• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Unsur- Unsur Biaya Produksi

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku menurut Riwayadi (2014: 48), dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, biaya bahan baku langsung dan biaya bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung adalah bahan yang menjadi komponen utama dalam proses produksi, sehingga dapat secara mudah dan cepat ditelusuri ke barang jadi. Bahan baku tidak langsung adalah bahan baku yang tidak dapat secara mudah dan cepat

ditelusuri ke produk. Biaya bahan baku tidak langsung akan dibahas lebih mendalam pada overhead pabrik.

Pembelian bahan baku untuk proses produksi, akan berdampak pada pesediaan bahan baku di perusahaan. Pembelian bahan baku yang terlalu banyak akan berdampak pada pemborosan keuangan perusahaan, dan apabila bahan baku dipesan terlalu sedikit akan mengakibatkan kekurangan bahan baku ketika dibutuhkan dalam produksi. Oleh karena itu perusahaan harus dapat merencanakan kebutuhan bahan baku ketika melakukan suatu produksi. 2. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses pembuatan produk yang akan dijual. Sifat tenaga kerja langsung sama seperti bahan baku langsung, yaitu mudah ditelusuri pada produk. Pembayaran untuk upah tenaga kerja langsung dapat dilakukan baik secara harian maupun bulanan, tergantung dari jumlah produk yang dikerjakan oleh karyawan.

3. Biaya Overhead Pabrik

Menurut Riwayadi (2014: 76), biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya

overhead pabrik adalah biaya yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi. Sifat dari biaya overhead pabrik, bertolak belakang dengan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, yaitu sulit ditelusuri di dalam produk yang diproduksi.

Biaya overhead pabrik menurut Mulyadi (2014: 194) merupakan biaya yang paling kompleks dalam proses produksi, untuk keadilan dan ketelitian maka pembebanan harus digunakan dalam proses produksi. Dalam perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, berikut ini adalah penggolongan biaya

overhead pabrik menurut sifatnya. a. Biaya Bahan Penolong

Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok prokuksi tersebut.

b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan merupakan biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies), dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipment, kendaraan, dan aktivitas tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung pada produk atau pesanan. Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri atas:

1) Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.

2) Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti kepala departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, dan mandor. d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.

Biaya yang timbul dalam kelompok ini adalah biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

Biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain, adalah biaya asuransi gedung dan emplasmen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, dan asuransi kecelakaan.

f. Biaya overhead pabrik yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai

Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, seperti PLN dan sebagainya.

Menurut Supriyono (2014: 294), penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume produksi dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

a. Biaya Overhead Tetap

Biaya overhead tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat tertentu.

2) Pada biaya overhead tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

3) Contoh biaya overhead pabrik tetap misalnya: biaya asuransi pabrik, biaya penyusutan aktiva tetap, gaji staf pabrik dan mandor, dan biaya tetap lainnya.

b. Biaya Overhead Variabel

Biaya overhead variabel adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Biaya yang jumlah volumenya akan berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya variabel.

2) Pada biaya overhead variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

3) Contoh biaya overhead variabel misalnya: biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan penolong, bahan bakar dan lain-lain.

c. Biaya Overhead Semi Variabel

Biaya overhead semi variabel adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding (not proportional).

2) Pada biaya overhead semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding. Sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu, semakin tinggi

volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

3) Contoh biaya overhead pabriksemi variabel misalnya: biaya pembangkit listrik, biaya reparasi dan pemeliharan, biaya pengobatan karyawan pabrik dan lain-lain.

