• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kawasan DAS Melawi dan Kapuas

6. Dataran Rawa ( bac

Dataran rawa (back memiliki elevasi re bentuklahan ini h inundated). Bentuk seperti eceng gondo vegetasi yang men (natural levee). mes sejajar dengan alur Kota Sintang memil

leh masyarakat dikarenakan (1) mempunyai ele entuklahan di sekitarnya sehingga tidak mudah n air untuk memenuhi kehidupan sehari-hari pada umumnya mempunyai ketinggian sekitar aan air sungai saat normal, terutama untuk kaw

ertemuan antara Sungai Melawi dan Sungai Kapu

tanggul alam (b) Tanggul alam merupakan ka

banyak dipergunakan untuk warga sehari-hari

bar 11. Foto Bentuklahan Tanggul Alam (natural levee)

ack swamp)

ck swamp) merupakan salah satu dari bentukl rendah dan berada diatas dataran banjir mayor hampir sepanjang tahun tergenang air (pe uklahan ini umumnya dicirikan oleh adanya ve dok, tanaman bunga terompet, kangkung, dan lai

engapung; biasanya terdapat di belakang tang eskipun terkadang agak jauh dari sungai dan terka ur sungai yang masih aktif. Dataran Rawa yang t

iliki luas sekitar 648 Ha.

elevasi lebih h tergenang, ari, dan (3) r 2-3 meter awasan yang puas. kawasan yang k aktifitas klahan yang or, sehingga permanently vegetasi air lain-lain atau anggul alam rkadang pula g terdapat di

Gambar 12 Peta Bentuklahan Kota Sintang

Gambar 13 Peta Ketinggian lahan Kota Sintang

42

Dari penjelasan mengenai bentuklahan-bentuklahan yang terdapat di Kota Sintang, yang paling banyak dimanfaatkan untuk permukiman adalah tanggul alam (natural levee), kemudian dataran banjir mayor, dan dataran rawa, meskipun untuk dataran rawa, penduduk harus melakukan penimbunan tanah terlebih dahulu.

Dari aspek morfometri yang penting diperhatikan adalah bahwa Kota Sintang yang dilalui oleh dua sungai umumnya mempunyai ketinggian tempat yang rendah (terhadap permukaan air sungai). Berdasarkan peta ketinggian lahan (Gambar 13) tampak jelas bahwa ketinggian tempat tertinggi (>3 meter) secara dominan terdapat di atas bentuklahan fluvial teraggradasi. Ketinggian tempat yang rendah seperti ini mengindikasikan bahwa daerah penelitian cukup wajar jika mudah tergenang oleh banjir. Namun demikian mudah tidaknya suatu wilayah tergenang banjir akan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah (1) jumlah/volume air yang jatuh dari hujan menyebabkan meningkatnya debit air sungai, (2) intersepsi jatuhan air hujan oleh Vegetasi, serta (3) penyerapan dan penyimpanan (infiltasi dan perkolasi) air hujan oleh tanah.

Kejadian Banjir di Kota Sintang

Kota Sintang merupakan salah satu kota di Indonesia yang setiap tahunnya mengalami banjir. akibat meluapnya Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, pada musim penghujan. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat, banjir terbesar yang pernah terjadi di Kota Sintang adalah pada tahun 1963 sehingga menyebabkan banyaknya rumah yang rusak dan kehilangan harta dan benda. Semua penduduk yang tinggal di Kota dan terutama yang berdekatan dengan sungai terpaksa harus mengungsi ke tempat lain yang lebih tinggi. Sekarang hampir setiap tahun banjir terjadi di beberapa lokasi, walaupun tidak menimbulkan korban jiwa namun banjir tersebut secara langsung banyak mengganggu dan merugikan aktifitas sosial dan ekonomi penduduk Kota Sintang. Setelah banjir besar tahun 1963, kejadian banjir berikutnya relatif normal, namun semenjak tahun 2000, kejadian banjir rutin mulai terasa membesar dan merambah kawasan perkotaan, terutama di wilayah permukiman. Sejak tahun 2000 hampir setiap tahunnya banjir terus hadir di Kota Sintang. Adapun banjir yang besar terulang lagi pada bulan september tahun 2008 (Gambar 14), dimana banjir

43

menggenangi hampir 80 % pemukiman warga yang terletak dekat dengan sungai Kapuas, dan sebagian kecil banjir sampai pada bagian atap rumah permukiman (Republika, 2010b). Daerah genangan semakin meluas pada kejadian banjir tahun 2010 (Republika, 2010a) menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Hasil wawancara dengan beberapa penduduk lokal mengenai bencana banjir di Kota Sintang sejak tahun 1963 hingga 2009, disajikan pada Tabel 21, sedangkan Gambar 15 menyajikan hasil pemetaan wilayah genangan banjir berdasarkan informasi dari penduduk tersebut.

