• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

3 METODE PENELITIAN

3.3 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dengan bantuan analisis statistik dan analisis deskriptif. Analisis statistik merupakan bentuk analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan dengan kuesioner dianalisis dengan tabulasi silang. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis yang telah disusun dengan menggunakan uji korelasi untuk mencari hubungan antara skor sikap dan aspek pendidikan formal, jenis pekerjaan, pendapatan dan status pekerja.

Analisis deskriptif merupakan penganalisisan secara kualitatif dimana semua data yang tersedia dari berbagai sumber ditelaah dan kemudian dilakukan reduksi data, sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan yang kemudian dikategorisasi sambil membuat koding. Tahap akhir adalah pemeriksaan keabsahan data, setelah itu dilakukan tahap penafsiran data (Moleong 1994). Data kualitatif hasil wawancara mendalam dianalisis secara deskriptif.

Hasil perhitungan dari kuesioner skala Likert merupakan skor mentah, oleh karena itu perlu penginterpretasian skor lebih lanjut. Menurut Azwar (1988), suatu

cara untuk memberi interpretasi terhadap skoring individual adalah dengan membandingkannya dengan harga rataan (mean) skor kelompok dimana subyek itu termasuk. Hasil dari perbandingan ini merupakan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable (mendukung) dibandingkan dengan rataan kelompoknya. Skor standar dalam skala model Likert adalah skor-T, yaitu:

T = 50 + 10 [ X−X ] s dimana

X = skor individual yang diperoleh dari skor total pada skala sikap, X = mean skor kelompok, dan

s = deviasi standar skor kelompok 3.3.1 Analisis gender

Teknik analisis gender adalah satu teknik yang dapat memberikan gambaran tentang adanya perbedaan maupun saling ketergantungan antara lelaki dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang diperoleh lelaki dan perempuan dari hasil pembangunan. Sebagai suatu alat, analisis gender ini tidak hanya melihat peran, aktivitas, tetapi juga hubungan yang meliputi: siapa yang membuat keputusan, siapa yang memperoleh keuntungan, siapa yang menggunakan sumberdaya pembangunan (seperti tanah, kredit), siapa yang menguasai sumberdaya pembangunan, faktor-faktor apa (hukum, ekonomi atau sosial) yang mempengaruhi hubungan tersebut (Handayani dan Sugiarti 2002). Dalam penelitian ini analisis gender yang digunakan adalah Gender Analysis Pathway (GAP) dan Moser.

(1) Gender Analysis Pathway (GAP)

GAP digunakan untuk menganalisis data tentang tingkat responsif gender di program kelautan dan perikanan saat ini dengan responden dari instansi di bidang perikanan yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan (Dislutkan) Kabupaten Subang. GAP terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap pertama, adalah menganalisis kebijakan kelautan dan perikanan apakah sudah responsif gender atau belum; tahap kedua, yaitu merumuskan kembali atau reformulasi kebijakan tersebut hingga responsif gender; tahap ketiga, adalah menyusun rencana kegiatan yang sudah responsif gender (KPP 2003). Alur kerja GAP (KPP 2002d) sebagai berikut.

i. Identifikasi tujuan umum dari kebijakan dan program yang ada, apakah sudah terformulasi bahwa hasilnya bermanfaat bagi lelaki dan perempuan.

ii. Penyajian data kualitatif dan kuantitatif yang diuraikan menurut jenis kelamin sebagai pembuka wawasan guna mengungkap dampak perbedaan kebijakan dan program terhadap perempuan dan lelaki.

iii. Menganalisis faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender. iv. Merumuskan isu gender yang terjadi pada langkah ketiga.

v. Merumuskan kembali langkah program atau kegiatan sehingga menghasilkan rumusan program dan kegiatan yang responsif gender. vi. Mengidentifikasi indikator gender dari hasil rumusan langkah kelima. vii. Menyusun rencana aksi yang dapat mengatasi kesenjangan antara

perempuan dan lelaki.

viii. Identifikasi sasaran program atau kegiatan. (2) Analisis Moser

Analisis gender di tingkat rumahtangga masyarakat nelayan dilakukan dengan menggunakan analisis Moser. Dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan teknik Moser yaitu identifikasi peran gender, pengambilan keputusan dan penilaian kebutuhan gender.

