PROBLEM MENGHAFAL JUZ’AMA DAN STRATEGINYA
PADA
SISWA MTS MA’ARIF ANDONG
KABUPATEN BOYOLALI
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Oleh:
UMI KHARISAH
NIM : 111-13-174
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
MOTTO
ُنا ْرُقلا َمَّلَس َو ِهٌَْلَع ُالله ىَّلَص ًِِّبَّنلا ُقُلُخ َناَك
“Akhlaq Nabi SAW. adalah Al-Qur’an” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud)
PERSEMBAHAN
Teriring Do’a rasa syukur kepada Allah SWT yang teramat dalam
kupersembakan
karya ini buat orang-orang yang telah banyak berjasa dalam hidupku, yang tanpa mereka aku tidak mungkin bisa
merasakan hidup seperti saat ini.
Skripsi ini bukanlah akhir dari tugas, namun awal aku berkarya.
Terimakasih buat…
Wanita terindah penuh kasih sayang (Ibunda tercinta) “You are the light that shines mylife
Thank you for all you have given to me Withouth you,
I can’t do anything”
Dan tidak terlupakan ayahanda terkasih serta kakak dan adik, yang selalu memberikan motivasi dan semangat di
setiap hari.
Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. yang dengan ketelatenan dan kesabaran telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sampai membuahkan hasil
maksimal sebagaimana impian penulis. Untuk semua keluarga MTs Ma’arif Andong
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku kepala jurusan Pendidikan Agama Islam dan
selaku pembimbing akademik (PA) yang dengan sabar membimbing dan
mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir.
4. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.
5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
6. Bapak Amri S.Pd.I., selaku kepala MTsMa‟arif Andong Kabupaten Boyolali
dan para guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam
melakukan penelitian skripsi ini.
7. Terkhusus orang tua tercinta: Ayahanda Sodik dan IbundaMujiyatmi serta
adikku Mohammad Amin Sya‟roni, terima kasih sedalam-dalamnya penulis
ucapkan atas doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti
mereka curahkan kepada penulis.Dan juga membantu dalam bentuk materi
untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
8. Terimakasih kepada para sahabat: khususnya Joko Supriyanto yang tiada henti
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis serta seluruh sahabat PAI
yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu angkatan 2013. Dan kepada
Puji Rohmatinyang selalu menemani penulis. Semoga tali silaturahhim
diantara kita akan selalu terjaga selamanya. Amin.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan
balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan semoga Allah
meridhoi persaudaraan ini. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil
ABSTRAK
Kharisah, Umi. 2017.Problem Menghafal Juz’ama Dan Strateginya Pada Siswa Mts Ma’arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag.
Kata kunci: Problem, Strategi, Juz‟ama
MTs Ma‟arif Andong Boyolali merupakan sekolah yang memadukan antara pendidikan umum dengan pendidikan keagamaan. Pendidikan yang diterapkan di MTs Ma‟arif Andong Boyolali dapat dijadikan contoh bagi sekolah lain untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apa problem yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?, Bagaimana strategi yang digunakan guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?
Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: problem yang dialami sekolah dalam pelaksanaan program tahfidz Juz‟ama yaitu pada latar belakangsiswa. Siswa baru yang masuk MTs yang berasal dari lulusan SD murni sama sekali tidak bisa membaca Al-Qur‟an. Problem yang dialami siswa saat hafalan yaitu faktor lingkungan, kurangnya waktu hafalan, dan Gangguan dari teman. Itu sangat berpengaruh pada proses hafalan siswa,Siswa jadi tidak konsentrasi untuk menghafal.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Nota Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Deklarasi ... iv
Motto ... v
Persembahan ... vi
Kata Pengantar ... vii
Abstrak ... x
Daftar Isi ... Xi Daftar Tabel ... Xiv Daftar lampiran ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Definisi Operasional ... 6
E. Metode Penelitian ... 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 17
BAB II LANDASAN TEORI A. Menghafal Al-Qur‟an... 19
B. Problem Menghafal Juz‟ama ... 19
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017 ... 30
1. Sejarah Berdirinya…………... 30
2. Keadaan Pembelajaran Tahfidz... 32
3. Letak Geografis ... 33
4. Visi, Misi dan Tujuan ... 34
5. Struktur Organisasi ... 34
6. Sarana dan Prasarana ... 36
B. Temuan Data Penelitian ... 37
1. Kondisi MTs Ma‟arif Andong ... 37
2. Problem-problem yang dialami ... 40
3. Strategi Yang Digunakan Guru …... 42
4. Strategi Yang Digunakan Siswa ... 43
5. Faktor Penghambat ... 43
6. Jumlah Kelulusan ... 44
BAB IV ANALISIS DATA 1. Problem Menghafal Juz‟ama Pada Siswa di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 ... 45
a. Latar Belakang Siswa 45
b. Gangguan Lingkungan 46
c. Kurangnya Waktu 46
Kabupaten Boyolali Tahun 2017 ...
BAB V PENUTUP 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
C. Penutup... 58
Daftar Bagan dan Tabel
Bagan3.1 Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Andong Boyolali
Daftar Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Penulis
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Pernyataan Telah Meneliti
4. Lembar Konsultasi
5. Laporan SKK
6. Pedoman Wawancara
7. TranskipWawancara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyikapi perkembangan pada era globalisasi ini yang semakin
pesat, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan ulet,
serta mempunyai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt. Dalam
mempersiapkan hal itu, maka dibutuhkan upaya pembentukan
mental-mental yang tangguh melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi
peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai
kompetensi-kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun
dalam bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Pendidikan merupakan pengalaman belajar seseorang sepanjang hidup,
dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu dapat
dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Artinya pendidikan
dapat dilakukan tanpa mengenal batas usia, ruang, dan waktu. Setiap
warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pemerintah
wajib untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang
menunjang berlangsungnya proses pendidikan, maka dari itu perlu adanya
Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam kehidupan
manusia dimasa depan. Pendidikan yang diselenggarakan harus mampu
mencetak sumber daya manusia yang lebih siap untuk terjun dan berperan
aktif dalam kehidupan nyata. Konkretnya, pendidikan itu harus mampu
menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang mampu melayani dirinya sendiri
dan orang lain serta dapat mengisi dan berperan aktif diberbagai sendi
kehidupan serta kompetitif.
