhatian dan menunjukkan perilaku merusak jika diminta menunggu, tidak bisa berbagi dengan yang lain dan tidak memiliki kesadaran akan kebutuhan orang lain, kesulitan bermain bersama yang lain, tidak bisa menyelesaikan tugas tanpa dukungan dari orang lain, kesulitan mengikuti instruksi yang diberikan dan sulit berkonsentrasi.5

Karakteristik anak disleksia adalah anak yang memiliki kesulitan memahami huruf dan angka sehingga sulit membaca dan kurang fokus dalam belajar sebagaimana menurut Dysleksia UK dalam buku Jenny Thompson memaparkan karakteristik-karakteristik anak itu tergolong disleksia adalah suka melamun atau tenggelam dalam dunianya sendiri, mudah lupa terutama untuk hal-hal yang baru terjadi, tetapi memiliki ingatan yang baik untuk hal-hal-hal-hal yang sudah lama berselang, suasana hati yang ekstrim, kurang ketenangan, kurang memahami batasan waktu, tulisan tangan hanya bisa terbaca hanya jika ditulis pelan-pelan, huruf-huruf ditulis secara tidak biasa untuk menyamarkan masalah ejaan, terbolak-balik membaca suku kata atau kata, dalam mengeja, pengejaan yang aneh sehingga menghasilkan kata-kata yang tidak jelas, ada bagian kata yang hilang

4Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus,,hlm. 23-24

ketika membaca, contohnya „kempuan‟ untuk kata „kemampuan‟, membolak-balik angka, huruf dan kata, seperti „lagu‟ untuk kata „gula, ketika membaca, sering meniadakan, salah membaca, atau mengganti kata-kata penghubung seperti „di‟ atau kata‟pada‟, merasa menulis adalah sesuatu yang membuat frustasi dan sering kali menghindarinya jika memungkinkan, merasa menulis adalah proses yang lamban dan jikalau pun tidak putus asa di awal, tulisan sering kali diulang.6

Karakteristik anak slow learner adalah anak yang memiliki kelemahan dalam belajar karena malas dan rendahnya IQ. Hal ini sebagaimana penjelasan dari Sangeeta Malik dalam kutipan Mumpuniarti dkk, anak lamban belajar biasanya dilabel sebagai anak bodoh (borderline mentally retarded) dan Sangeeta Malik menyebut “they are generally slower to ‘catch Selanjutnya, Sangeeta mengemukakan bahwa mereka juga memiliki karakteristik kurang konsentrasi, kurang bertahan dalam berpikir abstrak. Hal itu berakibat kesulitan untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan capaian kelompok usia sebaya. Karakteristik belajar yang lambat itulah sebagai ciri khusus dari siswa lamban belajar, khususnya lambat belajar untuk bidang yang membutuhkan simbol dan daya abstraksi. Karakteristik anak lamban belajar adalah fokus pada kemampuan belajar yang harus dilakukan secara praktek melibatkan seluruh indera, dan terstruktur dengan pengalaman sebagai mediasi konkrit hal-hal yang bersifat simbolik.7

6Jenny Thompson, Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama), hlm. 57-58

7

Mumpuniarti dkk,Kebutuhan Belajar Siswa Lamban Belajar (Slow Learner) di Kelas Awal

Karakteristik siswa tunadaksa adalah memiliki kelemahan fisik yaitu sulit berbicara dan berjalan sehingga harus dibantu oleh guru dan orang tuanya sebagaimana menurut Mimin Casmini bahwa anak tunadaksa memiliki karakteristik: Tidak dapat hidup sendiri di tengah masyarakat, membutuhkan latihan khusus untuk berbicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri, tidak ada ketegangan otot, ototnya tidak mampu merespon rangsangan yang diberikan disebut juga hipotonia, ada getaran-getaran kecil (ritmis) yang terus menerus pada mata, tangan atau kepala disebut juga tremor, ada gangguan keseimbangan, langkahnya seperti orang mabuk, kadang terlalu lebar atau terlalu pendek, jalannya gontai, pada saat mengambil suatu barang terjadi salah perhitungan, ada beberapa anggota tubuh yang lumpuh, seperti lumpuh pada kedua tangan atau kedua kaki disebut paraplegia, ada lumpuh pada anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalna tangan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, disebut hemiplegia, dan ada satu anggota gerak yang lumpuh, disebut monoplegia.8

B. Strategi Pengelolaan Kelas Inklusi dalam Pembelajaran Pendidikan