• Tidak ada hasil yang ditemukan

?????????? = jumlah mahasiswa per angkatan

D. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarata untuk dianalisis. Uji asumsi dalam penelitian meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data penelitian mengikuti sebaran data dengan distribusi normal. Metode yng digunakan dalam uji normalitas ini One sampel Kolmogorov-Smirnov dari program SPSS for Windows versi 18.0. pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p). Jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal. Sebaliknya p < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel :

Tabel 12

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Kecemasan Berbicara Pola pikir Negatif

Kolmogorov-Smirnov Z 1,106 1,042

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,173 0,228

Berdasarkan tabel tersebut, hasil uji normalitas menghasilkan probabilitas (p) data kecemasan berbicara di depan umum sebesar 0,173 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data kecemasan berbicara di depan umum dinyatakan normal. Probabilitas (p) data pola pikir negatif sebesar 0,228 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa data sampel adalah normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara skor variabel kecemasan berbicara di depan umum dengan variabel pola pikir negatif merupakan garis lurus atau tidak.

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 18.0. Hasil uji linearitas yang dilakukan menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel yaitu kecemasan berbicara di depan umum dan pola pikir negatif adalah linear. Hal ini berarti setiap kenaikan pada variabel pola pikir negatif juga diikuti oleh kenaikan variabel kecemasan berbicara di depan umum. Hasil uji linearitas ini ditunjukkan dengan taraf signifikasi untuk linearitas lebih kecil daripada 0,05 (p < 0,05)

yaitu F = 169,693; p = 0,000 atau p < 0,05. hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 13

Hasil Uji Linearitas

Uji Linearitas F Sig Kecemasan Berbicara di Depan Umum Combined 5,459 0,000 * Pola Pikir Negatif Linearity 169,693 0,000

Deviation of linearity

1,353 0,145

2. Uji Hipotesis Hubungan

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan positif antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin tinggi pola pikir negatif, maka semakin tinggi pula tingkat kecemasan berbicara di depan umum dalam diri individu. Sebaliknya semakin rendah pola pikir negatif maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dilakukan analisa statistic dengan menggunakan uji Pearson Correlation berdasarkan SPSS 18.0 for windows

Tabel 14

Hasil Uji Korelasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum dengan Pola Pikir Negatif

kecemasan polapikir Pearson

Correlation

kecemasan Pearson Correlation 1 .776**

Sig. (1-tailed) . .000

N 100 100

Pola pikir Pearson Correlation .776** 1

Sig. (1-tailed) .000 .

N 100 100

Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi untuk variabel kecemasan berbicara di depan umum dan variabel pola pikir negatif adalah 0,776 dengan taraf signifikasi 0,000 (p < 0.01). analisis data ini membuktikan bahwa ada hubungan signifikan dan positif antara kecemasan berbicara di depan umum dengan pola pikir negatif.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat dilihat dalam analisis korelasi dimana terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (𝑟2). Sumbangan pola pikir negatif terhadap kecemasan berbicara di depan umum dapat dilihat dari koefisien determinasinya (𝑟2), yaitu sebesar 0,602. hal ini menunjukkan bahwa adanya sumbangan efektif variabel pola pikir negatif sebesar 60,2 % terhadap kecemasan berbicara di depan umum.

E. Pembahasan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dalam program SPSS for Windows versi 18.0, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,776. Korelasi tersebut signifikan dengan taraf signifikasi 0,00 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Semakin tinggi kecenderungan subjek memiliki pola pikir negatif, maka semakin tinggi pula kecemasan berbicara di depan umum yang dialami subjek. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan subjek memiliki pola pikir yang negatif, maka semakin rendah pula kecemasannya dalam berbicara di depan umum. Ada catatan kecil yang perlu diperhatikan bahwa beberapa aitem yang overlapping antara skala pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di depan umum kemungkinan member kontribusi pada tingginya korelasi yang diperoleh.

Hasil penelitian ini mendukung teori dari Guest (dalam Gunarsa, 2000) yang mengungkapkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum dapat bersumber dari pola berpikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Nevid et al. (2003) dalam bukunya yang menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada individu adalah pola pikir yang negatif. Individu dengan pola pikir negatif lebih menggunakan perasaannya, dan lebih mudah mengekspresikan

kecemasannya karena selalu fokus pada pendapatnya sendiri (Opt & Loffredo, 2000).

Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi dan Andrianto (2006). Dalam penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhamadiyah Purwokerto. Hal senada juga dikemukakan oleh Rahayu (2004), bahwa pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum lebih sering disebabkan oleh pikiran individu yang negatif dan tidak rasional. Individu membayangkan sesuatu yang negatif akan terjadi, sebagai keterlibatannya dalam situasi berbicara di depan umum.

