• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Temuan Data Penelitian

1. Kondisi MTs Ma‟arif Andong

Pada awalnya sekolahan MTs Ma‟arif tidak begitu banyak memiliki siswa. Namun setelah muncul ide dari salah satu seorang guru di sekolahan yang mengusulkan untuk diadakan program tahfidz, siswa yang masuk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk

proses diadakannya program tahfidz di MTs ini tidak mudah bagi guru-guru. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Ikhwani seorang guru di MTs (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor Guru:

“Ya aslinya, itu saya yang punya ide seperti itu. keluar dari MTs M‟arif diharapkan anak itu pandai membaca al-qur‟an dengan benar dan pas sesuai dengan ilmu yang ada. Artinya dari teman-teman menambahi kalau begitu anu pak, lulus MTs itu harus mampu menghafal sekian, nyatanya yang lain nambahi lagi, kalau begitu kita program saja, untuk anak-anak bisa membaca al-qur‟an dengan baik, lulus Tsanawi harus sudah hafal satu juz, Juz 30. Artinya sepakat-sepakat, mau letakkan jam apa? Repot, lama sekali mbak, 2 tahun baru bisa berjalan dengan baik seperti ini. Dua tahun lo. Dulunya mau diletakkan jam proses pembelajaran, tidak jadi. Kemudian diserahkan anak sendiri, tiap anak setor, tidak berjalan juga. Tidak bisa berjalan. Artinya didesain diwaktu luar pembelajaran. Kemudian, setelah disusun masuk sekolah kurikulum regular jam 7, kemudian tahfid nya diikutkan itu tapi mengambil bentuk mengambil jam kurikuler di awal pembelajaran kemudian kira-kira setengah jam, baru masuk kuriukulum regular. Kemudian ada yang usul, anu pak pergantian mata pelajaran harus diadakan tahfidz. Membaca al-qur‟an dibimbing pak guru mapelnya masing-masing. Artinya, berjalan. Jadi untuk tahfidz khusus disediakan jam luar KBM, kemudian untuk memberikan anak bisa membaca al-qur‟an pergantian mata pelajaran dibimbing guru masing-masing. Itu bisa berjalan mbak. Kemudian ada rewardnya. Setiap semesteran, ganjil atau genap diadakan wisuda tahfidz. Biar agak keren, tujuannya agar memberikan motivasi kepada ada agar semangat dalam menghafal. Program ini hanya untuk kelas VII dan kelas VIII. Naik kelas IX dianggap sudah selesai. Kelas VIII harus hafal. Semua guru membimbing. Kemudian setiap hari itu ada pengampu untuk guru tahfidnya. Jadi semua tenaga diberdayakan untuk itu, sehingga anak menjadi agak takut, dan hafalan betul-betul. Untuk reward saat wisuda, yang nashkeh untuk orang-orang yang benar-benar pandai dalam bidang itu. Karena makhraj dan tajwid itu harus benar semua. Guru-gurunya saja masih banyak yang belum benar dalam tajwid dan makhrajnya. Untuk yang kedua, dulu niatnya disamping untuk siswa juga memberikan sedikit masukan untuk guru supaya bisa baca alqur‟an. Mau tidak mau guru semua harus bisa. Tujuan ketiga, apabila sekolah itu ada pelajaran Al-Qur‟an khusus itu sekolahan akan barokah dan menjadi tenang. Kalau orang pernah ngaji tentang tasawuf itu akan mengerti. Jadi yang diajarkan disini tidak hanya dunia saja. Saya yakin allah akan mendampingi kami semua.”

Setelah muncul ide dari Bapak Ikhwani itu, baru program Tahfidz itu di jalankan. Seluruh tenaga pendidik di sekolahan MTs Ma‟arif di kerahkan untuk bekerja sama menjalankan program usulan dari Bapak Ikhwani. Program ini baru berjalan dengan lancar sejak tahun 2013, seperti yang dituturkan Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57) di Kantor Guru:

“2007/2008 itu baru ide2 nya, kemudian 2009/2010 itu baru sip berjalan. Memang sulit sekali prosesnya dulu itu mbak.”

Minat masyarakat semakin banyak dengan adanya program plus di MTs Ma‟arif Andong ini. Jumlah siswanya semakin meningkat, dari tahun ke tahun semakin bertambah banyak. Yang dulunya hanya 183 sekarang siswanya menjadi 483 siswa, seperti yang dituturkan oleh Waka Kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor Guru:

“Tanggapan dari siswa bagus sekali, sangat bagus sekali. Sangat mendukung. Buktinya dari 2011 sampai 2017 semakin meningkat. Dulu Cuma 183 2010/2011. Sekarang sudah menjadi 483. Naiknya sudah signifikan sekali.”