Mengingat rutinitas kejadian banjir di setiap tahun tersebut dan untuk melakukan antisipasi terhadap kemungkinan bencana yang terjadi, maka Kota Sintang perlu melakukan langkah-langkah mitigasi yang serius seperti melakukan revisi RDTRK Kota Sintang, melakukan tindakan teknik sipil (Pembuatan drainase, pembangunan tanggul, membangun rumah panggung, dan melakukan pengurugan).

Wilayah Bahaya Banjir

Metode analisis bahaya banjir yang dilakukan dalam penelitian ini seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian, yaitu dilakukan melalui proses overlay bertahap terhadap parameter yang telah diberikan skor. Proses ini dilakukan dengan metode rasional dimana overlay antara kerentanan tinggi dan tinggi akan menghasilkan kelas bahaya tinggi, kombinasi kerentanan rendah dan rendah menghasilkan kelas bahaya rendah, kombinasi kerentanan tinggi dan rendah menghasilkan kelas sedang, dan seterusnya dengan berbagai variasinya.(lihat halaman 23)

Berdasarkan hasil analisis spasial yang telah dilakukan terhadap parameter yang telah ditentukan dan diukur, didapatkan bahwa untuk kelas bahaya banjir tinggi di Kota Sintang mempunyai luasan sekitar 421 Ha atau 10 % dari seluruh luas wilayah kota (Tabel 19). Secara geomorfologis kelas bahaya tinggi tersebut menempati wilayah-wilayah dataran rerawaan (backswamp), dataran alluvial terdegradasi (mining), dan gosong pasir (point bar deposit). Kelas bahaya sedang, luasannya mencakup hampir satu pertiga dari luas kota itu sendiri (31,5%) yang tersebar di atas bentuklahan dataran banjir mayor dan tanggul alam. Adapun untuk kelas bahaya rendah mencapai 57 % terutama menempati pada bentuklahan

44

Dataran banjir mayor (major flood plain) yang berelevasi lebih tinggi, dan hanya 1 % dari luas total daerah penelitian yang masuk ke dalam kelas bahaya sangat rendah/aman, yaitu pada bentuklahan dataran alluvial teraggradasi. Dataran ini merupakan dataran alluvial yang ditinggikan dengan cara pengurugan tanah oleh manusia agar mempunyai elevasi lebih tinggi. Di atas bentuklahan ini, terdapat lapangan terbang milik militer yang mempunyai nilai ekonomi dan strategi yang tinggi ataumempunyai nilai investasi yang sangat mahal.

Tabel 19 Kelas dan Luas Bahaya Banjir di Kota Sintang

Kelas Bahaya Banjir Luas (Ha) %

Tinggi 442 10,5

Sedang 1318 31,5

Rendah 2389 57,2

Sangat rendah/Aman 27 0,8

Total 4.176 100

Keterangan : Untuk luas alur Sungai (412 Ha) tidak dilakukan dalam perhitungan

Untuk rincian sebaran daerah bahaya banjir Kota Sintang pada tingkat kecamatan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Daerah Bahaya Banjir pada beberapa Kecamatan

Kecamatan Tinggi % Sedang % Rendah % Sangat rendah/

Aman % Total

Baning Kota 85 19 180 39 193 42 - - 458

Kapuas Kanan Hilir 11 2 26 6 402 92 - - 439 Kapuas Kanan Hulu 6 0.5 486 36 828 61 27 2 1347 Kapuas Kiri Hilir - - 87 33 175 67 - - 262 Kapuas Kiri Hulu - - 63 19 268 81 - - 332

Ladang 47 15 146 47 120 38 - - 312

Tanjungpuri 293 29 351 34 382 37 - - 1026

Total 441 11 1339 32 2368 57 27 1 4176

Keterangan : Untuk alur sungai (412 Ha) tidak dilakukan perhitungan

Dari Tabel 20 terlihat bahwa kecamatan yang mempunyai kelas bahaya tinggi terluas adalah Kecamatan Tanjungpuri, yaitu seluas 157 Ha. Di kecamatan ini sebaran daerah bahaya banjir tinggi berada pada kawasan taman wisata yang di dalamnya didominasi oleh vegetasi tanaman hutan, dan merupakan daerah tanaman wisata yang terletak di atas dataran rerawaan yang sering digenangi oleh air.

