• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Sifat Fisis dan Antibakteri Nanoemulgel Kuersetin dengan Fase Minyak Olive Oil dan Surfaktan Tween 80-Span 80

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Uji Sifat Fisis dan Antibakteri Nanoemulgel Kuersetin dengan Fase Minyak Olive Oil dan Surfaktan Tween 80-Span 80"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

UJI SIFAT FISIS DAN ANTIBAKTERI NANOEMULGEL KUERSETIN DENGAN FASE MINYAK OLIVE OIL DAN SURFAKTAN TWEEN 80-

SPAN 80

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Adinda Putri Wulandari NIM : 198114012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(2)

ii

UJI SIFAT FISIS DAN ANTIBAKTERI NANOEMULGEL KUERSETIN DENGAN FASE MINYAK OLIVE OIL DAN SURFAKTAN TWEEN 80-

SPAN 80

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Adinda Putri Wulandari NIM : 198114012

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2022

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

UJI SIFAT FISIS DAN ANTIBAKTERI NANOEMULGEL KUERSETIN DENGAN FASE MINYAK OLIVE OIL DAN SURFAKTAN TWEEN 80-

SPAN 80

Skripsi yang diajukan oleh:

Adinda Putri Wulandari NIM : 198114012

telah disetujui oleh

Pembimbing

Dr. apt. Rini Dwiastuti Tanggal 7 Desember 2022

(4)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

UJI SIFAT FISIS DAN ANTIBAKTERI NANOEMULGEL KUERSETIN DENGAN FASE MINYAK OLIVE OIL DAN SURFAKTAN TWEEN 80-

SPAN 80

Oleh :

Adinda Putri Wulandari NIM : 198114012

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 18 Januari 2023

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Dewi Setyaningsih

Panitia Penguji: Tanda Tangan

1. Dr. apt. Rini Dwiastuti ………

2. Dr. apt. Yustina Sri Hartini ………

3. Dr. apt. Sri Hartati Yuliani ………

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 7 Desember 2022 Penulis

Adinda Putri Wulandari

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Adinda Putri Wulandari Nomor Mahasiswa : 198114012

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UJI SIFAT FISIS DAN ANTIBAKTERI NANOEMULGEL KUERSETIN DENGAN FASE MINYAK OLIVE OIL DAN SURFAKTAN TWEEN 80-

SPAN 80

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnya google.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 18 Januari 2023

Yang menyatakan

(Adinda Putri Wulandari)

(7)

vii ABSTRAK

Sariawan merupakan penyakit klinis yang paling umum pada mukosa mulut. Staphylococcus aureus merupakan contoh bakteri penyebab penyakit sariawan. Kuersetin memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Senyawa kuersetin akan diformulasikan ke dalam sediaan nanoemulgel sebagai obat sariawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dan antibakteri sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80.

Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan menggunakan desain faktorial 2x2 pada Tween 80 dan Span 80. Metode yang digunakan dalam pembuatan nanoemulgel merupakan pengadukan dengan magnetic stirrer, homogenizer, dan sonikasi menggunakan sonicator bath. Variabel bebas penelitian ini yaitu variasi konsentrasi Tween 80 dan Span 80 dan variabel tergantung yaitu persen transmitan, ukuran droplet, tipe nanoemulsi, pH, organoleptis, homogenitas, viskositas, daya lekat, dan daya sebar. Uji stabilitas fisik dengan metode freeze thaw dan aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumuran. Hasil data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan two-way Analysis of Variance (ANOVA) dengan tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini yaitu sediaan nanoemulgel tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Tween 80 dan Span 80 berpengaruh secara signifikan terhadap persen transmitan, ukuran droplet, dan daya sebar nanoemulgel dengan p-value < 0,05, serta tidak berpengaruh signifikan terhadap pH, viskositas, dan daya lekat nanoemulgel.

Kata kunci : nanoemulgel, kuersetin, olive oil, tween 80, span 80

(8)

viii ABSTRACT

Thrush is the most common clinical disease of the oral mucosa.

Staphylococcus aureus is an example of a bacterium that causes canker sores.

Quercetin has antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria. The quercetin compound will be formulated into nanoemulgel preparations as a canker sore remedy. This study aims to determine the physical and antibacterial properties of quercetin nanoemulgel preparations with an olive oil phase and Tween 80-Span 80 surfactant.

This research is purely experimental, using a 2x2 factorial design on Tween 80 and Span 80. The methods used in the preparation of nanoemulgels are stirring with a magnetic stirrer, homogenizing, and sonicating using a sonicator bath. The independent variables in this study were concentration variations of Tween 80 and Span 80, and the dependent variables were percent transmittance, droplet size, nanoemulsion type, pH, organoleptics, homogeneity, viscosity, adhesion, and spreadability. physical stability test with the freeze-thaw method and antibacterial activity with the well diffusion method. The results of the data obtained were analyzed statistically using a two-way analysis of variance (ANOVA) with a 95%

confidence level.

The results of this study showed that the nanoemulgel preparation had no inhibition against Staphylococcus aureus bacteria. Tween 80 and Span 80 had a significant effect on the percent transmittance, droplet size, and spreadability of the nanoemulgel with a p-value < 0,05 and had no significant effect on the pH, viscosity, and adhesion of the nanoemulgel.

Keywords: nanoemulgel, quercetin, olive oil, tween 80, span 80

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A.Latar Belakang ...1

B.Rumusan Masalah ...3

C.Keaslian Penelitian ...3

D.Tujuan Penelitian ...4

E. Manfaat Penelitian ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

A.Stomatitis Aftosa ...6

B.Nanoemulsi ...6

C.Nanoemulgel ...7

D.Kuersetin ...7

E. Olive oil ...8

F. Surfaktan Tween 80 dan Span 80 ...9

G.Tragakan ...10

H.Uji Sifat Fisis Sediaan ...11

I. Uji Stabilitas Fisik Sediaan ...12

J. Uji Antibakteri ...12

K.Landasan Teori ...13

(10)

x

L. Hipotesis Penelitian ...13

BAB III METODE PENELITIAN...14

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ...14

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...14

1. Variabel Utama ...14

2. Variabel Pengacau ...14

3. Definisi Operasional ...14

C.Bahan Penelitian ...15

D.Alat Penelitian ...15

E. Tata Cara Penelitian ...16

1. Formula Nanoemulsi ...16

2. Pembuatan Nanoemulsi ...17

3. Karakterisasi Nanoemulsi ...18

4. Formulasi Nanoemulgel ...19

5. Uji Sifat Fisis Sediaan ...19

6. Uji Aktivitas Antibakteri Nanoemulgel ...20

F. Analisis Data Statistik ...21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...22

A.Pembuatan Nanoemulsi ...22

B.Karakterisasi Nanoemulsi ...23

1. Uji Persen Transmitan Nanoemulsi ...23

2. Uji Ukuran Droplet Nanoemulsi ...24

3. Uji Tipe Nanoemulsi ...25

C.Pembuatan Nanoemulgel Fase Minyak Olive Oil ...25

D.Pengujian Sifat Fisis dan Stabilitas Fisik Nanoemulgel ...26

1. Uji Organoleptis Nanoemulgel ...27

2. Uji Homogenitas Nanoemulgel...27

3. Uji pH Nanoemulgel ...28

4. Uji Viskositas Nanoemulgel ...28

5. Uji Daya Sebar Nanoemulgel ...29

6. Uji Daya Lekat Nanoemulgel ...30

(11)

xi

E. Desain Faktorial ...31

1. Respon Persen Transmitan ...31

2. Respon Ukuran Droplet ...34

4. Respon Pergeseran pH ...35

5. Respon Viskositas ...36

6. Respon Pergeseran Viskositas ...39

7. Respon Daya Lekat ...40

8. Respon Pergeseran Daya Lekat ...40

9. Respon Daya Sebar ...41

10. Respon Pergeseran Daya Sebar ...42

F. Optimasi Nanoemulgel Kuersetin Fase Minyak Olive Oil ...42

G.Uji Aktivitas Antibakteri Nanoemulgel Kuersetin ...44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...47

A.Kesimpulan ...47

B.Saran...…………47

DAFTAR PUSTAKA ...48

LAMPIRAN ...53

BIOGRAFI PENULIS ...75

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula Nanoemulgel Acuan ...16

Tabel II. Faktor dan Level Optimasi ...16

Tabel III. Rancangan Formula Optimasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80 ...17

Tabel IV. Rancangan Formula Sediaan Nanoemulgel Kuersetin ...17

Tabel V. Persen Transmitan Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin ...23