Peran guru dalam pendidikan Agama Islam dan fungsi belajar dalam
mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan, yaitu
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah agar peserta didik
mampu berperilaku positif, misalnya guru menjelaskan tentang bagaimana
tata cara membaca Al-Qur‟an, peserta didik mampu membaca dengan
benar, peserta didik mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an serta
mengamalkannya.
Di era sekarang ini sekolah-sekolah yang bertaraf pendidikan Islam
banyak sekali yang mengadakan program-program hafalan ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan tujuan agar menghasilkan generasi yang berkualitas
tinggi. Tidak hanya mendapatkan ilmu-ilmu umum saja namun juga
mendapatkan nilai-nilai tersendiri dari hafalan-hafalannya tersebut sebagai
kehidupan yang akan datang.
Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia,
baik di hadapan manusia terutama di hadapan Allah SWT. Banyak
Baik keutamaan yang akan diperolehnya di dunia maupun di akhirat kelak.
(Sugianto, 2004: 31)
Namun tidak mudah bagi guru, terutama guru Al-Qur‟an Hadist
dalam mendorong peserta didik untuk bisa belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dengan cepat. Tentu prosesnya lebih lama dibandingkan dengan
menyampaikan ilmu pengetahuan umum yang disajikan berupa teori,
pratek, dan lain sebagainya. Tidak lepas pula dari adanya hambatan dalam
membimbing anak didik dalam hafalan. Guru Al-Qur‟an Hadist harus
mempunyai ide kreatif sebagai kelancaran proses bimbingan hafalan.
bagaimana strategi yang tepat agar peserta didik itu tidak mengalami
kesulitan saat menghafal.
Terdapat studi kasus di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
peserta didik kesulitan dalam belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an.
Dimana ada yang cepat dalam hafalan dan ada pula yang lambat sekali
dalam hafalan karena kecepatan belajar tiap siswa itu berbeda-beda. Selain
hambatan dari dalam diri siswa, ada pula faktor dari luar yang
mempengaruhi cepat lambatnya siswa dalam menghafal. Disini guru Al-Qur‟an Hadist juga sangat berperan dalam mengatasi kesulitan peserta
didik dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an terutama dalam program
sekolah yaitu hafalan Al-Qur‟an juz ke 30 (Juz‟ama).
Untuk memecahkan sejumlah problematika itu, maka guru
diharapkan dapat lebih kreatif untuk dapat memberikan masukan sebagai
Al-Qur‟an pada umumnya dengan beberapa pendekatan. (Al-Hafidz, 2000:
41)
Ada beberapa metode yang mungkin dapat dikembangkan dalam
rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Juz‟ama, dan bisa
memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan
dalam menghafal Juz‟ama. Setiap penghafal dapat memilih satu atau
beberapa metode yang sesuai dengan kemampuannya, atau dipakai semua
sebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan. (Al-Hafidz, 2000: 63)
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
peran guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem mengahafal Juz‟ama di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali. Peneliti bermaksud
mengangkatnya ke dalam penulisan skripsi dengan judul “Problem Menghafal Juz’ama Dan Strateginya pada Siswa MTs Ma’arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017” .
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan gambaran masalah diatas, maka fokus penelitiannya
adalah:
1. Apa problem yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?
2. Bagaimana strategi yang digunakan guru Al-Qur‟an Hadist dalam
mengatasi problem menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka penelitian merumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui problem apa yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun
2017.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru Al-Qur‟an Hadist yang digunakan dalam mengatasi problem menghafal Juz‟ama pada siswa
kelas MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat bagi
para guru dan seluruh anggota sekolah. Adapun manfaat yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pendidikan dan dapat memperkaya khasanah
keilmuan khususnya tentang problem dan strategi guru Al-Qur‟an
Hadist dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
2. Manfaat praktis
Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk bahan
masukan bagi pembaca mengenai problem dan strategi guru Al-Qur‟an
riset dan kajian dalam bidang pendidikan khususnya mengenai strategi
guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem menghafal Juz‟ama.
Selain itu juga manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi dan
bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah lainnya dalam mengatasi
kesulitan belajar bagi para pelajar.
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan
pembaca dalam memahami judul skripsi ini penelitian merasa perlu untuk
menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. adapun
istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Problem
Masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu
pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang
diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan
suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau
lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. (Vardiansyah,
2008: 70)
2. Menghafal Al-Qur‟an
Menurut etimologi menghafal merupakan bahasa indonesia yang
berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali
tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan.
Mengahfal dalam bahasa arab berasal dari kata
artinya bacaan atau yang dibaca. Hifzh Al-Qur’an merupakan susunan
bentuk idlofah (mudlof dan mudlof ilaih) yang terdiri dari hifzh
(mudlof) dan Al-Qur‟an (mudlof ilaih). Hifzh sendiri merupakan
bentuk isim mashdar dari fi’il madli hafizho yang artinya memelihara,
menjaga, dan menghafal.
Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur’an adalah
menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam
mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas
dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir
dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf
yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir
(Munjahid, 2007: 73-74).
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan
(diingat) kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli (Djamarah,
2011: 29).
