• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Teknik Pengolahan Data

4.3.2 Analisis Data Penelitian

Tabel 4.10 sampai dengan tabel 4.13 Pola Komunikasi Equality 4.3.3 Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap sederajat dan setara kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan. Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan kekuasaan yang terjadi pada hubungan interpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama. Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi pengenalan diri masing-masing, serta tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata yang seimbang jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan, baik yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun yang penting seperti sekolah mana yang akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman. Masalah

diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual akan sama jumlahnya, yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik dan seimbang.

Untuk melihat pada pola komunikasi equality dalam menanamkan nilai Gender pada remaja Penulis menganalisis sebagai berikut:

Tabel 4.10.

Tugas Harian dibagikan secara sama

pada tiap anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan

Sumber: Kuesioner P.10/F.C.12

Dalam tabel ini terlihat bahwa 63 orang responden ( 64.9%) sangat setuju dan 20 responden ( 20.6%) sangat setuju dan 3 orang ( 3.1%) responden yang masih ragu-ragu dan 11 responden ( 11.3%) tidak setuju.

Dalam tabel terlihat responden menyatakan respon positifnya terhadap pembagian tugas harian yang dibagikan secara sama pada tiap anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu alasan responden untuk memberikan respon positifnya terhadap pembagian tugas harian yang dibagikan sama pada tiap anggota keluarga tanpa memandang jenis kelamin adalah bahwa tidak ada salahnya laki-laki mengerjakan pekerjaan perempuan ataupun sebaliknya, terlebih responden adalah siswa SMK yang memiliki bidang keahlian yang berbeda. Sebagai contoh siswi SMK Negeri 8 Medan tidak keberatan untuk melakukan pekerjaan laki-laki seperti mencuci

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 63 64.9 2 Setuju 20 20.6 3 Ragu-Ragu 3 3.1 4 Tidak Setuju 11 11.3 Total 97 100

Sepeda Motor karena hal ini biasa mereka lakukan dirumah, sebaliknya siswa STM Teladan Tembung tidak keberatan untuk melakukan pekerjaan perempuan seperti memasak, mereka tidak berkeberatan untuk melakukan pekerjaan tersebut dirumah untuk menggantikan tugas ibu apabila ibu sedang sakit atau ada keperluan sehingga tidak bisa memasak dirumah.

Namun 3.1% responden masih ragu-ragu bahkan 11.3% responden menyatakan tidak setuju terhadap pembagian tugas harian yang sama pada tiap anggota keluarga baik laki-laki maupun perempuan. Dengan alasan bahwa tugas harian seperti memasak, mencuci piring lebih cocok dilakukan perempuan sedangkan pekerjaan berat seperti angkut-angkut lebih cocok dikerjakan oleh laki-laki. Bahkan ada anggapan bahwa tugas harian yang merupakan tugas rumah tangga adalah merupakan tanggungjawab perempuan sedangkan tugas laki-laki adalah mencari nafkah.

Tabel 4.11.

Bila ada masalah keluarga, saya selalu mendiskusikan jalan keluarganya bersama-sama, baik dengan laki-laki maupun perempuan

Sumber: Kuesioner P.11/F.C.13

Berdasarkan Tabel di atas responden yang sangat setuju adalah 59 orang ( 60.8%) dan responden yang setuju adalah 29 orang ( 29.9%) dan responden yang ragu-ragu berjumlah 5 orang ( 5.2%) dan tidak setuju berjumlah 4 orang ( 4.1%)

Dalam tabel terlihat sekitar 90% responden menyatakan melakukan komunikasi dalam keluarga mereka, dengan membuka diri untuk mengungkapkan

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 59 60.8 2 Setuju 29 29.9 3 Ragu-Ragu 5 5.2 4 Tidak Setuju 4 4.1 Total 97 100

pengalaman yang telah dialaminya. Bertukar pikiran untuk membicarakan masalah-masalah yang dihadapai oleh anggota keluarganya.