Tabel VI. Ukuran Droplet dan Indeks Polidispersitas (PI) Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin...24

Tabel VII. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Persen Transmitan ...32

Tabel VIII. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Ukuran Droplet ...34

Tabel IX. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon pH ..35

Tabel X. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Pergeseran pH ...36

Tabel XI. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Viskositas ...37

Tabel XII. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Pergeseran Viskositas...39

Tabel XIII. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Daya Lekat ...40

Tabel XIV. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Pergeseran Daya Lekat ...41

Tabel XV. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Daya Sebar ...41

Tabel XVI. Nilai Efek dan Interaksi Tween 80 dan Span 80 terhadap Respon Pergeseran Daya Sebar ...42

Tabel XVII. Diameter Zona Hambat Nanoemulgel Kuersetin terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ...45

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kuersetin ...7

Gambar 2. Struktur Tween 80 ...9

Gambar 3. Struktur Span 80 ...9

Gambar 4. Interaksi Tween 80 terhadap Span 80 pada Respon Persen Transmitan ...33

Gambar 5. Contour Plot Respon Persen Transmitan ...33

Gambar 6. Interaksi Tween 80 terhadap Span 80 pada Respon Viskositas ...38

Gambar 7. Contour Plot Respon Viskositas ...38

Gambar 8. Superimposed Contour Plot Nanoemulgel ...43

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat Analisis (CoA) Kuersetin ...53

Lampiran 2. Hasil Pembuatan Sediaan Nanoemulsi ...54

Lampiran 3. Hasil Uji Tipe Nanoemulsi ...54

Lampiran 4. Perhitungan Nilai HLB Campuran Pada Formula Acuan ...54

Lampiran 5. Perhitungan Nilai HLB Campuran ...554

Lampiran 6. Hasil Analisis Ukuran Droplet ...554

Lampiran 7. Hasil Pembuatan Nanoemulgel ...67

Lampiran 8. Hasil Uji Organoleptis Sediaan Nanoemulgel ...67

Lampiran 9. Hasil Uji Homogenitas Sediaan Nanoemulgel ...67

Lampiran 10. Hasil Uji pH Sediaan Nanoemulgel...68

Lampiran 11. Hasil Perhitungan Pergeseran pH ...68

Lampiran 12. Hasil Uji Viskositas Sediaan Nanoemulgel ...689

Lampiran 13. Hasil Perhitungan Pergeseran Viskositas ...689

Lampiran 14. Hasil Uji Daya Sebar Sediaan Nanoemulgel ...70

Lampiran 15. Hasil Perhitungan Pergeseran Daya Sebar ...70

Lampiran 16. Hasil Uji Daya Lekat Sediaan Nanoemulgel ...71

Lampiran 17. Hasil Perhitungan Pergeseran Daya Lekat ...72

Lampiran 18. Persamaan, Efek, Kontribusi, dan p-value ...72

Lampiran 19. Dokumentasi Alat dan Bahan ...73

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Recurrent aphthous stomatitis (RAS) yang dikenal sebagai sariawan merupakan penyakit klinis yang paling umum pada mukosa mulut. Prevalensi RAS di seluruh dunia berkisar antara 5% sampai 66% (Saikaly et al., 2017). RAS ditandai dengan ulser yang muncul secara berulang, kecil, bulat atau ovoid, dengan batas yang jelas, dasar berwarna kuning atau abu-abu, dikelilingi oleh halo eritematous (Giannetti et al., 2018). Sariawan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu kekurangan vitamin C, vitamin B12, dan bisa juga karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau jamur (Abdullah dan Munadirah, 2021).

Salah satu contoh bakteri penyebab penyakit sariawan yaitu Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri komensal pada kulit dan mukosa yang dapat menyebabkan terjadinya bakterimia, endokarditis, serta infeksi pada kulit dan jaringan lunak (Jayanthi dkk., 2020). Gangguan oral seperti sariawan dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien karena periode nyeri yang berlangsung lama dan berulang (Cao et al., 2021). Pengobatan sariawan sebagai antibakteri diperlukan dengan tujuan untuk mengurangi inflamasi, mempercepat penyembuhan, dan mengurangi frekuensi berulangnya ulser (Putri, 2015). Oleh karena itu, diperlukan penggunaan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri untuk pengobatan sariawan.

Kuersetin merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Kuersetin termasuk golongan senyawa flavonol dari flavonoid yang memiliki mekanisme antibakteri dengan mengkoagulasi protein dengan cara menonaktifkan enzim-enzim dan mengganggu dinding sel (Fauzan dkk., 2019). Senyawa kuersetin memiliki kelarutan air yang rendah sehingga dapat memperburuk laju disolusi obat (Zahara, Lucida, dan Zaini, 2020). Pengujian disolusi dianggap penting untuk menentukan pelepasan obat dari sediaan, baik topikal (lokal) maupun yang memiliki efek sistemik. Pelepasan obat

(16)

yang baik dapat menjamin efektivitas antibakteri yang baik. Oleh karena itu, teknologi nanopartikel dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan laju disolusi dari kuersetin (Jivani et al., 2018).

Teknologi nanopartikel yang banyak dikembangkan pada nanomedicine salah satunya yaitu nanoemulsi. Nanoemulsi dapat meningkatkan kinerja bahan obat terutama bahan obat yang memiliki kelarutan yang rendah. Penggabungan sistem nanoemulsi yang dimasukkan ke dalam basis gel disebut nanoemulgel.

Nanoemulgel dapat meningkatkan penetrasi obat ke kulit karena memiliki sifat adhesi yang baik dan kelarutan obat yang tinggi dalam fase minyak (Jivani et al., 2018).

Fase minyak yang digunakan pada penelitian ini adalah olive oil. Olive oil mengandung asam lemak tak jenuh tunggal monounsaturated fatty acids (asam oleat) dan polyunsaturated fatty acids (asam linoleat), selain itu olive oil juga mengandung asam lemak jenuh seperti asam palmitat, asam stearat, asam miristat, dan asam arakidat (Oktavia, Desnita, Anastasia, 2021). Fase minyak dapat membantu mendispersikan zat aktif dalam media pendispersi dan membentuk nanoemulsi. Fase minyak olive oil dipilih karena bersifat tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi, relatif murah, dan mudah didapatkan karena keberadaannya melimpah di alam (Sheskey, Walter, dan Colin, 2017). Selain itu, olive oil memiliki manfaat sebagai antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi sehingga fase minyak ini banyak digunakan.

Pada penelitian ini menggunakan surfaktan Tween 80 dan Span 80 yang berfungsi dalam menurunkan tegangan antar muka fase minyak dan air sehingga memberikan sistem nanoemulsi yang menghasilkan ukuran partikel yang kecil dan stabil (Ariyani dan Wulandari, 2020). Kombinasi Tween 80 dan Span 80 diharapkan dapat menghasilkan sediaan dengan karakteristik fisik yang baik serta dapat meningkatkan aktivitas antibakteri. Tween dan Span 80 dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan memiliki risiko rendah dalam mengiritasi (Sheskey, Walter, dan Colin, 2017).

Menurut Jivani et al. (2018) potensi penggunaan nanoemulgel memiliki keberterimaan yang lebih baik dari pasien karena tidak berminyak, lebih mudah

(17)

dalam pengaplikasian, memiliki efek terapeutik, dan keamanan yang lebih baik.

Formulasi sediaan nanoemulgel dapat dianggap sebagai kandidat potensial dan menjanjikan untuk terapi topikal obat lipofilik. Salah satu terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi sariawan yaitu terapi topikal atau sistemik (Edgar et al., 2017). Namun, obat topikal sariawan yang sekarang beredar di pasaran cenderung memiliki tingkat kenyamanan yang rendah saat pemakaian, harganya yang relatif mahal, dan jumlahnya masih terbatas. Dalam kondisi ini, dilakukan pemilihan alternatif penggunaan senyawa aktif dari bahan alam untuk pengobatan sariawan.

Bahan alam digunakan karena jumlahnya yang melimpah di alam dan memiliki efek samping yang minimal. Kuersetin dan minyak olive oil merupakan bahan alam yang dapat digunakan dalam pengobatan sariawan. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengembangan sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80 dengan harapan dapat menghasilkan sediaan yang efektif sekaligus memberikan kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaannya, serta memiliki harga yang relatif murah.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80 efektif sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus?