Tabel 21. Data Hasil Wawancara Kejadian Bencana Banjir di Kota Sintang

Sumber: Hasil wawancara ( 2009)

Nama Responden

(Umur)

Koordinat Kecamatan Waktu Kejadian Kondisi pada saat Banjir Kedalaman Genangan (m)

di permukiman Sarman

74 Tahun

Long.111 28 34

Lat. 0 04 56 Kapuas Kanan Hilir

Th.1963 Diatas Th.2000

Banjir besar hampir semua peduduk mengungsi Hanya jalanan yang kebanjiran

2-3 meter 10-20 cm Joko Sutarno

43 tahun

Long.111 29 45

Lat. 0 04 41 Tanjungpuri Th. 1976 Banjir besar, sebagian penduduk mengungsi 1-2 meter

Alex 50 Tahun

Long.111 29 07

Lat. 0 04 46 Kapuas Kanan Hulu

Th.1976 Th. 1996 Diatas Th.2000

Banjir besar

Hanya jalanan dan sebagian kecil lokasi yang kebanjiran

2-3 meter 10-20 cm

Sulaiman 40 Tahun

Long.111 29 14

Lat. 0 05 05 Kapuas Kiri Hilir Th. 1990 Banjir besar : hampir setiap rumah kebanjiran 1-1,5 meter Deni 42 Tahun Long.111 29 20 Lat. 0 04 24 Tanjungpuri Th. 1996 Diatas Th.2000

Banjir besar : hanya sampai tangga rumah Hanya jalanan yang tergenang

1-1,5 meter 10-15 cm Ridwan

30 Tahun

Long.111 30 06

Lat. 0 05 02 Kapuas Kiri Hulu

Th. 1996

Th.1997 Banjir besar : sampai ke lantai rumah 1-2 meter Ramina

38 Tahun

Long.111 30 21

Lat. 0 03 04 Baning Kota Diatas Th. 2000 Rata-rata jalanan banjir 10-15 cm M. Fadli

27 Tahun

Long.111 29 51

Lat. 0 05 06 Kapuas Kiri Hulu

Sebelum Th. 2000 Diatas Th.2000

Banjir Setiap Tahun, hingga sampai ke pemukiman Banjir setiap tahun, hanya jalanan saja yang tergenang

1 meter 10-20 cm

(a) (c) (e) Gambar 14. Foto K (a) Banj (b) Salah (c) Kaw (d) Banj (e) Banj (f) Kead (b) (d) (f)

Kejadian Banjir Tahun 2008 di Wilayah Kota Sin njir menggenangi surau yang berada di tepian sungai Kapuas lah satu fasilitas pendidikan yang terkena banjir

wasan pertokoan di sekitar pinggiran Sungai Kapuas yang terkena njir yang menggenangi pemukiman rumah warga

njir mengganggu aktifitas warga adaan Sungai Kapuas pada saat banjir

46

Sintang na banjir

47

Bila melihat peta bahaya banjir (Gambar 16), daerah yang berada pada kelas bahaya tinggi merupakan daerah datar dengan bentuklahan rawa, dataran banjir minor, dan dataran banjir minor tertinggalkan, menurut hasil wawancara hampir setiap tahun (Tabel 21) terlanda banjir dengan ketinggian air berkisar antara 30 cm-1 m, sedangkan ketinggian daerah tersebut pada umumnya berkisar antara 1-2 meter dari permukaan air sungai normal. Daerah dengan kelas bahaya sedang merupakan daerah yang pada umumnya mempunyai bentuklahan dataran banjir mayor, walaupun hampir setiap tahun terlanda banjir namun ketinggian air saat banjir hanya berkisar 10-30 cm, sedangkan ketinggian daerah terhadap permukaan air sungai saat normal antar 1-3 meter. Untuk daerah dengan kelas bahaya banjir rendah, pada umumnya hanya terlanda banjir setiap 2 tahun sekali bahkan lebih dari 2 tahun sekali, meliputi daerah-daerah diatas bentuklahan tanggul alam dan dataran banjir mayor, yang mempunyai ketinggian 2-3 meter terhadap permukaan air sungai saat normal. Sedangkan daerah dengan tingkat bahaya banjir sangat rendah / aman merupakan daerah yang mempunyai bentuklahan dataran fluvial teragradasi (Bandara militer) dengan ketinggian lahan terhadap permukaan air sungai saat normal > 3m. Daerah ini sangat aman dan berdasarkan hasil wawancara di lapangan diperoleh informasi bahwa daerah ini tidak pernah terlanda banjir sejak dibangun oleh pemerintah.

