• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEM MENGHAFAL JUZ’AMA DAN STRATEGINYA PADA SISWA MTS MA’ARIF ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROBLEM MENGHAFAL JUZ’AMA DAN STRATEGINYA PADA SISWA MTS MA’ARIF ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2017"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEM MENGHAFAL JUZ’AMA DAN STRATEGINYA

PADA

SISWA MTS MA’ARIF ANDONG

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh:

UMI KHARISAH

NIM : 111-13-174

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

ُنا ْرُقلا َمَّلَس َو ِهٌَْلَع ُالله ىَّلَص ًِِّبَّنلا ُقُلُخ َناَك

“Akhlaq Nabi SAW. adalah Al-Qur’an” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud)

(6)

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a rasa syukur kepada Allah SWT yang teramat dalam

kupersembakan

karya ini buat orang-orang yang telah banyak berjasa dalam hidupku, yang tanpa mereka aku tidak mungkin bisa

merasakan hidup seperti saat ini.

Skripsi ini bukanlah akhir dari tugas, namun awal aku berkarya.

Terimakasih buat…

Wanita terindah penuh kasih sayang (Ibunda tercinta) “You are the light that shines mylife

Thank you for all you have given to me Withouth you,

I can’t do anything”

Dan tidak terlupakan ayahanda terkasih serta kakak dan adik, yang selalu memberikan motivasi dan semangat di

setiap hari.

Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. yang dengan ketelatenan dan kesabaran telah membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sampai membuahkan hasil

maksimal sebagaimana impian penulis. Untuk semua keluarga MTs Ma’arif Andong

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga,

sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

kesarjanaan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Pd., selaku kepala jurusan Pendidikan Agama Islam dan

selaku pembimbing akademik (PA) yang dengan sabar membimbing dan

mengarahkan penulis dari semester 1 hingga semester akhir.

4. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

5. Segenap Dosen, Staff dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan

(8)

6. Bapak Amri S.Pd.I., selaku kepala MTsMa‟arif Andong Kabupaten Boyolali

dan para guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam

melakukan penelitian skripsi ini.

7. Terkhusus orang tua tercinta: Ayahanda Sodik dan IbundaMujiyatmi serta

adikku Mohammad Amin Sya‟roni, terima kasih sedalam-dalamnya penulis

ucapkan atas doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang tiada henti

mereka curahkan kepada penulis.Dan juga membantu dalam bentuk materi

untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

8. Terimakasih kepada para sahabat: khususnya Joko Supriyanto yang tiada henti

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis serta seluruh sahabat PAI

yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu angkatan 2013. Dan kepada

Puji Rohmatinyang selalu menemani penulis. Semoga tali silaturahhim

diantara kita akan selalu terjaga selamanya. Amin.

Harapan penulis, semoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan

balasan kebaikan yang berlipat ganda di sisi Allah SWT dan semoga Allah

meridhoi persaudaraan ini. Akhirnya dengan tulisan ini semoga dapat bermanfaat

bagi pembaca dalam menambah khasanah keilmuannya serta dapat mengambil

(9)
(10)

ABSTRAK

Kharisah, Umi. 2017.Problem Menghafal Juz’ama Dan Strateginya Pada Siswa Mts Ma’arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M. Ag.

Kata kunci: Problem, Strategi, Juz‟ama

MTs Ma‟arif Andong Boyolali merupakan sekolah yang memadukan antara pendidikan umum dengan pendidikan keagamaan. Pendidikan yang diterapkan di MTs Ma‟arif Andong Boyolali dapat dijadikan contoh bagi sekolah lain untuk mewujudkan generasi yang berkualitas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Apa problem yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?, Bagaimana strategi yang digunakan guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?

Penelitian ini menggunakan pendekatan jenis penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui metode wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dilapangan kemudian disusun dengan memilih dan menyederhanakan data. Selanjutnya dilakukan penyajian data untuk ditarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: problem yang dialami sekolah dalam pelaksanaan program tahfidz Juz‟ama yaitu pada latar belakangsiswa. Siswa baru yang masuk MTs yang berasal dari lulusan SD murni sama sekali tidak bisa membaca Al-Qur‟an. Problem yang dialami siswa saat hafalan yaitu faktor lingkungan, kurangnya waktu hafalan, dan Gangguan dari teman. Itu sangat berpengaruh pada proses hafalan siswa,Siswa jadi tidak konsentrasi untuk menghafal.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Nota Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Deklarasi ... iv

Motto ... v

Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... vii

Abstrak ... x

Daftar Isi ... Xi Daftar Tabel ... Xiv Daftar lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Definisi Operasional ... 6

E. Metode Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan Skripsi ... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Menghafal Al-Qur‟an... 19

B. Problem Menghafal Juz‟ama ... 19

(12)

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif Andong

Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017 ... 30

1. Sejarah Berdirinya…………... 30

2. Keadaan Pembelajaran Tahfidz... 32

3. Letak Geografis ... 33

4. Visi, Misi dan Tujuan ... 34

5. Struktur Organisasi ... 34

6. Sarana dan Prasarana ... 36

B. Temuan Data Penelitian ... 37

1. Kondisi MTs Ma‟arif Andong ... 37

2. Problem-problem yang dialami ... 40

3. Strategi Yang Digunakan Guru …... 42

4. Strategi Yang Digunakan Siswa ... 43

5. Faktor Penghambat ... 43

6. Jumlah Kelulusan ... 44

BAB IV ANALISIS DATA 1. Problem Menghafal Juz‟ama Pada Siswa di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 ... 45

a. Latar Belakang Siswa 45

b. Gangguan Lingkungan 46

c. Kurangnya Waktu 46

(13)

Kabupaten Boyolali Tahun 2017 ...

BAB V PENUTUP 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

C. Penutup... 58

(14)

Daftar Bagan dan Tabel

Bagan3.1 Struktur Organisasi MTs Ma‟arif Andong Boyolali

(15)

Daftar Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Penulis

2. Surat Ijin Penelitian

3. Surat Pernyataan Telah Meneliti

4. Lembar Konsultasi

5. Laporan SKK

6. Pedoman Wawancara

7. TranskipWawancara

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyikapi perkembangan pada era globalisasi ini yang semakin

pesat, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang tangguh dan ulet,

serta mempunyai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah Swt. Dalam

mempersiapkan hal itu, maka dibutuhkan upaya pembentukan

mental-mental yang tangguh melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan pengkondisian situasi pembelajaran bagi

peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai

kompetensi-kompetensi yang dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun

dalam bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan yaitu

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Pendidikan merupakan pengalaman belajar seseorang sepanjang hidup,

dan setiap orang berhak mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu dapat

dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Artinya pendidikan

dapat dilakukan tanpa mengenal batas usia, ruang, dan waktu. Setiap

warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan dan pemerintah

wajib untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang

menunjang berlangsungnya proses pendidikan, maka dari itu perlu adanya

(17)

Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam kehidupan

manusia dimasa depan. Pendidikan yang diselenggarakan harus mampu

mencetak sumber daya manusia yang lebih siap untuk terjun dan berperan

aktif dalam kehidupan nyata. Konkretnya, pendidikan itu harus mampu

menyiapkan tenaga-tenaga terampil yang mampu melayani dirinya sendiri

dan orang lain serta dapat mengisi dan berperan aktif diberbagai sendi

kehidupan serta kompetitif.

