• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Problem Menghafal Juz’ama Pada Siswa Di Mts Ma’arif Andong

Kabupaten Boyolali Tahun 2017

Berdasarkan temuan penelitian, problem yang di alami dalam membimbing hafalan pada siswa di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 adalah:

a. Latar Belakang Siswa

Problem terberat di MTs Ma‟arif Andong untuk pelaksanaan program tahfidz itu adalah karena Siswanya. Siswa yang berasal dari SD murni itu tidak bisa sama sekali membaca Al-Qur‟an, maka jika mereka di tuntut untuk menghafal Juz‟ama tentu tidak bisa. Mereka harus diajari terlebih dahulu membaca huruf hijaiyah/iqro dengan benar terlebih dahulu, baru mereka di tuntuk untuk menghafal. Tidak hanya siswa, akan tetapi juga pembimbingnya, tidak sedikit guru MTs Ma‟arif yang belum hafal Juz‟ama. Seperti yang dituturkan oleh kepala sekolah (31/08/2017:08.50-09.02) di ruang kepala sekolah:

“Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita menguasai. Dari umum bisanya sedikit. Yang kedua dari SDM anak, terkadang anak itu masuk sini Iqro 1 saja belum bisa. Sulit untuk menyesuaikan. Baca saja belum bisa. Sampai kelas VIII ada yang belum bisa baca juga ada. Makanya menjadi lambat kalau seperti itu. Untuk tahun banyak yang belum bisa baca. Karena mereka paling banyak lulusan dari SD. SD pelosok-pelosok guru agamanya kan kurang, juga dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan, makanya hanya dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.”

jawaban hampir sama juga dituturkan oleh waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di kantor guru:

“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal. Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”

b. Gangguan lingkungan

Berdasarkan temuan penelitian, Siswa mengalami hambatan/gangguan pada saat menghafal yaitu gangguan dari lingkungannya juga gangguan dari dalam diri siswa itu. Seperti yang di sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok (31/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:

“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”

Jadi, menurut peneliti yang menyebabkan siswa tidak lulus tahfidz 100% dalam setiap tahunnya itu mayoritas karena problem yang ada dalam diri siswa yaitu malas. Dari hasil wawancara dengan siswa, ketika siswa di tanya apakah ada kesulitan saat kamu menghafal kan juz‟ama ini? Mereka menjawab “tidak sulit bagi saya”.

c. Kurangnya waktu

Waktu yang digunakan setoran hafalan hanya tiga hari dalam seminggu. Pelaksaannya hanya di waktu pagi setelah sholat dhuha. Waktunya hanya 30 menit setiap kali jadwal setoran hafalan. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani wawancara (29/08/2017: 09.57-10.23) di kantor guru:

“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada absensinya juga.”

2. Strategi Menghafal Juz’ama Di Mts Ma’arif Andong Kabupaten

Boyolali Tahun 2017

Berdasarkan temuan penelitian, problem dan strategi menghafal Juz‟ama di Mts Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 adalah dengan menggunakan metode (Thariqah) Wahdah yaitu menghafal dengan cara mengulang-ulang, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka. Untuk menghafal yang demikian maka langkah selanjutnhya ialah membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau refleks. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin

representatif. Seperti yang di sampaikan siswa pada saat wawancara (29/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:

“Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama sampai hafal sendiri di luar kepala.”

Metode yang dilakukan oleh siswa yang tinggal di pondok maupun tidak tinggal di pondok ternyata sama, karena bagi mereka metode Wahdah itu metode yang paling mudah. Tidak memerlukan waktu yang terlalu lama dan tidak memerlukan media yang banyak. Karena hanya dengan cara membaca berulang-ulang untuk setiap satu ayatnya, ini jawaban dari siswa yang laju/tidak tinggal di pondok (29/08/2017:07.47-07.54) di ruang kelas VII A:

“Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.”

Peneliti berpendapat bahwa, sekolah hendaknya memberikan tips-tips khusus kepada siswa agar mereka dapat menghafal dengan mudah dan cepat. Dengan pemberian tips atau cara cepat menghafal kepada siswa, siswa dapat memilih mana cara yang mudah untuk dapat mereka gunakan dalam menghafal. Terutama bagi siswa yang sulit sekali untuk menghafal. Sekolah dapat memberikan tips ini kepada siswa:

1) Metode (Thariqah) Wahdah

Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu

mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka.

