• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

5) Analisis Data

Analisis utama dalam penelitian ini adalah analisis spasial (overlay) dengan menggunakan sistem informasi geografis. Analisis ini digunakan untuk menentukan daerah bahaya dan resiko banjir serta evaluasi tata ruang (RDTRK) berbasis bahaya dan resiko banjir.

a. Analisis bahaya banjir

Pendekatan yang diambil untuk melakukan analisis daerah bahaya banjir dalam penelitian ini, adalah pendekatan geomorfologi. Penelitian bahaya bencana alam dengan pendekatan geomorfologi telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain seperti Gunadi (2009), Djunire (2009), maupun Rafiuddin (2010). Aspek bentuklahan yang dianalisis adalah aspek morfogenesis dan morfologi. Yang pertama mencerminkan proses-proses geomorfik yang terjadi di masa lalu, saat sekarang, dan yang mungkin terjadi di masa mendatang khususnya untuk proses fluvial (banjir), sedangkan aspek morfologi lebih menekankan pada unsur morfometri, yaitu menyangkut elevasi permukaan lahan terhadap permukaan air sungai normal (tidak banjir) seperti yang terjadi pada saat penelitian. Aspek morfometri ini dilengkapi dengan penentuan sebaran daerah genangan banjir dan frekuensinya yang didapat dari informasi penduduk setempat sebagai saksi kejadian banjir tersebut. Jadi wilayah genangan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hanya terbatas dari informasi penduduk yang kemudian ditentukan dengan GPS. Untuk melakukan analisis bahaya banjir, maka terlebih dahulu ditentukan kelas kerentanan landform terhadap banjir menjadi 4 kelas, yaitu tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (aman). Dalam hal ini kerentanan tinggi diberi skor = 4, sedang = 3, rendah = 2, dan sangat rendah atau aman = 1.

18

Kelas Bentuklahan

Menurut morfogenesisnya landform yang memiliki kerentanan paling tinggi adalah dari morfogenesis fluvial, seperti gosong pasir, dataran banjir minor dan lain-lain. Oleh karena itu bentuklahan-bentuklahan tersebut diberi skor 4, sedangkan untuk landform yang mempunyai kerentanan paling rendah (karena mempunyai elevasi lebih tinggi) diberi skor 1 seperti dataran fluvial teraggradasi. Rincian skor dari masing-masing landform disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Skor kelas bentuklahan

No. Nama Bentuklahan Morfogenesis Kerentanan Banjir Skor 1 Gosong Pasir (point bar deposit) Fluvial Tinggi 4 2 Dataran banjir minor (minor flood plain) Fluvial Tinggi 4 3 Dataran banjir minor tertinggalkan (abandonedminor flood plain) Fluvial Tinggi 4 4 Dataran Rawa (BackSwamp) Fluvial Tinggi 4 5 Dataran banjir mayor (Alluvial plain) Fluvial Sedang 3 6 Dataran Fluvial Terdegradasi (Mining) Fluvio Antropogenik Sedang 3 7 Tanggul Alam Sungai (Natural Levee) Fluvial Rendah 2 8 Dataran fluvial teraggradasi (militery airport) Fluvio Antropogenik Sangat Rendah / Aman 1

Ketinggian lahan (elevasi) terhadap permukaan air sungai

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis morfologi di lapangan, interval ketinggian 0-1 meter, 1-2 meter, 2-3 meter dan >3 meter dari permukaan air sungai (tidak banjir) dinilai cukup sesuai untuk klasifikasi kerentanan banjir di daerah penelitian. Hal ini disesuaikan dengan wilayah genangan banjir yang diperoleh dari hasil wawancara dengan penduduk dan pengukuran lapangan. Rincian skor kerentanan morfometri (ketinggian lahan/elevasi) landform disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Skor ketinggian lahan

No. Elevasi Peluang Terkena Banjir Skor

1 0 – 1 m Tinggi 4

2 1 – 2 m Sedang 3

3 2 – 3 m Rendah 2

4 > 3 m Sangat rendah/Aman 1

Wilayah Genangan Banjir

Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat dan beberapa pegawai pemerintah daerah setempat, didapatkan bahwa frekuensi banjir di

19

Kota Sintang dapat dikelaskan menjadi 4, yaitu terjadi setiap tahun, 2 tahun sekali, lebih dari 2 tahun sekali, dan belum pernah tergenang. Rincian skor kerentanan dari masing-masing frekuensi banjir disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Skor wilayah genangan banjir

No. Frekuensi banjir Peluang Terkena Banjir Skor

1 Setiap Tahun Tinggi 4

2 2 Tahun Sekali Sedang 3

3 Lebih dari 2 tahun Rendah 2

4. Belum Pernah Sangat rendah / Aman 1

Klasifikasi Bahaya Banjir

Analisis bahaya banjir dilakukan melalui proses overlay bertahap terhadap parameter yang telah diberikan skor (Tabel 5). Proses ini dilakukan dengan metode rasional dimana overlay antara kerentanan tinggi dan tinggi akan menghasilkan kelas bahaya tinggi, kombinasi kerentanan rendah dan rendah menghasilkan kelas bahaya rendah, kombinasi kerentanan tinggi dan rendah menghasilkan kelas sedang, dan seterusnya dengan berbagai variasinya seperti yang disajikan pada Tabel 5. Dalam hal ini nilai akhir dari kombinasi skor kerentanan adalah melalui proses aritmatika penjumlahan.