Pengidentifikasian peran gender dilakukan dengan penyusunan pembagian kerja gender atau pemetaan kegiatan atau pembagian tugas lelaki dan perempuan dalam rumahtangga selama 24 jam (KPP 2003). Metode yang digunakan untuk keperluan ini adalah dengan wawancara mendalam. Metode yang digunakan adalah dengan recall period method. Metode recall pendek digunakan untuk mengetahui kegiatan rutin sehari-hari, sedangkan recall panjang untuk mengetahui kegiatan insidentil responden satu bulan terakhir (Handayani dan Sugiarti 2002).

Analisis pengambilan keputusan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola pengambilan keputusan dalam keluarga, antara suami dan istri, dan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis ini menggunakan pembagian yang telah dilakukan oleh Sayogyo (1981), yaitu keputusan istri atau suami sendiri, dan keputusan

bersama (dengan posisi istri atau suami dominan, dan setara antara suami-istri). Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara mendalam.

Penilaian kebutuhan gender dibedakan menjadi kebutuhan praktis dan strategis gender. Kebutuhan praktis gender (KPG) menyangkut kebutuhan untuk memperbaiki kondisi perempuan, sedangkan kebutuhan strategis gender (KSG) menyangkut kebutuhan untuk memperbaiki posisi perempuan (KPP 2003). Penilaian kebutuhan gender dilakukan dengan wawancara mendalam.

3.3.2 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) Teknik SWOT merupakan suatu analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal dan eksternal ini dipertimbangkan dalam rangka menyusun program aksi, tindakan untuk mencapai sasaran dan tujuan kebijakan atau kegiatan (Rangkuti 1999). Analisis SWOT ini dilaksanakan setelah analisis data lainnya selesai dilakukan dengan tujuan mencari alternatif strategi pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Langkah SWOT yang dilakukan (Rangkuti 1999; KPP 2003) sebagai berikut:

i. mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (internal), ii. mengidentifikasi peluang dan ancaman (eksternal), iii. analisis keterhubungan kunci internal dan eksternal, dan iv. menyusun rencana aksi yang responsif gender.

Pembobotan dan penetapan peringkat dalam analisis dilakukan setelah berdiskusi dengan para pemangku kepentingan perikanan laut dan pantai. Jumlah total semua bobot adalah 1, dimana rentangnya adalah bobot 1 (sangat penting) hingga bobot 0 (tidak penting). Nilai peringkat peluang dan kekuatan yang tertinggi adalah 4, sedangkan yang terendah adalah 1; sebaliknya, ancaman dan kelemahan yang terbesar diberi nilai -1, sedangkan yang terkecil adalah -4.

Evaluasi lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan untuk melaksanakan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Evaluasi internal tersebut disusun dalam matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary). Evaluasi lingkungan eksternal dilakukan untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman dalam melaksanakan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Evaluasi disusun dalam

matriks EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary). Dari hasil IFAS dan EFAS dapat diketahui posisi pembangunan perikanan pantai saat ini.

3.3.3 Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP merupakan suatu pendekatan untuk pengambilan keputusan dengan menstruktur masalah dalam bentuk hirarki dan memasukkan berbagai pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif (Saaty 1991; Saaty and Vargas 1994). AHP dilakukan setelah diperoleh hasil analisis SWOT yaitu untuk membuat urutan prioritas program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dengan bantuan program komputer Super Decisions. Respondennya adalah adalah pejabat Dislutkan, pejabat BPMD, pengurus KUD Mina serta ketua kelompok nelayan. Prinsip kerja AHP (Marimin 2004) sebagai berikut.

i. Penyusunan hirarki yang terdiri dari unsur kriteria dan alternatif.

ii. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan (pairwise comparation).

iii. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.

iv. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.