• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data untuk Menjawab Rumusan Masalah Kedua

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua adalah dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penetapan harga jual produk menurut perusahaan.

CV. X merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi dan mendesain mesin sesuai permintaan konsumen. Kegiatan produksi yang terjadi di CV.X adalah kegiatan produksi yang terjadi karena adanya pesanan dari konsumen untuk membuat suatu produk yang diinginkan. CV. X membuat berbagai macam mesin yang dibutuhkan konsumen, diantaranya lift barang dan mesin pelet.

Sebelum melakukan perhitungan harga jual produk, CV.X terlebih dahulu melakukan perhitungan taksiran total biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi. Biaya yang digunakan dalam proses produksi, dibagi menjadi beberapa bagian sesuai komponen yang digunakan dalam proses pembuat mesin. Keseluruhan biaya yang digunakan akan akumulasi menjadi satu, yang kemudian akan digunakan sebagai penetapan harga jual produk. Total biaya yang sudah diketahui akan dipakai sebagai dasar perhitungan harga jual dengan menambahkan laba yang diharapkan perusahaan sebesar 10% untuk setiap produk yang dihasilkan.

2. Mendeskripsikan perhitungan harga jual produk menurut metode job order costing

a. Biaya Bahan Baku

Dalam proses produksi, bahan baku adalah bahan metah yang diolah menjadi bahan jadi. Biaya bahan baku adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh CV.X untuk membuat lift barang dan mesin pelet. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan lift barang outdoor

maupun indoor dibagi menjadi beberapa kelompok diantaranya: kerangka lift, craine, guide (rell), sensor dan kontrol, motor listrik (AC), dan cover acrylic yang digunakan untuk lift barang outdoor. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mesin pelet dibagi menjadi dua bagian yaitu, list part machine yang dibuat sendiri oleh CV.X dan aktuator mesin pelet.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang diberikan kepada karyawan perusahaan sebagai balas jasa dari perusahaan atas penggunaan jasa karyawan. Biaya tenaga kerja langsung dapat ditelusuri jejaknya dalam proses pembuatan lift barang dan mesin pelet.

c. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh CV.X adalah biaya untuk

sewa gedung, biaya listrik dan biaya yang digunakan untuk proses produksi sebesar 5% dari bahan baku yang digunakan.

d. Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya yang terjadi dalam fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Biaya administrasi dan umum yang dikeluarkan oleh CV. X untuk setiap pesanaan yang diterima adalah sebesar Rp250.000 yang digunakan untuk mencetak penawaran, dan blue print dari produk yang dikerjakan.

e. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan produk. Biaya ini terdiri dari beban promosi, penjualan, dan pengiriman barang. Biaya yang dikeluarkan oleh CV. X adalah biaya pengiriman dan biaya pemasangan sebesar Rp500.000 untuk lift barang dan mesin pelet.

Berikut adalah langkah-langkah dalam penentuan harga jual produk pesanan: a. Menghitung biaya produksi dan biaya nonproduksi

Biaya produksi terdiri dari tiga elemen biaya yaitu, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Perhitungan biaya produksi pada pembuatan lift barang outdoor, lift barang indoor, dan mesin pelet dapat dilihat pada tabel 5.25, tabel 5.33, dan tabel 5.38.

Biaya nonproduksi terdiri dari biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran. Perhitungan biaya nonproduksi pada pembuatan lift barang

outdoor, lift barang indoor, dan mesin pelet. CV. X tidak membebankan biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran kedalam produk yang akan dijual, tetapi biaya tersebut sudah dibebankan kedalam laba yang diinginkan oleh perusahaan.

Berdasarkan metode harga pokok pesanan, perhitungan biaya nonproduksi pada pembuatan lift barang outdoor, lift barang indoor, dan mesin pelet harus dibebankan kedalam produk yang akan dipasarkan. Biaya administrasi untuk masing-masing produk (lift barang outdoor, lift barang

indoor, dan mesin pelet) adalah sebesar Rp250.000 dan biaya pemasaran (biaya angkut dan biaya pemasangan) sebesar Rp500.000 untuk masing- masing produk yang dijual. Total biaya nonproduksi untuk masing-masing produk dapat dilihat sebagai berikut:

Perhitungan biaya nonproduksi menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan.