Wilayah Resiko Banjir

Untuk menghitung resiko dalam penelitian ini, elemen penggunaan lahan diberi skor sesuai dengan nilai kerugian yang dialami jika penggunaan lahan tersebut terkena banjir. Selanjutnya analisis resiko dilakukan dengan metode rasional seperti dalam penentuan kelas bahaya banjir melalui overlay antara peta bahaya banjir dan peta penggunaan lahan (Lampiran 1) dengan proses aritmatika penjumlahan.

50

Hasil analisis wilayah resiko banjir disajikan pada Gambar 17. Sedangkan luas kelas resiko banjir Kota Sintang dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kelas Resiko Banjir Kota Sintang

Kelas resiko Luas (Ha) %

Tinggi 274 6,5

Sedang 938 22,5

Rendah 2926 70,1

Sangat rendah/Aman 38 0,9

Total 4.176 100

Keterangan : Untuk luas alur Sungai (412 Ha) tidak dimasukkan kedalam perhitungan bahaya dan resiko

Berdasarkan Tabel 22, didapatkan bahwa wilayah Kota Sintang yang beresiko tinggi mempunyai luas sebesar 6,5% dari luas total wilayah kota. Berdasarkan Lampiran 3 terlihat bahwa persebaran wilayah resiko tinggi meliput seluruhnya ruang terbangun (permukiman dan jalan), terutama yang terdapat di dekat pertemuan dua sungai besar. Hal ini cukup wajar, dikarenakan daerah tersebut mempunyai bahaya tinggi karena merupakan tempat bertemunya dua sungai besar yang airnya berasal dari DAS Melawi dan DAS Kapuas. Untuk daerah dengan resiko sedang mempunyai luas sekitar 22,5% (938 Ha). Sebaliknya wilayah penelitian yang mempunyai resiko rendah menempati luas areal yang besar, yaitu sekitar 7%% (2680 Ha). Hal ini dikarenakan penggunaan lahan terluas di Kota Sintang adalah berupa hutan, yang mempunyai nilai skor rendah meliput sekitar 1.642 Ha atau 35.8% dari luas Kota Sintang. Penggunaan lahan ini bila terkena banjir tidak akan mengakibatkan kerugian yang relatif besar jika dihitung secara materi. Untuk resiko sangat rendah/aman diperoleh hasil bahwa bandara militer Kota Sintang masuk ke dalam kelas tersebut. Hasil ini disebabkan bandara yang menurut sejarahnya belum pernah terkena banjir, berada pada daerah dengan ketinggian > 3 meter dari permukaan air sungai pada saat normal.

Adapun sebaran tingkat resiko di setiap wilayah kecamatan secara tabular dapat dilihat pada Tabel 23.

51

Tabel 23 Daerah Resiko Banjir pada beberapa Kecamatan

Kecamatan Tinggi % Sedang % Rendah % Sangat rendah

/Aman % Total

Baning Kota 37 8 146 32 273 60 2 0.3 458

Kapuas Kanan Hilir 42 9 405 90 1 0.2 448

Kapuas Kanan Hulu 76 6 159 12 1103 80 28 2 1338 Kapuas Kiri Hilir 7 3 18 7 234 89 3 1 262

Kapuas Kiri Hulu 11 3 23 7 298 90 331

Ladang 54 17 134 43 125 40 312

Tanjungpuri 89 9 416 41 518 50 3 0.3 1026

Total 274 7 937 22 2955 70 37 1 4176

Keterangan : Untuk luas alur Sungai (412 Ha) tidak dimasukkan kedalam perhitungan resiko