Untuk menghafal yang demikian maka langkah selanjutnya ialah membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami, atau refleks. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. . (Al-Hafidz, 2000: 63)

2) Metode (Thariqah) Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalkannya dalam hati.

Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali, atau mungkin sampai sepuluh kali atau lebih sehingga dia benar-benar hafal terhadap ayat yang dihafalkannya. Tentang berapa banyak jumlah ayat yang ditulis, sangat tergantung pada kondisi ayat-ayat itu sendiri. Mungkin cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus dihafalnya itu termasuk kelompok ayat-ayat yang panjang sebagaimana terdapat pada surah-surah as-saba’ut-thiwal, atau bisa juga lima sampai sepuluh ayat ,bila ternyata giliran ayat-ayat yang akan dihafalkanya itu termasuk ayat-ayat yang pendek sebagaimana terdapat pada surah-surah yang pendek, dan seterusnya. Pada prinsipnya semua tergantung pada penghafal dan alokasi baik waktu yang disediakan untuknya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya. . (Al-Hafidz, 2000: 63-64)

3) Metode (Thariqah)Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur‟an. Metode ini dapat dilakukan dengan dua alternatif:

c. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini, instruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Baru kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya.

d. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Kemudian kaset diputar dan didengar secara saksama sambil mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang lagi dan diulang lagi dan seterusnya menurut kebutuhansehungga ayat-ayat tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah hafalan dianggap cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan demikian seterusnya. Metode ini akan sangat efektif untuk penghafal tunanetra, anak-anak atau penghafal mandiri, atau untuk takrir (mengulang kembali) ayat-ayat yang sudah dihafalnya. Tentunya penghafal yang menggunakan metode ini, harus menyediakan alat-alat bantu secukupnya, seperti tape-recorder, pita kaset, dan lain-lain. . (Al-Hafidz, 2000: 64-65) 4) Metode (Thariqah) Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba

terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Maka dalam hal ini, setelah penghafal sedelai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu memproduksi kembali ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal belum mampu memproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid. Demikian seterusnya.

Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan. Pemantapan hafalan dengan cara ini pun akan baik sekali, karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap. . (Al-Hafidz, 2000: 65)

5) Metode (Thariqah) Jama’

Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur

dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam bayangannya.

Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.

Pada prinsipnya metode di atas itu baik sekali untuk dijadikan pedoman menghafal Al-Qur‟an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan yang berkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. (Al-Hafidz, 2000: 66)

Peneliti memberikan solusi kepada sekolahan agar program tahfidz dapat lebih berjalan dengan baik lagi. Berikut saran dan solusi dari peneliti kepada MTs Ma‟arif Andong:

a. Hendaknya semua tenaga pendidik yang ada di sekolah MTs Ma‟arif itu hafal terlebih dahulu minimal juz 30/ Juz‟ama. Karena kalau tenaga pendidiknya belum hafal, maka siswanya pun akan susah semangat untuk menghafal. Karena mereka tahu kalau gurunya sendiri belum hafal.

b. Hendaknya pelaksanaan setoran hafalan itu waktunya di tambahkan,. jadi tidak hanya 30 menit dalam setiap kali pertemuan. Paling tidak 60 menit dalam setiap pertemuan. Tujuannya agar jumlah setoran dapat lebih maksimal lagi. Karena kalau hanya 30 menit dalam setiap kali pertemuan, pasti tidak semua siswa di kelas itu dapat maju untuk setoran hafalan mereka. Mungkin hanya 5-10 siswa saja.

c. Hendaknya untuk pemberian hukuman, lebih ditegaskan lagi bagi siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam hafalan. Contohnya pada siswa yang hafalannya terlambat jauh atau siswa yang malas untuk setoran, itu tenaga pendidik harus tegas untuk memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Agar siswa itu menjadi sungguh-sungguh untuk setoran hafalan juz‟ama.

d. Hendaknya seluruh tenaga pendidik selalu memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa itu bersemangat dalam melaksanakan program tahfidz di MTs Ma‟arif Andong ini. Mungkin dengan cara memberikan reward tersendiri untuk siswa yang di ampunya. Atau dengan sering-sering memberikan pujian kepada siswa.