Tabel 5. Tahap Penentuan Tingkat Bahaya Banjir dan Nilainya

Morfologi bentuklahan (Elevasi)

Tinggi (4) Sedang (3) Rendah (2) Sangat rendah/Aman (1) Morfogenesis

Bentuklahan

Tinggi 4 T-T 8 T-S 7 T-R 6 T-SR 5

Sedang 3 S-T 7 S-S 6 S-R 5 S-SR 4

Rendah 2 R-T 6 R-S 5 R-R 4 R-SR 3

Sangat rendah / Aman 1 SR-T 5 SR-S 4 SR-R 3 SR-SR 2

Wilayah Genangan Banjir Bentuklahan

x Elevasi

Tinggi (4) Sedang (3) Rendah (2) Sangat rendah/Aman (1)

T-T 8 T-T-T 12 T-T-S 11 T-T-R 10 T-T-SR 9 T-S 7 T-S-T 11 T-S-S 10 T-S-R 9 T-S-SR 8 T-R 6 T-R-T 10 T-R-S 9 T-R-R 8 T-R-SR 7 T-SR 5 T-SR-T 9 T-SR-S 8 T-SR-R 7 T-SR-SR 6 S-T 7 S-T-T 11 S-T-S 10 S-T-R 9 S-T-SR 8 S-S 6 S-S-T 10 S-S-S 9 S-S-R 8 S-S-SR 7 S-R 5 S-R-T 9 S-R-S 8 S-R-R 7 S-R-SR 6 S-SR 4 S-SR-T 8 S-SR-S 7 S-SR-R 6 S-SR-SR 5 R-T 6 R-T-T 10 R-T-S 9 R-T-R 8 R-T-SR 7 R-S 5 R-S-T 9 R-S-S 8 R-S-R 7 R-S-SR 6 R-R 4 R-R-T 8 R-R-S 7 R-R-R 6 R-R-SR 5 R-SR 3 R-SR-T 7 R-SR-S 6 R-SR-R 5 R-SR-SR 4 SR-SR 2 SR-SR-T 6 SR-SR-S 5 SR-SR-R 4 SR-SR-SR 3

Setelah melalui proses tumpang tindih (overlay) bertahap terhadap

parameter yang telah diberikan skor (Tabel.5), proses dilanjutkan adalah menentukan kelas bahaya banjir yang dilakukan dengan metode rasional dan

20

proses aritmatika penjumlahan, sehingga diperoleh variasinya seperti yang disajikan pada Tabel 6 .

Tabel 6. Nilai Tingkat Bahaya Banjir

No. Tingkat Bahaya Banjir Total Nilai Skor

1 Tinggi 11-12 4

2 Sedang 8-10 3

3 Rendah 5-7 2

4 Sangat Rendah/Aman 3-4 1

b. Analisis Resiko Banjir

Resiko banjir adalah perkiraan kehilangan/kerugian yang diperoleh akibat banjir seperti kehilangan jiwa, kerugian materi: properti, aktifitas ekonomi, dan sebagainya. Nilai resiko banjir didapat dengan menggunakan persamaan :

Resiko = Bahaya + Elemen Penggunaan Lahan

Untuk menghitung resiko dalam penelitian ini, elemen penggunaan lahan diberi skor sesuai dengan nilai kerugian kualitatif yang dialami jika penggunaan lahan tersebut terkena banjir. Tabel 7 berikut menyajikan skor dari masing-masing penggunaan lahan yang ada di daerah penelitian. Berdasarkan Tabel 6 dan 7, selanjutnya dapat dilakukan analisis resiko dengan metode rasional seperti dalam penentuan kelas bahaya banjir (Tabel 8) namun yang di analisis (overlay) adalah antara peta bahaya banjir dan peta penggunaan lahan dengan proses aritmatika penjumlahan. Hasil dari proses ini selanjutnya digunakan untuk melakukan klasifikasi resiko banjir seperti yang tersaji pada Tabel 9.