1) Biaya Nonproduksi Untuk Pembuatan Lift Barang Outdoor

Biaya Administrasi dan Umum Rp250.000 Biaya Pemasaran 500.000 +

2) Biaya Nonproduksi Untuk Pembuatan Lift Barang Indoor

Biaya Administrasi dan Umum Rp250.000 Biaya Pemasaran 500.000 +

Biaya Nonproduksi Rp750.000

3) Biaya Nonproduksi Untuk Pembuatan Tiga Unit Mesin Pelet Biaya Administrasi dan Umum Rp250.000 Biaya Pemasaran 500.000 +

Biaya Nonproduksi Rp750.000

b. Menghitung besarnya laba yang diharapkan

1) Laba Yang Diharapkan Pada Pembuatan Lift Barang Outdoor

Menurut Perusahaan

Laba Yang Diharapkan = 10% x Rp28.545.000

= Rp2.854.500

2) Laba Yang Diharapkan Pada Pembuatan Lift Barang Indoor

Menurut Perusahaan

Laba Yang Diharapkan = 10% x Rp25.545.000

= Rp2.554.500

3) Laba Yang Diharapkan Pada Pembuatan Tiga Unit Mesin Pelet Menurut Perusahaan

Laba yang diharapkan = 10% x Rp23.850.000

= Rp2.385.000

4) Laba Yang Diharapkan Pada Pembuatan Lift Barang Outdoor

Menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan Laba yang diharapkan = 10% x Rp30.422.417

= Rp3.042.242*

5) Laba Yang Diharapkan Pada Pembuatan Lift Barang Indoor

Menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan Laba yang diharapkan = 10% x Rp27.356.417

= Rp2.735.642*

6) Laba Yang Diharapkan Pada Pembuatan Tiga Unit Mesin Pelet

Menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan Laba yang diharapkan = 10% x Rp34.951.250

= Rp3.495.125

*): Pembulatan

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa besarnya laba yang diharapkan oleh perusahaan adalah sebesar 10%. Alasan CV.X menetapkan laba hanya sebesar 10% dikarena perusahaan baru merintis usaha, sehingga penawaran harga yang murah diharapkan dapat menarik minat konsumen.

c. Menghitung harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan

Perhitungan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan, ditentukan sebesar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya yang dikeluarkan adalah biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik, serta biaya nonproduksi yang terdiri dari biaya umum, dan biaya pemasaran. Harga jual yang dibebankan kepada pemasan dihitung dengan cara total biaya pesanan ditambah laba yang diinginkan.

Biaya produksi pada pembuatan lift barang outdoor, lift barang indoor, dan mesin pelet menurut perusahaan berbeda dengan perhitungan secara metode, sehingga hasil perhitungan harga jual yang dibebankan kepada pemesan berbeda. Perhitungan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan dapat dilihat sebagai berikut:

1) Lift Barang Outdoor

Menurut Perusahaan

Biaya produksi Rp28.545.000

Biaya nonproduksi 0 +

Total biaya pesanan Rp28.545.000

Laba yang diinginkan 2.854.500 + Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp31.399.500 Menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Biaya produksi Rp30.422.417

Biaya nonproduksi 750.000 +

Total biaya pesanan Rp31.172.417

Laba yang diinginkan 3.042.242 + Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp34.214.659

2) Lift Barang Indoor

Menurut Perusahaan

Biaya produksi Rp25.545.000

Biaya nonproduksi 0 +

Total biaya pesanan Rp25.545.000

Laba yang diinginkan 2.554.500 + Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp28.099.500 Menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Biaya produksi Rp27.356.417

Biaya nonproduksi 750.000 +

Total biaya pesanan Rp28.106.417

Laba yang diinginkan 2.735.642 + Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp30.842.059 3) Mesin Pelet