3. Strategi
Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “Strategy” yang
oleh As Hornby dalam Oxford Advance Leaners Dictionary (Oxford University Press, 1997 p 870) disebutkan sebagai “the art of planning
operations in war, expecially of the movements of armies and navies
gerakan-gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi-posisi yang menguntungkan alam pertempuran”. Strategi juga berasal dari
bahasa Yunani “strategia” yang artinya “the art of the general”
seninya seorang jenderal/panglima (Darwis dkk, 1998: 195).
Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam
berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai
tujuan pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 6).
4. Juz‟ama
Juz ke-30 atau lebih dikenal dengan sebutan JUZ AMMA, terdiri atas
37 surat yaitu dari surat ke-78 Naba) hingga surat ke-114
(an-Naas) (Saksono, 1992: 58).
E. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena
merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan
yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat
diperoleh secara optimal.
1. Pendekatan dan Jenis penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
Ruslan (2010: 133) berpendapat bahwa penelitian kualitatif lebih
menekankan kata-kata sebagai unit analisis dibandingkan dengan
angka-angka. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat
data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama
pengambil data. Peneliti merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti
menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat
penelitian disini tepat karena peneliti menjadi segalanya dalam proses
penelitian. Namun, instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai
penjelasan alat-alat ukur yang dipergunakan untuk mengumpulkan data
dan atau informasi (Leo, 2013: 97).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali. Yang beralamat di Jl. Pesantren no 4, Karang Joho Mojo
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Menurut Lofland dalam
Moleong (2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif
dokumen dan lain-lain. Data yang akan terkumpul melalui penelitian
ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai problem dan strategi menghafal Juz‟ama pada siswa di MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil
observasi pada tempat penelitian, dan hasil wawancara terhadap
responden dan dokumen yang terkait dengan tempat penelitian. Pada
penelitian ini yang dijadikan subjek adalah guru.
Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer
adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber data yang
diambil yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli
atau data baru. Sumber baru diperoleh dengan cara observasi dan mewawancarai guru MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
Tahun 2017.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
juga data tersedia atau tertulis. Data sekunder berasal dari sumber
buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dokumen resmi, arsip, dan
lain-lain. data tersebut berguna untuk melengkapi data primer.
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara (interview) dikenal pula dengan istilah
Wawancara Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu
(Sugiyono, 2014: 317).
Sedangkan menurut Asmani (2011: 122) metode wawancara
(interview) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.
Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang dilakukan
melalui pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum
wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara
membuat kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan
tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009: 187).
Interview atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002: 145).
Metode observasi juga dapat diartikan sebagai suatu
pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang
diselidiki (Hadi, 1995: 136). Sedangkan observasi sendiri dibagi
menjadi tiga yaitu pertama, observasi partisipatif yaitu peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Kedua, observasi
terus terang dan tersamar, yaitu peneliti dalam pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal
ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data
yang masih dirahasiakan. Ketiga, observasi tidak berstruktur yaitu
observasi dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus
penelitian belum jelas, observasi tidak dipersiapkan secara
sitemastis tentang apa yang akan diobservasi.
Pada penelitian ini penulis menggunakan observasi terus
problem menghafal juz‟ama dan strateginya pada siswa MTs
Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya 9
(Arikunto, 2002: 234).
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data
tentang keadaan siswa, guru, sekolah dan sebagainya di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
6. Metode Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan
ke dalam unit-unit menyusun kedalam suatu pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014: 334).
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Tujuan analisis
data adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul,
menyajikannya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian
mengolah dan menafsirkan atau memaknai (Imam dan Tobroni, 2003:
134).
Metode analisi data yang penulis gunakan adalah metode
analisis data kualitatif, yaitu data yang terbentuk uraian kemudian
penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung. Dengan
menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh
penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau
penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian.
Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka
pikiran pada penelitian adalah sebagai berikut:
a. Reduksi Data
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).
Dalam reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil wawancara
ataupun informasi lain dari hasil observasi sesuai dengan tipologi
data tesebut. Hasil data ataupun informasi yang diperoleh disusun
secara sistematis dan diidentifikasi secara sederhana agar
b. Menyusun Kategorisasi
Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan ke
dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009:
288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau mengolah
berdasarkan kategorisasi masing-masing menurut fokus masalah.
c. Sintesisasi
Mensistesiskan merupakan mencari kaitan antara satu kategori
dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis melakukan
penanganan suatu obyek tertentu dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya, sehingga
menghasilkan pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis
dilakukan dengan pendekatan deskriptif.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis
menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data dari
informan primer dengan informan lain, sehingga data benar-benar
dapat diuji kebenarannya. Ada dua macam triangulasi yang digunakan
a. Triangulasi Sumber data
Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,
2014: 241).
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik
pengumpulan data dengan metode yang sama (Moleong, 2009:
331).
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap pertama pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati
dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan. Penulis harus mengadakan
pendekatan secara terbuka kepada responden dengan tujuan untuk
memperoleh informasi atau data awal.
Tahap kedua mencatat hasil yang diperoleh. Untuk
mempermudah memperoleh data dengan wawancara dan pengamatan,
setelah data-data sudah terkumpul kemudian dianalisis dan diikuti
dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan.
Tahap ketiga selanjutnya pengecekkan dan memeriksa
keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data
yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika dapat ketidaksesuaian
Tahap keempat ialah merancang penulisan. Tahap ini hendaknya
dijelaskan pada rancangan penulisan walupun tidak dilakukan secara
rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan secara tepat karena
akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan secara keseluruhan
penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka
tahap-tahap penulisan yang akan dilaksanakan adalah mulai dari penyerahan
surat perizinan penulisan kepada MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017. Setelah melewati proses tadi barulah penulis
bisa melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan
responden dan mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang
telah direncanakan.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
1. Bagian muka, yang berisi tentang: Halaman Judul, nota pembimbing,
pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi yang terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN, dalam bab ini berisi tentang Latar
Belakang, Fokus Penelitian, Tujuan Dan Manfaat
Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Dan
BAB II : LANDASAN TEORI, yang berisi tentang pengertian
problem, strategi, dan mengenai pengertian menghafal Juz‟ama.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN,
merupakan gambaran umum tentang gambaran umum MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali yang meliputi profil
MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali, Visi, Misi, dan
Tujuan, Struktur organisasi MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali, Program kegiatan MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali, Sarana dan Prasarana,
keadaan guru, karyawan, Pembina asrama dan siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali dan temuan data
penelitian.