Namun terdapat 5 responden menyatakan ragu-ragu dan 4 responden menyatakan tidak setuju, masih ada keluarga responden tidak bertukar pikiran untuk membuka dirinya terhadap permasalahan atau pengalaman yang sedang dihadapinya. Karena sebagian anak ada yang merasa nyaman membicarakan masalah pribadinya terhadap saudara perempuan atau terhadap ibunya. Ada juga anak yang merasa nyaman membicarakan masalah pribadinya terhadap saudara laki-laki atau terhadap ayahnya sehingga memilih-milih kepada siapa dia merasa percaya untuk membicarakan masalah pribadi.

Tabel 4.12.

Semua anggota keluarga dipandang setara, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi, baik terhadap laki-laki maupun perempuan

Sumber: Kuesioner P.12/F.C.14

Dari tabel dapat dilihat 47 orang ( 48.5%) Responden yang setuju dan 30 orang ( 30.9%) yang setuju dan 8 orang responden ( 8.2%) yamng masih ragu dan 12 orang responden ( 12.4%) yang tidak setuju.

Pada tabel sekitar 85% responden mengatakan bahwa dalam keluarganya semua anggota keluarga dipandang setara, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Hal ini menandakan bahwa komunikasi dalam keluarga berjalan secara merata tanpa adanya perbedaan.

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 47 48.5 2 Setuju 30 30.9 3 Ragu-Ragu 8 8.2 4 Tidak Setuju 12 12.4 Total 97 100

Namun 5% responden menyatakan ragu-ragu dan 10% menyatakan tidak setuju. Hal ini dikarenakan semua anggota keluarga dalam keluarga responden tidak dipandang setara yang artinya terdapat dominasi oleh salah satu pihak dalam keluarga.

Tabel 4.13.

Leluasa membicarakan topik apapun dengan semua anggota keluarga, baik dengan laki-laki maupun perempuan

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 40 41.2 2 Setuju 14 14.4 3 Ragu-Ragu 18 18.6 4 Tidak Setuju 25 25.8 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.13/F.C.15

Pada tabel 40 responden (41.2%) menyatakan sangat setuju dan 14 responden (14.4%) mengatakan setuju dan merasa leluasa membicarakan topik apapun dengan anggota keluarga, baik dengan laki-laki maupun perempuan.

Komunikasi yang efektif dalam keluarga dapat terjalin apabila diantara anggota keluarga dapat saling bertukat pikiran dan mengungkapkan informasi, berterus treang terhadap hal-hal yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan dengan anggota keluarga lain, baik masalah keluarga atau masalah yang berkenaan dengan pribadi masing-masing dan adanya keleluasaan untuk membicarakan topik apapun dengan semua anggota keluarga tanpa memperhatikan laki-laki maupun perempuan Namun 18.6 % atau 18 orang responden yang menyatakan ragu-ragu dan sekitar 25 orang (25.8 %) menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keleluasaannya dalam membicarakan topik apapun dengan semua anggota keluarga, baik dengan laki-laki maupun perempuan. Hal ini dikarenakan responden menganggap bahwa pembicaraan mengenai topik-topik tertentu lebih leluasa mereka bicarakan dengan saudara kandung yang sama jenis kelaminnya.

• Tabel 4.14 sampai dengan tabel 4.17 Pola Komunikasi Balanced Split 4.3.4 Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun dalam pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing. Tiap orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa, suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama mengenai agama, kesehatan, seni, dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.

Untuk melihat pola komunikasi Balance Split dalam menanamkan nilai Gender pada remaja maka penulis menganalisa sebagai berikut:

Tabel 4.14.

Terjadi pembagian peran yang berbeda dalam keluarga, seperti ayah bekerja, ibu merawat anak atau memasak

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 55 56.7 2 Setuju 21 21.6 3 Ragu-Ragu 7 7.2 4 Tidak Setuju 14 14.4 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.14/F.C.16

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang sangat setuju sebanyak 55 oarang (56.7% ) dan responden yang setuju 21 orang( 21.6%) responden yang ragu

14.4%). Hal ini dapat dinyatakan bahwa di dalam keluarganya tidak terdapat peran yang berbeda dalam keluarga, yang artinya dalam keluarga tersebut tidak hanya ayah yang bekerja melainkan ibu pun bekerja. Walaupun Ibu bekerja diluar rumah tetapi dia tidak melupakan tugas rumah tangganya, sehingga ibu memiliki dua peranan, yaitu sebagai pencari nafkah dan juga sebagai Ibu Rumah Tangga. Demikian juga ayah meskipun bekerja tetap meluangkan waktu membantu pekerjaan rumah tangga.