Bentuk kecemasan berbicara di depan umum yang dialami subjek penelitian ini antara lain tangan berkeringat, mengulang kata atau kalimat ketika menjelaskan materi presentasi, rasa gelisah, dan kebingungan dalam menjawab pertanyaan dari responden. Bentuk kecemasan yang dialami subjek tersebut mengacu pada komponen-komponen yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Anwar, 2009) yaitu komponen fisik, proses mental, dan emosional. Sedangkan pola pikir negatif yang dimiliki subjek antara lain berpikir bahwa tidak mampu menyampaikan materi dengan jelas saat presentasi, berpikir bahwa teman-teman akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sulit saat presentasi, dan berpikir bahwa dirinya tidak pandai. Bentuk pola pikir negatif yang dimiliki subjek tersebut berdasar pada komponen pola pikir negatif yang dikemukakan oleh Beck

(1967) yaitu pandangan negatif terhadap diri sendiri, pandangan negatif terhadap dunia dan kejadian yang menimpa dirinya, serta pandangan negatif pada masa depannya.

Hasil pengolahan kriteria kategorisasi menunjukkan bahwa dari 100 subjek penelitian terdapat skor pola pikir negatif dengan kategori sedang (78 ≤ X < 117), berjumlah 64 %. Sementara itu skor kecemasan berbicara di depan umum yang berada pada kategori sedang (72 ≤ X < 90) mencapai 57 %. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki tingkat pola pikir negatif dan kecemasan berbicara di depan umum dalam kategori sedang.

Berdasarkan data kategorisasi dari tabel 11 ditemukan fakta bahwa subjek yang berpola pikir negatif dengan kategori tinggi sebesar 2 %, dan kategori rendah sebesar 34 %. Sementara itu, data ketegorisasi pada tabel 12 menunjukkan bahwa subjek yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum dengan kategori tinggi sebesar 32 %, dan ketegori rendah sebesar 11 %. Fenomena ini menunjukkan bahwa pola pikir negatif dengan kategori rendahpun ternyata dapat memunculkan kecemasan berbicara di depan umum walaupun dengan tingkat yang tidak terlalu tinggi. Berdasarkan teori menurut Leary (1983) orang yang memiliki pola pikir rendah dapat mengalami kecemasan. Kecemasan seseorang itu timbul ketika orang tersebut berhadapan dengan stimulus kecemasan, misalnya keadaan dimana dia harus berbicara di depan umum. Teori ini juga didukung oleh Bruskin; Bryant & Trower; Geer (dalam Leary, 1983) yang mengungkapkan

bahwa kecemasan berbicara di depan umum merupakan kecemasan sosial yang lebih banyak terjadi pada mahasiswa.

Dalam penelitian ini, ditemukan taraf koefisien determinasinya (𝑟2) sebesar 0,602. Hal ini menunjukkan bahwa adanya sumbangan efektif variabel pola pikir negatif sebesar 60,2 % terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Maka dari itu masih ada sumbangan efektif dari variabel lain sebesar 39,8 %. Sumbangan efektif variabel lain antara lain citra raga, kestabilan emosi, intelektualitas, kepercayaan diri, dan pengalaman seseorang ketika berbicara di depan umum.

Keterbatasan dari penelitian ini yaitu tidak mengukur kecemasan pada saat peristiwa berlangsung, sehingga dapat terjadi bias ingatan tentang pengalaman mahasiswa ketika berbicara di depan umum. Bias ingatan tersebut dapat berbentuk gejala kecemasan yang tidak sama dengan gejala kecemasan yang pernah dialami. Hal tersebut bisa dikarenakan persepsi individu terhadap pengalaman kecemasan berbicara di depan umum.

62

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan dan positif antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum, yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,702. korelasi tersebut signifikan dengan taraf signifikasi 0,000 (p < 0.01). Hal ini berarti Semakin tinggi kecenderungan subjek memiliki pola pikir negatif, maka semakin tinggi pula kecemasan berbicara di depan umum yang dialami subjek. Sebaliknya semakin rendah kecenderungan subjek memiliki pola pikir yang negatif, maka semakin rendah pula kecemasannya dalam berbicara di depan umum. Dalam penelitian ini, pola pikir negatif memberi sumbangan sebesar 60,2 % terhadap kecemasan berbicara di depan umum.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, perlu kiranya beberapa saran yang ditujukan kepada subjek penelitian, institusi pendidikan, dan peneliti selanjutnya.

1. Saran Praktis a. Bagi mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum, maka diharapkan mahasiswa mengurangi pola pikir

negatifnya ketika berbicara di depan umum. Dengan pola pikir negatif yang semakin rendah, maka kecemasan yang dialami ketika berbicara di depan umum juga semakin rendah.

b. Bagi institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan untuk dapat mengurangi kecemasan berbicara di depan umum dan pola pikir negatif pada mahasiswa, misalnya dengan memberikan masukan positif terhadap mahasiswa, menciptakan suasana yang nyaman di kelas, serta membantu mahasiswa dalam menjawab pertanyaan di luar penguasaan materi mahasiswa tersebut. Cara lain yang dapat ditempuh untuk mengurangi kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa adalah melalui desensitisasi sistematis. Desensitisasi sistematis ini dilakukan dengan memberikan stimulus yang ditakutkan oleh mahasiswa (berbicara di depan umum) secara bertahap yaitu membentuk kelompok-kelompok kecil. Jika mahasiswa sudah dapat melewati tahap tersebut tanpa serangan cemas, maka lanjut ke tahap selanjutnya yaitu berbicara di depan orang banyak.