2. Apakah sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80 memenuhi syarat fisis yang baik?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran yang dilakukan oleh penulis, belum ada penelitian mengenai topik uji sifat fisis dan antibakteri nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80. Terdapat beberapa acuan dalam bentuk penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai dasar penelitian ini yaitu : 1. Penelitian oleh Yuliani, Hartini, Stephanie, Pudyastuti, dan Istyastono (2016)

menunjukkan bahwa sifat fisis sediaan nanoemulsi minyak buah delima dengan fase minyak LCT dan MCT menggunakan surfaktan tidak menunjukkan

(18)

perbedaan yang signifikan meliputi pH, persen transmitan, viskositas, dan ukuran droplet. Pada stabilitas fisis dengan metode freeze-thaw nanoemulsi minyak buah delima (NMBD) fase minyak LCT lebih baik dibandingkan dengan nanoemulsi minyak buah delima (NMBD) dengan fase minyak MCT.

2. Penelitian oleh Susanto (2021) menunjukkan bahwa konsentrasi kuersetin nanoemulgel dengan fase minyak olive oil yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu 2 mg/mL dengan mempertimbangkan dari zona hambat yang paling besar.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektivitas sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80 efektif sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

2. Mengetahui sifat fisis yang baik dari sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu kefarmasian mengenai formulasi sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak dengan olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80 sebagai antibakteri.

2. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu kefarmasian dalam pengembangan metode penelitian mengenai uji sifat fisis dan antibakteri nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80-Span 80.

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi pada calon farmasis terkait pengembangan obat sariawan dalam bentuk sediaan nanoemulgel bahan aktif kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan

(19)

Tween 80-Span 80 untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stomatitis Aftosa

Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) yang dikenal sebagai “sariawan”

merupakan suatu luka yang terjadi secara berulang pada mukosa mulut tanpa terdapat tanda-tanda penyakit lainnya. Etiologi SAR tidak diketahui dengan jelas namun terdapat beberapa faktor etiologi yang berpengaruh yaitu trauma, faktor imunologis atau alergi, faktor genetik, infeksi virus dan bakteri yang telah disebutkan sebagai penyebab ulserasi mulut yang sering (Soltani et al., 2022).

Dalam pengobatan SAR, tujuannya adalah untuk mengontrol rasa sakit, mengurangi disfungsi harian, menurunkan kejadian RAS, dan pencegahan ulkus baru (Soltani et al., 2022). Staphylococcus aureus merupakan contoh bakteri yang dapat menyebabkan sariawan. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan di rongga mulut dan sering menyebabkan infeksi (Muttaqin et al., 2022).

B. Nanoemulsi

Nanoemulsi dapat didefinisikan sebagai dispersi minyak dalam air (O/W) atau air dalam minyak (W/O) transparan yang stabil secara termodinamika.

Komponen antarmuka molekul surfaktan dan kosurfaktan dapat menstabilkan sistem sediaan nanoemulsi (Dinshaw et al., 2021). Ukuran partikel nanoemulsi mengacu pada sistem emulsi dengan ukuran rata-rata yaitu 20-200 nm (Rizg et al., 2022). Sediaan nanoemulsi dapat meningkatkan penetrasi sistem penghantaran obat dan menargetkan obat yang sukar larut, dengan meningkatkan penyerapannya melalui kulit, waktu retensi obat yang lebih baik di area target dan pada akhirnya menghasilkan lebih sedikit efek samping. Namun, formulasi nanoemulsi tidak nyaman untuk digunakan karena viskositas dan daya sebar yang rendah. Oleh karena itu, pendekatan penggabungan nanoemulsi dengan sistem pembentuk gel dapat membantu mengatasi masalah tersebut (Chellapa et al., 2015).

(21)

C. Nanoemulgel

Nanoemulgel merupakan sistem penghantaran yang secara khusus sedang dieksplorasi dalam penelitian dan pengembangan berbagai formulasi topikal untuk aplikasi farmasi dan kosmetik (Sultan, 2022). Formulasi nanoemulsi yang stabil ditingkatkan melalui nanoemulgel, dengan menurunkan tegangan permukaan dan antarmuka yang menyebabkan viskositas fase air meningkat (Chellapa et al., 2015). Sediaan nanoemulgel dikenal sebagai pembentukan hidrogel berbasis nanoemulsi dengan penambahan sistem nanoemulsi ke dalam matriks hidrogel dan dapat berpengaruh terhadap penetrasi kulit yang lebih baik (Eid et al., 2021). Sistem penghantaran obat nanoemulgel mencapai sifat adhesi yang baik pada kulit dan tingkat kelarutan yang tinggi menyebabkan gradien konsentrasi yang lebih besar di seluruh kulit sehingga menghasilkan penetrasi kulit yang lebih baik (Chellapa et al., 2015). Keunggulan sediaan nanoemulgel yaitu formulasinya tidak lengket dan mudah menyebar dibandingkan dengan sistem pengiriman topikal lainnya, tidak beracun, tidak mengiritasi, sangat baik untuk penghantaran obat lipofilik dan kelarutan yang rendah (Bhardwaj dan Ashutosh, 2021).

D. Kuersetin

Gambar 1. Struktur Kuersetin

(Pubchem, 2021) Kuersetin merupakan bioflavonoid polifenol yang ditemukan banyak dalam tanaman, termasuk ke dalam kelompok flavonol dari flavonoid (Batiha et al.,

(22)

2020). Secara umum, kuersetin memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan, antiatherogenic, anti-inflamasi, anti-karsinogenik (Jaisinghani 2017). Senyawa ini telah menunjukkan aktivitas bakteriostatik yang kuat untuk bakteri Staphylococcus aureus (Batiha et al., 2020). Efek terapeutik kuersetin untuk RAS dikaitkan dengan produksi fibroblas proliferatif dan sel epitel, keduanya sangat penting untuk proses perbaikan jaringan dan menghilangkan kontaminasi bakteri (Wang et al., 2020).

Selain itu, kuersetin merupakan senyawa lipofilik yang larut dengan baik dalam lipid dan alkohol, tidak larut dalam air dingin, dan agak larut dalam air panas (Batiha et al., 2020).

E. Olive oil

Olive oil yang dikenal sebagai minyak zaitun (Olea europaea L.) merupakan campuran dari asam lemak, triterpenoid, karotenoid, senyawa fenolik (seperti flavonoid, alkohol fenolik, secoiridoid, dan lignan) (Yukuma et al., 2019). Asam lemak yang terdapat dalam olive oil yaitu asam lemak tak jenuh tunggal monounsaturated fatty acids (asam oleat) dan polyunsaturated fatty acids (asam linoleat), selain itu olive oil juga mengandung asam lemak jenuh seperti asam palmitat, asam stearat, asam miristat, dan asam arakidat (Oktavia, Desnita, Anastasia, 2021). Dalam etanol olive oil terlarut (95%) dan dapat dicampurkan dengan eter, kloroform, petroleum, karbon disullfida. Karakteristik olive oil yaitu memiliki ciri bening, tidak berwarna atau berwarna kuning, cairan berminyak transparan. Secara umum, olive oil digunakan dalam formulasi sediaan farmasetis topikal dan kosmetik bersifat tidak mengiritasi dan tidak beracun. Pada formulasi topikal olive oil digunakan sebagai emollient untuk mengatasi inflamasi kulit dan untuk melembutkan kulit yang mengalami eksim (Sheskey, Walter, dan Colin, 2017).

(23)

F. Surfaktan Tween 80 dan Span 80

Gambar 2. Struktur Tween 80

(Pubchem, 2022)

Gambar 3. Struktur Span 80

(Pubchem, 2022) Pemilihan surfaktan yang sesuai merupakan poin yang sangat penting untuk pengembangan formulasi nanoemulgel yang tepat (Eid et al., 2021). Tween 80 merupakan surfaktan hidrofilik non ionik yang bekerja dengan cara meningkatkan kelarutan suatu zat dengan zat lain (Mardhiani, Deny, dan Laitul, 2021). Selain itu, Tween 80 memiliki toksisitas yang rendah dibandingkan dengan yang lain, dan memiliki potensi yang rendah untuk menyebabkan iritasi (Eid et al., 2021). Tween 80 memiliki karakteristik berupa cairan berminyak berwarna kuning di suhu 25oC. Pada Span 80 memiliki karakteristik berupa cairan kental berwarna kuning dan dapat menghasilkan emulsi serta mikroemulsi water-in-oil yang stabil (Sheskey, Walter, dan Colin, 2017).

(24)

Tween 80 yang dikombinasikan dengan Span 80 berfungsi untuk menyatukan fase air dengan fase minyak sehingga sistem emulsi akan terbentuk.