e. Untuk menjaga hafalan-hafalan pada siswa, hendaknya di lakukan murajaah setiap hari. Setiap mulai pelajaran hendaknya paling tidak satu atau dua surat. Agar siswa benar-benar hafal di luar kepala. Jadi tidak hanya hafal saat setoran saja. Itu cara agar lebih meningkatkan hafalan pada siswa.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan dalam skripsi ini, yaitu:

1. Problem terberat yang dialami dalam program tahfidz di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali yaitu:

a. Latar belakang siswa. Siswa yang berasal dari lulusan SD murni tidak bisa sama sekali baca Al-Qur‟an. Oleh sebab itu para guru harus mengajarkan dari dasar yaitu mulai dengan membaca iqro‟. Baru bisa untuk dituntut untuk menghafal juz‟ama. Problem lainnya yaitu karena gangguan lingkungan dari siswa itu sendiri. b. Kurangnya waktu hafalan. Waktu setoran hafalan hanya dilakukan

tiga hari dalam satu minggu. Setiap pertemuan hanya 30 menit. c. Pada tenaga pendidiknya. Tidak sedikit guru-guru di MTs Ma‟arif

yang belum hafal Juz‟ama.

d. Faktor internal. Problem dari dalam diri siswa itu seperti malas, suka mengantuk, tidak niat.

e. Faktor eksternal. Problem yang berasal dari luar diri siswa yaitu gangguan lingkungannya, diganggu teman.

2. Strategi yang digunakan guru dalam proses mengahafal juz‟ama yaitu: a. Hafalan dilakukan tiga hari dalam satu minggu. Pelaksaanya waktu

pagi setelah sholat dhuha, sebelum pembelajaran KBM dimulai. Waktunya hanya 30 menit.

b. Guru dituntut untuk bisa hafal juz‟ama.

c. Metode yang digunakan dengan thariqah wahdah yaitu, menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

B. SARAN

Berdasarkan permasalahan yang peneliti bahas dalam skripsi ini yaitu mengenai pembinaan akhlaq siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017, maka peneliti hendak menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya semua tenaga pendidik yang ada di sekolah MTs Ma‟arif itu hafal terlebih dahulu minimal juz 30/ Juz‟ama. Karena kalau tenaga pendidiknya belum hafal, maka siswanya pun akan susah semangat untuk menghafal. Karena mereka tahu kalau gurunya sendiri belum hafal.

2. Hendaknya pelaksanaan setoran hafalan itu waktunya di tambahkan,. jadi tidak hanya 30 menit dalam setiap kali pertemuan. Paling tidak 60 menit dalam setiap pertemuan. Tujuannya agar jumlah setoran dapat

lebih maksimal lagi. Karena kalau hanya 30 menit dalam setiap kali pertemuan, pasti tidak semua siswa di kelas itu dapat maju untuk setoran hafalan mereka. Mungkin hanya 5-10 siswa saja.

3. Hendaknya untuk pemberian hukuman, lebih ditegaskan lagi bagi siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam hafalan. Contohnya pada siswa yang hafalannya terlambat jauh atau siswa yang malas untuk setoran, itu tenaga pendidik harus tegas untuk memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Agar siswa itu menjadi sungguh-sungguh untuk setoran hafalan juz‟ama.

4. Hendaknya seluruh tenaga pendidik selalu memberikan motivasi kepada siswa, agar siswa itu bersemangat dalam melaksanakan program tahfidz di MTs Ma‟arif Andong ini. Mungkin dengan cara memberikan reward tersendiri untuk siswa yang di ampunya. Atau dengan sering-sering memberikan pujian kepada siswa.

5. Untuk menjaga hafalan-hafalan pada siswa, hendaknya di lakukan murajaah setiap hari. Setiap mulai pelajaran hendaknya paling tidak satu atau dua surat. Agar siswa benar-benar hafal di luar kepala. Jadi tidak hanya hafal saat setoran saja. Itu cara agar lebih meningkatkan hafalan pada siswa.

6. Sekolah hendaknya memberikan tips-tips khusus kepada siswa agar mereka dapat menghafal dengan mudah dan cepat. Dengan pemberian tips atau cara cepat menghafal kepada siswa, siswa dapat memilih

mana cara yang mudah untuk dapat mereka gunakan dalam menghafal, Terutama bagi siswa yang sulit sekali untuk menghafal.