Tabel 7 Nilai Elemen Penutupan/Penggunaan Lahan

Penggunaan Lahan Kategori kerugian akibat Banjir Skor

Pemukiman

Bandar Udara Tinggi

4 4

Jalan 4

Ladang Sedang 3

Kebun Campuran

Tanah terbuka Rendah

2 2 Hutan Semak Belukar Rawa Bekas Tambang Sungai Situ/Danau Gosong Pasir

Sangat rendah / Aman

1 1 1 1 1 1 1

21

Tabel 8. Penentuan Kelas Resiko Banjir

Elemen Penggunaan lahan Aktual

Kelas bahaya banjir (Skor) Tinggi (4) Sedang (3) Rendah (2) Sangat rendah/Aman (1)

Tinggi 4 T-T 8 T-S 7 T-R 6 T-SR 5

Sedang 3 S-T 7 S-S 6 S-R 5 S-SR 4

Rendah 2 R-T 6 R-S 5 R-R 4 R-SR 3

Sangat rendah/Aman 1 SR-T 5 SR-S 4 SR-R 3 SR-SR 2

Tabel 9 Nilai Tingkat Resiko Banjir

No. Tingkat Resiko Banjir Nilai Resiko

1 Tinggi 8-7

2 Sedang 6-5

3 Rendah 4-3

4 Sangat Rendah/Aman 2

Daerah yang memiliki tingkat resiko tinggi akan mempunyai skor total yang tinggi, dan sebaliknya daerah yang memiliki tingkat resiko rendah akan mempunyai total nilai yang rendah.

Evaluasi Tata Ruang Berbasis Bahaya Banjir

Evaluasi ini dilakukan untuk menganalisis dan evaluasi peta RDTRK yang dilihat dari aspek bencana sebagai salah satu faktor yang perlu di pertimbangkan dalam penyusunannya. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Peta RDTRK yang sudah di-Perda-kan oleh Pemerintah Kota Sintang dengan hasil analisis bahaya. Metode analisis yang digunakan adalah overlay antara Peta RDTRK dengan Peta Bahaya. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui daerah- daerah resiko (sudah terealisasi) dan daerah potensi resiko (belum terealisasi) sesuai dengan yang direncanakan didalam RDTRK. Dari hasil analisis ini diharapkan dapat dilakukan evaluasi terhadap RDTRK dari sudut pandang bencana banjir.

Tabel 10 Nilai Elemen RDTRK

RDTRK Kategori kerugian akibat Banjir Skor

Fasilitas Militer Pasar Grosir Pasar Tradisional Pusat Pertokoan Wilayah Perumahan Instalasi PLN

Depot Kayu dan Pabrik Gudang Pergudangan Fasilitas Kesehatan Instalasi PDAM

Gedung Pusat Pemerintahan Gedung Pusat Pendidikan

22

RDTRK Kategori kerugian akibat Banjir Skor

Jasa Komersial Lapangan Olahraga Terminal

Tempat Peribadatan

Pengembangan Lahan Pertanian

Sedang 3

Kuburan

Pertambangam Rendah 2

Hutan Konservasi Konservasi Jalur Hijau Taman

Taman Wisata

Sangat rendah/Aman 1

Tabel 11. Penentuan Kelas Potensi Resiko Banjir

Elemen Penggunaan lahan Aktual

Kelas bahaya banjir (Skor) Tinggi (4) Sedang (3) Rendah (2) Sangat rendah/Aman (1)

Tinggi 4 T-T 8 T-S 7 T-R 6 T-SR 5

Sedang 3 S-T 7 S-S 6 S-R 5 S-SR 4

Rendah 2 R-T 6 R-S 5 R-R 4 R-SR 3

Sangat rendah/Aman 1 SR-T 5 SR-S 4 SR-R 3 SR-SR 2

Tabel 12 Nilai Tingkat Potensi Resiko Banjir

No. Tingkat Resiko Banjir Nilai Resiko

1 Tinggi 8-7

2 Sedang 6-5

3 Rendah 4-3

4 Sangat Rendah/Aman 2

Karena adanya tingkat kedetailan antara peta penggunaan lahan dan RDTRK Kota Sintang maka dilakukan pengkelasan pada objek-objek didalam wilayah perencanaan (RDTRK). Dalam penelitian ini kelas RDTRK dibagi ke dalam 3 kelas, yaitu Ruang terbangun, Lahan Bervegetasi dan Pengembangan Pertanian. Dengan rincian sebagai berikut :

Depot dan Pabrik Kayu, Pergudangan, Hutan Konservasi, Jasa Komersial, Fasilitas Kesehatan, Kuburan, Lapangan olahraga, Fasilitas Militer, Pasar grosir, Pasar tradisional, Instalasi PDAM, Gedung Pusat Pemerintah, Gedung Pusat Pendidikan, Tempat Peribadatan, Pertambangan, Pusat Pertokoan, Wilayah Perumahan, Instalasi PLN, dan Terminal dikelaskan sebagai Ruang Terbangun.

Hutan konservasi, Konservasi Jalur Hijau, Ruang Terbuka Hijau, dan Taman Wisata Baning dikelaskan sebagai Lahan Bervegetasi

Pengembangan Pertanian

Dokumen terkait