Menurut Supriyono (2014: 304), dasar pembebanan yang biasa digunakan dalam pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) adalah sebagai berikut:

a. Satuan Produksi

Tarif biaya overhead pabrik yang didasarkan pada satuan produksi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP = Budget BOP dalam periode tertentu

Budget produksi dalam periode bersangkutan b. Biaya Bahan Baku

Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya bahan baku dihitung berdasarkan persentase tertentu dari biaya bahan baku, rumus perhitungan tarif sebagai berikut:

Tarif BOP = Budget BOP dalam periode tertentu

Budget biaya bahan baku periode yang bersangkutan X 100% c. Dasar Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tarif biaya overhead pabrik yang menggunakan dasar biaya tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan persentase tertentu dari biaya tenaga kerja langsung, rumus perhitungan tarif adalah sebagai berikut:

d. Dasar Jam Kerja Langsung

Dasar jam kerja langsung bermanfaat untuk menghilangkan kelemahan yang disebabkan tarif upah yang berfluktuasi dari waktu ke waktu dan perbedaan tarif upah karena tingkat keahlian karyawan. Rumus perhitungan tarif atas dasar jam kerja langsung adalah:

Tarif BOP = Budget BOP

Budget Jam Kerja Langsung

e. Dasar Jam Mesin

Tarif overhead pabrik yang didasarkan pada jam mesin dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tarif BOP = Budget BOP

Budget Jam Mesin

F. Harga Jual

1. Pengertian Harga Jual

Menurut Samryn (2012: 348), harga merupakan salah satu jenis informasi penting yang diterima pelanggan, dari suatu produk yang dipasarkan oleh perusahaan. Harga yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, sangat mempengaruhi dalam penentuan pengambilan keuntungan dari suatu produk yang ditawarkan. Dari definisi singkat di atas, dapat ditarik simpulan bahwa harga jual adalah harga yang ditawarkan perusahan kepada konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari suatu barang dan jasa.

2. Metode Penentuan Harga Jual a. Penentuan Harga Jual Normal

Menurut Mulyadi (2001: 348), metode penetuan harga jual normal seringkali disebut dengan istilah cost-plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambahkan biaya di masa yang akan datang dengan suatu persentase mark-up (tambahan di atas jumlah biaya) yang dihitung dengan formula tertentu. Mark-up adalah selisih antara harga suatu produk atau jasa dengan harga pokoknya (Samryn, 2012: 352). Penentuan harga jual produk atau jasa dalam keadaan normal ditentukan dengan formula berikut:

Harga Jual= Taksiran biaya penuh+Laba yang diharapkan b. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract

Menurut Mulyadi (2001: 360), cost-type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembelinya setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya sesungguhnya dikeluarkan produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. Penentuan harga jual dalam cost-type contract akan dibahas pada halaman berikut.

Rumus penentuan harga jual dalam cost-type contract:

Biaya langsung Rpxxx

Biaya tidak langsung xxx + Total biaya penuh Rpxxx Laba yang diinginkan xxx +

Harga Jual Rpxxx

c. Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Harga jual yang dibebankan kepada pesanan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan. Berikut adalah formula untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan menurut Mulyadi (2014: 39):

Taksiran biaya produksi untuk pesanan Rpxx

Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan xx +

Taksiran total biaya pesanan Rpxx

Laba yang diinginkan xx +

Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rpxx

G. Siklus Kegiatan Manufaktur

Perusahaan Manufaktur adalah perusahaan yang mengubah bahan mentah (raw material) menjadi output atau barang jadi, baru kemudian dijual kepada para pelanggan. Dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi memerlukan tambahan biaya seperti biaya produksi, biaya tenaga kerja, serta biaya lainnya yang terjadi selama pengolahan produk berlangsung.

Contoh perusahaan manufaktur, diantaranya adalah: perusahaan perakit mobil, komputer, perusahaan pembuat (pabrik) obat, tas, sepatu, pabrik penghasil keramik dan sebagainya.

Menurut Supriyono (2014: 56), kegiatan perusahaan manufaktur, dalam mengolah bahan baku menjadi produk selesai yang kemudian dijual kepada konsumen memiliki siklus sebagai berikut:

1. Pengadaan (Procurement)

Pengadaan adalah kegiataan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi untuk diolah menjadi barang jadi.

2. Produksi (Production)

Produksi adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa yang dikelompokkan dalam overhead pabrik.

3. Penyimpanan Produk Selesai (Wearinghouse of Finish Goods)

Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai, menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.

4. Penjualan Produk Selesai (Selling of Finish Product)

Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli. Dari pernyataan diatas, aliran kegiatan perusahaan manufaktur akan digambarkan pada halaman selanjutnya.