Peran guru dalam pendidikan Agama Islam dan fungsi belajar dalam

mengembangkan potensi termasuk dalam bidang pendidikan, yaitu

meningkatkan penyelenggaraan pendidikan di Sekolah agar peserta didik

mampu berperilaku positif, misalnya guru menjelaskan tentang bagaimana

tata cara membaca Al-Qur‟an, peserta didik mampu membaca dengan

benar, peserta didik mampu menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an serta

mengamalkannya.

Di era sekarang ini sekolah-sekolah yang bertaraf pendidikan Islam

banyak sekali yang mengadakan program-program hafalan ayat-ayat Al-Qur‟an. Dengan tujuan agar menghasilkan generasi yang berkualitas

tinggi. Tidak hanya mendapatkan ilmu-ilmu umum saja namun juga

mendapatkan nilai-nilai tersendiri dari hafalan-hafalannya tersebut sebagai

kehidupan yang akan datang.

Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu pekerjaan yang sangat mulia,

baik di hadapan manusia terutama di hadapan Allah SWT. Banyak

(18)

Baik keutamaan yang akan diperolehnya di dunia maupun di akhirat kelak.

(Sugianto, 2004: 31)

Namun tidak mudah bagi guru, terutama guru Al-Qur‟an Hadist

dalam mendorong peserta didik untuk bisa belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an dengan cepat. Tentu prosesnya lebih lama dibandingkan dengan

menyampaikan ilmu pengetahuan umum yang disajikan berupa teori,

pratek, dan lain sebagainya. Tidak lepas pula dari adanya hambatan dalam

membimbing anak didik dalam hafalan. Guru Al-Qur‟an Hadist harus

mempunyai ide kreatif sebagai kelancaran proses bimbingan hafalan.

bagaimana strategi yang tepat agar peserta didik itu tidak mengalami

kesulitan saat menghafal.

Terdapat studi kasus di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali

peserta didik kesulitan dalam belajar menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an.

Dimana ada yang cepat dalam hafalan dan ada pula yang lambat sekali

dalam hafalan karena kecepatan belajar tiap siswa itu berbeda-beda. Selain

hambatan dari dalam diri siswa, ada pula faktor dari luar yang

mempengaruhi cepat lambatnya siswa dalam menghafal. Disini guru Al-Qur‟an Hadist juga sangat berperan dalam mengatasi kesulitan peserta

didik dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur‟an terutama dalam program

sekolah yaitu hafalan Al-Qur‟an juz ke 30 (Juz‟ama).

Untuk memecahkan sejumlah problematika itu, maka guru

diharapkan dapat lebih kreatif untuk dapat memberikan masukan sebagai

(19)

Al-Qur‟an pada umumnya dengan beberapa pendekatan. (Al-Hafidz, 2000:

41)

Ada beberapa metode yang mungkin dapat dikembangkan dalam

rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Juz‟ama, dan bisa

memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan

dalam menghafal Juz‟ama. Setiap penghafal dapat memilih satu atau

beberapa metode yang sesuai dengan kemampuannya, atau dipakai semua

sebagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan. (Al-Hafidz, 2000: 63)

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang

peran guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem mengahafal Juz‟ama di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali. Peneliti bermaksud

mengangkatnya ke dalam penulisan skripsi dengan judul “Problem Menghafal Juz’ama Dan Strateginya pada Siswa MTs Ma’arif

Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017” .

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan gambaran masalah diatas, maka fokus penelitiannya

adalah:

1. Apa problem yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017?

2. Bagaimana strategi yang digunakan guru Al-Qur‟an Hadist dalam

mengatasi problem menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif

(20)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka penelitian merumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui problem apa yang dialami dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun

2017.

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi guru Al-Qur‟an Hadist yang digunakan dalam mengatasi problem menghafal Juz‟ama pada siswa

kelas MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

kalangan masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat bagi

para guru dan seluruh anggota sekolah. Adapun manfaat yang diharapkan

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pendidikan dan dapat memperkaya khasanah

keilmuan khususnya tentang problem dan strategi guru Al-Qur‟an

Hadist dalam menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong

Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

2. Manfaat praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk bahan

masukan bagi pembaca mengenai problem dan strategi guru Al-Qur‟an

(21)

riset dan kajian dalam bidang pendidikan khususnya mengenai strategi

guru Al-Qur‟an Hadist dalam mengatasi problem menghafal Juz‟ama.

Selain itu juga manfaat penelitian ini adalah sebagai informasi dan

bahan pertimbangan bagi sekolah-sekolah lainnya dalam mengatasi

kesulitan belajar bagi para pelajar.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan persepsi dan lebih mengarahkan

pembaca dalam memahami judul skripsi ini penelitian merasa perlu untuk

menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul tersebut. adapun

istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Problem

Masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu

pernyataan tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang

diharapkan. Bisa jadi kata yang digunakan untuk menggambarkan

suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau

lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. (Vardiansyah,

2008: 70)

2. Menghafal Al-Qur‟an

Menurut etimologi menghafal merupakan bahasa indonesia yang

berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali

tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan.

Mengahfal dalam bahasa arab berasal dari kata

(22)

artinya bacaan atau yang dibaca. Hifzh Al-Qur’an merupakan susunan

bentuk idlofah (mudlof dan mudlof ilaih) yang terdiri dari hifzh

(mudlof) dan Al-Qur‟an (mudlof ilaih). Hifzh sendiri merupakan

bentuk isim mashdar dari fi’il madli hafizho yang artinya memelihara,

menjaga, dan menghafal.

Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur’an adalah

menghafal Al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam

mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas

dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir

dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf

yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir

(Munjahid, 2007: 73-74).

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi

verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan

(diingat) kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli (Djamarah,

2011: 29).

3. Strategi

Strategi sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “Strategy” yang

oleh As Hornby dalam Oxford Advance Leaners Dictionary (Oxford University Press, 1997 p 870) disebutkan sebagai “the art of planning

operations in war, expecially of the movements of armies and navies

(23)

gerakan-gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi-posisi yang menguntungkan alam pertempuran”. Strategi juga berasal dari

bahasa Yunani “strategia” yang artinya “the art of the general

seninya seorang jenderal/panglima (Darwis dkk, 1998: 195).

Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam

berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai

tujuan pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 6).

4. Juz‟ama

Juz ke-30 atau lebih dikenal dengan sebutan JUZ AMMA, terdiri atas

37 surat yaitu dari surat ke-78 Naba) hingga surat ke-114

(an-Naas) (Saksono, 1992: 58).

E. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena

merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan

yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat

diperoleh secara optimal.

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(24)

Ruslan (2010: 133) berpendapat bahwa penelitian kualitatif lebih

menekankan kata-kata sebagai unit analisis dibandingkan dengan

angka-angka. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena sifat

data yang dikumpulkan bercorak kualitatif dengan jenis penelitian

lapangan.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen utama

pengambil data. Peneliti merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti

menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat

penelitian disini tepat karena peneliti menjadi segalanya dalam proses

penelitian. Namun, instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai

penjelasan alat-alat ukur yang dipergunakan untuk mengumpulkan data

dan atau informasi (Leo, 2013: 97).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten

Boyolali. Yang beralamat di Jl. Pesantren no 4, Karang Joho Mojo

Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Menurut Lofland dalam

Moleong (2009: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif

(25)

dokumen dan lain-lain. Data yang akan terkumpul melalui penelitian

ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai problem dan strategi menghafal Juz‟ama pada siswa di MTs Ma‟arif

Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil

observasi pada tempat penelitian, dan hasil wawancara terhadap

responden dan dokumen yang terkait dengan tempat penelitian. Pada

penelitian ini yang dijadikan subjek adalah guru.

Bila dilihat dari sumber datanya maka pengumpulan data dapat

menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer

adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data dan sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber data yang

diambil yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli

atau data baru. Sumber baru diperoleh dengan cara observasi dan mewawancarai guru MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali

Tahun 2017.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

(26)

juga data tersedia atau tertulis. Data sekunder berasal dari sumber

buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dokumen resmi, arsip, dan

lain-lain. data tersebut berguna untuk melengkapi data primer.

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Metode Wawancara (Interview)

Metode wawancara (interview) dikenal pula dengan istilah

Wawancara Menurut Esterberg wawancara merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab,

sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu

(Sugiyono, 2014: 317).

Sedangkan menurut Asmani (2011: 122) metode wawancara

(interview) merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.

Dalam penelitian ini, jenis wawancara yang dilakukan

melalui pendekatan dengan menggunakan petunjuk umum

wawancara. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara

membuat kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan

tidak perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009: 187).

Interview atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh informasi tentang strategi guru PAI dalam mengatasi kesulitan menghafal Juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif

(27)

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2002: 145).

Metode observasi juga dapat diartikan sebagai suatu

pengamatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang

diselidiki (Hadi, 1995: 136). Sedangkan observasi sendiri dibagi

menjadi tiga yaitu pertama, observasi partisipatif yaitu peneliti

terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau

yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Kedua, observasi

terus terang dan tersamar, yaitu peneliti dalam pengumpulan data

menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang

melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak

awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi suatu saat

peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal

ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data

yang masih dirahasiakan. Ketiga, observasi tidak berstruktur yaitu

observasi dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus

penelitian belum jelas, observasi tidak dipersiapkan secara

sitemastis tentang apa yang akan diobservasi.

Pada penelitian ini penulis menggunakan observasi terus

(28)

problem menghafal juz‟ama dan strateginya pada siswa MTs

Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya 9

(Arikunto, 2002: 234).

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data

tentang keadaan siswa, guru, sekolah dan sebagainya di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

6. Metode Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain. Sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan

ke dalam unit-unit menyusun kedalam suatu pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014: 334).

Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

(29)

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248). Tujuan analisis

data adalah untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul,

menyajikannya dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian

mengolah dan menafsirkan atau memaknai (Imam dan Tobroni, 2003:

134).

Metode analisi data yang penulis gunakan adalah metode

analisis data kualitatif, yaitu data yang terbentuk uraian kemudian

penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung. Dengan

menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk memperoleh

penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan kejelasan atau

penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan obyek penelitian.

Metode yang digunakan untuk membahas sekaligus sebagai kerangka

pikiran pada penelitian adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,

mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).

Dalam reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil wawancara

ataupun informasi lain dari hasil observasi sesuai dengan tipologi

data tesebut. Hasil data ataupun informasi yang diperoleh disusun

secara sistematis dan diidentifikasi secara sederhana agar

(30)

b. Menyusun Kategorisasi

Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan ke

dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong, 2009:

288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau mengolah

berdasarkan kategorisasi masing-masing menurut fokus masalah.

c. Sintesisasi

Mensistesiskan merupakan mencari kaitan antara satu kategori

dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis melakukan

penanganan suatu obyek tertentu dengan cara

menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang lainnya, sehingga

menghasilkan pengertian yang baru. Dengan demikian sintesis

dilakukan dengan pendekatan deskriptif.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis

menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta

triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data dari

informan primer dengan informan lain, sehingga data benar-benar

dapat diuji kebenarannya. Ada dua macam triangulasi yang digunakan

(31)

a. Triangulasi Sumber data

Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono,

2014: 241).

b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik

pengumpulan data dengan metode yang sama (Moleong, 2009:

331).

8. Tahap-tahap Penelitian

Tahap pertama pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati

dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan. Penulis harus mengadakan

pendekatan secara terbuka kepada responden dengan tujuan untuk

memperoleh informasi atau data awal.

Tahap kedua mencatat hasil yang diperoleh. Untuk

mempermudah memperoleh data dengan wawancara dan pengamatan,

setelah data-data sudah terkumpul kemudian dianalisis dan diikuti

dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan.

Tahap ketiga selanjutnya pengecekkan dan memeriksa

keabsahan data. Pada tahap ini biasanya diadakan penghalusan data

yang dilakukan pada subyek dan informan. Jika dapat ketidaksesuaian

(32)

Tahap keempat ialah merancang penulisan. Tahap ini hendaknya

dijelaskan pada rancangan penulisan walupun tidak dilakukan secara

rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan secara tepat karena

akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan secara keseluruhan

penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka

tahap-tahap penulisan yang akan dilaksanakan adalah mulai dari penyerahan

surat perizinan penulisan kepada MTs Ma‟arif Andong Kabupaten

Boyolali Tahun 2017. Setelah melewati proses tadi barulah penulis

bisa melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan

responden dan mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang

telah direncanakan.

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menyusun sistematikanya

sebagai berikut:

1. Bagian muka, yang berisi tentang: Halaman Judul, nota pembimbing,

pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar

tabel, dan daftar lampiran.

