• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Pengujian Sifat Fisis dan Stabilitas Fisik Nanoemulgel

Pengujian sifat fisis sediaan nanoemulgel dilakukan dengan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji daya lekat, dan uji daya sebar. Uji sifat fisis nanoemulgel dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan nanoemulgel yang dibuat telah memenuhi parameter yang diinginkan. Sementara itu, uji stabilitas fisik nanoemulgel bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan selama proses penyimpanan. Nanoemulgel yang baik tidak mengalami perubahan selama penyimpanan (Imanto, Roseh, dan Erindyah, 2019). Uji stabilitas fisik nanoemulgel dilakukan secara freeze thaw. Setiap satu siklus terdiri dari sampel nanoemulgel yang didinginkan (freeze) pada freezer di suhu -23°C selama 48 jam dan selanjutnya dicairkan (thaw) hingga 29°C pada suhu kamar selama 48 jam.

Pengujian dilakukan dalam 3 siklus dan kemudian diamati terjadinya pemisahan fase dan sifat fisis nanoemulgel (Sungpud, Worawan, Manat, Attawadee, 2020).

Pengujian stabilitas fisik nanoemulgel dilakukan pada siklus ke-0 dan siklus ke-3.

1. Uji Organoleptis Nanoemulgel

Uji organoleptis sediaan nanoemulgel dilakukan dengan pengamatan terhadap warna, bau, dan bentuk sediaan (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Uji organoleptis nanoemulgel dilakukan dengan mengamati secara fisis sediaan nanoemulgel kuersetin yang terdiri dari warna, bau, dan rasa. Berdasarkan hasil uji organoleptis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa formula F1, Fa, Fb, dan Fab memiliki warna kuning jernih, memiliki bau khas minyak karena formulasi sediaan nanoemulgel terdiri dari campuran beberapa bahan berbentuk minyak Tween 80, Span 80, dan olive oil. Pada warna kuning di sediaan nanoemulgel seperti berasal dari warna bahan aktif yang digunakan yaitu kuersetin (Lampiran 7). Selanjutnya, sediaan yang dibuat memiliki rasa khas minyak dan sedikit pahit, serta tidak terdapat pemisahan pada sediaan nanoemulgel yang dibuat.

Pada uji stabilitas fisik setelah siklus ke-3 diperoleh hasil yang tetap sama yaitu bau khas minyak, rasa khas minyak dan sedikit pahit, serta tidak terjadi pemisahan. Sementara itu, terjadi perubahan warna pada sediaan yang awalnya berwarna kuning jernih menjadi kuning pucat. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakstabilan pada sediaan akibat pengaruh penyimpanan (Indalifiany dkk., 2021).

2. Uji Homogenitas Nanoemulgel

Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa susunan sediaan homogen dan tidak terdapat butiran kasar serta telah terdispersi secara merata (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada object glass dan diamati ada tidaknya gumpalan yang terbentuk. Sediaan yang telah terdispersi secara merata dapat dilihat dengan tidak adanya gumpalan pada nanoemulgel yang dioleskan di object glass.

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang didapatkan di sediaan nanoemulgel yaitu formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 dan siklus ke-3 tidak menunjukkan adanya gumpalan pada sediaan setelah pengujian stabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan nanoemulgel yang dibuat telah terdispersi secara merata (Lampiran 8).

3. Uji pH Nanoemulgel

Uji pH dilakukan untuk melihat keasaman sediaan nanoemulgel, sehingga tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Rentang pH untuk sediaan yang memenuhi kriteria mukosa mulut yaitu berada pada rentang 5,5-7,9 (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Uji pH dilakukan dengan mengukur pH nanoemulgel kuersetin menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan dengan mencelupkan katoda pH meter pada sediaan nanoemulgel dan kemudian diamati nilai pH yang diukur pada layar. Berdasarkan hasil uji pH yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 telah masuk ke dalam rentang kriteria yang diinginkan yaitu 5,5-7,9 (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil pH seluruh sediaan mengalami penurunan. Namun, hasil pH sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range pH yang diinginkan sehingga tidak menimbulkan iritasi pada saat penggunaannya (Lampiran 9). Terjadi penurunan pH nanoemulgel menunjukkan sediaan kurang stabil, hal ini dapat disebabkan karena faktor suhu dan penyimpanan sediaan (Lumentuta, Hosea, dan Erladys, 2020). Hasil pergeseran masing-masing nilai pH yang diperoleh pada masing-masing formula F1, Fa, Fb, dan Fab mengalami penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran pH sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 10).