Menurut Perusahaan

Biaya produksi tiga unit Rp23.850.000

Biaya nonproduksi tiga unit 0 +

Total biaya pesanan Rp23.850.000

Laba yang diinginkan 2.385.000 + Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp26.235.000

Menurut penentuan harga jual yang dibebankan kepada pemesan

Biaya produksi tiga unit Rp34.951.250

Biaya nonproduksi tiga unit 750.000 +

Total biaya pesanan Rp35.701.250

Laba yang diinginkan 3.495.125 + Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp39.196.375 3. Membandingkan penetapan harga jual produk

Perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik bila dijumlahkan akan menjadi harga pokok produksi. Perbandingan harga pokok produksi menurut CV.X dengan metode job order costing dapat dilihat pada tabel 5.42 halaman 61. Dalam menetapkan harga untuk penawaran, CV.X tidak membebankan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ke dalam penawaran, sehingga harga yang ditawarkan kepada konsumen lebih rendah daripada perhitungan menurut metode job order costing. Berikut akan disajikan ringkasan hasil perhitungan harga jual menurut perusahaan dan menurut metode job order costing.

Tabel 5.44 Perbandingan harga jual produk pesanan pada perusahaan dan harga

jual menurut metode job order costing

Jenis Produk

Harga Jual Menurut

Selisih %*

Perusahaan Job Order

Costing Lift Barang Outdoor

Lift Barang Indoor Tiga Unit Mesin Pelet

Rp31.399.500 28.099.500 26.235.000 Rp34.214.659 30.842.059 39.196.375 Rp2.815.159 2.742.559 12.961.375 9 9,8 49,4 *): Pembulatan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, terdapat selisih harga jual menurut metode, dari harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan. Harga jual

untuk lift barang outdoor, perusahaan menjual sebesar Rp31.399.500, sedangkan menurut metode job order costing harga jual untuk lift barang

outdoor adalah sebesar Rp34.214.659, terdapat selisih sebesar Rp2.815.159 untuk harga jual pada lift barang outdoor.

Harga jual untuk lift barang indoor menurut perusahaan adalah sebesar Rp28.099.500, sedangkan menurut metode harga jual untuk lift barang indoor

adalah sebesar Rp30.842.059. Terdapat selisih dalam penetapan harga jual menurut perusahaan dengan metode, yaitu sebesar Rp2.742.559.

Dalam penetapan harga jual untuk mesin pelet pun terdapat selisih yang sangat signifikan, yaitu sebesar Rp12.961.375. Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk tiga unit mesin pelet adalah sebesar Rp26.235.000, sedangkan menurut perhitungan secara metode harga jual untuk mesin pelet adalah sebesar Rp39.196.375.

4. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan penetapan harga jual produk Hasil perhitungan harga jual menurut perusahaan dan menurut metode

job order costing terdapat perbedaan dan persamaan. Penyebab perbedaan terdapat pada perhitungan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran yang tidak dibebankan kedalam perhitungan produksi oleh CV.X, padahal menurut metode semua biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dalam pembuatan suatu produk, harus dibebankan kedalam produk sehingga biaya produksi sesungguhnya dapat diketahui.

 

Untuk persamaan didalam penetapan harga jual produk yang dibebankan kepada pemesan adalah laba yang ditetapkan, yaitu sebesar 10% dari biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dikatakan CV.X belum tepat dalam menetapkan harga jual produk, khususnya didalam pembebanan biaya nonproduksi.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Besarnya perhitungan harga pokok produksi yang telah ditetapkan oleh CV.X pada pembuatan lift barang outdoor, lift barang indoor, dan mesin pelet, tidak sesuai dengan metode pengumpulan harga pokok produksi berdasarkan job order costing method. Perhitungan harga pokok produksi untuk lift barang outdoor menurut perusahaan adalah sebesar Rp28.545.000 sedangkan menurut metode job order costing sebesar Rp30.422.417, untuk

lift barang indoor perhitungan perusahaan adalah sebesar Rp25.545.000, dan menurut metode job order costing sebesar Rp27.356.417. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan untuk tiga unit mesin pelet adalah sebesar Rp23.850.000 sedangkan menurut metode sebesar Rp34.951.250. Penyebab terjadinya perbedaan dalam perhitungan harga pokok produksi adalah, CV. X tidak membebankan biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik tetap dan variabel, kedalam pengumpulan biaya produksi, sehingga harga pokok yang dihitung terlalu rendah dari biaya produksi sesungguhnya.