Pada saat penambahan fase minyak ke dalam fase air akan terbentuk lapisan monomolekuler dari emulgator yang digunakan yaitu Tween 80 yang dikombinasikan dengan Span 80. Rantai hidrokarbon dari Tween 80 dan Span 80 menyebabkan terjadinya interaksi vander waals di dalam droplet dimana diantara rantai hidrokarbon Span 80 terdapat rantai hidrokarbon Tween 80. Sedangkan bagian hidrofilik Tween 80 dan bagian hidrofilik Span 80 akan menyebabkan ikatan hidrogen dengan air pada medium pendispersi (Daud et al., 2018). Surfaktan Tween 80 dan Span 80 merupakan emulgator nonionik yang memiliki gugus alkohol.

Gugus alkohol akan berikatan lemah dengan air dan akan menurunkan tegangan permukaan dari air. Span 80 mampu membentuk emulsi minyak dalam air bila dikombinasikan dengan emulgator hidrofilik. Sementara itu, Tween 80 mampu membentuk emulsi minyak dalam air bila dikombinasikan dengan emulgator lipofilik. Oleh karena itu, kombinasi Tween 80 dan Span 80 dapat membentuk sediaan nanoemulsi yang diharapkan yaitu tipe minyak dalam air (M/A) (Wikantyasning dan Nabilla, 2021).

G. Tragakan

Tragakan merupakan polisakarida anionik heterogen yang sangat kompleks, dibentuk sebagai eksudat kering dari batang dan akar Astragalus gummifer dan spesies Astragalus Asia lainnya (Bachra et al., 2021). Secara umum, gum tragakan merupakan basis gel yang dapat meningkatkan sensitivitas pH, menunjukkan sifat non-mutagenik, non-karsinogenik, tidak beracun, dan non- teratogenik. Gum tragakan terdiri dari dua campuran utama yaitu polisakarida larut dalam air (tragacanthin) dan yang tidak larut dalam air (bassorin).

Tragacanthin pada hidrolisis terdiri dari asam tragacanthic yang menghasilkan L- arabinose, L-fucose, D-xylose, D-galacturonic acid, D-galactose. Gum tersebut muncul berwarna putih hingga kekuningan, tragakan merupakan zat tembus cahaya, tidak berbau dengan rasa mucilaginous yang hambar dan juga dapat diperoleh dalam bentuk bubuk (Sheskey, Walter, dan Colin, 2017).

(25)

H. Uji Sifat Fisis Sediaan

Evaluasi sifat fisis sediaan nanoemulsi dilakukan dengan uji persen transmitan, uji ukuran droplet, dan uji tipe nanoemulsi. Pengujian persen transmitan dilakukan untuk mengamati kejernihan nanoemulsi dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Kejernihan nanoemulsi dikatakan baik apabila memiliki nilai persen transmitan 90-100% (Samsiar, Robby, dan Occa, 2021). Uji ukuran droplet bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran partikel sediaan nanoemulsi yang akan terbentuk. Ukuran droplet pada sediaan nanoemulsi yang sesuai berada dalam rentang nilai 20-200 nm (Wulansari, Ririn, dan Ni Luh, 2019). Uji tipe nanoemulsi dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi dari sediaan yang dibuat. Jika sampel larut sempurna dalam akuades, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe minyak dalam air (M/A), sedangkan jika sampel larut sempurna dalam fase minyak, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe air dalam minyak (A/M) (Siqhny, Mita, dan Bambang, 2020).

Evaluasi sifat fisik sediaan nanoemulgel dilakukan dengan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji daya lekat, dan uji daya sebar sebagai berikut.

1. Uji organoleptis sediaan nanoemulgel dilakukan dengan pengamatan terhadap warna, bau, dan bentuk sediaan (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

2. Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa susunan sediaan homogen dan tidak terdapat butiran kasar (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

3. Uji pH dilakukan untuk melihat keasaman sediaan nanoemulgel, sehingga tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Rentang pH untuk sediaan topikal nanoemulgel yaitu berada pada rentang 5,5-7,9 (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

4. Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari suatu sediaan dengan menggunakan alat viskometer (Susanti dan Sari, 2022). Nilai viskositas dari sediaan gel (semisolid) yang baik yaitu berada pada rentang 50-200 d.Pa.s (Maulina, 2021).

5. Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan dalam melapisi epidermis kulit, tidak menyumbat pori-pori serta tidak menyumbat, fungsi fisiologis kulit (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Syarat waktu daya lekat

(26)

yang baik untuk sediaan topikal yaitu kurang dari 4 detik (Utami, Denih, dam Riani, 2022).

6. Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar sediaan saat diaplikasikan pada kulit. Sediaan yang baik adalah sediaan yang mudah menyebar pada kulit tanpa menggunakan tekanan yang besar (Athaillah dan Aisyah, 2022). Daya sebar yang dipersyaratkan untuk sediaan topikal yaitu 5-7 cm (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

I. Uji Stabilitas Fisik Sediaan

Uji stabilitas merupakan parameter penting karena menggambarkan stabilitas sediaan selama penyimpanan pada suhu yang berbeda (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020; Falahi, Cici, dan Elfina, 2021). Metode freeze thaw merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk pengujian stabilitas fisik sediaan (Falahi, Cici, dan Elfina, 2021). Pengujian freeze thaw dilakukan untuk mengetahui kestabilan nanoemulgel selama 3 siklus (Damayanti, Saleh, dan Garnadi, 2019).

Setelah pengujian selama 3 siklus, diharapkan sediaan nanoemulgel tetap stabil tidak mengalami pemisahan fase (Damayanti, Saleh, dan Garnadi, 2019).

J. Uji Antibakteri

Metode difusi sumuran digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri dengan membuat lubang pada media agar padat yang telah diinokulasikan dengan bakteri (Retnaningsih, Annisa, dan Intan, 2019). Setelah itu diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC. Pengamatan dilakukan terhadap zona bening di sekitar sumuran yang menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan bakteri (Lisnawati, Selvi, dan Tutik, 2022). Kelebihan metode difusi sumuran yaitu lebih mudah mengukur zona hambat yang terbentuk dikarenakan sampel beraktivitas tidak hanya di permukaan atas media agar namun juga sampai ke bawah. Metode ini juga dapat menghasilkan zona hambat yang lebih baik karena adanya daya osmolaritas pada lubang sumuran (Yunita, Dheanissa, Deni, 2020).

(27)

K. Landasan Teori

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit sariawan. Kuersetin sebagai salah satu senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, namun kelarutan senyawa ini rendah terhadap air. Sediaan dengan bahan aktif kuersetin perlu dibuat dalam bentuk nanoemulsi agar laju disolusinya dapat ditingkatkan. Sebagai sediaan topikal yang akan diaplikasikan di daerah mukosa mulut, sediaan harus mampu melekat dengan baik pada kulit. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan pelekatan nanoemulsi dilakukan formulasi dalam bentuk sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween-80 dan Span-80. Pada pembuatan nanoemulsi menggunakan kombinasi metode energi rendah (magnetic stirrer) dan metode energi tinggi (sonikasi). Sediaan nanoemulgel dengan bahan aktif kuersetin terdiri dari fase minyak olive oil dan surfaktan Tween-80 dan Span- 80 yang berperan dalam membantu fase minyak untuk membentuk droplet dengan menurunkan tegangan permukaan, akuades sebagai fase air dan pelarut, serta tragakan sebagai basis dari hidrogel. Evaluasi sifat fisis dan efektivitas dilakukan untuk melihat sediaan nanoemulgel yang dibuat sudah memenuhi persyaratan dan karakteristik yang baik (Yuliani et al., 2016).

L. Hipotesis Penelitian

1. Sediaan nanoemulgel kuersetin dengan surfaktan Tween 80 dan Span 80 memenuhi sifat fisis dan efektivitas yang baik sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.

2. Sediaan nanoemulgel kuersetin dengan fase minyak olive oil dan surfaktan Tween 80 dan Span 80 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

(28)

14 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan metode desain faktorial 2x2 (2 faktor dan 2 level) mengenai sifat fisis dan pengujian aktivitas antibakteri pada sediaan nanoemulgel dengan bahan aktif kuersetin dan fase minyak olive oil.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Utama

a. Variabel bebas dari penelitian ini adalah variasi konsentrasi surfaktan Tween 80 dan Span 80.

b. Variabel tergantung dari penelitian ini adalah sifat fisis sediaan yang meliputi persen transmitan, ukuran droplet, tipe nanoemulsi, organoleptis, homogenitas, viskositas, pH, daya lekat, dan daya sebar, aktivitas antibakteri.