BAB IV : ANALISIS, kemudian dalam bab IV membahas mengenai
analisis data yang meliputi : problem dan strategi dalam menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017.
BAB V : PENUTUP, di dalam bab V ini akan diuraikan mengenai
kesimpulan dan saran. Sedangkan bagian akhir skripsi ini
berisi tentang lampiran-lampiran yang mendukung isi dari
skripsi, kemudian daftar pustaka.
3. Bagian Akhir, terdiri dari : Daftar pustaka, daftar riwayat
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Menghafal al-Qur’an 1. Pengertian menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan
(diingat) kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli (Djamarah,
2011: 29).
2. Menghafal al-Qur‟an
Menghafal Al-Qur‟an adalah menghafal sesuai dengan urutan
yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah
sampai dengan surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan
memelihara kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang
ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita
dengan jalan mutawatir (Munjahid, 2007: 74).
B. Problem menghafal Juz’ama
Problema yang dihadapi oleh orang yang sedang dalam proses
menghafal Juz‟ama itu banyak dan bermacam-macam, mulai dari
pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu sampai
kepada metode menghafal Juz‟ama itu sendiri. Problematika yang dihadapi
a. Menghafal itu susah.
b. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi.
c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa.
d. Gangguan-gangguan kejiwaan.
e. Gangguan-gangguan lingkungan.
f. Banyaknya kesibukan, dan lain-lain.
Ada beberapa problem mengahafal Al-Qur‟an diantaranya yaitu:
1. Cepat Hafal Cepat Pula Lupa
Problem lupa adalah hal biasa karena sifat lupa itu sudah
bawaan lahir. Lupa adalah hal yang wajar terjadi pada siapapun.
Karena itulah, jangan bersedih dan berputus asa hanya karena lupa
beberapa ayat atau surat yang telah dihafalkan. Ada beberapa hikmah
dan faedah yang terkandung dalam sifat lupa, diantaranya yaitu:
a. Menguji kapasitas iman seseorang hamba, apakah ia benar-benar
ingin mendapatkan kemuliaan dengan menghafal Al-Qur‟an atau
Al-Qur‟an yang hanya untuk sampingan dalam hidupnya.
b. Menambah semangat seorang penghafal Al-Qur‟an, karena ia
akan semakin banyak mengulang dan membaca Al-Qur‟an.
Dengan demikian, tabungan pahala akan bertambah pada setiap
hurufnya. Andai saja seseorang tidak pernah lupa, orang akan
bermalas-malasan dalam muraja‟ah,sehingga pahala besar tidak
Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah tidak berdosa bila
seseorang telah hafal kemudian lupa? Lupa ada dua macam yaitu:
a. Lupa yang manusiawi bukan karena kelalaian dan kesengajaan.
Bila seseorang mengalami ini maka ia dimaafkan dan tidak
berdosa.
b. Lupa yang merupakan akibat dari kelalaian dan malas untuk muraja‟ah. Inilah lupa yang tercela dan seseoarang akan dihukum
karenanya. Perlu anda ketahui bahwa penyebab utama malas,
lalai, dan lupa hafalan adalah maksiat. Maka jika anda tergelincir
dalam lembah maksiat bersegeralah iringi dengan tobat dan
mengerjakan amal kebaikan. (Abdul Aziz, 2015: 139)
Untuk melestarikan hafalan Al-Qur‟an dari kelupaan adalah
dengan menciptakan kreativitas takrir secara teratur. Upaya ini
merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat Al-Qur‟an
2. Sudah Tua Dan Tidak Mungkin Hafal Al-Qur‟an
Masyarakat awam sering berkata, “belajar diwaktu kecil bagai
mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.” Kata-kata ini sekalipun ada benarnya, tetapi
sebaiknya jangan dipakai. Hafalan tidak terkait umur tertentu. Hafalan
seseorang masa kecil tanpa pemahman, sedangkan saat dewasa
hafalan dibarengi pemahaman. Hasilnya dimulai kesempurnaan, dan
menjadikan seseorang lebih memahami Al-Qur‟an. Dengan demikian,
hafalan lebih kuat.
3. Menghafal Al-Qur‟an Dari Awal Atau Akhir
Banyak penghafal Al-Qur‟an yang bingung dalam hal ini,
padahal sebenarnya tidak perlu bingung. Menghafal dari depan
maupun belakang itu sama saja, yang penting tujuannya hafal 30 juz.
Karena setiap orang berbeda-beda cara dalam menghafal, ada yang
menurut mereka lebih baik dari depan, ada pula yang lebih mudah dari
belakang, dan seterusnya.
4. Menghafal Sampai Khatam, Baru Muraja‟ah
Metode yang baik adalah sedikit menghafal, tetapi banyak
mengulang atau banyak menghafal tapi lebih banyak lagi muraja‟ahnya. Muraja‟ah harus lebih banyak bahkan jangan
menambah hafalan sebelum hafalan yang ada benar-benar kuat.
Dengan langkah tersebut ,Insya Allah hafalan seseorang menancap
berani memanjang gelar Al-Hafidz di belakang namanya, namun
ketika diuji dengan melanjutkan bacaan suatu ayat dijawab dengan
geleng-geleng kepala.