Tabel 4.15.

Tiap anggota dalam keluarga saya dinilai memiliki kemampuan sendiri-sendiri baik laki-laki maupun perempuan

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 66 68.0 2 Setuju 15 15.5 3 Ragu-Ragu 8 8.2 4 Tidak Setuju 8 8.2 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.15/F.C.17

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 66 responden ( 68.0%) sangat setuju dan 15 responden yang setuju ( 15.5%) dan 8 orang (8.2%) yang masih ragu dan 8 orang ( 8.2%) yang tidak setuju. Yang menyatakan bahwa dalam keluarganya tiap orang dinilai memiliki kemampuan sendiri-sendiri, baik laki-laki maupun perempuan, bahwa mereka merasa tiap anggota keluarga dinilai memiliki kemampuan sendiri-sendiri di bidang masing-masing baik anak perempuan maupun anak laki-laki, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan rasa percaya diri anak baik di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga seperti di sekolah

Tabel 4.16.

Bila ada masalah, masing-masing anggota keluarga mengambil keputusan sendiri-sendiri karena masalah tidak dipandang sebagai masalah bersama baik terhadap laki-laki maupun perempuan.

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 17 17.5 2 Setuju 5 5.2 3 Ragu-Ragu 15 15.5 4 Tidak Setuju 60 61.9 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.16/F.C.18

Dari tabel diatas sebanyak 17 orang ( 17.5%) responden yang sangat setuju dan 5 oran ( 5.2%) yang setuju, 15 orang ( 15.5%) yang ragu-ragu dan sebanyak 60 orang ( 61.9%) yang tidak setuju. Disini terlihat jelas bahwa mayoritas responden tidak setuju jika pengambilan keputusan dilakukan secara sendiri-sendiri dan untuk 17 0rang ( 17.5%) yang sangat setuju dalam

pengambilan keputusan dilakukan secara masing-masing dikarenakan ada beberapa hal yang terkadang dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara sendiri dalam penyelesaian masalahnya, tanpa campur tangan orang lain.

Tabel 4.17.

Sifat anggota keluarga lebih individualis karena masing-masing sibuk dengan kegiatan sendiri-sendiri, baik laki-laki maupun perempuan

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 29 29.9 2 Setuju 3 3.1 3 Ragu-Ragu 16 16.5 4 Tidak Setuju 49 50.5 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.17/F.C.19

Dalam tabel di atas dapat dilihat sebanyak 29 orang ( 29.9%) responden sangat setuju, dan 3 orang ( 3.1%) dan 16 (16.5% )yang masih ragu-ragu , 49 (50.5% ) responden yang tidak setuju.

Disini terlihat jelas bahwa jumlah responden yang sangat setuju berjumlah 29 orang ( 29.9%) sangat setuju dan 3 orang ( 3.1%). Hal ini terjadi karena kedua orang tua responden bekerja sehingga anak-anak dalam hal ini responden merasa bahwa mereka kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya yang mengakibatkan sifat anggota keluarga lebih individualis karena setiap orang memiliki wilayahnya masing-masing.

Namun 16 (16.5% )yang masih ragu-ragu , 49 (50.5% ) responden yang tidak setuju. menyatakan bahwa dalam keluarganya tidak terdapat sifat individualis diantara anggota keluarga, walaupun orang tua bekerja namun kebersamaan dan keharmonisan keluarga tetap terjaga

Tabel 4.18 sampai dengan tabel 4.25 Pola Komunikasi Unbalanced Split 4.3.5 Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)

Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan lebih, namun dalam kasus lain

orang itu secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar. Pihak yang kurang menarik atau berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil keputusan sendiri. Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lain apa yang harus dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau sekedar meyakinkan pihak

lain akan kehebatan argumennya. Sebaliknya, pihak yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam mengambil keputusan.