2. Variabel Pengacau

a. Variabel pengacau terkendali dari penelitian ini adalah kondisi penyimpanan, alat-alat penelitian, dan wadah penyimpanan.

b. Variabel pengacau tak terkendali dari penelitian ini adalah suhu dan kelembaban udara pada saat pembuatan dan penyimpanan formulasi nanoemulgel.

3. Definisi Operasional

a. Stomatitis aftosa merupakan ulser yang muncul secara berulang, kecil, bulat atau ovoid, dengan batas yang jelas, dasar berwarna kuning atau abu-abu, dikelilingi oleh halo eritematous yang salah satunya dapat disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.

b. Kuersetin merupakan kelompok flavonol dari flavonoid yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus

c. Nanoemulsi merupakan sediaan yang stabil secara termodinamik serta memiliki ukuran partikel antara 20-200 nm. Pada pengujian sifat fisik

(29)

nanoemulsi dilakukan dengan melihat persen transmitan, ukuran droplet, dan tipe nanoemulsi.

d. Nanoemulgel merupakan sediaan campuran antara nanoemulsi dan gel untuk meningkatkan kelarutan dan kemampuan pelepasan bahan aktif yang tidak larut dalam air.

e. Sifat fisis nanoemulgel dapat dilihat melalui uji organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, daya lekat, dan daya sebar, serta stabilitas fisik nanoemulgel dilihat melalui stabilitas freeze thaw selama 3 siklus.

f. Uji antibakteri metode difusi sumuran merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri dengan cara membuat lubang pada media agar padat yang telah diinokulasikan dengan bakteri.

C. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuersetin, olive oil, akuades, Tween 80, Span 80, Tragakan, etanol 70%, bakteri Staphylococcus aureus, Mueller Hinton Agar, gentamycin, yellow tip, dan 0,5 McFarland.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beaker 50; 100;

250; 500 mL (PYREX), gelas ukur 10; 100 mL (PYREX), magnetic stirrer (Thermo), homogenizer, sonicator bath (Elmasonic), batang pengaduk, particle size analyzer tipe dynamic light scattering (Horiba SZ-100), labu takar 100 mL, spektrofotometri UV-Vis (shimadzu), mikropipet, pipet ukur, glass firm, kuvet, Biological Safety Cabinet (ESCO), autoklaf (ALP), hot plate stirrer (JLabtech), pH meter, viskometer rion, pemberat (50 g - 1000 g), cawan petri, incubator (Memmert), jangka sorong, neraca analitik (OHAUS), sudip, dan milimeter blok, object glass, nephelometer.

(30)

E. Tata Cara Penelitian 1. Formula Nanoemulsi

Formula acuan yang digunakan untuk membuat nanoemulsi tersaji dalam Tabel I.

Tabel I. Formula Nanoemulgel Acuan

Bahan Jumlah (g)

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab

Formulasi Nanoemulsi

Kuersetin 0,2 0,2 0,2 0,2

Olive oil 3 3 3 3

Tween 80 11 12 11 12

Span 80 3 3 3,5 3,5

Akuades 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL Formulasi Hidrogel

Tragakan 4 4 4 4

Nilai HLB 12,71 12,86 12,42 12,58

(Susanto, 2021) Berdasarkan formula acuan di atas, dilakukan modifikasi variasi dari kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 dengan metode desain faktorial 2x2 sebagaimana tertera pada tabel II dan III.

Tabel II. Faktor dan Level Optimasi

Faktor Level Rendah Level Tinggi

Tween 80 11,8 gram 12 gram

Span 80 3 gram 3,1 gram

(31)

Tabel III. Rancangan Formula Optimasi Surfaktan Tween 80 dan Span 80

Formula Faktor

A (Tween 80) B (Span 80)

1 - -

A + -

B - +

Ab + +

Keterangan : (-) = level rendah (+) = level tinggi

Tabel IV. Rancangan Formula Sediaan Nanoemulgel Kuersetin

Bahan Jumlah (g)

Formula 1 Formula a Formula b Formula ab Formulasi Nanoemulsi

Kuersetin 0,2 0,2 0,2 0,2

Olive oil 3 3 3 3

Tween 80 11,8 12 11,8 12

Span 80 3 3 3,1 3,1

Akuades 100 mL 100 mL 100 mL 100 mL Formulasi Hidrogel

Tragakan 4 4 4 4

2. Pembuatan Nanoemulsi

Pada pembuatan sediaan nanoemulsi dilakukan dengan beberapa tahapan. Olive oil, Tween 80, dan Span 80 dimasukkan ke dalam gelas beaker

(32)

sesuai dengan komposisi yang tertera pada tabel IV. Kuersetin sebanyak 0,2 gram ditambahkan dengan beberapa tetes etanol 70% hingga kuersetin larut. Kemudian, bahan dicampur dengan menggunakan magnetic stirrer pada hot plate selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm dan suhu 90oC. Setelah 10 menit, ditambahkan akuades secara perlahan dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm selama 10 menit. Selanjutnya, seluruh bahan yang telah tercampur dihomogenkan dengan homogenizer selama 2 menit dan dilanjutkan dengan sonikasi menggunakan sonicator bath selama 40 menit sambil sesekali diaduk. Masing-masing formula dilakukan replikasi sebanyak 3 kali (Yuliani et al., 2016).

3. Karakterisasi Nanoemulsi

a. Uji persen transmitan larutan diukur pada panjang gelombang 650 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 650 nm didasarkan pada kejernihan sediaan nanoemulsi yang dilarutkan dalam 100 mL akuades dan puncak serapan dari bahan aktif yang digunakan yaitu kuersetin. Persen transmitan dilakukan dengan melarutkan sampel sebanyak 1 mL dengan akuades dalam labu takar 100 mL (Abdassah, 2017).

b. Uji ukuran droplet diukur menggunakan particle size analyzer dengan tipe dynamic light scattering. Sebanyak 10 mL sampel diambil dan dimasukkan ke dalam kuvet. Selanjutnya kuvet yang telah diisi sampel dimasukkan ke dalam sampel holder dan dilakukan analisis (Yuliani et al., 2016).

c. Uji tipe nanoemulsi dilakukan dengan metode dilusi atau pengenceran.

Sampel dilarutkan ke dalam fase air (1:100) dan fase minyak (1:100). Selanjutnya, jika sampel terdispersi dalam akuades, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe minyak dalam air (M/A). Jika sampel terdispersi dalam fase minyak, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe air dalam minyak (A/M) (Yuliani et al., 2016).

(33)

4. Formulasi Nanoemulgel

Pada formulasi hidrogel dibuat dengan mengembangkan 4 gram tragakan yang berfungsi sebagai gelling agent dalam sediaan nanoemulsi melalui pengadukan secara konstan hingga terbentuk massa yang homogen. Pengadukan dilakukan menggunakan bantuan mixer untuk mempercepat proses pembentukan gel (Soliman, Shehata, Mohamed, Younis, dan Elsewedy, 2021).

5. Uji Sifat Fisis Sediaan

Uji sifat fisis sediaan dilakukan berdasarkan pustaka acuan (Ermawati, Yugatama, dan Wulandari, 2020; Hariningsih, 2019; Imanto, Prasetyawan, dan Wikantyasning, 2019; Wahyudi dkk., 2022; Sanaji, Krismala, dan Liananda, 2019; Yuliani et al., 2016).

a. Uji organoleptis nanoemulgel dilakukan dengan mengamati secara fisis sediaan nanoemulgel kuersetin yang terdiri dari warna, bau, dan rasa.

b. Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada object glass dan diamati ada tidaknya gumpalan yang terbentuk.

c. Uji pH dilakukan dengan mengukur pH nanoemulgel kuersetin menggunakan pH meter. Pengukuran pH dilakukan dengan mengkalibrasi alat, kemudian mencelupkan katoda pH meter pada sediaan nanoemulgel. Selanjutnya diamati nilai pH yang diukur pada layar.

d. Uji viskositas dilakukan menggunakan viskometer rion. Pengujian diawali dengan memasang spindel nomor 2 kemudian sampel diletakkan di bawah spindel. Selanjutnya spindel diturunkan hingga batas tcelup pada sediaan nanoemulgel. Rotor kemudian dinyalakan dan diamati jarum merah pada skala. Angka yang ditunjukkan oleh jarum menunjukkan viskositas sediaan.

e. Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,25 gram nanoemulgel di atas object glass dan ditempelkan pada object glass yang lain lalu ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Object glass dipasang pada alat tes dan dilepaskan beban seberat 80 gram. Waktu yang dibutuhkan hingga object glass terlepas dicatat menggunakan stopwatch.

f. Uji daya sebar dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan nanoemulgel bagian tengah cawan petri pertama yang telah diberi milimeter blok. Cawan

(34)

petri kedua diletakkan di atas cawan petri pertama sebagai beban awal selama 1 menit. Diameter penyebaran gel pada 4 sisi cawan petri diukur. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan beban 150 g. Luas penyebaran sampel sediaan diukuran dan hasilnya merupakan luas sebaran nanoemulgel.

g. Uji stabilitas fisik nanoemulgel dilakukan secara freeze thaw. Setiap satu siklus terdiri dari sampel nanoemulgel yang didinginkan (freeze) pada freezer di suhu -23°C selama 48 jam dan selanjutnya dicairkan (thaw) hingga 29°C pada suhu kamar selama 48 jam. Pengujian dilakukan dalam 3 siklus dan kemudian diamati terjadinya pemisahan fase dan sifat fisis nanoemulgel (Sungpud, Worawan, Manat, Attawadee, 2020).

