3 METODE PENELITIAN
3.3 Analisis Data
Analisis data yang dilakukan untuk mempelajari proses penanganan tuna tersebut adalah dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis jaringan kerja dan analisis teknik kegiatan.
1) Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan untuk memberikan gambaran kegiatan mulai dari proses pembongkaran ikan tuna dari palka hingga pengemasan di perusahaan transit untuk produk tuna segar. Selain itu juga dilakukan analisis kegiatan pada proses penerimaan hingga proses pengemasan di indutri pengolahan untuk produk tuna loin (proses penanganan tuna pasca tangkap sampai penerimaan bahan bakuoleh perusahaan). Proses ini diamati berdasarkan tahapannya. Tahapan tersebut dituangkandalam bentuk diagram alir. Tujuan dari tahapan pengamatan iniadalah untuk mengetahui proses penanganan tuna dan menentukan tahap-tahapyang memiliki peluang terjadinya keterlambatan kegiatan maupun waktu menganggur kegiatan. Selain itu, faktor-faktor lain seperti jumlah tenaga kerja di tiap tahapan maupun fasilitas yang digunakan juga sangat penting untuk diperhatikan demi kelancaran penanganan produk di industri tuna ini.
2) Analisis Jaringan Kerja
Dalam analisis jaringan kerja digunakan metode Critical Path Method (CPM). Metode digunakan untuk membuat perencanaan, jadwal serta proses pengendalian suatu proyek. Kedua metode ini perlu ditetapkan terlebih dahulu agar kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek dapat disusun dalam bentuk suatu jaringan.Jaringan menunjukkan saling hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain.Metode CPM mengikuti enam langkah dasar, yaitu :
(1) Mengidentifkasikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja.
(2) Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang harus
terlebih dahulu dan mana yang mengikuti yang lain.
(3) Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan.
(4) Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk tiap kegiatan.
(5) Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis.
(6) Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan
Diagram jaringan kerja adalah visualisasi proyek rencana kerja(networking planning)berupa jaringan kerja yang terdiri dari simbol kegiatan, simbol peristiwa dan simbol hubungan antar peristiwa (dummy).Syarat yang harus dipenuhi dalam membuat diagram jaringan kerja adalah identifikasi kegiatan yang ada dan menentukan urutan kegiatan yang memiliki hubungan seri langsung diantara kegiatan yang telah diidentifikasi tersebut (Ali 1992). Diagram jaringan kerja menggunakan proses two pass, terdiri atas forward pass dan backward pass untuk menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES (earleist start) dan EF (earliest finish) selama forward pass, LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama backward pass.
Gambar 2 Nama kegiatan atau simbol
Tabel 3 Simbol-simbol lain untuk penggambaran diagram jaringan kerja
Simbol Nama Keterangan
Kejadian (peristiwa)
Kejadian merupakan awal atau akhir dari suatu atau beberapa kegiatan.
i = nomor kejadian
SPAi = saat paling awal kejadian i SPLi = saat paling akhir kejadian i
Kegiatan Kegiatan merupakan aktivitas yang dikerjakan, memerlukan waktu dan sumberdaya untuk menyelesaikannya.