  Penjualan Produk Selesai Produksi Penyimpanan Produk Selesai Pengadaan Barang dan Jasa

Gambar I: Siklus Kegiatan Perusahaan Manufaktur Sumber: Supriyono 2014: 58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah studi kasus. Menurut Emzir (2014: 20), studi kasus yaitu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. Penulis melakukan penelitian pada perusahaan CV. X guna memperoleh pemahaman perusahaan dalam perhitungan harga pokok produksi dan harga jual produk berdasarkan pesanan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada CV. X Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan untuk penelitian adalah antara bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2015.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

a. Pimpinan Perusahaan b. Bagian Akuntansi

c. Bagian Produksi d. Bagian Pemasaran

e. Bagian Administrasi dan Umum 2. Objek Penelitian

a. Biaya-biaya untuk menghitung harga pokok produksi dan untuk menghitung harga jual produk pada CV. X Yogyakarta pada tahun 2014.

b. Metode penentuan harga pokok produksi dan metode penentuan harga jual produk.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung guna mendapat infomasi yang dibutuhkan.

2. Dokumentasi.

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data yang sudah ada dalam perusahaan, yang berhubungan dengan perhitungan harga pokok produksi dan harga jual produk.

E. Data yang Diperlukan

1. Gambaran umum perusahaan 2. Biaya produksi

3. Biaya nonproduksi

4. Penentuan harga pokok produksi 5. Jumlah produk selesai yang dihasilkan 6. Data Penjualan

7. Laba yang diharapkan

8. Penentuan harga jual produk pesanan 9. Data jumlah produk yang dipesan

10. Informasi lain yang relevan dengan penelitian

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang pertama adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan, yang meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik.

2. Mendeskripsikan perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode job order costing dengan langkah – langkah berikut:

a. Menghitung taksiran biaya bahan baku yang digunakan.

b. Menghitung taksiran biaya tenaga kerja langsung yang digunakan dalam proses produksi.

c. Menghitung taksiran biaya overhead pabrik yang dibebankan kedalam proses produksi berdasarkan biaya bahan baku yang digunakan, yaitu dengan membagi taksiran biaya overhead pabrik dengan taksiran biaya bahan baku yang dipakai.

Rumus persentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakai:

Tarif BOP = Taksiran biaya overhead pabrik

Taksiran biaya bahan baku yang dipakai x 100%

d. Menghitung total harga pokok produksi berdasarkan pesanan (job order costing method) menurut metode full costing dengan rumus sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rpxx

Biaya tenaga kerja langsung xx Biaya overhead pabrik tetap xx Biaya overhead pabrik variabel xx+

Kos produksi Rpxx

3. Membandingkan hasil perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi menurut kajian teori menggunakan metode job order costing.

4. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan perhitungan komponen harga pokok produksi menurut metode job order costing.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan penetapan harga jual produk menurut perusahaan dengan mengumpulkan seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi.

2. Mendeskripsikan penetapan harga jual produk dengan cara menentukan harga jual produk berdasarkan teori yang dibebankan kepada pemesan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghitung taksiran biaya produksi dan nonproduksi. b. Menghitung besarnya laba yang diharapkan.

c. Menghitung taksiran harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan dengan langkah berikut:

Taksiran biaya produksi Taksiran biaya nonproduksi Taksiran total biaya pesanan Laba yang diharapkan

Taksiran harga jual yang dibebankan

Rpxx xx Rpxx xx Rpxx + +

3. Membandingkan penetapan harga jual produk menurut perusahaan dengan penetapan harga jual produk menurut metode job order costing.

4. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan penetapan harga jual produk menurut metode job order costing.

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya CV. X

CV. X berdiri pada tanggal 5 November 2013, berlokasi di Karang Sari RT.03/23, Depok, Sleman, Maguwoharjo, Yogyakarta. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Sigit Pamungkas, pada awal usahanya Bapak Sigit hanya membuka jasa konsultasi mesin dan peningkatan kapasitas produksi mesin lama bagi perusahaan yang membutuhkan.