6. Uji Aktivitas Antibakteri Nanoemulgel

Uji aktivitas antibakteri sediaan nanoemulgel stomatitis aftosa kuersetin dengan fase minyak olive oil dilakukan dengan dengan metode difusi sumuran dilakukan di Biological Safety Cabinet (BSC). Bakteri yang digunakan pada pengujian ini yaitu Staphylococcus aureus. Suspensi bakteri diinokulasikan ke dalam Muller Hinton Agar (MHA) yang sebelumnya telah disesuaikan dengan standar kekeruhan 0,5 Mcfarland. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan bakteri uji.

Pembuatan media MHA dilakukan 2 kali, yaitu seed layer 20 mL dan base layer. Pengujian dimulai dengan menuangkan base layer 10 mL ke dalam cawan petri dengan teknik pour plate dan ditunggu hingga memadat. Untuk pembuatan seed layer, suspensikan 146 𝜇L bakteri ke dalam larutan agar, lalu homogenkan dan dituangkan ke atas base layer dengan teknik pour plate kemudian ditunggu hingga memadat (Wahyuningrum, Meiskha, dan Andri, 2021). Cawan petri dibagi menjadi 6 bagian sama besar. Pengujian dimulai dengan membuat 6 buah sumuran pada media MHA dengan ukuran 7 mm, kemudian setiap lubang diberikan label sebagai penanda F1, Fa, Fb, Fab, kontrol positif, dan kontrol negatif.

Pada penelitian ini digunakan kontrol positif berupa antibiotik gentamycin dan kontrol negatif berupa akuades steril, serta dibuat juga kontrol sterilitas yang hanya berisi media MHA. Setiap lubang yang telah diberi label

(35)

dimasukkan 50 mg sediaan nanoemulgel F1, Fa, Fb, dan Fab, serta kontrol positif dan kontrol negatif. Selanjutnya, diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37⁰C (Djarot, Isna, dan Dwi, 2020; Lisnawati, Selvi, dan Tutik, 2022). Area zona hambat yang terbentuk diukur menggunakan jangka sorong untuk mengetahui kekuatan antibakterinya (Ariyani dan Wulandari, 2020).

F. Analisis Data Statistik

Pada penelitian ini metode analisis data sifat fisis berupa pH, pergeseran pH, viskositas, pergeseran viskositas, daya lekat, pergeseran daya lekat, dan daya sebar, serta pergeseran daya sebar dianalisis menggunakan Design Expert 13 (free trial). Perbedaan efek dari level konsentrasi Tween 80, Span 80, dan kedua interaksi dapat dilihat dengan menggunakan Design Expert 13 (free trial) metode desain faktorial. Analisis statistik menggunakan uji two-way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% digunakan untuk mengetahui signifikansi efek dari Tween 80, Span 80, dan kedua interaksi sehingga dapat diketahui faktor utama yang mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan nanoemulgel. Nilai p-value kurang dari 0,05 maka faktor dikatakan berpengaruh. Selanjutnya, akan diperoleh dari kedua faktor di dua level untuk masing-masing respon melalui persamaan contour plot. Selanjutnya akan didapatkan superimposed contour plot yang akan digunakan untuk memperoleh area optimum dari tiap faktor dan level yang diteliti.

(36)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Nanoemulsi

Pada pembuatan sediaan nanoemulsi menggunakan beberapa bahan yaitu olive oil, Tween 80, Span 80, kuersetin, etanol 70%, dan akuades. Olive oil pada penelitian ini digunakan sebagai fase minyak. Tween 80 yang dikombinasikan dengan Span 80 berfungsi untuk menyatukan fase air dengan fase minyak sehingga sistem emulsi akan terbentuk. Nilai HLB dari kombinasi Tween-80 dan Span-80 berkisar antara 12-13. Sementara itu, terdapat kuersetin yang digunakan sebagai bahan aktif yang dapat memberikan aktivitas antibakteri, etanol 70% untuk melarutkan kuersetin dan akuades sebagai fase air.

Bahan yang akan dicampur pada proses pembuatan nanoemulsi perlu memperhatikan beberapa hal, bahan aktif kuersetin ditambahkan dengan 2-3 tetes etanol 70% hingga kuersetin larut. Selanjutnya, kuersetin dapat dicampur dengan fase minyak olive oil, Tween 80, dan Span 80 dengan menggunakan magnetic stirrer pada hot plate dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah itu, ditambahkan akuades secara perlahan dan kecepatan pengadukan ditingkatkan menjadi 1250 rpm. Pada pembuatan nanoemulsi dengan bahan aktif kuersetin menggunakan kombinasi metode energi rendah dan energi tinggi. Pengadukan nanoemulsi dengan menggunakan magnetic stirrer termasuk dalam pembuatan nanoemulsi energi rendah sehingga ukuran droplet yang dihasilkan tidak seragam. Sehingga digunakan tambahan metode energi tinggi yaitu homogenizer dan sonicator bath yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengubah energi listrik menjadi getaran fisik sehingga menghasilkan ukuran droplet yang kecil dan homogen (Rusdiana, Erliza, dan Mulyorini, 2018).

Proses pencampuran bahan menggunakan magnetic stirrer menggunakan suhu sebesar 90oC untuk membantu proses penguapan etanol 70%, yang memiliki titik didih rendah yaitu 79oC sehingga lebih mudah menguap dan tidak menimbulkan toksisitas di sediaan yang dibuat (Alviony dan Galih, 2022).

Pemanasan yang dilakukan tidak mempengaruhi bahan aktif kuersetin dikarenakan

(37)

kuersetin memiliki titik lebur tinggi yaitu 316,5oC sehingga tahan terhadap pemanasan (Pubchem, 2022). Setelah itu, dilanjutkan dengan pengadukan menggunakan homogenizer dan sonicator bath. Kemudian, sediaan nanoemulsi yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam botol kaca 100 mL (Lampiran 2).

B. Karakterisasi Nanoemulsi

Uji sifat fisis nanoemulsi dilakukan untuk mengetahui bahwa sediaan nanoemulsi yang dibuat sudah memenuhi kriteria dan parameter yang telah ditetapkan. Uji sifat fisis yang dilakukan pada sediaan nanoemulsi meliputi uji persen transmitan, uji ukuran droplet, dan uji tipe nanoemulsi.

1. Uji Persen Transmitan Nanoemulsi

Uji persen transmitan diukur pada panjang gelombang 650 nm menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Vis untuk memastikan ukuran nanoemulsi yang dibuat sudah berada di rentang nanometer. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 650 nm didasarkan pada kejernihan sediaan nanoemulsi yang dilarutkan dalam akuades dan puncak serapan dari bahan aktif yang digunakan yaitu kuersetin (Abdassah, 2017). Nilai persen transmitan 90- 100% menunjukkan nanoemulsi yang dibuat memenuhi kejernihan yang baik dan transparan (Samsiar, Robby, dan Occa, 2021). Hasil uji persen transmitan nanoemulsi dengan bahan aktif kuersetin dapat dilihat pada tabel V.

Tabel V. Persen Transmitan Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin Formula Rata-rata Persen Transmitan

(%)

F1 98.343 ± 0.098

Fa 95.567 ± 0.208

Fb 95.2 ± 0.07

Fab 99.423 ± 0.050

Berdasarkan hasil persen transmitan (%T) yang didapatkan pada masing- masing formula F1, Fa, Fb, dan Fab untuk perlakuan 1, 2, serta 3 memiliki %T berkisar antara 90%-100%. Hal ini menunjukkan bahwa tiap formula tersebut memiliki tampilan nanoemulsi dengan kejernihan yang baik dan transparan serta telah berada di rentang nanometer.