Dari Tabel 23 terlihat bahwa Kecamatan yang mempunyai wilayah resiko tinggi dan paling luas adalah Kecamatan Tanjungpuri (92 Ha). Hal ini dikarenakan pada kecamatan tersebut, sepertiga dari daerahnya berada pada daerah dengan tingkat bahaya banjir tinggi seluas 293 (29%) dari total luas wilayahnya. Kecamatan ini terdapat areal permukiman dan pusat kegiatan pemerintah yang padat. Selain itu, kawasan ini juga merupakan pusat kegiatan ekonomi seperti pasar pagi, dan pusat perbelanjaan dengan akses prasarana jaringan jalan yang baik. Dengan demikian bila terjadi banjir diperkirakan akan mengakibatkan gangguan dan kerugian ekonomi, serta terhambatnya aktifitas lain dari masyarakat.

Evaluasi Penataan Ruang Berdasarkan Bahaya Banjir

Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat hubungan antara Peta RDTRK yang sudah di-Perda-kan oleh Pemerintah Kota Sintang (Lampiran 2) dengan peta bahaya banjir yang telah diperoleh dari penelitian ini (Gambar 16). Hasil yang didapatkan adalah menggambarkan resiko banjir di wilayah perencanaan (RDTRK). Resiko banjir yang dimaksud adalah resiko banjir aktual dan resiko banjir potensial. Resiko aktual menggambarkan suatu resiko banjir di wilayah perencanaan yang sebagian atau seluruhnya sudah terisi oleh obyek-obyek yang direncanakan (sehingga resiko jenis ini mirip dengan resiko banjir terhadap penggunaan lahan aktual), sedangkan resiko potensial adalah suatu resiko banjir di wilayah perencanaan yang belum terisi oleh obyek-obyek yang direncanakan.

Untuk melakukan analisis resiko ini, obyek-obyek di dalam wilayah perencanaan (RDTRK) terlebih dahulu akan dikelompokkan menjadi 4 kelas

52

sesuai dengan tingkat kerugiannya jika terlanda oleh banjir. Keempat kelas tersebut adalah tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah yang mencerminkian urutan besar kecilnya tingkat kerugian yang ditimbulkan akibat banjir. Tabel 24 memperlihatkan pengelompokan tersebut sedangkan Lampiran 5 memperlihatkan persebaran dan realisasinya.

Tabel 24 Luas (Ha dan %) daerah resiko (Realisasi RDTRK) dan potensi resiko (RDTRK)

Kelas Tinggi % Sedang % Rendah % Sangat rendah % Total %

Resiko Aktual 204 9.66 15 0.70 244 11.57 1650 78.07 2113 50.59 Resiko Potensial 438 21.23 879 42.59 2 0.09 745 36.09 2064 49.41

Total 4176 100

Luas areal dari masing-masing kelompok tersebut, baik yang sudah terealisasi maupun yang belum terealisasi disajikan pada Tabel 25 hingga Tabel 28. Dari pengelompokan ini kemudian dianalisis dengan peta bahaya banjir dan didapatkan peta resikonya. Peta resiko yang dihasilkan dapat diamati pada Lampiran 3 untuk resiko aktual dan Lampiran 4 untuk resiko potensial. Dari kedua peta tersebut dapat diketahui bahwa tingkat resiko yang dominan untuk kawasan lahan terbangun adalah tingkat resiko sedang (66,56 % dari areal terbangun), sedangkan untuk kawasan yang belum terealisasi adalah tingkat resiko sangat rendah (42,59%). Untuk luasan tingkat resiko yang lain dapat dililhat pada Tabel 25.

Tabel. 25. Luas (Ha dan %) dan potensi resiko (RDTRK) untuk Lahan Terbangun

Potensi

RDTRK (Lahan Terbangun)

Realisasi Tidak Terealisasi

Ha % Ha % Tinggi 1.5 0.41 73.8 5.04 Sedang 234 66.56 573.8 39.12 Rendah 115 32.88 815.6 55.61 Sangat Rendah 0.5 0.14 3.5 0.24 Total 352.23 100 1467 100

54

Tabel 26 Luas (Ha dan %) dan potensi resiko (RDTRK) untuk Lahan Bervegetasi Potensi

RDTRK (Lahan Bervegetasi) Realisasi Tidak Terealisasi

Ha % Ha % Tinggi 275 19.15 - - Sedang 310 21.61 50 28.09 Rendah 846 58.96 128 71.91 Sangat Rendah 4 0.27 - - Total 1435 100 178 100