Besarnya harga jual produk pada lift barang outdoor, lift barang indoor,

dan mesin pelet yang ditetapkan oleh CV. X, juga belum sesuai dengan penentuan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan menurut job order costing method. Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk lift

barang outdoor adalah sebesar Rp31.399.500, sedangkan menurut metode job order costing sebesar Rp34.214.659 terdapat selisih sebesar Rp2.815.159. Lift

barang indoor dijual oleh perusahaan sebesar Rp28.099.500, dan menurut metode job order costing seharusnya dijual sebesar Rp30.842.059 terdapat selisih sebesar Rp2.742.559 untuk lift barang indoor. Untuk tiga mesin pelet perusahaan menjual sebesar Rp26.235.000, sedangkan menurut metode job order costing perusahaan seharusnya menjual sebesar Rp39.196.375, terdapat selisih sebesar Rp12.961.375. Hal ini disebabkan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh CV. X sebelumnya belum tepat, dan CV. X tidak membebankan biaya administrasi dan umum, dan biaya pemasaran ke dalam penetapan harga jual produk, sehingga harga jual yang dibebankan kepada pemesan terlalu rendah dari harga jual menurut metode job order costing.

B. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan data yang diberikan ketika awal perusahaan berdiri, sehingga kemungkinan terjadi perbaikan perhitungan telah dilakukan oleh perusahaan. Data perhitungan taksiran bahan baku yang digunakan oleh perusahaan, sudah termasuk dengan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sehingga taksiran biaya bahan baku yang digunakan penulis dalam perhitungan metode job order costing belum tetap.

C. Saran

1. Dalam penentuan biaya produksi sebaiknya perusahaan mulai untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (tetap dan variabel) kedalam produk yang dibuat, sehingga perusahaan tidak mengalami laba yang kecil (kurang dari 10%) dalam proses produksi.

2. Biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran sebaiknya dibebankan juga kedalam penetapan harga jual produk karena biaya nonproduksi tersebut tetap menambah biaya produk.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen. (Penerjemah: Dr. R. Suyoto Bakir). Edisi 12. Karisma Publishing Group, Pamulang-Tangerang Selatan.

Carter, William K. 2012. Akuntansi Biaya: Cost Accounting. (Penerjemah: Krista). Edisi 14. Salemba Empat, Jakarta.

Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta Utara.

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2012. Akuntansi Manajerial. (Penerjemah: Deny Arnos Kwary). Edisi delapan. Salemba Empat, Jakarta. Jogiyanto. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Edisi pertama. BPFE, Yogyakarta. Kartikasari, Dewi. 2012. “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan

Merode Job Order Costing Sebagai Dasar Penetapan Harga Jual Produk Studi Kasus Pada PT ATMI IGI Center Surakarta” Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. (Penerjemah: Bob Sabran). Edisi 13. Erlangga, Jakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi tiga. Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Edisi lima. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Riwayadi. 2014. Akuntansi Biaya: Pendekatan Tradisional dan Kontemporer.

Salemba Empat, Jakarta.

Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen: Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Informasi. Edisi pertama. Kencana, Jakarta.

Sarwono, Jonathan. 2011. Mixed Methods. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Siregar, Baldric, dkk. 2013. Akuntansi Biaya. Edisi dua. Salemba Empat, Jakarta Selatan.

Supriyono, R.A. 2014. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi dua. BPFE, Yogyakarta.

 

Dokumen terkait