2. Bagian Isi yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN, dalam bab ini berisi tentang Latar

Belakang, Fokus Penelitian, Tujuan Dan Manfaat

Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Dan

(33)

BAB II : LANDASAN TEORI, yang berisi tentang pengertian

problem, strategi, dan mengenai pengertian menghafal Juz‟ama.

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN,

merupakan gambaran umum tentang gambaran umum MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali yang meliputi profil

MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali, Visi, Misi, dan

Tujuan, Struktur organisasi MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali, Program kegiatan MTs Ma‟arif

Andong Kabupaten Boyolali, Sarana dan Prasarana,

keadaan guru, karyawan, Pembina asrama dan siswa MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali dan temuan data

penelitian.

BAB IV : ANALISIS, kemudian dalam bab IV membahas mengenai

analisis data yang meliputi : problem dan strategi dalam menghafal juz‟ama pada siswa MTs Ma‟arif Andong

Kabupaten Boyolali Tahun 2017.

BAB V : PENUTUP, di dalam bab V ini akan diuraikan mengenai

kesimpulan dan saran. Sedangkan bagian akhir skripsi ini

berisi tentang lampiran-lampiran yang mendukung isi dari

skripsi, kemudian daftar pustaka.

3. Bagian Akhir, terdiri dari : Daftar pustaka, daftar riwayat

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Menghafal al-Qur’an 1. Pengertian menghafal

Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi

verbal didalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan

(diingat) kembali secara harfiah, sesuai materi yang asli (Djamarah,

2011: 29).

2. Menghafal al-Qur‟an

Menghafal Al-Qur‟an adalah menghafal sesuai dengan urutan

yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah

sampai dengan surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan

memelihara kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan

kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang

ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita

dengan jalan mutawatir (Munjahid, 2007: 74).

B. Problem menghafal Juz’ama

Problema yang dihadapi oleh orang yang sedang dalam proses

menghafal Juz‟ama itu banyak dan bermacam-macam, mulai dari

pengembangan minat, penciptaan lingkungan, pembagian waktu sampai

kepada metode menghafal Juz‟ama itu sendiri. Problematika yang dihadapi

(35)

a. Menghafal itu susah.

b. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi.

c. Banyaknya ayat-ayat yang serupa.

d. Gangguan-gangguan kejiwaan.

e. Gangguan-gangguan lingkungan.

f. Banyaknya kesibukan, dan lain-lain.

Ada beberapa problem mengahafal Al-Qur‟an diantaranya yaitu:

1. Cepat Hafal Cepat Pula Lupa

Problem lupa adalah hal biasa karena sifat lupa itu sudah

bawaan lahir. Lupa adalah hal yang wajar terjadi pada siapapun.

Karena itulah, jangan bersedih dan berputus asa hanya karena lupa

beberapa ayat atau surat yang telah dihafalkan. Ada beberapa hikmah

dan faedah yang terkandung dalam sifat lupa, diantaranya yaitu:

a. Menguji kapasitas iman seseorang hamba, apakah ia benar-benar

ingin mendapatkan kemuliaan dengan menghafal Al-Qur‟an atau

Al-Qur‟an yang hanya untuk sampingan dalam hidupnya.

b. Menambah semangat seorang penghafal Al-Qur‟an, karena ia

akan semakin banyak mengulang dan membaca Al-Qur‟an.

Dengan demikian, tabungan pahala akan bertambah pada setiap

hurufnya. Andai saja seseorang tidak pernah lupa, orang akan

bermalas-malasan dalam muraja‟ah,sehingga pahala besar tidak

(36)

Tidak sedikit orang bertanya-tanya, apakah tidak berdosa bila

seseorang telah hafal kemudian lupa? Lupa ada dua macam yaitu:

a. Lupa yang manusiawi bukan karena kelalaian dan kesengajaan.

Bila seseorang mengalami ini maka ia dimaafkan dan tidak

berdosa.

b. Lupa yang merupakan akibat dari kelalaian dan malas untuk muraja‟ah. Inilah lupa yang tercela dan seseoarang akan dihukum

karenanya. Perlu anda ketahui bahwa penyebab utama malas,

lalai, dan lupa hafalan adalah maksiat. Maka jika anda tergelincir

dalam lembah maksiat bersegeralah iringi dengan tobat dan

mengerjakan amal kebaikan. (Abdul Aziz, 2015: 139)

Untuk melestarikan hafalan Al-Qur‟an dari kelupaan adalah

dengan menciptakan kreativitas takrir secara teratur. Upaya ini

merupakan faktor penting dalam rangka menjaga ayat-ayat Al-Qur‟an

(37)

2. Sudah Tua Dan Tidak Mungkin Hafal Al-Qur‟an

Masyarakat awam sering berkata, “belajar diwaktu kecil bagai

mengukir di atas batu, sedangkan belajar sesudah dewasa bagai mengukir di atas air.” Kata-kata ini sekalipun ada benarnya, tetapi

sebaiknya jangan dipakai. Hafalan tidak terkait umur tertentu. Hafalan

seseorang masa kecil tanpa pemahman, sedangkan saat dewasa

hafalan dibarengi pemahaman. Hasilnya dimulai kesempurnaan, dan

menjadikan seseorang lebih memahami Al-Qur‟an. Dengan demikian,

hafalan lebih kuat.

3. Menghafal Al-Qur‟an Dari Awal Atau Akhir

Banyak penghafal Al-Qur‟an yang bingung dalam hal ini,

padahal sebenarnya tidak perlu bingung. Menghafal dari depan

maupun belakang itu sama saja, yang penting tujuannya hafal 30 juz.

Karena setiap orang berbeda-beda cara dalam menghafal, ada yang

menurut mereka lebih baik dari depan, ada pula yang lebih mudah dari

belakang, dan seterusnya.

4. Menghafal Sampai Khatam, Baru Muraja‟ah

Metode yang baik adalah sedikit menghafal, tetapi banyak

mengulang atau banyak menghafal tapi lebih banyak lagi muraja‟ahnya. Muraja‟ah harus lebih banyak bahkan jangan

menambah hafalan sebelum hafalan yang ada benar-benar kuat.

Dengan langkah tersebut ,Insya Allah hafalan seseorang menancap

(38)

berani memanjang gelar Al-Hafidz di belakang namanya, namun

ketika diuji dengan melanjutkan bacaan suatu ayat dijawab dengan

geleng-geleng kepala.

5. Tidak Bisa Membaca Al-Qur‟an Pelan-Pelan

Kasus seperti ini banyak dialami oleh penghafal Al-Qur‟an.

Maksudnya, hafalan bagus dan tidak salah bila dibaca cepat, namun

banyak keliru bila dibaca pelan-pelan (Abdul Aziz, 2015: 140-152).