5. Tidak Bisa Membaca Al-Qur‟an Pelan-Pelan
Kasus seperti ini banyak dialami oleh penghafal Al-Qur‟an.
Maksudnya, hafalan bagus dan tidak salah bila dibaca cepat, namun
banyak keliru bila dibaca pelan-pelan (Abdul Aziz, 2015: 140-152).
C. Strategi Menghafal
Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam
berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan
pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 6).
Ada beberapa metode yang mungkin dapat dikembangkan dalam
rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur‟an, dan bisa
memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan
dalam menghafal Al-Qur‟an. Metode-metode sebagaimana yang akan
diuraikan di bawah ini, bisa dipilih salah satu diantaranya yang dianggap
sesuai, atau dipakai semua sebagai variasi untuk menghilangkan
kejenuhan. Metode-metode itu diantara lain ialah:
1) Metode (Thariqah) Wahdah
Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu per satu
terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan
awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh
bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu
mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam
bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks
pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada
ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga
mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah
dihafalnya, maka gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu
muka.
Untuk menghafal yang demikian maka langkah selanjutnya ialah
membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar
lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara
alami, atau refleks. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak
diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. . (Al-Hafidz,
2000: 63)
2) Metode (Thariqah) Kitabah
Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain
dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih
dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas
yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut
dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.
Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali
menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat
Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan
penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali, atau mungkin
sampai sepuluh kali atau lebih sehingga dia benar-benar hafal terhadap
ayat yang dihafalkannya. Tentang berapa banyak jumlah ayat yang
ditulis, sangat tergantung pada kondisi ayat-ayat itu sendiri. Mungkin
cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus
dihafalnya itu termasuk kelompok ayat-ayat yang panjang
sebagaimana terdapat pada surah-surah as-saba’ut-thiwal, atau bisa
juga lima sampai sepuluh ayat ,bila ternyata giliran ayat-ayat yang
akan dihafalkanya itu termasuk ayat-ayat yang pendek sebagaimana
terdapat pada surah-surah yang pendek, dan seterusnya. Pada
prinsipnya semua tergantung pada penghafal dan alokasi baik waktu
yang disediakan untuknya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena
disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan
sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan
dalam bayangannya. . (Al-Hafidz, 2000: 63-64)
3) Metode (Thariqah)Sima’i
Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini
ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra,
terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih
dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur‟an. Metode ini
a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini,
instruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam
membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga
penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Baru kemudian
dilanjutkan dengan ayat berikutnya.
b. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke
dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Kemudian kaset diputar dan didengar secara saksama sambil
mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang lagi dan
diulang lagi dan seterusnya menurut kebutuhansehungga ayat-ayat
tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah hafalan dianggap
cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-ayat berikutnya
dengan cara yang sama, dan demikian seterusnya. Metode ini akan
sangat efektif untuk penghafal tunanetra, anak-anak atau penghafal
mandiri, atau untuk takrir (mengulang kembali) ayat-ayat yang
sudah dihafalnya. Tentunya penghafal yang menggunakan metode
ini, harus menyediakan alat-alat bantu secukupnya, seperti
tape-recorder, pita kaset, dan lain-lain. . (Al-Hafidz, 2000: 64-65)
4) Metode (Thariqah) Gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan
metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja
terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Maka dalam hal ini,
setelah penghafal sedelai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia
mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya
dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu memproduksi kembali
ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan
kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal
belum mampu memproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik,
maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai
nilai hafalan yang valid. Demikian seterusnya.
Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni
berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan
hafalan. Pemantapan hafalan dengan cara ini pun akan baik sekali,
karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap. .
(Al-Hafidz, 2000: 65)
5) Metode (Thariqah) Jama’
Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang
dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara
kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.
Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan
siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur
membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan
siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan
dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa
melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang
sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam
bayangannya.
Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada
ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Cara ini termasuk metode
yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan
kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya
ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.
Pada prinsipnya metode di atas itu baik sekali untuk dijadikan
pedoman menghafal Al-Qur‟an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai
semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan
yang berkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan
kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. (Al-Hafidz, 2000: 66)
Untuk melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal membuat target
harian. Target bukanlah merupakan aturan yang di paksakan tetapi hanya
sebuah kerangka yang dibuat sesuai dengan kemampuan dan alokasi waktu
yang tersedia. Bagi penghafal yang memiliki waktu sekitar empat jam setiap
harinya, maka penghafal dapat membuat target hafalan satu muka setiap
hari. Komposisi waktu empat jam untuk tambahan hafalan satu muka
dengan takrirnya adalah ukuran yang ideal. Alokasi waktu tersebut dapat
1. Menghafal pada waktu pagi selama satu jam dengan target hafalan satu
halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi untuk hafalan pemantapan
pada sore hari.
“Abu Sa’id al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa Jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat - lima ayat”
2. Mengulang (takrir) pada waktu siang selama satu jam dan mengulang
pada waktu malam selama satu jam. Pada waktu siang untuk takrir, atau
pelekatan hafalan-hafalan yang masih baru, sedang pada malam hari untuk mengulang dari juzu‟ pertama sampai pada bagian akhir yang
dihafalnya secara terjadwal dan tertib, seperti setiap hari takrir satu, dua atau tiga juzu‟ dan seterusnya. (Al-Hafidz, 2000: 77-78)
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017
1. Sejarah berdirinya
Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif Andong Boyolali merupakan
sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh yayasan Pondok
Pesantren Zumrotut Tholibien (Kacangan) Andong Boyolali, yang
mengelola lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Roudlatut Tholibin
dan Madrasah Aliyah Al Azhar Andong. Kemudian karena melihat
santri yang belajar di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibien terdiri dari
berbagai kelompok usia dan melihat banyaknya santri yang belajar di
luar Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Podok Pesantren
Zumrotut Tholibien terutama pada usia sekolah SMP maka para
pengurus Yayasan berinisiatif untuk mendirikan sekolah setingkat
yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Karena di lingkungan pondok, maka disepakati pendirian MTs dengan nama Ma‟arif yaitu pada tahun 1988, dan sebagai kepala
Madrasah yang pertama dijabat oleh Djamhari BA. Ia menjabat sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif selama 7 tahun yaitu
mulai tahun 1988 sampai 1995. Pada masa kepemimpinanya
pembangunan dalam bentuk fisik belum nampak karena pada saat itu
pengajar sebagai motor penggerak laju jalannya pendidikan dan pengenalan tentang eksistensi Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif secara
luas kepada masyarakat.