4. Uji Viskositas Nanoemulgel

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari suatu sediaan yang dibuat sudah memenuhi kriteria yang diinginkan dengan menggunakan alat viskometer (Susanti dan Sari, 2022). Nilai viskositas dari sediaan semisolid yang baik yaitu berada pada rentang 50-200 d.Pa.s (Maulina, 2021). Uji viskositas dilakukan menggunakan viskometer RION. Pengujian diawali dengan memasang spindel nomor 2 kemudian sampel diletakkan di bawah spindel.

Selanjutnya spindel diturunkan hingga batas celup pada sediaan nanoemulgel. Rotor kemudian dinyalakan dan diamati jarum merah pada skala.

Angka yang ditunjukkan oleh jarum menunjukkan viskositas sediaan.

Berdasarkan hasil uji viskositas yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 telah masuk ke dalam rentang kriteria yang diinginkan yaitu pada rentang 50-200 d.Pa.s (Maulina, 2021).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil viskositas seluruh sediaan mengalami sedikit penurunan. Namun, hasil viskositas sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range viskositas yang diinginkan (Lampiran 11 ). Terjadinya penurunan viskositas sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 dapat disebabkan karena sediaan nanoemulgel menunjukkan sineris yang merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel oleh karena itu mengalami penurunan viskositas. Berkurangnya kekentalan nanoemulgel dapat disebabkan karena faktor luar seperti cara penyimpanan (Supriadi dan Nurul, 2020).

Hasil pergeseran nilai viskositas yang diperoleh yaitu F1 sebesar -1,57%;

Fa sebesar -9,38%; Fb sebesar -0,81%; dan Fab sebesar 5,84%, menunjukkan penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran viskositas sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 12).

Nilai pergeseran viskositas yang baik yaitu < 10% (Supriadi dan Nurul, 2020).

Hal ini, menunjukkan bahwa nilai pergeseran viskositas masuk ke dalam kriteria yang diinginkan sehingga sediaan nanoemulgel memiliki stabilitas yang baik.

5. Uji Daya Sebar Nanoemulgel

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar sediaan yang dibuat saat diaplikasikan pada mukosa mulut. Daya sebar yang dipersyaratkan untuk sediaan semisolid yaitu 5-7 cm (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Uji daya sebar dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan nanoemulgel di bagian tengah cawan petri pertama yang telah diberi milimeter blok. Selanjutnya, cawan petri kedua diletakkan di atas cawan petri pertama sebagai beban awal selama 1 menit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan beban 150 g. Luas penyebaran sampel sediaan diukuran dan hasilnya merupakan luas sebaran nanoemulgel. Berdasarkan hasil uji daya sebar yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada

siklus ke-0 telah masuk ke dalam rentang kriteria yang diinginkan yaitu 5-7 cm (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil daya sebar seluruh sediaan mengalami penurunan. Namun, hasil daya sebar sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range daya sebar yang baik (Lampiran 13). Terjadi penurunan nanoemulgel menunjukkan sediaan kurang stabil, hal ini dapat disebabkan karena faktor suhu dan penyimpanan sediaan (Lumentuta, Hosea, dan Erladys, 2020). Hasil pergeseran masing-masing nilai daya sebar yang diperoleh pada masing-masing formula F1, Fa, Fb, dan Fab mengalami penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran daya sebar sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 14).

6. Uji Daya Lekat Nanoemulgel

Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan nanoemulgel dalam melapisi epidermis kulit, tidak menyumbat pori-pori serta tidak menyumbat, fungsi fisiologis kulit (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Syarat waktu daya lekat yang baik yaitu kurang dari 4 detik (Utami, Denih, dam Riani, 2022). Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,25 gram nanoemulgel di atas object glass dan ditempelkan pada object glass yang lain lalu ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Object glass dipasang pada alat tes dan dilepaskan beban seberat 80 gram. Waktu yang dibutuhkan hingga object glass terlepas dicatat menggunakan stopwatch. Berdasarkan hasil uji daya lekat yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 telah masuk ke dalam waktu daya lekat yang baik yaitu kurang dari 4 detik (Utami, Denih, dam Riani, 2022).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil daya lekat seluruh sediaan mengalami penurunan. Namun, hasil daya sebar sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range daya lekat yang baik (Lampiran 15). Terjadi penurunan nanoemulgel menunjukkan sediaan kurang stabil, hal ini dapat disebabkan karena faktor suhu dan penyimpanan sediaan (Lumentuta, Hosea, dan Erladys, 2020). Hasil pergeseran masing-masing nilai

daya lekat yang diperoleh pada masing-masing formula F1, Fa, Fb, dan Fab mengalami penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran daya lekat sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 16).

Dokumen terkait