(38)

Persen transmitan mendekati 100% menunjukkan ukuran fase terdispersi droplet-droplet minyak dalam air yang sangat kecil sehingga penampakan sediaan terlihat jernih dan warna larutan terlihat transparan. Semakin jernih atau semakin besar nilai transmitan maka dapat diperkirakan tetesan emulsi telah mencapai nanometer (Pelita, Iis, dan Sapto, 2022). Nilai persen transmitan yang semakin tinggi menunjukkan ukuran droplet nanoemulsi yang terbentuk semakin halus. Hasil persen transmitan tinggi dari nanoemulsi menunjukkan bahwa nanoemulsi yang terbentuk tampak jernih karena ukuran droplet yang sangat kecil dapat melewatkan berkas cahaya sehingga menunjukkan pengukuran transmitan yang tinggi (Indalifiany dkk., 2021).

2. Uji Ukuran Droplet Nanoemulsi

Uji ukuran droplet dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran partikel sediaan nanoemulsi yang akan terbentuk telah memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu berada dalam rentang nilai 20-200 nm (Wulansari, Ririn, dan Ni Luh, 2019). Sampel sebanyak 10 mL diambil pada masing-masing formula kemudian dilakukan pengujian menggunakan instrumen Particle Size Analyzer (PSA) dengan tipe Dynamic Light Scattering yang memanfaatkan prinsip dari gerak Brown, dimana suatu sampel yang telah dilarutkan memiliki partikel dan molekul yang berada dalam gerakan termal acak konstan (Ambarwatia dan Yulianitaa, 2022; Yuliani et al., 2016). Pada pengujian PSA ini dilakukan 3 kali pengambilan atau pembacaan ukuran partikel dari masing-masing formula. Hasil uji ukuran droplet nanoemulsi dengan bahan aktif kuersetin dapat dilihat pada tabel VI.

Tabel VI. Ukuran Droplet dan Indeks Polidispersitas (PI) Nanoemulsi Dengan Bahan Aktif Kuersetin

Formula Hasil Particle Size Analyzer (PSA) Rata-rata Ukuran

Droplet (nm)

Rata-rata PI

F1 24,57±0,15 0,28±0,01

Fa 26,3±0,34 0,28±0,03

Fb 31,53±0,21 0,37±0,01

Fab 31,8±0,00 0,36±0,01

(39)

Berdasarkan hasil uji ukuran droplet yang didapatkan bahwa formula F1, Fa, Fb, dan Fab telah memenuhi kriteria yang diinginkan untuk ukuran droplet nanoemulsi yaitu berada dalam rentang nilai 20-200 nm (Wulansari, Ririn, dan Ni Luh, 2019). Ukuran droplet yang kecil dipengaruhi oleh kombinasi surfaktan yang digunakan. Surfaktan Tween 80 dan Span 80 dapat menurunkan energi bebas pada sistem sehingga akan mencegah ketidakstabilan termodinamika pada perubahan pH dan volume. Campuran surfaktan juga memberikan barrier mekanik yang melindungi globul agar tidak mengalami agregrasi dengan droplet lainnya (Aisy, Oktavia, dan Alvan, 2021). Indeks polidispersitas (PI) menunjukkan rentang distribusi ukuran vesikel dan mengetahui terjadinya agregasi dengan nilai memenuhi kriteria pada rentang 0,01-0,7. Jika PI > 0,7 maka distribusi ukuran nanopartikel tidak merata serta mudah terjadi aglomerasi (Akib et al., 2021). Hasil nilai PI yang diperoleh pada formula F1, Fa, Fb, dan Fab telah memenuhi kriteria yang diinginkan. Nilai indeks polidispersitas yang kecil mengindikasikan droplet yang homogen dan distribusi ukuran droplet yang sempit. Hal ini dapat mempengaruhi pada nanoemulsi yang seragam dengan stabilitas fisik yang lebih tinggi (Aisy, Oktavia, dan Alvan, 2021).

3. Uji Tipe Nanoemulsi

Uji tipe nanoemulsi dilakukan untuk mengetahui tipe emulsi dari sediaan yang dibuat dengan metode dilusi atau pengenceran. Sampel nanoemulsi dilarutkan ke dalam fase air (1:100) dan fase minyak (1:100). Berdasarkan hasil uji tipe nanoemulsi untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab yang dibuat termasuk ke dalam tipe minyak dalam air (M/A). Hal ini disebabkan karena sampel nanoemulsi yang terdispersi dalam akuades, maka tipe nanoemulsi tergolong dalam tipe minyak dalam air (M/A). Sedangkan fase minyak olive oil menunjukkan nanoemulsi tidak terdispersi dalam fase minyak dan terbentuk droplet-droplet didalamnya (Yuliani et al., 2016).

C. Pembuatan Nanoemulgel Fase Minyak Olive Oil

Gum tragakan merupakan basis gel yang dapat meningkatkan sensitivitas pH, menunjukkan sifat non-mutagenik, non-karsinogenik, tidak beracun, dan non-

(40)

teratogenik sehingga aman untuk digunakan (Sheskey, Walter, dan Colin, 2017). Pada formulasi nanoemulgel dibuat dengan mengembangkan 4 gram tragakan yang berfungsi sebagai gelling agent ke dalam sediaan nanoemulsi yang telah dibuat. Selanjutnya dilakukan pengadukan secara konstan menggunakan mixer untuk mempercepat proses pembentukan gel hingga terbentuk massa yang homogen (Soliman, Shehata, Mohamed, Younis, dan Elsewedy, 2021). Pada tragakan, mekanisme pembentukan gel terjadi karena adanya pembentukan jaringan tiga dimensi pada polimernya. Air akan terjerap di dalam dimensi tersebut dan gel akan terbentuk. Semakin banyak air yang digunakan maka akan semakin banyak air yang terjerap sehingga mengakibatkan peningkatan viskositas. Dalam sistem gel yang bertanggung jawab terhadap pembentukan matriks gel adalah gelling agent.

Dengan demikian, konsentrasi gelling agent menambah dan memperkuat matriks gel (Forestryanaa, Muhammad, Aristha, 2020). Hasil sediaan nanoemulgel yang telah terbentuk dimasukkan ke dalam wadah berupa pot (Lampiran 6).

D. Pengujian Sifat Fisis dan Stabilitas Fisik Nanoemulgel

Pengujian sifat fisis sediaan nanoemulgel dilakukan dengan uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji viskositas, uji daya lekat, dan uji daya sebar. Uji sifat fisis nanoemulgel dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan nanoemulgel yang dibuat telah memenuhi parameter yang diinginkan. Sementara itu, uji stabilitas fisik nanoemulgel bertujuan untuk mengetahui kestabilan sediaan selama proses penyimpanan. Nanoemulgel yang baik tidak mengalami perubahan selama penyimpanan (Imanto, Roseh, dan Erindyah, 2019). Uji stabilitas fisik nanoemulgel dilakukan secara freeze thaw. Setiap satu siklus terdiri dari sampel nanoemulgel yang didinginkan (freeze) pada freezer di suhu -23°C selama 48 jam dan selanjutnya dicairkan (thaw) hingga 29°C pada suhu kamar selama 48 jam.

Pengujian dilakukan dalam 3 siklus dan kemudian diamati terjadinya pemisahan fase dan sifat fisis nanoemulgel (Sungpud, Worawan, Manat, Attawadee, 2020).

Pengujian stabilitas fisik nanoemulgel dilakukan pada siklus ke-0 dan siklus ke-3.

(41)

1. Uji Organoleptis Nanoemulgel

Uji organoleptis sediaan nanoemulgel dilakukan dengan pengamatan terhadap warna, bau, dan bentuk sediaan (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Uji organoleptis nanoemulgel dilakukan dengan mengamati secara fisis sediaan nanoemulgel kuersetin yang terdiri dari warna, bau, dan rasa. Berdasarkan hasil uji organoleptis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa formula F1, Fa, Fb, dan Fab memiliki warna kuning jernih, memiliki bau khas minyak karena formulasi sediaan nanoemulgel terdiri dari campuran beberapa bahan berbentuk minyak Tween 80, Span 80, dan olive oil. Pada warna kuning di sediaan nanoemulgel seperti berasal dari warna bahan aktif yang digunakan yaitu kuersetin (Lampiran 7). Selanjutnya, sediaan yang dibuat memiliki rasa khas minyak dan sedikit pahit, serta tidak terdapat pemisahan pada sediaan nanoemulgel yang dibuat.