C. Strategi Menghafal

Strategi adalah pendekatan umum mengajar yang berlaku dalam

berbagai bidang materi dan digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan

pembelajaran (Eggen dan Kauchak, 2012: 6).

Ada beberapa metode yang mungkin dapat dikembangkan dalam

rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur‟an, dan bisa

memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan

dalam menghafal Al-Qur‟an. Metode-metode sebagaimana yang akan

diuraikan di bawah ini, bisa dipilih salah satu diantaranya yang dianggap

sesuai, atau dipakai semua sebagai variasi untuk menghilangkan

kejenuhan. Metode-metode itu diantara lain ialah:

1) Metode (Thariqah) Wahdah

Yang dimaksud metode ini, yaitu menghafal satu per satu

terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan

awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh

(39)

bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu

mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam

bayangannya, akan tetapi hingga benar-benar membentuk gerak refleks

pada lisannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada

ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian seterusnya hingga

mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah

dihafalnya, maka gilirannya menghafal urutan-urutan ayat dalam satu

muka.

Untuk menghafal yang demikian maka langkah selanjutnya ialah

membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga benar-benar

lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara

alami, atau refleks. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak

diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. . (Al-Hafidz,

2000: 63)

2) Metode (Thariqah) Kitabah

Kitabah artinya menulis. Metode ini memberikan alternatif lain

dari pada metode yang pertama. Pada metode ini penulis terlebih

dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas

yang telah disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut

dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya.

Menghafalnya bisa dengan metode wahdah, atau dengan berkali-kali

menuliskannya sehingga dengan berkali-kali menuliskannya ia dapat

(40)

Berapa banyak ayat tersebut ditulis tergantung kemampuan

penghafal. Mungkin cukup sekali, dua kali atau tiga kali, atau mungkin

sampai sepuluh kali atau lebih sehingga dia benar-benar hafal terhadap

ayat yang dihafalkannya. Tentang berapa banyak jumlah ayat yang

ditulis, sangat tergantung pada kondisi ayat-ayat itu sendiri. Mungkin

cukup dengan satu ayat saja, bila ternyata giliran ayat yang harus

dihafalnya itu termasuk kelompok ayat-ayat yang panjang

sebagaimana terdapat pada surah-surah as-saba’ut-thiwal, atau bisa

juga lima sampai sepuluh ayat ,bila ternyata giliran ayat-ayat yang

akan dihafalkanya itu termasuk ayat-ayat yang pendek sebagaimana

terdapat pada surah-surah yang pendek, dan seterusnya. Pada

prinsipnya semua tergantung pada penghafal dan alokasi baik waktu

yang disediakan untuknya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena

disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan

sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan

dalam bayangannya. . (Al-Hafidz, 2000: 63-64)

3) Metode (Thariqah)Sima’i

Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini

ialah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini

akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra,

terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih

dibawah umur yang belum mengenal tulis baca Al-Qur‟an. Metode ini

(41)

a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi

penghafal tunanetra, atau anak-anak. Dalam hal seperti ini,

instruktur dituntut untuk lebih berperan aktif, sabar dan teliti dalam

membacakan satu per satu ayat untuk dihafalnya, sehingga

penghafal mampu menghafalnya secara sempurna. Baru kemudian

dilanjutkan dengan ayat berikutnya.

b. Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalkannya ke

dalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Kemudian kaset diputar dan didengar secara saksama sambil

mengikutinya secara perlahan-lahan. Kemudian diulang lagi dan

diulang lagi dan seterusnya menurut kebutuhansehungga ayat-ayat

tersebut benar-benar hafal diluar kepala. Setelah hafalan dianggap

cukup mapan barulah berpindah kepada ayat-ayat berikutnya

dengan cara yang sama, dan demikian seterusnya. Metode ini akan

sangat efektif untuk penghafal tunanetra, anak-anak atau penghafal

mandiri, atau untuk takrir (mengulang kembali) ayat-ayat yang

sudah dihafalnya. Tentunya penghafal yang menggunakan metode

ini, harus menyediakan alat-alat bantu secukupnya, seperti

tape-recorder, pita kaset, dan lain-lain. . (Al-Hafidz, 2000: 64-65)

4) Metode (Thariqah) Gabungan

Metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dengan

metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja

(42)

terhadap ayat-ayat yang telah dihafalkannya. Maka dalam hal ini,

setelah penghafal sedelai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia

mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan untuknya

dengan hafalan pula. Jika ia telah mampu memproduksi kembali

ayat-ayat yang dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka ia bisa melanjutkan

kembali untuk menghafal ayat-ayat berikutnya, tetapi jika penghafal

belum mampu memproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik,

maka ia kembali menghafalkannya sehingga ia benar-benar mencapai

nilai hafalan yang valid. Demikian seterusnya.

Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni

berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan

hafalan. Pemantapan hafalan dengan cara ini pun akan baik sekali,

karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap. .

(Al-Hafidz, 2000: 65)

5) Metode (Thariqah) Jama’

Yang dimaksud dengan metode ini, ialah cara menghafal yang

dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara

kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur.

Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan

siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur

membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan

siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat mereka baca dengan

(43)

dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa

melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga ayat-ayat yang

sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk dalam

bayangannya.

Setelah semua siswa hafal, barulah kemudian diteruskan pada

ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama. Cara ini termasuk metode

yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan

kejenuhan di samping akan banyak membantu menghidupkan daya

ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.

Pada prinsipnya metode di atas itu baik sekali untuk dijadikan

pedoman menghafal Al-Qur‟an, baik salah satu diantaranya, atau dipakai

semua sebagai alternatif atau selingan dari mengerjakan suatu pekerjaan

yang berkesan monoton, sehingga dengan demikian akan menghilangkan

kejenuhan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. (Al-Hafidz, 2000: 66)

Untuk melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal membuat target

harian. Target bukanlah merupakan aturan yang di paksakan tetapi hanya

sebuah kerangka yang dibuat sesuai dengan kemampuan dan alokasi waktu

yang tersedia. Bagi penghafal yang memiliki waktu sekitar empat jam setiap

harinya, maka penghafal dapat membuat target hafalan satu muka setiap

hari. Komposisi waktu empat jam untuk tambahan hafalan satu muka

dengan takrirnya adalah ukuran yang ideal. Alokasi waktu tersebut dapat

(44)

1. Menghafal pada waktu pagi selama satu jam dengan target hafalan satu

halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi untuk hafalan pemantapan

pada sore hari.