Jawaban hampir serupa dari Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:

“Luar biasa, saya menjadi kepala sekolah, jumlah seluruh siswa itu 152. Saya punya program itu menjadi tambah sampai sekarang. Orang tua yang paling suka pelajaran itu pelajaran agama. Dari pihak pengelola kualahan dalam bidang sarprasnya. Kadang cukup, kadang kurang lagi. Kalau pagi ya mbak, itu kan diadakan sholat dhuha dulu. Anak-anak kan diantar orang orang tua, orang tuanya sampai menunggu anaknya keluar dari masjid. Itu disini. Untuk tahun ajaran besok itu sekarang sudah ada yang daftar. Tidak hanya pelajaran lisan saja, tapi dibentuk dari segi perbuatan, akhwaliyah nya. Kemudian dari sini juga menjaga kualitas, akan menantang wali murid, kalau tidak percaya putra jenengan bisa dites dirumah . seperti itu benar sehingga MTs swasta disini kami mampu menyedot siswa yang sekian banyak

siswa sampai sekarang 486 dengan model pembelajaran yang seperti itu dan didesain seperti ini juga sehingga MTs Ma‟arif menjadi MTs swasta paling subur paling baik se Boyolali. Padahal se Boyolali ada 85, 14 negri. Tapi ya tidak datang serta merta, kami bersama-sama kerja keras tidak mengenal lelah.”

untuk pelaksanaan program tahfidz ini sekarang dilaksanakan waktu pagi hari setelah sholat dhuha. Seluruh siswa diwajibkan untuk melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu sebelum pelajaran di mulai. Ini jawaban saat wawancara dari Bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:

“Pelaksaaannya setelah sholat dhuha, kemudian Asmaul Husna selesai cheking siswa dihalaman. Setelah itu siswa masuk ruang masing-masing disitu mulai program tahfidz ini. Waktunya 30 menit. Harinya rabu, kamis, sabtu, Jum‟at untuk BTA. Untuk setoran hafalan ini ada absensinya juga.”

2. Problem-problem yang dialami

Dalam menjalankan program tahfidz ini, tidaklah mudah bagi semua guru yang ada di MTs Ma‟arif. Banyak sekali problem dalam pelaksaannya. Seperti yang di tuturkan oleh bapak Ikhwani (29/08/2017:09.57-10.27) di Kantor Guru:

“Problemnya luar biasa itu, baru saja tadi dibilang. Kami itu membimbing tahfidz Juz‟ama, begitu juga fasholatan, juga BTA, kalau siswa baru murni dari SD. Disuruh bunyiin kho aja susah gak bisa, kalau dari MI disini masih mudah, fasolatan BTA itu lebih mudah. Kalau yang dari SD murni itu nanti disini mulai dari Iqro dulu. Pengampu ya harus bawa dua macam satu bawa Juz‟ama satu bawa Iqro. Yang belum bisa ya dari awaal. Yang lain udah sampai Ad-Dhuha, dia masih terlambat jauh. Padahal kita dikejar waktu. Kemudian melafalkan huruf-huruf hijaiyah, tajwidnya, kalau anak-anak yang di pesantren udah beda lagi. Di pondok mereka juga sudah belajar dengan guru agama, dan masuk diniyah.”

Oleh karena itu, pembimbing tahfidz ini tidak hanya guru-guru Agama Islam saja, namun semua guru di tuntut untuk membimbing seluruh siswa. Jadi bagi guru-guru umum juga mau tidak mau di haruskan hafal Juz 30 . Selain problem itu, masih banyak problem terberat yang lainnya, seperti yang di tuturkan Kepala Sekolah (31/08/2017:08.50-09.02) di Kantor Kepala Sekolah:

“Problem nya ada banyak. SDM kita kurang. Tidak semua guru kita menguasai. Dari umum bisanya sedikit. Yang kedua dari SDM anak, terkadang anak itu masuk sini Iqro 1 saja belum bisa. Sulit untuk menyesuaikan. Baca saja belum bisa. Sampai kelas VIII ada yang belum bisa baca juga ada. Makanya menjadi lambat kalau seperti itu. Untuk tahun banyak yang belum bisa baca. Karena merek paling banyak lulusan dari SD. SD pelosok-pelosok guru agamanya kan kurang, juga dari orang tuanya mungkin kurang memperhatikan, makanya hanya dapat dari sekolah saja. Jadi kendalanya dari situ.”

Waka kurikulum juga menuturkan kalau problem terberat dalam program tahfidz Juz‟ama ini yaitu pada siswa yang belum bisa baca Al-Qur‟an sama sekali. Ini yang dititurkan waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Problemnya jelas bagi anak-anak yang belum bisa baca al-Qur‟an. Itu problem yang paling berat. Belum biasa baca jadi hafalan pun jadi susah. Problem yang kedua itu, anak-anak kurang waktu untuk menghafal. Sebenarnya kami sudah membuat kebijakan, untuk kertas yang di meja itu minimal 10 ayat dalam seminggu harus bisa hafal. Motivasi anak kurang juga, jadi memang harus ditingkatkan.”

Selain problem pada SDM nya, ada pula problem-prolem lain pada waktu pelaksanaannya. Seperti yang dituturkan oleh guru Aqidah Akhlaq (29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:

“Biasanya kan setiap siswa harus punya buku hafalannya, ada siswa yang susah untuk bawa, ada juga yang gak punya apa gimana, karena setiap anak beda. Terutama itu pada siswa yang belum bisa baca

Al-Qur‟an. Karena yang berasal dari SD murni itu pelajaran agamanya hanya sedikit sekali.”