Untuk melihat pola komunikasi Unbalanced Split dalam menanamkan nilai Gender pada remaja, maka penulis menganalisis sebagai berikut

Tabel 4.18.

Ada satu orang laki-laki yang mendominasi dalam keluarga saya

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 31 32.0 2 Setuju 6 6.2 3 Ragu-Ragu 19 19.6 4 Tidak Setuju 41 42.3 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.18/F.C.20

Pada tabel di atas jumlah responden yang sangat setuju akan adanya satu orang laki-laki yang mendominasi 31 ( 32.0%) dan 6 orang responden yang setuju ( 6.2%), 19 responden yang masih ragu-ragu ( 19.6%) dan 41 ( 42.3% ) responden yang tidak setuju .

Sebanyak 32% responden menyatakan bahwa dalam keluarganya terdapat laki-laki yang mendominasi. Laki-laki yang mendominasi dalam keluarga biasanya adalah ayah sebab ayah berperan sebagai kepala keluarga yang memiliki hak untuk menetapkan aturan dalam keluarga. Namun 42% responden menyatakan bahwa dalam keluarganya tidak terdapat dominasi oleh seorang laki-laki. Tiap anggota keluarga dipandang sama dan keluarga menetapkan nilai kesetaraan pada tiap anggota keluarga, tidak ada yang menganggap lebih pintar, lebih baik atau lebih dari yang lainnya, sehingga menimbulkan komunikasi dalam keluarga berjalan dengan baik.

Tabel 4.19.

Ada satu orang perempuan yang mendominasi dalam keluarga saya

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 34 35.1 2 Setuju 5 5.2 3 Ragu-Ragu 16 16.5 4 Tidak Setuju 42 43.3 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.19/F.C.21

Berdasarkan tabel diatas jumlah responden yangSangat Setuju 34 (35.1%) dan responden yang Setuju berjumlah 5 orang (5.2%) dan responden yang masih Ragu-Ragu berjumlah 16 orang (16.5%) dan responden yang tidak setuju 42 orang (43.3%). Mayoritas responden sekitar 43% yang menyatakan bahwa dalam keluarganya tidak terdapat dominasi oleh satu orang perempuan.

Dalam keluarga mereka lebih menyukai pembagian peran dalam keluarga seperti ayah mencari nafkah dan ibu megurus rumah tangga serta lebih mengutamakan nilai kesetaraan dalam keluarga.

Tabel 4.20.

Dalam keluarga saya, nilai lebih yang ada pada seorang laki-laki seperti berpenghasilan lebih besar, berpenampilan lebih menarik, menyebabkan seseorang lebih dominan

dalam keluarga No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 31 32.0 2 Setuju 4 4.1 3 Ragu-Ragu 21 21.6 4 Tidak Setuju 41 42.3 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.20/F.C.22

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang Sangat Setuju 31 orang (32.0%)dan responden yang Setuju adalah 4 orang (4.1%) dan responden yang masih Ragu-Ragu 21 orang (21.6%) dan responden yang Tidak Setuju berjumlah 41 orang (42.3%)

Sebanyak 32 % responden menyatakan dalam keluarganya terdapat pemilahan terhadap laki-laki yang berpenghasilan lebih besar, berpenampilan lebih menarik menyebabkan seseorang itu lebih dominan dalam keluarga “nilai lebih” yang dijadikan tolak ukur untuk dijadikannya seseorang dominan dalam keluarga akan menimbulkan jarak diantara anggota keluarga.

Sebab jarak menunjukkan kedekatan seorang anggota keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Orang yang dominan tersebut bisa saja ayah, kakak laki-laki atau adik laki-laki-laki-laki, namun biasanya peran dominan dalam keluarga khususnya untuk kaum laki-laki diperankan oleh ayah.

Dari data di atas, sebanyak 42% responden menyatakan bahwa dalam keluarganya tidak terdapat pemilahan terhadap laki-laki yang memiliki “nilai lebih” seperti berpenghasilan lebih besar, berpenampilan lebih menarik yang

menyebabkan seseorang tersebut menjadi dominan dalam keluarganya. Keluarga ini lebih mengutamakan adanya kesamaan nilai pada setiap anggota keluarga.