“Abu Sa’id al-Khudri mengajarkan Al-Qur’an kepada kami lima ayat di waktu pagi dan lima ayat di waktu petang. Dia memberitahukan bahwa Jibril menurunkan Al-Qur’an lima ayat - lima ayat”

2. Mengulang (takrir) pada waktu siang selama satu jam dan mengulang

pada waktu malam selama satu jam. Pada waktu siang untuk takrir, atau

pelekatan hafalan-hafalan yang masih baru, sedang pada malam hari untuk mengulang dari juzu‟ pertama sampai pada bagian akhir yang

dihafalnya secara terjadwal dan tertib, seperti setiap hari takrir satu, dua atau tiga juzu‟ dan seterusnya. (Al-Hafidz, 2000: 77-78)

(45)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2017

1. Sejarah berdirinya

Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif Andong Boyolali merupakan

sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh yayasan Pondok

Pesantren Zumrotut Tholibien (Kacangan) Andong Boyolali, yang

mengelola lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Roudlatut Tholibin

dan Madrasah Aliyah Al Azhar Andong. Kemudian karena melihat

santri yang belajar di Pondok Pesantren Zumrotut Tholibien terdiri dari

berbagai kelompok usia dan melihat banyaknya santri yang belajar di

luar Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh Yayasan Podok Pesantren

Zumrotut Tholibien terutama pada usia sekolah SMP maka para

pengurus Yayasan berinisiatif untuk mendirikan sekolah setingkat

yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs).

Karena di lingkungan pondok, maka disepakati pendirian MTs dengan nama Ma‟arif yaitu pada tahun 1988, dan sebagai kepala

Madrasah yang pertama dijabat oleh Djamhari BA. Ia menjabat sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif selama 7 tahun yaitu

mulai tahun 1988 sampai 1995. Pada masa kepemimpinanya

pembangunan dalam bentuk fisik belum nampak karena pada saat itu

(46)

pengajar sebagai motor penggerak laju jalannya pendidikan dan pengenalan tentang eksistensi Madrasah Tsanawiyah Ma‟arif secara

luas kepada masyarakat.

Pada tahun 1995 Djamhari, BA pindah tugas mengajar di MTs N Andong pada saat itulah MTs Ma‟arif Andong mengalami masa

transisi, melihat kondisi semacam itu yayasan Pondok Pesantren

Zumrotut Tholibien mengangkat Sudarji sebagai Kepala Madrasah.

Masa kepemimpinannya berlangsung sangat singkat yaitu pada tahun 1996 sampai pada tahun 1997. Kepala MTs Ma‟arif yang ketiga adalah

H. Djamal BA. Pada masa kepemimpinannya selain meneruskan

program yang telah dilaksanakan H. Djamhari, S.Ag, juga mulai ada

peningkatan pada pembangunan fisik dan peningkatan

sarana/prasarana dengan di bangunnya gedung – gedung kelas baru,

peningkatan perlengkapan kantor dan sarana penunjang lainnya seperti

komputer, perpustakaan dan lain – lain.

Pada tahun 2003 diganti oleh bapak Drs. Ali Imron, M. Pd.I

pada masa kepemimpinannya selain peingkatan pembangunan fisik

juga mulai di lengkapi fasilitas – fasilitas lain seperti Laboratorium

Komputer dan loker – loker untuk guru. Pada tahun 2005 Drs. Ali

Imron, M. Pd.I pindah tugas sebagai kepala MTsN Teras Boyolali dan

digantikan oleh Drs. Ichwani, S.PdI, beliau menjabat selama 2 periode

yaitu tahun 2005 – 2014. Kemudian pada tahun ajaran 2014 / 2015

(47)

Masa kepemimpinan Drs. Ichwani, S.PdI ini banyak sekali

mengalami kemajuan baik dibidang sarana/prasarana, sistem

pengajaran, jumlah siswa maupun prestasi. Pada masa kepemimpinan

beliau dibentuk team pengembang yang dipimpin oleh Drs. Suwardi

M.Pd. ia adalah salah satu unsur pimpinan yayasan Pondok Pesantren

Zumrotut Tholibin dan salah satu pengajar di IAIN Salatiga. Tugas

dari tim pengembang adalah membantu merumuskan program,

membantu merencanakan program pendidikan, mengawasi

pelaksanaan program-program dan mengevaluasi hasil yang telah

dicapai agar target program terlaksana dengan baik, salah satunya dengan menanamkan slogan “SIP” Sholeh Ilmu Prestasi.

Pada tahun pelajaran 2014/2015 kepemimpinan Drs. Ichwani

berakhir. Digantikan oleh Amri, S.Pd.I. Pada masa kepemimpinannya

belum banyak perubahan dan masih meneruskan program yang telah

dilaksanakan oleh Drs. Ichwani, S.Pd.I.

2. Keadaan Pembelajaran Tahfidz

Pelaksaan pembelajaran tahfidz di MTs Ma‟arif itu dilaksanakan

setiap pagi sebelum KBM berlangsung. Jam 07.00 semua siswa

melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu di masjid. Kemudian

setelah selesai dholat dhuha, semua siswa cheking di halaman sekolah

terlebih dahulu sebelum memasuki kelas masing-masing. Jam 07.30

baru mulai pembelajaran tahfidz di kelas. Waktunya hanya 30 menit

(48)

tiga hari dalam seminggu. Yaitu hari selasa, kamis dan juga sabtu.

Untuk hari rabu digunakan untuk fasholatan, sedangkan hari jum‟at

untuk program BTA.

Yang membimbing tahfidz tidak hanya guru-guru Agama Islam, akan tetapi semua guru yang ada di MTs Ma‟arif ikut serta dalam

membimbing program tahfidz itu.

Setiap minggunya ada target hafalan yang di harus di selesaikan

oleh seluruh siswa, kira-kira 5-10 surat. Tujuannya agar target hafalan Juz‟ama itu dapat selesai dengan tepat waktu dan dapat selesai dengan

bersama.

3. Letak Geografis

Letak Geografis MTs Ma‟arif Andong yaitu di Dukuh Karang

Joho Desa Mojo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali sedangkan

keadaan lokasinya sebagai berikut :

a. Di sebelah barat : Persawahan/ perkebunan (Karangjoho,

RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)

b. Di sebelah selatan : Pemukiman penduduk. (Karangjoho,

RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)

c. Di sebelah timur : Ponpes Zumrotut Tholibien. (Karangjoho,

RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)

d. Di sebelah utara : Pemukiman penduduk. (Karangjoho,

RT/RW : 19/07, Mojo, Andong, Boyolali)

(49)

4. Visi, Misi dan Tujuan

Visi MTs Ma‟arif Andong kabupaten Boyolali yaitu:

“Terwujudnya lulusan yang Sholeh/hah, berIlmu, dan berPrestasi

(SIP)”. Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh MTs

adalah sebagai berikut:

1) Mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran islam.

2) Membiasakan rajin beribadah dan berakhlakul karimah.

3) Melaksanakan pendidikan yang berkualitas agar menguasai ilmu

agama, sains, dan teknologi.