Tabel 27. Luas (Ha dan %) dan potensi resiko (RDTRK) untuk Pengembangan Pertanian

Potensi

RDTRK (Pengembangan Pertanian) Realisasi Tidak Terealisasi

Ha % Ha % Tinggi - - 59 7.96 Sedang 1 8.64 187 25.06 Rendah 9 91.36 - - Sangat Rendah - - 499 66.98 Total 10 100 745 100

Dari uraian di atas, tampak bahwa area yang sudah terealisasi harus segera mendapatkan prioritas solusi atau rencana penanganan penanggulangan bencana (mitigasi), seperti pembangunan tanggul atau melakukan pengurugan untuk Kecamatan Kapuas Kanan Hulu yang tampak mempunyai resiko tinggi (Lampiran 6), sedangkan untuk areal yang belum terealisasi dapat dipikirkan kembali apakah perlu direvisi rencana tata ruangnya atau cukup ditanggulangi dengan teknik mitigasi tertentu. Berdasarkan kondisi Kota Sintang yang relatif datar, maka ada beberapa contoh bentuk penanggulangan yang dapat diterapkan, yaitu : (a) membangun tanggul buatan atau dyke di sepanjang bentuklahan tanggul alam (Gambar 18), utamanya di sekitar outlet atau keluarnya air sungai menuju ke dataran banjir, (b) membangun sistem drainase yang baik dan terintegrasi untuk daerah yang mempunyai elevasi agak tinggi dari permukaan air saat normal (Gambar 19), (c) melakukan pengurugan atau meninggikan permukan tanah untuk daerah-daerah yang mudah tergenang air (Gambar 20), dan (d) membangun rumah panggung, terutama untuk kawasan yang berada pada dataran banjir atau daerah tepian sungai (Gambar 21). Rekomendasi ini dapat diterapkan di daerah penelitian

55

seperti yang diperlihatkan pada Gambar 22, sedangkan rekomendasi untuk setiap kecamatan disajikan dalam Tabel 28.

Tabel 28. Rekomendasi Solusi Mengatasi Banjir Di Kota Sintang

Kecamatan Membangun

Tanggul Pengurugan

Rumah

Panggung Drainase

Baning Kota -

Kapuas Kanan Hilir -

Kapuas Kanan Hulu

Kapuas Kiri Hilir -

Kapuas Kiri Hulu -

Ladang - -

Tanjungpuri -

a. Tanggul (dyke)

Membangun tanggul merupakan salah satu solusi untuk mengatasi resiko banjir. Metode ini cocok untuk daerah yang berada di dekat akses keluarnya air sungai (outlet) dari salurannya (Gambar 23 a dan b), atau pada dataran rendah yang mempunyai ketinggian yang sama atau lebih rendah dari permukaan air sungai pada saat normal. Cara ini sebenarnya sangat tepat diterapkan untuk Kota Sintang karena morfologi Kota Sintang yang relatif datar sehingga luapan sungai yang membelah kota ini bisa langsung dikontrol oleh tanggul. Ketinggian tanggul merupakan point penting untuk diperhitungkan disamping pemanfaatan ruang di sepanjang tanggul tersebut. Pekerjaan ini mungkin memakan biaya yang cukup besar, namun pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan anggaran yang tersedia pada setiap tahunnya. Tipe tanggul ini ada berbagai macam seperti yang ditunjukkan pada Gambar 23 c dan d, ada yang terbentuk dari tanah, paket batu (bronjong), atau dari konstruksi beton.

56

Gambar 19. Membangun sistem drainase

Gambar 20. Melakukan pengurugan/meninggikan permukaan tanah

Gambar 21. Membangun rumah panggung b. Pengurugan

Pengurugan adalah tindakan meninggikan permukaan tanah agar dapat manahan genangan air lebih tinggi dan tidak masuk ke dalam rumah. Metode ini merupakan cara yang paling sering dilakukan oleh masyarakat Kota Sintang akhir-akhir ini, terutama dilakukan di kompleks-kompleks perumahan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pembangunan perumahan saat ini cenderung berkembang di atas bentuklahan rerawaan. Tindakan pengurugan ini dilakukan agar dampak banjir atau luapan air pada daerah tersebut dapat diatasi dengan ketinggian.