C. PENUTUP

Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua pihak yang membantu. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan:

للهدمحلا

بر

DAFTAR PUSTAKA

Abdul aziz, Amanu. 2015. Hafal Al-Qur’an dalam Hitungan Hari. Depok: CV HILAL MEDIA GROUP.

Al-Hafidz, Ahsin W. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-qur’an. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, Jamal Ma‟mur. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.

Az-Zawawi, Yahya Abdul Fattah. 2010. Revolusi Menghafal Al-Qur’an.

Surakarta: Insan Kamil.

Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an dan Rahasia-rahasia Keajaibannya. Yogyakarta: DIVA press.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hadi, Sutresno. 1995. Metodologi Research Untuk Penulis Paper, Skripsi, Thesis, Dan Desertasi. Yogyakarta: CV. Grafika Indah.

Imam, Suprayogo dan Tobrani. 2003. Metodologi Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kouchak, Don dan Paul Aggen. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.

Leo, Sutanto. 2013. Kiat Jitu Menulis Skripsi, Tesis, Dan Disertasi. Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bukan Khatam. Yogyakarta: IDEA press.

Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saksono, Lukman dan Anharudin. 1992. Pengantar Psikologi Al-Qur’an. ISBN: Grafitakama Jaya.

Subini, Nini. 2013. Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Yogyakarta: JAVALITERA.

Sugianto, Ilham Bagus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung: Mujahid PRESS.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Umi Kharisah 2. NIM : 111-13-174

3. TTL : Grobogan, 09 Juli 1995 4. Usia : 22 Tahun

5. Agama : Islam

6. Alamat : Dusun Tuwung, RT/RW 04/06, Desa Suru Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.

7. Nama Orang Tua Ayah : Sodik Ibu : Mujiyatmi 8. Riwayat Pendidikan

a. SD N 3 Suru Geyer Kabupaten Grobogan Tahun 2000-2007 b. MTs Al-Islam Ngleses Juwangi Kabupaten Boyolali Tahun

2007-2010

c. SMK Muhammadiyah 2 Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2013

SATUAN KREDIT KEGIATAN

Nama : Umi Kharisah Fakultas : FTIK

Nim : 111-13-174 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Dosen PA : Siti Rukhayati, M. Pd.

No Kegiatan Waktu Keterangan Point

1

Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) STAIN Salatiga tahun 2013 “Rekontruksi Paradikma Mahasiswa Yang Cerdas, Peka dan Peduli”

26-27 Agustus 2013 Peserta 3

2

Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga tahun 2013 “Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kearifan Lokal Sebagai Identitas Pendidikan Indonesia”

29 Agustus 2013 Peserta 3

3 Maasa Ta‟aruf (MASTA) “Making an

Incredible Ypoth Generation” 06 September 2013 Peserta 2 4

Library User Education (Pendidikan Pemakaian Perpustakaan) UPT Perpustakaan STAIN Salatiga

16 September 2013 Peserta 2

5

“Training Pembuatan Makalah” Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga

18 September 2013 Peserta 2

6

Seminar NASIONAL dengan tema Inovasi Pembelajaran Bahasa: ”Upaya Menjaga Eksistensi dan Masa Depan Pembelajaran Bahasa Arab”

09 Oktober 2013 Peserta 8

7

KISMIS (Kajian Intensif Mahasiswa) dengan tema “Agar Shalat Bukan Sekedar Kewajiban, namun Kebutuhan”

10 Oktober 2013 Peserta 2

8

TALK SHOW Spirit of Global Enterpreneurship “How to be a Successfull Creative Preneur to Face ASEAN Economic Community 2015”

9 Talk Show Pra Nikah dengan tema “Mejemput Jodoh Impian” 09 November 2014 Peserta 2

10 “Seminar Nasional Enterpreneurship” 16 November 2014 Peserta 8

11

Pendidikan Pers Mahasiswa Tingkat

Dasar (PPMTD) “Membangun

Profesionalitas Pers Mahasiswa” 16 November 2014 Peserta 2

12

“Perasaudaraan Setia Hati Terate Komisariat IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Salatiga Periode

Dokumen terkait