3. Strategi yang digunakan guru

Proses pelaksaaan setoran hafalan pada siswa itu di laksanakan setiap seminggu tiga kali, dengan strategi yang berbeda-beda dari setiap pembimbing. Seperti yang di tuturkan oleh guru Aqidah Akhlaq (29/08/2017:09.25-09.36) di Kantor guru:

“Di kasih waktu mbak, setiap mau masuk kelas ada lembar tahfidz, seminggu berapa surat gitu. Trik itu tergantung dari anak sendiri. Misal kalau dirumah habis sholat suruh baca lagi.ada yang satu surat ada yang 2 kali belum hafal, satu akali ada yang hafal.”

Jawaban lain mengenai strategi membimbing siswa agar cepat hafal, dari hasil wawancara itu juga di tuturkan oleh waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Untuk saat ini yang saya lakukan, setiap anak-anak harus punya juz‟ama dulu. Kemudian ketika setoran saya tandai, jadi besoknya tinggal melanjutkan maju dari yang ditandai tadi, Seperti itu.”

Untuk selanjutnya tidak hanya hafalan kemudian selesai dengan wisuda tahfidz yang dilakukan setiap tahunnya, akan tetapi guru juga dituntut bagaimana caranya agar hafalan siswa tidak mudah hilang begitu saja. Ini jawaban dari kepala sekolah MTs Ma‟arif (31/08/2017:08.50-09.02) di Ruang Kepala Sekolah:

“Kadangkala dengan cara di tes oleh penguji. Untuk yang sudah selesai hafalan juz‟amanya nanti di kelas 8 disuruh untuk mengulang lagi dari awal. Dengan mengulang-ulang lagi hafalan yang sudah dihafal itu. Kalau yang benar-benar sudah lancar hafal biasanya ikut nyemak teman-teman yang lain yang belum selesai.”

Jawaban yang hampir sama juga di tuturkan oleh waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Ya diulang-ulang. Nanti setelah selesai, Tiap ganti semester mengulang hafalannnya lagi, Dari awal lagi. Kalau sudah lancar langsung lanjut surat-surat pilihan. Juga siswa itu di iming-imingi wisuda tahfidz tiap tahunnnya itu mbak.”

4. Strategi yang di gunakan siswa

Siswa yang tinggal di pondok maupun tidak, mereka menggunakan metode yang mudah yaitu metode Thariqah, metode ini dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang untuk ayat pertama sepuluh sampai dua puluh kali sampai benar-benar hafal, baru kemudian pada ayat berikutnya, seperti yang siswa sampaikan saat wawancara (31/08/2017:07.52-07.57) di Ruang kelas VII A:

“Dengan cara membaca berulang-ulang setiap ayatnya. Jadi lama-lama sampai hafal sendiri di luar kepala.”

Jawaban yang sama juga disampaikan oleh siswa yang tidak tinggal di pondok (31/08/2017:07.47-07.52) di ruang kelas VII A: “Di baca dulu berulang-ulang, baru nanti di hafalin.”

5. Faktor penghambat

Seiring berjalannya program tahfidz di sekolah MTs Ma‟arif ini, pasti ada hambatan-hambatan yang siswa-siswi alami. Terutama ketika proses hafalan di rumah dan juga saat setoran kepada pembimbing. Faktor itu bisa dari luar diri individu, bisa juga dari dalam individu itu. Seperti yang di sampaikan oleh siswa yang tinggal di pondok (31/08/2017:07.52-07.57) di ruang kelas VII A:

“Ada kadang, diganggu teman, kadang karena ngantuk juga.” 6. Jumlah Kelulusan

Jumlah lulusan setiap tahunnya belum pernah mencapai 100%, di karenakan problem-problem dari SDM nya tersebut. Siswa yang berasal dari SD murni, banyak sekali yang belum bisa baca Al-Qur‟an sama sekali. Jadi, pembimbing harus memulai dari awal yaitu dengan program BTA. Setelah itu barulah bisa lanjut ke program tahfidz bagi siswa yang tertingga. Persentase setiap tahunnya kira-kira hanya sekitar 40-60% yang lulus Tahfidz Juz‟ama. Seperti yang di tuturkan oleh (29/08/2017:09.57-10.23) di Kantor guru:

“Sekitar 40-45% atau 110 siswa setiap semester. Wisuda tahfidz diadakan dua kali dalam satu tahun. semester ganjil dan genap. Bareng wisuda kelas IX.”

Kalau siswa di kelas VII dan VIII belum bisa khatam, terpaksa di kelas IX harus di selesaikan. Karena memang benar-benar susah untuk menggerakkan siswa-siswa yang malas untuk hafalan. Biasa itu siswa laki-laki yang paling susah dan lama untuk selesai. Ini jawaban dari waka kurikulum (29/08/2017:10.20-10.27) di Kantor guru:

“Terpaksa di kelas IX harus hafalan lagi sampai dia bisa hafal, biasanya mencapai 50- 60 % untuk setiap tahunnnya.”

Dokumen terkait