58

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 23 Memperlihatkan inlet (jembatan) yang menghubungkan antara Sungai Kapuas dengan dataran banjir mayor di Kecamatan Baning Kota (a dan b), contoh dyke yang dibangun di Yogyakarta untuk menanggulangi bahaya lahar dingin di Kali Code. Dyke seperti ini dapat diterapkan di Kota Sintang untuk menanggulangi bahaya banjir (c dan d) (Sumber: www.bakudara.com)

c. Rumah Panggung

Membangun rumah panggung (Gambar 24 a, b dan c) merupakan bentuk mitigasi tradisional yang telah lama diterapkan. Rumah panggung dapat diterapkan pada setiap kecamatan di Kota Sintang (Tabel 28), terutama untuk daerah yang berada pada dataran rerawaan dan dataran banjir. Lokasi ini mudah tergenang oleh air dan mempunyai tingkat bahaya tinggi. Rumah panggung dibangun oleh masyarakat berdasarkan atas pengalaman dan insting mereka dalam memahami bentanglahan dan proses yang yerjadi di Kota Sintang sejak dahulu. Menurut Josep Prijotomo (1998) pilihan mengangkat bangunan ke atas permukaan tanah bukanlah sekedar untuk mengatasi atau menghindari kelembaban dan binatang buas tetapi juga untuk menghindari bahaya bencana banjir.

59

d. Saluran Drainase

Solusi lain yang dapat diterapkan untuk mitigasi bencana banjir adalah membuat sistem saluran drainase (Gambar 28 a dan b) untuk mengontrol dan membuang air luapan pada saluran tersebut. Manfaat sistem ini adalah dapat penghambatan sebaran air ke segala terarah. Pengembangan sistem ini perlu dilanjutkan untuk daerah penelitian, karena hingga saat ini penerapannya baru di kawasan pusat pemerintahan dan permukiman saja (Gambar 22).

(a) (b)

Gambar 28 Salah satu kondisi Jalan di Kecamatan Baning kota yang telah di bangun sistem drainase ( a dan b)

Melalui penerapan tindakan-tindakan mitigasi tersebut, diharapkan akan dapat mengurangi tingkat resiko bencana banjir yang ada di wilayah penelitian. Selain itu yang tidak kalah penting lagi adalah adanya sosialisasi tentang bahaya bencana dan mitigasi yang harus dilakukan di wilayah mereka. Dengan pemahaman masyarakat tentang ancaman dan mitigasi tersebut diharapkan masyarakat akan patuh kepada kebijakan pemerintah dan ikut memelihara investasi pemerintah yang cukup mahal untuk penanggulangan bencana di wilayah mereka.

Selain usaha-usaha penanggulangan tersebut kiranya perlu pula untuk mencermati kembali peta perencanaan ruang yang sudah dibuat. Jika perlu revisi perencanaan ruang dapat dilakukan agar lebih efisien dan efektif dalam menanggulangi bencana alam, terutama untuk kawasan yang mempunyai bahaya dan resiko sedang hingga tinggi. Berdasarkan amanah dalan UU No.26 Tahun 2007, didalam penyusunan RDTRK faktor kebencanaan merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Hal ini bertujuan agar RDTRK yang direncanakan dapat

60

mengurangi bencana banjir. Yang patut menjadi perhatian untuk kasus Kota Sintang adalah masih ditemukan kawasan yang berada di wilayah resiko aktual dan potensial yang tinggi, yaitu sekitar 9,66% dan 21,23%. Dengan demikian hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan untuk mencermati peta perencanaan ruang yang telah dibuat tersebut. Selain itu pengawasan terhadap pemberian ijin mendirikan bangunan (IMB) juga perlu diperhatikan agar tidak melahirkan suatu ketidak-konsistenan dari perencanaan yang telah dibuat. Sanksi terhadap pelanggaran sudah sepatutnya diterapkan dengan benar.

(a)

61

(d).

Gambar 24. Salah satu bentuk tindakan aktual mitigasi bencana banjir oleh masyarakat yang

tinggal di daerah tanggul alam (natural levee) di Kecamatan Ladang yang sering

terlanda banjir dengan membangun rumah-rumah panggung (a,b, dan c), (d) Bentuk rumah untuk kawasan yang aman dari banjir di Kecamatan Kapuas Kanan Hulu

Dokumen terkait