Tabel 4.21.

Dalam keluarga saya, nilai lebih yang ada pada seorang perempuan, seperti berpenghasilan lebih besar, berpenampilan lebih menarik menyebabkan seseorang itu lebih dominan dalam keluarga No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 24 24.7 2 Setuju 4 4.1 3 Ragu-Ragu 20 20.6 4 Tidak Setuju 49 50.5 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.21/F.C.23

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memilih Sangat Setuju adalah 24 orang (24.7%) dan yang Setuju berjumlah 4 orang (4.1%) yang masih Ragu-Ragu berjumlah 20 orang (20.6%) dan yang Tidak Setuju 49 orang (50.5%). Disini terlihat bahwa responden yang tidak setuju merupakan mayoritas

yaitu 50% hal ini di sebabkan di dalam rumah tangga tidak ada yang mendominasi, kalaulah adanya yang mendominasi dapat di sebabkan oleh berbagai faktor bisa saja suami atau ayah yang takut pada istri yanhg menyebabkan ibu atau kakak perempuan lebih mendominasi

Tabel 4.22.

Anggota keluarga saya cenderung membiarkan seorang laki-laki untuk mendominasi seperti memenangkan setiap argumen

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 22 22.7 2 Setuju 2 2.1 3 Ragu-Ragu 23 23.7 4 Tidak Setuju 50 51.5 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.22/F.C.24

Dari tabel diatas dapat dilihat jumlah responden yang memilih Sangat Setuju adalah 22 orang (22.7%) dan responden yang memilih Setuju 2 orang (2.1%) Ragu-Ragu 23 orang (2.1%) dan responden tidak Setuju 50 orang (51.5%).

sekitar 21% responden menyatakan ragu-ragu, 2.1 % responden menyatakan bahwa dalam keluarganya setiap anggota keluarganya cenderung membiarkan seorang laki-laki biasanya ayah untuk mendominasi seperti memenangkan setiap argumen. Ketika berkomunikasi, anggota keluarga yang mendominasi ini menuntut pendapatnya untuk diterima oleh anggota keluarga lainnya. Orang yang mendominasi tersebut merasa pendapatnya lebih baik daripada yang lainnya.

Dari data di atas sekitar 51% responden menyatakan bahwa dalam keluarganya tidak terdapat dominasi oleh seorang laki-laki misalnya ayah, sehingga angota keluarga lain memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan argumennya terhadap suatu masalah yang dihadapi keluarga.

Tabel 4.23.

Anggota keluarga saya cenderung membiarkan seorang perempuan untuk mendominasi seperti memenangkan setiap argumen

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 20 20.6 2 Setuju 3 3.1 3 Ragu-Ragu 25 25.8 4 Tidak Setuju 49 50.5 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.23/F.C.25

Pada tabel sekitar 25 % responden menyatakan ragu-ragu, 3 % responden menyatakan bahwa dalam keluarganya setiap anggota keluarganya cenderung membiarkan seorang perempuan seperti Ibu, kakak perempuan, atau adik perempuan namun biasanya dominasi seorang perempuan diperankan oleh seorang Ibu untuk mendominasi seperti memenangkan setiap argumen. Hal ini terjadi karena Ibu berpendidikan lebih tinggi sehingga anggota keluarga lain menganggap bahwa ibu yang paling tahu dan paling pintar, sehingga setiap argumen yang dilontarkan Ibu dianggap paling benar.

Semua anggota keluarga dipandang memiliki kesamaan baik laki-laki maupun perempuan sehingga tidak terdapat dominasi oleh pihak yang dapat mengakibatkan pihak lain merasa tersudut dan terasingkan.

Tabel 4.24.