2. Saran Metodologis

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang sejenis, maka disarankan agar:

a. Menggunakan subjek penelitian yang cakupannya lebih luas untuk dibandingkan hasilnya, seperti fakultas psikologi dari universitas lain.

b. Menggunakan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum. Misalnya harga diri, ketrampilan atau pengalaman berbicara di depan umum.

c. Memperhatikan penyusunan aitem-aitem skala untuk menghindari terjadinya overlapping.

d. Mengukur kecemasan pada saat peristiwa berlangsung, sehingga tidak terjadi bias ingatan

64

Azwar, S. (1999). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (1995). Sikap manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar, A. I. (2009). Hubungan antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas psikologi. Diakses dari http://www.google.com

Ardani, T. A., Rahayu. I. T., Sholichatun, Y. (2007). Psikologi klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Amir. (2004). Pengembangan instrumen kecemasan olahraga. Anima Indonesian Psychological Journal, 20(1), 55-69

Basuki, H. W. (2003). Pedoman lengkap cara berpikir. Surabaya: Ikon Teralitera. Budiyanto. (1993). Anda pasti bisa bila anda pikir bisa. Jakarta: Binarupa Aksara. Burgoon, M., Ruffner, M. (1978). Human communication. New York: Holt

Rinehart

Bruno, F. J. (1989). Kamus istilah kunci psikologi. Yogyakarta: Kanisisus Darajdat, Z. (1969). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung.

Dewi, A. P., Andrinto, S. (2006). Hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa fakultas keguruan. Diakses dari http://www.google.com

Ellis, A. (1970). Reason and emotion in psychotherapy. New York: Lyle Stuart. Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L., & Travers, J. F. (ed.3). 2000.

Educational Psychology: Effective Teaching, Effective Learning. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc

Fransiska. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dan kecemasan presentasi proposal skripsi pada mahasiswa. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Gasque, A. W. (Ed.6). 2010. APA style. Washington, DC: American Psychological Association.

Hadi, S. (2004). Metodologi research. Yogyakarta: Andi.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kartini., Kartono. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, W. (2004). Metode ampuh menata pikiran. Diakses dari http://www.mizan.com/portal/template/BacaResensi/Resensiid/543

Mark, L. (1983). Understanding social anxiety, Beverly Hills. Sage Publication. Matindas, D. (2003). Menghilangkan grogi di depan umum. Diakses dari

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0302/28/020443.htm

McCroskey, J. (1984). The communication apprehension perspective. Retrieved from http://www.jamesmccroskey.com

Nevid, J. S., Rathus. S. A., Beverly Greene. (ed.3). 1997. Abnormal psychology in a changing world. Prentice Hall, Inc.

Opt, S. K., & Loffredo, D. A. (2000). Rethingking communication apprehension: A Myers-Brigs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), 556-570. Osborne, J. W. (2004). Kiat berbicara di depan umum untuk ekekutif jalan menuju

keberhasilan. Jakarta: Bumi Aksara.

Pandiangan, C. V. (2007). Hubungan kecemasan akan menghadapi ujian lisan dengan emotion focused coping. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Prabandari, Y. S. (1998). Hubungan antara stress dan motif berprestasi dengan depresi pada mahasiswa tingkat lanjut. Jurnal Psikologi, 1, 17-24.

Rini, J. F. (2002). Memupuk rasa percaya diri. Diakses dari http://www.e-psikologi.com

Roach, K. D. (1999). The influence of teaching assistant willingness to communicate and communication anxiety in the classroom.

Rogers, N. (2004). Berani Bicara di Depan Publik. Bandung: Nuansa.

Santosa. (1988). Terapi kognitif pendekatan baru bagi penanganan depresi. Jakarta: Erlangga.

Solso, R. (1988). Cognitive psychology. Sydney: Library of Congress Cataloging. Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharnan, (2005). Psikologi kognitif. Jakarta: Srikandi. Sutoyo. (1987). Berpikir lateral. Jakarta: Erlangga.

Triana, R. (2005). Hubungan antara citra raga dengan kecemasan berbicara di muka umum. Diakses dari http://www.pdf.search-engine.com/berbicara-di-depan-umum-pdf.html.

VandenBos, G. R. (Ed.1). (2006). APA dictionary of psychology. Washington, DC: American Psychological Association.

Williams, J. M. G., Watts, F. N., Macleod, C., Mathews, A. (1990). Cognitive psychology and emotional disorders. New York: British Library Cataloguing.

Wong, S. O. (1993). Personal reflections in using cognitive therapy in working with a depressed woman. Asian Journal of Counseling, 2(2), 87-95.

LAMPIRAN A

Dokumen terkait