Kegiatan semu (dummy)
Kegiatan semu tidak memerlukan waktu dan sumberdaya untuk menyelesaikannya, berguna untuk membantu menghubungkan kegiatan secara logis
Sumber : Nurani (2006)
i SPAi SPLi
ES (Mulai Terdahulu) LF (Selesai Terdahulu)
Menurut Nurani (2006), ada beberapa perhitungan waktu yang dapat dilakukan untuk menentukan tingkat efisiensi suatu proyek (kegiatan), yaitu :
1 Penentuan Lama Kegiatan
Lama waktu kegiatan yang diharapkan (expected time)ditentukan dengan menggunakan rumus :
LPER = ... pers. (1) Keterangan :
LPER = lama kegiatan perkiraan
a = lama kegiatan optimis
b = lama kegiatan most likely (yang paling sering terjadi)
m = lama kegiatan pesimis
2 Perhitungan yang dilakukan
1) Saat paling awal dan saat paling akhir kegiatan (1) Sebuah kegiatan menuju ke sebuah peristiwa
X
L
SPA dan SPL untuk sebuah kegiatan yang menuju ke sebuah peristiwa SPAj = SPAi + L ... pers. (2) SPLi = SPLj – L ... pers. (3) Keterangan :
X = kegiatan
L = lama kegiatan yang diperkirakan
i = peristiwa awal kegiatan X
j = peristiwa akhir kegiatan X
SPAi = saat paling awal peristiwa awal SPAj = saat paling awal peristiwa akhir SPLi = saat paling lambat peristiwa awal SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir
i SPAi SPLj
i SPAj SPLj
(2) Beberapa kegiatan menuju kesebuah peristiwa
SPA untuk beberapa kegiatan menuju ke sebuah peristiwa
SPAj = (SPAin + Ln) maksimum ... pers. (4) Keterangan :
n = nomor kegiatan (n = 1,2,3,…)
Xn = kegiatan ke-n
Ln = lama Xn yang diperkirakan
In = peristiwa awal kegiatan Xn
J = peristiwa akhir bersama dari semua kegiatan Xn
SPAin = saat paling awal peristiwa awal dari kegiatan Xn
SPAj = saat paling awal peristiwa akhir bersama dari seluruh kegiatan Xn (3) Beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
SPL untuk beberapa kegiatan keluar dari sebuah peristiwa
SPLj = (SPLjn + Ln) maksimum ... pers. (5) Keterangan :
n = nomor kegiatan (n = 1,2,3,…)
Xn = kegiatan ke-n
Ln = lama Xn yang diperkirakan
i = peristiwa awal kegiatan Xn
jn = peristiwa akhir bersama dari semua kegiatan Xn
SPLjn = saat paling lambat peristiwa awal dari kegiatan Xn
SPLj = saat paling lambat peristiwa akhir bersama dari seluruh kegiatan
Xn = kegiatan ke-n i i SPLj i SPLj iSPAj i SPAin i SPAjn
2) Peristiwa kritis, kegiatan kritis dan lintasan kritis
Peristiwa kritis adalah peristiwa dimana SPA sama dengan SPL. Kegiatan yang terletak diantara dua peristiwa kritis belum tentu merupakan kegiatan kritis, karena harus dipenuhi rumus :
SPAj = SPAi + L atau SPLi = SPLj – L ... pers. (6) Lintasan kritis terdiri atas kegiatan-kegiatan kritis, peristiwa-peristiwa kritis dan dummy.Lintasan kritis merupakan lintasan yang paling lama umur pelaksanaannya dari semua lintasan yang ada dan umur lintasan kritis sama dengan umur proyek.
3) Tenggang waktu kegiatan
Tenggang waktu kegiatan adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan.Tenggang waktu kegiatan ada tiga macam yaitu Total Float (TF), Free Float (FF) dan Independent Float (IF), dimana cara perhitungannya sesuai rumus :
TF = SPLj – L – SPAi ... pers. (7) FF = SPAj – L – SPAi ... pers. (8) IF = SPAj – L – SPLi ... pers. (9)
4) Umur proyek
Umur proyek sama dengan saat paling awal peristiwa akhir dari diagram jaringan kerja, dengan syarat saat paling awal peristiwa awal diagram jaringan kerja sama dengan nol.
5) Mempercepat umur proyek
Syarat yang harus dipenuhi ada empat (Ali, 1992), yaitu adanya jaringan kerja yang tepat, lama kegiatan telah ditentukan, telah dihitung SPA dan SPL semua peristiwa dan ditentukan umur proyek (UREN).Selanjutnya prosedur yang dilakukan adalah :
(1) Membuat jaringan kerja seperti semula dengan lama kegiatan perkiraan baru untuk langkah ulangan dan seperti semula untuk langkah siklus pertama.