Komunikasi dalam keluarga saya masih bersifat timbal balik, namun diwarnai dominasi oleh seorang laki-laki

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 36 37.1 2 Setuju 3 3.1 3 Ragu-Ragu 28 28.9 4 Tidak Setuju 30 30.9 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.24/F.C.26

Pada tabel terdapat 28% responden menyatakan ragu-ragu, dan 37 % responden menyatakan dalam keluarganya komunikasi masih bersifat timbal balik, namun diwarnai dominasi oleh seorang laki-laki, biasanya ayah sebab ayah sebagai kepala rumah tangga yang memiliki hak untuk menetapkan aturan dalam keluarga, Walaupun dominasi ayah dalam keluarga pada proses komunikasi ini tidak begitu disukai oleh anggota keluarga lainnya khususnya bagi anak-anak, namun mau tidak mau harus turut terhadap ketetapan tersebut sebab apabila tidak menuruti akan disebut sebagai anak pembangkang. Pada situasi seperti ini ketidakadilan gender akan sangat dirasakan kaum perempuan, sebab perempuan tidak memiliki hak yang sama dengan laki-laki.

Dari data di atas sebanyak 30% responden menyatakan bahwa di dalam keluarganya proses komunikasi terjadi secara timbal balik namun tidak didominasi oleh salah satu pihak, setiap anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapatnya baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik.

Tabel 4.25.

Komunikasi dalam keluarga saya masih bersifat timbal balik, namun diwarnai dominasi oleh seorang perempuan

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 20 20.6 2 Setuju 3 3.1 3 Ragu-Ragu 25 25.8 4 Tidak Setuju 49 50.5 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.25/F.C.27

Pada tabel di atas terdapat 25% responden yang menyatakan ragu-ragu, sebanyak 3.1 % responden menyatakan dalam keluarganya komunikasi masih bersifat

timbal balik, namun diwarnai dominasi oleh seorang perempuan, biasanya Ibu sebab seorang ibu apabila mendominasi dalam kegiatan komunikasi biasanya disebut cerewet lain halnya apabila ayah yang mendominasi hal tersebut dianggap biasa. Hal ini dikarenakan adanya stereotip peran perempuan bahwa seorang perempuan harus mengikuti kata-kata suaminya sedangkan stereotip peran laki-laki dalam rumah tangga adalah sebagai kepala rumah tangga sekaligus pemimpin dalam rumah tangga. dominasi ibu dalam keluarga khususnya dalam proses komunikasi bisa terjadi karena tingkat pendidikan ibu lebih tinggi sehingga ibu merasa paling tahu terhadap segala hal.

Dari data di atas sebanyak 50% responden menyatakan bahwa di dalam keluarganya proses komunikasi terjadi secara timbal balik namun setiap anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama untuk menyatakan pendapatnya terhadap suatu masalah. Sebagaimana dikatakan Mulyana bahwa “komunikasi yang dilakukan dalam keluarga untuk memperbaiki hubungan di antara anggota keluarga itu sendiri”. (Mulyana, 1990:23).

Tabel 4.26 sampai dengan tabel 4.33 Pola komunikasi Monopoly 4.3.6 Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Mereka tidak tahu bagaimana mengeluarkan pendapat atau mengugkapkan ketidaksetujuan secara benar, maka perdebatan akan menyakiti pihak yang dimonopoli. Pihak yang dimonopoli meminta ijin dan pendapat dari pemegang kuasa untuk mengambil keputusan, seperti halnya hubungan orang tua ke anak. Pemegang kekuasaan mendapat kepuasan dengan perannya tersebut dengan cara

menyuruh, membimbing, dan menjaga pihak lain, sedangkan pihak lain itu mendapatkan kepuasan lewat pemenuhan kebutuhannya dan dengan tidak membuat keputusan sendiri sehingga ia tidak akan menaggung konsekuensi dari keputusan itu sama sekali.

Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi monopoli dalam menanamkan nila Gender pada remaja, maka penulis menganalisa sebagai berikut:

Tabel 4.26.

Dalam keluarga saya laki-laki dipandang sebagai pemegang kekuasaan

No. Pernyataan F % 1 Sangat Setuju 40 41.2 2 Setuju 5 5.2 3 Ragu-Ragu 10 10.3 4 Tidak Setuju 42 43.3 Total 97 100 Sumber: Kuesioner P.26/F.C.28

Pada tabel diatas terdapat 10% responden menyatakan ragu-ragu, dan

Dokumen terkait