Pada tahun 1995 Djamhari, BA pindah tugas mengajar di MTs N Andong pada saat itulah MTs Ma‟arif Andong mengalami masa
transisi, melihat kondisi semacam itu yayasan Pondok Pesantren
Zumrotut Tholibien mengangkat Sudarji sebagai Kepala Madrasah.
Masa kepemimpinannya berlangsung sangat singkat yaitu pada tahun 1996 sampai pada tahun 1997. Kepala MTs Ma‟arif yang ketiga adalah
H. Djamal BA. Pada masa kepemimpinannya selain meneruskan
program yang telah dilaksanakan H. Djamhari, S.Ag, juga mulai ada
peningkatan pada pembangunan fisik dan peningkatan
sarana/prasarana dengan di bangunnya gedung – gedung kelas baru,
peningkatan perlengkapan kantor dan sarana penunjang lainnya seperti
komputer, perpustakaan dan lain – lain.
Pada tahun 2003 diganti oleh bapak Drs. Ali Imron, M. Pd.I
pada masa kepemimpinannya selain peingkatan pembangunan fisik
juga mulai di lengkapi fasilitas – fasilitas lain seperti Laboratorium
Komputer dan loker – loker untuk guru. Pada tahun 2005 Drs. Ali
Imron, M. Pd.I pindah tugas sebagai kepala MTsN Teras Boyolali dan
digantikan oleh Drs. Ichwani, S.PdI, beliau menjabat selama 2 periode
yaitu tahun 2005 – 2014. Kemudian pada tahun ajaran 2014 / 2015
Masa kepemimpinan Drs. Ichwani, S.PdI ini banyak sekali
mengalami kemajuan baik dibidang sarana/prasarana, sistem
pengajaran, jumlah siswa maupun prestasi. Pada masa kepemimpinan
beliau dibentuk team pengembang yang dipimpin oleh Drs. Suwardi
M.Pd. ia adalah salah satu unsur pimpinan yayasan Pondok Pesantren
Zumrotut Tholibin dan salah satu pengajar di IAIN Salatiga. Tugas
dari tim pengembang adalah membantu merumuskan program,
membantu merencanakan program pendidikan, mengawasi
pelaksanaan program-program dan mengevaluasi hasil yang telah
dicapai agar target program terlaksana dengan baik, salah satunya dengan menanamkan slogan “SIP” Sholeh Ilmu Prestasi.
Pada tahun pelajaran 2014/2015 kepemimpinan Drs. Ichwani
berakhir. Digantikan oleh Amri, S.Pd.I. Pada masa kepemimpinannya
belum banyak perubahan dan masih meneruskan program yang telah
dilaksanakan oleh Drs. Ichwani, S.Pd.I.
2. Keadaan Pembelajaran Tahfidz
Pelaksaan pembelajaran tahfidz di MTs Ma‟arif itu dilaksanakan
setiap pagi sebelum KBM berlangsung. Jam 07.00 semua siswa
melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu di masjid. Kemudian
setelah selesai dholat dhuha, semua siswa cheking di halaman sekolah
terlebih dahulu sebelum memasuki kelas masing-masing. Jam 07.30
baru mulai pembelajaran tahfidz di kelas. Waktunya hanya 30 menit
tiga hari dalam seminggu. Yaitu hari selasa, kamis dan juga sabtu.
Untuk hari rabu digunakan untuk fasholatan, sedangkan hari jum‟at
untuk program BTA.
Yang membimbing tahfidz tidak hanya guru-guru Agama Islam, akan tetapi semua guru yang ada di MTs Ma‟arif ikut serta dalam
membimbing program tahfidz itu.
Setiap minggunya ada target hafalan yang di harus di selesaikan
oleh seluruh siswa, kira-kira 5-10 surat. Tujuannya agar target hafalan Juz‟ama itu dapat selesai dengan tepat waktu dan dapat selesai dengan
bersama.
3. Letak Geografis
Letak Geografis MTs Ma‟arif Andong yaitu di Dukuh Karang
Joho Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sedangkan
keadaan lokasinya sebagai berikut :
a. Di sebelah barat : Persawahan/ perkebunan (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
b. Di sebelah selatan : Pemukiman penduduk. (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
c. Di sebelah timur : Ponpes Zumrotut Tholibien. (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
d. Di sebelah utara : Pemukiman penduduk. (Karangjoho,
RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)
4. Visi, Misi dan Tujuan
Visi MTs Ma‟arif Andong kabupaten Boyolali yaitu:
“Terwujudnya lulusan yang Sholeh/hah, berIlmu, dan berPrestasi
(SIP)”. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh MTs
adalah sebagai berikut:
1) Mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran islam.
2) Membiasakan rajin beribadah dan berakhlakul karimah.
3) Melaksanakan pendidikan yang berkualitas agar menguasai ilmu
agama, sains, dan teknologi.
4) Melaksanakan pembinaan prestasi siswa sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya.
Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan di MTs Ma‟arif
Andong Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT.
2) Menyiapkan sumber daya pembangunan yang berkualitas.