(2) SPA = 0, hitung SPA lainnya. Umur perkiraan proyek (UPER) = saat paling awal peristiwa akhir (SPAm, m = nomor peristiwa akhir diagram jaringan kerja).
(3) Paling lambat peristiwa akhir diagram jaringan kerja (SPLm) = umur
proyek yang direncanakan (UREN), menghitung saat paling lambat semua peristiwa.
(4) Menghitung Total Float (TF) semua kegiatan. Bila tidak ada TF yang berharga negatif maka proses perhitungan selesai, bila ada TF berharga negatif maka dilanjutkan ke prosedur poin e.
(5) Mencari lintasan atau lintasan-lintasan yang terdiri dari
kegiatan-kegiatan yang TF masing-masing besarnya : TF = UREN – UPER = SPLm – SPAm
= SPLi – SPAi (berharga negatif) ... pers. (10) (6) Lama kegiatan dari kegiatan tersebut diatas adalah Ln, n adalah nomor
urut kegiatan tersebut dalam lintasan (n = 1,2,3,….,z).
(7) Menghitung lama kegiatan baru dari kegiatan tersebut diatas (langkah point e dan f) dengan rumus :
Ln (baru) = Ln (lama) + x (UREN – UPER) ... pers.(11)
Keterangan :
Ln (baru) = lama kegiatan baru Ln (lama) = lama kegiatan lama
Li = jumlah lama kegiatan-kegiatan pada satu lintasan yang
harus dipercepat
UREN = umur rencana proyek
UPER = umur perkiraan proyek
Menurut Dimyati (2002), ada beberapa ciri-ciri CPM yang harus diperhatikan yaitu:
1. Kelebihan CPM
(1) Sangat bermanfaat untuk menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar.
(2) Konsep yang lugas (secara langsung) dan tidak memerlukan perhitungan
matematis yang rumit.
(3) Jaringan kerja (network) digunakan untuk melihat hubungan antar kegiatan proyek secara cepat.
(4) Analisa jalur kritis dan slack membantu menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebih dekat.
(5) Dokumentasi proyek dan gambar menunjukkan siapa yang bertanggung
jawab untuk berbagai kegiatan.
(6) Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi (7) Berguna dalam pengawasan biaya dan jadwal.
2. Keterbatasan CPM
(1) Kegiatan harus jelas dan hubungan harus bebas dan stabil.
(2) Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama. (3) Perkiraan waktu cenderung subyektif dan tergantung manajer.
(4) Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur
kritis, maka yang nyaris kritis perlu diawasi. 3) Analisis Teknik Kegiatan
Tujuan dilaksanakan suatu kegiatan perikanan adalah untuk mengubah input produksi menjadi suatuproduksi atau hasil tangkapan. Ketersediaan input produksi merupakan faktor penting agar kegiatan usaha dapat berjalan lancar. Input-input produksi (Nurani 2010) meliputi :
(1) Ketersediaan unit penangkapan : kapal, alat tangkap, serta perlengkapan
lainnya.
(2) Ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang handal dan terampil.
(3) Permodalan : modal investasi dan modal operasi.
Kegiatan pasca produksi berkaitan dengan penanganan hasil tangkapan.Penanganan ikan juga sangat penting untuk menjaga kualitas hasil tangkapan, terutama untuk jenis ikan tujuan ekspor.Penanganan harus dilakukan mulai dari saat ikan ditangkap, yaitu penanganan di atas kapal, saat pembongkaran di pelabuhan perikanan dan pada saat pendistribusian ke konsumen/pasar.Distribusi dan pemasaran merupakan rantai akhir dari suatu kegiatan usaha perikanan.Penanganan yang baik saat distribusi diperlukan untuk tetap menjaga kualitas ikan.Pemasaran yang tepat akan memberikan nilai penerimaan yang besar bagi kegiatan usaha perikanan (Nurani 2010).