4) Melaksanakan pembinaan prestasi siswa sesuai dengan

kemampuan, bakat, dan minatnya.

Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan di MTs Ma‟arif

Andong Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT.

2) Menyiapkan sumber daya pembangunan yang berkualitas.

3) Menyiapkan lulusan yang mampu bersaing dalam kehidupan lokal

maupun global.

5. Struktur Organisasi

Struktur organisasi sekolah MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali

(50)

Bagan 3.1 K.H Drs. SUPARMAN ARS, M.Pd.I

(51)

Adapun program kegiatan unggulan di MTs Ma‟arif Andong

Kabupaten Boyolali di antaranya:

a. Sholat dhuha berjama‟ah

b. Sholat dhuhur berjama‟ah

c. Bimbingan Tahfidz juz „amma

d. Bimbingan fasholatan

e. Bimbingan BTA

f. Bimbingan prestasi akademik (IPA, MTK, B. Inggris, B. Arab)

g. Pengembangan bakat dan minat (olahraga dan seni)

h. Kajian putrid

i. Peringatan Hari Besar Islam

j. Kegiatan ekstra (pramuka, drumband, dll)

6. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana penunjang pelaksana pendidikan yang

berada di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali terdiri dari ruang

kelas dan ruang aktifitas lainnya. Sebagaimana dilihat dalam tabel 3.1

(52)

Tabel 3.1

guru di sekolahan yang mengusulkan untuk diadakan program tahfidz,

(53)

proses diadakannya program tahfidz di MTs ini tidak mudah bagi

guru-guru. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani seorang guru

di MTs (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor Guru:

(54)

Setelah muncul ide dari Bapak Ikhwani itu, baru program

Tahfidz itu di jalankan. Seluruh tenaga pendidik di sekolahan MTs Ma‟arif di kerahkan untuk bekerja sama menjalankan program usulan

dari Bapak Ikhwani. Program ini baru berjalan dengan lancar sejak

tahun 2013, seperti yang dituturkan Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57)

di Kantor Guru:

“2007/2008 itu baru ide2 nya, kemudian 2009/2010 itu baru sip berjalan. Memang sulit sekali prosesnya dulu itu mbak.”

Minat masyarakat semakin banyak dengan adanya program plus

di MTs Ma‟arif Andong ini. Jumlah siswanya semakin meningkat, dari

tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Yang dulunya hanya 183

sekarang siswanya menjadi 483 siswa, seperti yang dituturkan oleh

Waka Kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor Guru:

“Tanggapan dari siswa bagus sekali, sangat bagus sekali. Sangat mendukung. Buktinya dari 2011 sampai 2017 semakin meningkat. Dulu Cuma 183 2010/2011. Sekarang sudah menjadi 483. Naiknya sudah signifikan sekali.”

Jawaban hampir serupa dari Bapak Ikhwani

(29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:

(55)

siswa sampai sekarang 486 dengan model pembelajaran yang seperti itu dan didesain seperti ini juga sehingga MTs Ma‟arif menjadi MTs swasta paling subur paling baik se Boyolali. Padahal se Boyolali ada 85, 14 negri. Tapi ya tidak datang serta merta, kami bersama-sama kerja keras tidak mengenal lelah.”

untuk pelaksanaan program tahfidz ini sekarang dilaksanakan

waktu pagi hari setelah sholat dhuha. Seluruh siswa diwajibkan untuk

melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu sebelum pelajaran di mulai.

Ini jawaban saat wawancara dari Bapak Ikhwani

(29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:

“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada absensinya juga.”

2. Problem-problem yang dialami

Dalam menjalankan program tahfidz ini, tidaklah mudah bagi

semua guru yang ada di MTs Ma‟arif. Banyak sekali problem dalam

pelaksaannya. Seperti yang di tuturkan oleh bapak Ikhwani

(29/08/2017:09.57-10.27) di Kantor Guru:

(56)

Oleh karena itu, pembimbing tahfidz ini tidak hanya guru-guru

Agama Islam saja, namun semua guru di tuntut untuk membimbing

seluruh siswa. Jadi bagi guru-guru umum juga mau tidak mau di

haruskan hafal Juz 30 . Selain problem itu, masih banyak problem

terberat yang lainnya, seperti yang di tuturkan Kepala Sekolah

(31/08/2017:08.50-09.02) di Kantor Kepala Sekolah:

“Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita kurang, juga dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan, makanya hanya dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.”

Waka kurikulum juga menuturkan kalau problem terberat dalam program tahfidz Juz‟ama ini yaitu pada siswa yang belum bisa baca

Al-Qur‟an sama sekali. Ini yang dititurkan waka kurikulum

(29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal. Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”

Selain problem pada SDM nya, ada pula problem-prolem lain

pada waktu pelaksanaannya. Seperti yang dituturkan oleh guru Aqidah

Akhlaq (29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:

(57)

Al-Qur‟an. Karena yang berasal dari SD murni itu pelajaran agamanya hanya sedikit sekali.”

3. Strategi yang digunakan guru

Proses pelaksaaan setoran hafalan pada siswa itu di laksanakan

setiap seminggu tiga kali, dengan strategi yang berbeda-beda dari

setiap pembimbing. Seperti yang di tuturkan oleh guru Aqidah Akhlaq

(29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:

“Di kasih waktu mbak, setiap mau masuk kelas ada lembar tahfidz, seminggu berapa surat gitu. Trik itu tergantung dari anak sendiri. Misal kalau dirumah habis sholat suruh baca lagi.ada yang satu surat ada yang 2 kali belum hafal, satu akali ada yang hafal.”

Jawaban lain mengenai strategi membimbing siswa agar cepat

hafal, dari hasil wawancara itu juga di tuturkan oleh waka kurikulum

(29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Untuk saat ini yang saya lakukan, setiap anak-anak harus punya juz‟ama dulu. Kemudian ketika setoran saya tandai, jadi besoknya tinggal melanjutkan maju dari yang ditandai tadi, Seperti itu.”

Untuk selanjutnya tidak hanya hafalan kemudian selesai dengan

wisuda tahfidz yang dilakukan setiap tahunnya, akan tetapi guru juga

dituntut bagaimana caranya agar hafalan siswa tidak mudah hilang begitu saja. Ini jawaban dari kepala sekolah MTs Ma‟arif

(31/08/2017:08.50-09.02) di Ruang Kepala Sekolah:

(58)

Jawaban yang hampir sama juga di tuturkan oleh waka

kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Ya diulang-ulang. Nanti setelah selesai, Tiap ganti semester mengulang hafalannnya lagi, Dari awal lagi. Kalau sudah lancar langsung lanjut surat-surat pilihan. Juga siswa itu di iming-imingi wisuda tahfidz tiap tahunnnya itu mbak.”