3) Menyiapkan lulusan yang mampu bersaing dalam kehidupan lokal
maupun global.
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi sekolah MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali
Bagan 3.1 K.H Drs. SUPARMAN ARS, M.Pd.I
Adapun program kegiatan unggulan di MTs Ma‟arif Andong
Kabupaten Boyolali di antaranya:
a. Sholat dhuha berjama‟ah
b. Sholat dhuhur berjama‟ah
c. Bimbingan Tahfidz juz „amma
d. Bimbingan fasholatan
e. Bimbingan BTA
f. Bimbingan prestasi akademik (IPA, MTK, B. Inggris, B. Arab)
g. Pengembangan bakat dan minat (olahraga dan seni)
h. Kajian putrid
i. Peringatan Hari Besar Islam
j. Kegiatan ekstra (pramuka, drumband, dll)
6. Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana penunjang pelaksana pendidikan yang
berada di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali terdiri dari ruang
kelas dan ruang aktifitas lainnya. Sebagaimana dilihat dalam tabel 3.1
Tabel 3.1
guru di sekolahan yang mengusulkan untuk diadakan program tahfidz,
proses diadakannya program tahfidz di MTs ini tidak mudah bagi
guru-guru. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani seorang guru
di MTs (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor Guru:
Setelah muncul ide dari Bapak Ikhwani itu, baru program
Tahfidz itu di jalankan. Seluruh tenaga pendidik di sekolahan MTs Ma‟arif di kerahkan untuk bekerja sama menjalankan program usulan
dari Bapak Ikhwani. Program ini baru berjalan dengan lancar sejak
tahun 2013, seperti yang dituturkan Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57)
di Kantor Guru:
“2007/2008 itu baru ide2 nya, kemudian 2009/2010 itu baru sip berjalan. Memang sulit sekali prosesnya dulu itu mbak.”
Minat masyarakat semakin banyak dengan adanya program plus
di MTs Ma‟arif Andong ini. Jumlah siswanya semakin meningkat, dari
tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Yang dulunya hanya 183
sekarang siswanya menjadi 483 siswa, seperti yang dituturkan oleh
Waka Kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor Guru:
“Tanggapan dari siswa bagus sekali, sangat bagus sekali. Sangat mendukung. Buktinya dari 2011 sampai 2017 semakin meningkat. Dulu Cuma 183 2010/2011. Sekarang sudah menjadi 483. Naiknya sudah signifikan sekali.”
Jawaban hampir serupa dari Bapak Ikhwani
(29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:
siswa sampai sekarang 486 dengan model pembelajaran yang seperti itu dan didesain seperti ini juga sehingga MTs Ma‟arif menjadi MTs swasta paling subur paling baik se Boyolali. Padahal se Boyolali ada 85, 14 negri. Tapi ya tidak datang serta merta, kami bersama-sama kerja keras tidak mengenal lelah.”
untuk pelaksanaan program tahfidz ini sekarang dilaksanakan
waktu pagi hari setelah sholat dhuha. Seluruh siswa diwajibkan untuk
melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu sebelum pelajaran di mulai.
Ini jawaban saat wawancara dari Bapak Ikhwani
(29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:
“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada absensinya juga.”
2. Problem-problem yang dialami
Dalam menjalankan program tahfidz ini, tidaklah mudah bagi
semua guru yang ada di MTs Ma‟arif. Banyak sekali problem dalam
pelaksaannya. Seperti yang di tuturkan oleh bapak Ikhwani
(29/08/2017:09.57-10.27) di Kantor Guru:
Oleh karena itu, pembimbing tahfidz ini tidak hanya guru-guru
Agama Islam saja, namun semua guru di tuntut untuk membimbing
seluruh siswa. Jadi bagi guru-guru umum juga mau tidak mau di
haruskan hafal Juz 30 . Selain problem itu, masih banyak problem
terberat yang lainnya, seperti yang di tuturkan Kepala Sekolah
(31/08/2017:08.50-09.02) di Kantor Kepala Sekolah:
“Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita kurang, juga dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan, makanya hanya dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.”
Waka kurikulum juga menuturkan kalau problem terberat dalam program tahfidz Juz‟ama ini yaitu pada siswa yang belum bisa baca
Al-Qur‟an sama sekali. Ini yang dititurkan waka kurikulum
(29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal. Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”
Selain problem pada SDM nya, ada pula problem-prolem lain
pada waktu pelaksanaannya. Seperti yang dituturkan oleh guru Aqidah
Akhlaq (29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:
Al-Qur‟an. Karena yang berasal dari SD murni itu pelajaran agamanya hanya sedikit sekali.”
3. Strategi yang digunakan guru
Proses pelaksaaan setoran hafalan pada siswa itu di laksanakan
setiap seminggu tiga kali, dengan strategi yang berbeda-beda dari
setiap pembimbing. Seperti yang di tuturkan oleh guru Aqidah Akhlaq
(29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:
“Di kasih waktu mbak, setiap mau masuk kelas ada lembar tahfidz, seminggu berapa surat gitu. Trik itu tergantung dari anak sendiri. Misal kalau dirumah habis sholat suruh baca lagi.ada yang satu surat ada yang 2 kali belum hafal, satu akali ada yang hafal.”
Jawaban lain mengenai strategi membimbing siswa agar cepat
hafal, dari hasil wawancara itu juga di tuturkan oleh waka kurikulum
(29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Untuk saat ini yang saya lakukan, setiap anak-anak harus punya juz‟ama dulu. Kemudian ketika setoran saya tandai, jadi besoknya tinggal melanjutkan maju dari yang ditandai tadi, Seperti itu.”