Pada uji stabilitas fisik setelah siklus ke-3 diperoleh hasil yang tetap sama yaitu bau khas minyak, rasa khas minyak dan sedikit pahit, serta tidak terjadi pemisahan. Sementara itu, terjadi perubahan warna pada sediaan yang awalnya berwarna kuning jernih menjadi kuning pucat. Hal ini dapat disebabkan karena ketidakstabilan pada sediaan akibat pengaruh penyimpanan (Indalifiany dkk., 2021).

2. Uji Homogenitas Nanoemulgel

Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan bahwa susunan sediaan homogen dan tidak terdapat butiran kasar serta telah terdispersi secara merata (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada object glass dan diamati ada tidaknya gumpalan yang terbentuk. Sediaan yang telah terdispersi secara merata dapat dilihat dengan tidak adanya gumpalan pada nanoemulgel yang dioleskan di object glass.

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang didapatkan di sediaan nanoemulgel yaitu formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 dan siklus ke-3 tidak menunjukkan adanya gumpalan pada sediaan setelah pengujian stabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan nanoemulgel yang dibuat telah terdispersi secara merata (Lampiran 8).

(42)

3. Uji pH Nanoemulgel

Uji pH dilakukan untuk melihat keasaman sediaan nanoemulgel, sehingga tidak menimbulkan iritasi pada kulit. Rentang pH untuk sediaan yang memenuhi kriteria mukosa mulut yaitu berada pada rentang 5,5-7,9 (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Uji pH dilakukan dengan mengukur pH nanoemulgel kuersetin menggunakan pH meter. Pengujian dilakukan dengan mencelupkan katoda pH meter pada sediaan nanoemulgel dan kemudian diamati nilai pH yang diukur pada layar. Berdasarkan hasil uji pH yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 telah masuk ke dalam rentang kriteria yang diinginkan yaitu 5,5-7,9 (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil pH seluruh sediaan mengalami penurunan. Namun, hasil pH sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range pH yang diinginkan sehingga tidak menimbulkan iritasi pada saat penggunaannya (Lampiran 9). Terjadi penurunan pH nanoemulgel menunjukkan sediaan kurang stabil, hal ini dapat disebabkan karena faktor suhu dan penyimpanan sediaan (Lumentuta, Hosea, dan Erladys, 2020). Hasil pergeseran masing-masing nilai pH yang diperoleh pada masing-masing formula F1, Fa, Fb, dan Fab mengalami penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran pH sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 10).

4. Uji Viskositas Nanoemulgel

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kekentalan dari suatu sediaan yang dibuat sudah memenuhi kriteria yang diinginkan dengan menggunakan alat viskometer (Susanti dan Sari, 2022). Nilai viskositas dari sediaan semisolid yang baik yaitu berada pada rentang 50-200 d.Pa.s (Maulina, 2021). Uji viskositas dilakukan menggunakan viskometer RION. Pengujian diawali dengan memasang spindel nomor 2 kemudian sampel diletakkan di bawah spindel.

Selanjutnya spindel diturunkan hingga batas celup pada sediaan nanoemulgel. Rotor kemudian dinyalakan dan diamati jarum merah pada skala.

Angka yang ditunjukkan oleh jarum menunjukkan viskositas sediaan.

(43)

Berdasarkan hasil uji viskositas yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 telah masuk ke dalam rentang kriteria yang diinginkan yaitu pada rentang 50-200 d.Pa.s (Maulina, 2021).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil viskositas seluruh sediaan mengalami sedikit penurunan. Namun, hasil viskositas sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range viskositas yang diinginkan (Lampiran 11 ). Terjadinya penurunan viskositas sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 dapat disebabkan karena sediaan nanoemulgel menunjukkan sineris yang merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel oleh karena itu mengalami penurunan viskositas. Berkurangnya kekentalan nanoemulgel dapat disebabkan karena faktor luar seperti cara penyimpanan (Supriadi dan Nurul, 2020).

Hasil pergeseran nilai viskositas yang diperoleh yaitu F1 sebesar -1,57%;

Fa sebesar -9,38%; Fb sebesar -0,81%; dan Fab sebesar 5,84%, menunjukkan penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran viskositas sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 12).

Nilai pergeseran viskositas yang baik yaitu < 10% (Supriadi dan Nurul, 2020).

Hal ini, menunjukkan bahwa nilai pergeseran viskositas masuk ke dalam kriteria yang diinginkan sehingga sediaan nanoemulgel memiliki stabilitas yang baik.

5. Uji Daya Sebar Nanoemulgel

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan menyebar sediaan yang dibuat saat diaplikasikan pada mukosa mulut. Daya sebar yang dipersyaratkan untuk sediaan semisolid yaitu 5-7 cm (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020). Uji daya sebar dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram sediaan nanoemulgel di bagian tengah cawan petri pertama yang telah diberi milimeter blok. Selanjutnya, cawan petri kedua diletakkan di atas cawan petri pertama sebagai beban awal selama 1 menit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan beban 150 g. Luas penyebaran sampel sediaan diukuran dan hasilnya merupakan luas sebaran nanoemulgel. Berdasarkan hasil uji daya sebar yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada

(44)

siklus ke-0 telah masuk ke dalam rentang kriteria yang diinginkan yaitu 5-7 cm (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil daya sebar seluruh sediaan mengalami penurunan. Namun, hasil daya sebar sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range daya sebar yang baik (Lampiran 13). Terjadi penurunan nanoemulgel menunjukkan sediaan kurang stabil, hal ini dapat disebabkan karena faktor suhu dan penyimpanan sediaan (Lumentuta, Hosea, dan Erladys, 2020). Hasil pergeseran masing-masing nilai daya sebar yang diperoleh pada masing-masing formula F1, Fa, Fb, dan Fab mengalami penurunan yang ditandai dengan tanda negatif pada nilai pergeseran daya sebar sediaan nanoemulgel setelah dilakukan uji stabilitas siklus ke-3 (Lampiran 14).

6. Uji Daya Lekat Nanoemulgel

Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan nanoemulgel dalam melapisi epidermis kulit, tidak menyumbat pori-pori serta tidak menyumbat, fungsi fisiologis kulit (Ermawati, Adi, dan Wening, 2020).

Syarat waktu daya lekat yang baik yaitu kurang dari 4 detik (Utami, Denih, dam Riani, 2022). Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,25 gram nanoemulgel di atas object glass dan ditempelkan pada object glass yang lain lalu ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit. Object glass dipasang pada alat tes dan dilepaskan beban seberat 80 gram. Waktu yang dibutuhkan hingga object glass terlepas dicatat menggunakan stopwatch. Berdasarkan hasil uji daya lekat yang diperoleh di sediaan nanoemulgel untuk formula F1, Fa, Fb, dan Fab pada siklus ke-0 telah masuk ke dalam waktu daya lekat yang baik yaitu kurang dari 4 detik (Utami, Denih, dam Riani, 2022).

Pada hasil uji stabilitas fisik sediaan nanoemulgel setelah siklus ke-3 diperoleh hasil daya lekat seluruh sediaan mengalami penurunan. Namun, hasil daya sebar sediaan nanoemulgel tetap masuk dalam range daya lekat yang baik (Lampiran 15). Terjadi penurunan nanoemulgel menunjukkan sediaan kurang stabil, hal ini dapat disebabkan karena faktor suhu dan penyimpanan sediaan (Lumentuta, Hosea, dan Erladys, 2020). Hasil pergeseran masing-masing nilai

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan berat pada saat praktik klinik dapat mempengaruhi intervensi.. mahasiswa kepada klien dan bahkan membahayakan klien (Melo,

Makna-makna di atas seakan ingin menjelaskan tentang hakekat manusia secara utuh, di mana untuk keberlangsungan hidupnya dia tidak bisa hidup sendiri, selalu memiliki

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau..

Evaluasi pemahaman visi misi dilaksanakan untuk mengukur tingkat pemahaman pemangku kepentingan (stake holder) dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, dan

4. Tiap dosen maksimal hanya boleh melakukan pengabdian 2 x dalam satu tahun akademik. Kecuali pengabdian yang memperoleh dana dari pihak luar baik swasta ataupun pemerintah,

Dalam kaitanya dengan Model Pembinaan CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja Mandiri) adalah pola usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif

Mahasiswa menyimak dengan baik dan mencatata hal-hal yang dianggap penting.inti dari materi yang dijelaskan oleh dosen

Sedangkan analisis dengan X-Ray Diffraction (XRD) untuk menentukan struktur dan ukuran kristal yang terbentuk dan scanning electron microscopy (SEM) untuk