4. Strategi yang di gunakan siswa

Siswa yang tinggal di pondok maupun tidak, mereka

menggunakan metode yang mudah yaitu metode Thariqah, metode ini

dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang untuk ayat pertama

sepuluh sampai dua puluh kali sampai benar-benar hafal, baru

kemudian pada ayat berikutnya, seperti yang siswa sampaikan saat

wawancara (31/08/2017:07.52-07.57) di Ruang kelas VII A:

“Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama sampai hafal sendiri di luar kepala.”

Jawaban yang sama juga disampaikan oleh siswa yang tidak

tinggal di pondok (31/08/2017:07.47-07.52) di ruang kelas VII A: “Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.”

5. Faktor penghambat

Seiring berjalannya program tahfidz di sekolah MTs Ma‟arif ini,

pasti ada hambatan-hambatan yang siswa-siswi alami. Terutama ketika

proses hafalan di rumah dan juga saat setoran kepada pembimbing.

Faktor itu bisa dari luar diri individu, bisa juga dari dalam individu itu.

Seperti yang di sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok

(59)

“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”

6. Jumlah Kelulusan

Jumlah lulusan setiap tahunnya belum pernah mencapai 100%,

di karenakan problem-problem dari SDM nya tersebut. Siswa yang

berasal dari SD murni, banyak sekali yang belum bisa baca Al-Qur‟an

sama sekali. Jadi, pembimbing harus memulai dari awal yaitu dengan

program BTA. Setelah itu barulah bisa lanjut ke program tahfidz bagi

siswa yang tertingga. Persentase setiap tahunnya kira-kira hanya

sekitar 40-60% yang lulus Tahfidz Juz‟ama. Seperti yang di tuturkan

oleh (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:

“Sekitar 40-45% atau 110 siswa setiap semester. Wisuda tahfidz diadakan dua kali dalam satu tahun. semester ganjil dan genap. Bareng wisuda kelas IX.”

Kalau siswa di kelas VII dan VIII belum bisa khatam, terpaksa

di kelas IX harus di selesaikan. Karena memang benar-benar susah

untuk menggerakkan siswa-siswa yang malas untuk hafalan. Biasa itu

siswa laki-laki yang paling susah dan lama untuk selesai. Ini jawaban

dari waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

(60)

BAB IV

ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Problem Menghafal Juz’ama Pada Siswa Di Mts Ma’arif Andong

Kabupaten Boyolali Tahun 2017

Berdasarkan temuan penelitian, problem yang di alami dalam

membimbing hafalan pada siswa di MTs Ma‟arif Andong Kabupaten

Boyolali Tahun 2017 adalah:

a. Latar Belakang Siswa

Problem terberat di MTs Ma‟arif Andong untuk pelaksanaan

program tahfidz itu adalah karena Siswanya. Siswa yang berasal dari

SD murni itu tidak bisa sama sekali membaca Al-Qur‟an, maka jika mereka di tuntut untuk menghafal Juz‟ama tentu tidak bisa. Mereka

harus diajari terlebih dahulu membaca huruf hijaiyah/iqro dengan

benar terlebih dahulu, baru mereka di tuntuk untuk menghafal. Tidak

hanya siswa, akan tetapi juga pembimbingnya, tidak sedikit guru MTs Ma‟arif yang belum hafal Juz‟ama. Seperti yang dituturkan oleh kepala

sekolah (31/08/2017:08.50-09.02) di ruang kepala sekolah:

(61)

jawaban hampir sama juga dituturkan oleh waka kurikulum

(29/08/2017:10.20-10.27) di kantor guru:

“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal. Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”

b. Gangguan lingkungan

Berdasarkan temuan penelitian, Siswa mengalami

hambatan/gangguan pada saat menghafal yaitu gangguan dari

lingkungannya juga gangguan dari dalam diri siswa itu. Seperti yang di

sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok

(31/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:

“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.”

Jadi, menurut peneliti yang menyebabkan siswa tidak lulus

tahfidz 100% dalam setiap tahunnya itu mayoritas karena problem

yang ada dalam diri siswa yaitu malas. Dari hasil wawancara dengan

siswa, ketika siswa di tanya apakah ada kesulitan saat kamu menghafal kan juz‟ama ini? Mereka menjawab “tidak sulit bagi saya”.

c. Kurangnya waktu

Waktu yang digunakan setoran hafalan hanya tiga hari dalam

seminggu. Pelaksaannya hanya di waktu pagi setelah sholat dhuha.

Waktunya hanya 30 menit setiap kali jadwal setoran hafalan. Seperti

yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani wawancara (29/08/2017:

(62)

“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada absensinya juga.”

2. Strategi Menghafal Juz’ama Di Mts Ma’arif Andong Kabupaten

Boyolali Tahun 2017

Berdasarkan temuan penelitian, problem dan strategi menghafal Juz‟ama di Mts Ma‟arif Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2017 adalah

dengan menggunakan metode (Thariqah) Wahdah yaitu menghafal dengan

cara mengulang-ulang, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat

yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa

dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga

proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya.

Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan

ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangannya, akan tetapi

hingga benar-benar membentuk gerak refleks pada lisannya. Setelah

benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan

cara yang sama, demikian seterusnya hingga mencapai satu muka. Setelah

ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal

urutan-urutan ayat dalam satu muka. Untuk menghafal yang demikian

maka langkah selanjutnhya ialah membaca dan mengulang-ulang lembar

tersebut hingga benar-benar lisan mampu memproduksi ayat-ayat dalam

satu muka tersebut secara alami, atau refleks. Demikian selanjutnya,

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Adapun strategi yang diterapkan pada kantor cabang dengan efisiensi tinggi, yang dalam hal ini adalah KCP Sukabumi Surade, dari segi sumber daya manusia untuk

selama tahun 2012 dari total penerimaan dan penerimaan perikanan masing-masing bernilai sebesar 1,14dan 1,88 atau berada disekitar nilai satu. Hal ini menunjukkan

Berdasarkan nilai tersebut dapat dilihat bahwa perairan Teluk Lampung masih sangat berpotensi sebagai lokasi budidaya Kerapu Bebek karena batas nilai yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik untuk membuat arang aktif pada suhu 800oC, dengan waktu aktivasi 90 menit yang menghasilkan rendemen sebesar 22,34%, kadar

Teknik untuk menganalisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi linear berganda dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah produksi

Topcon GTS-255 series combines Topcon tradition of rugged field-ready quality and accuracy and places it in an economical, compact design perfect for everyday measuring and

Hasil pengujian menunjukkan bahwa Hidden Naïve Bayes dapat digunakan untuk klasifikasi penyakit Diabetes dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan Naïve Bayes Classifier.. Keywords

Ankle instability following a resection of long segment fibular graft i8 related to the extremely short residual distal :fibula .length, often less than 6-8 em.