Untuk selanjutnya tidak hanya hafalan kemudian selesai dengan
wisuda tahfidz yang dilakukan setiap tahunnya, akan tetapi guru juga
dituntut bagaimana caranya agar hafalan siswa tidak mudah hilang begitu saja. Ini jawaban dari kepala sekolah MTs Ma‟arif
(31/08/2017:08.50-09.02) di Ruang Kepala Sekolah:
Jawaban yang hampir sama juga di tuturkan oleh waka
kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
“Ya diulang-ulang. Nanti setelah selesai, Tiap ganti semester mengulang hafalannnya lagi, Dari awal lagi. Kalau sudah lancar langsung lanjut surat-surat pilihan. Juga siswa itu di iming-imingi wisuda tahfidz tiap tahunnnya itu mbak.”
4. Strategi yang di gunakan siswa
Siswa yang tinggal di pondok maupun tidak, mereka
menggunakan metode yang mudah yaitu metode Thariqah, metode ini
dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang untuk ayat pertama
sepuluh sampai dua puluh kali sampai benar-benar hafal, baru
kemudian pada ayat berikutnya, seperti yang siswa sampaikan saat
wawancara (31/08/2017:07.52-07.57) di Ruang kelas VII A:
“Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama sampai hafal sendiri di luar kepala.”
Jawaban yang sama juga disampaikan oleh siswa yang tidak
tinggal di pondok (31/08/2017:07.47-07.52) di ruang kelas VII A: “Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.”
5. Faktor penghambat
Seiring berjalannya program tahfidz di sekolah MTs Ma‟arif ini,
pasti ada hambatan-hambatan yang siswa-siswi alami. Terutama ketika
proses hafalan di rumah dan juga saat setoran kepada pembimbing.
Faktor itu bisa dari luar diri individu, bisa juga dari dalam individu itu.
Seperti yang di sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok
“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”
6. Jumlah Kelulusan
Jumlah lulusan setiap tahunnya belum pernah mencapai 100%,
di karenakan problem-problem dari SDM nya tersebut. Siswa yang
berasal dari SD murni, banyak sekali yang belum bisa baca Al-Qur‟an
sama sekali. Jadi, pembimbing harus memulai dari awal yaitu dengan
program BTA. Setelah itu barulah bisa lanjut ke program tahfidz bagi
siswa yang tertingga. Persentase setiap tahunnya kira-kira hanya
sekitar 40-60% yang lulus Tahfidz Juz‟ama. Seperti yang di tuturkan
oleh (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:
“Sekitar 40-45% atau 110 siswa setiap semester. Wisuda tahfidz diadakan dua kali dalam satu tahun. semester ganjil dan genap. Bareng wisuda kelas IX.”
Kalau siswa di kelas VII dan VIII belum bisa khatam, terpaksa
di kelas IX harus di selesaikan. Karena memang benar-benar susah
untuk menggerakkan siswa-siswa yang malas untuk hafalan. Biasa itu
siswa laki-laki yang paling susah dan lama untuk selesai. Ini jawaban
dari waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:
BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Problem Menghafal Juz’ama Pada Siswa Di Mts Ma’arif Andong
Kabupaten Boyolali Tahun 2017
Berdasarkan temuan penelitian, problem yang di alami dalam
membimbing hafalan pada siswa di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017 adalah:
a. Latar Belakang Siswa
Problem terberat di MTs Ma‟arif Andong untuk pelaksanaan
program tahfidz itu adalah karena Siswanya. Siswa yang berasal dari
SD murni itu tidak bisa sama sekali membaca Al-Qur‟an, maka jika mereka di tuntut untuk menghafal Juz‟ama tentu tidak bisa. Mereka
harus diajari terlebih dahulu membaca huruf hijaiyah/iqro dengan
benar terlebih dahulu, baru mereka di tuntuk untuk menghafal. Tidak
hanya siswa, akan tetapi juga pembimbingnya, tidak sedikit guru MTs Ma‟arif yang belum hafal Juz‟ama. Seperti yang dituturkan oleh kepala
sekolah (31/08/2017:08.50-09.02) di ruang kepala sekolah:
jawaban hampir sama juga dituturkan oleh waka kurikulum
(29/08/2017:10.20-10.27) di kantor guru:
“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal. Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”
b. Gangguan lingkungan
Berdasarkan temuan penelitian, Siswa mengalami
hambatan/gangguan pada saat menghafal yaitu gangguan dari
lingkungannya juga gangguan dari dalam diri siswa itu. Seperti yang di
sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok
(31/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:
“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”
Jadi, menurut peneliti yang menyebabkan siswa tidak lulus
tahfidz 100% dalam setiap tahunnya itu mayoritas karena problem
yang ada dalam diri siswa yaitu malas. Dari hasil wawancara dengan
siswa, ketika siswa di tanya apakah ada kesulitan saat kamu menghafal kan juz‟ama ini? Mereka menjawab “tidak sulit bagi saya”.
c. Kurangnya waktu
Waktu yang digunakan setoran hafalan hanya tiga hari dalam
seminggu. Pelaksaannya hanya di waktu pagi setelah sholat dhuha.
Waktunya hanya 30 menit setiap kali jadwal setoran hafalan. Seperti
yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani wawancara (29/08/2017:
“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada absensinya juga.”
2. Strategi Menghafal Juz’ama Di Mts Ma’arif Andong Kabupaten
Boyolali Tahun 2017
Berdasarkan temuan penelitian, problem dan strategi menghafal Juz‟ama di Mts Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 adalah
dengan menggunakan metode (Thariqah) Wahdah yaitu menghafal dengan
cara mengulang-ulang, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat
yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa
dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga
proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.
Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan
ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi
hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah
benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan
cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah
ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal
urutan-urutan ayat dalam satu muka. Untuk menghafal yang demikian
maka langkah selanjutnhya ialah membaca dan mengulang-ulang lembar
tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam
satu muka tersebut secara alami, atau refleks. Demikian selanjutnya,