Seiring dengan berjalannya waktu, banyak perusahaan yang meminta Bapak Sigit untuk membuat mesin baru sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan perusahaan. Untuk menampung semua permintaan yang ada, maka berdirilah CV.X sebagai mitra bagi perusahaan manufaktur di regional Yogyakarta. Saat ini CV. X sudah tidak beroperasi lagi dikawasan Karang Sari, tetapi sudah pindah ke gedung baru yang beralamat di Jalan Ringroad Barat, Salakan, Yogyakarta.

B. Visi dan Misi Perusahaan

Sebagai perusahaan yang masih berkembang CV. X memiliki visi dan misi sebagai berikut:

Visi : Menjadi Perusahaan yang mampu menciptakan produk yang dapat membantu industri, masyarakat luas, serta dapat mensejahterakan karyawan.

Misi : 1. Memberikan pelatihan dan bimbingan kepada karyawan, dalam menciptakan desain baru yang lebih kreatif dan fungsional. 2. Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berkekeluargaan

dalam lingkungan kerja.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang digunakan oleh CV. X adalah struktur organisasi fungsional, di mana setiap manajer bertanggung jawab atas departemen masing-masing. Penggunaan struktur organisasi fungsional akan mempengaruhi pengambilan keputusan dari masing-masing fungsi, sehingga keputusan yang diambil akan lebih baik dan relevan dalam bidangnya.

Workshop 1 Dimas

Workshop 2 Tanto

Supplier & Subcon

Kristian Mobile Anto Marno Co.Operator Agus Mobile Widianto Co.Welding Marjoko Co.Operator Jatmiko Co.Electrical Ragil Project Leader Sigit

Gambar II: Struktur Organisasi Sumber: CV. X

1. Project leader bertugas sebagai pimpinan proyek (mulai dari menyepakati

order sampai dengan shapping order).

2. Workshop satu adalah kepala bagian dari pabrikasi bertanggungjawab dalam penyediaan bahan baku dan pembuatan kompenen yang dibutuhkan dalam mengerjakan pesanan. Workshop satu membawahi empat bagian yang bertugas sebagai berikut:

a. Coordinator welding, berkaitan dengan bahan baku yang perlu dilakukan pengelasan.

b. Coordinator operator, mengoordinir semua bagian yang berhubungan dengan mesin, seperti mesin bubut, mesin miling, mesin bur, dan lain-lain.

c. Supplier/subcon, menyediakan bahan (membuat) dan membeli bahan baku yang tidak bisa dibuat.

d. Mobile, asisten dibagian workshop satu.

3. Workshop dua adalah bagian akhir dalam proses produksi. Kepala bagian dalam bidang ini bertanggungjawab dalam pengecatan, dan quality control.

Workshop dua dibantu oleh dua bagian yaitu:

a. Coordinator operator, mengoordonir semua pekerjaan finishing, (pengamplasan, pengecatan)

b. Mobile, asisten dibagian workshop dua.

D. Aspek Pemasaran

Segmen Pasar: Perusahaan besar dan kecil di Indonesia. Target Pasar: Industri besar dan industri rumahan.

Positioning: Perusahaan spesialis otomasi/otomatisasi.

E. Produk

Produk yang dihasilkan oleh perusahaan, adalah produk yang disesuaikan dengan budget perusahaan mitra yang melakukan kerjasama dengan CV.X. Dari segi ukuran mesin, mesin yang akan dibuat disesuaikan dengan layout

yang ada diperusahaan bersangkutan. Bahan yang digunakan dalam membuat mesin adalah bahan dengan kualitas di atas standar, sehingga umur pemakaian dapat lebih tahan lama.

F. Price

Harga yang ditawarkan oleh CV. X adalah harga yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dalam melakukan transaksi pemesanan barang. Barang yang dipesan kepada CV.X terlebih dahulu akan dihitung biayanya secara keseluruhan. Apabila harga yang ditawarkan telah mencapai kesepakatan maka CV.X akan memulai pengerjaan terhadap barang dipesan oleh mitra.

Pembayaran untuk pelunasan transaksi dapat dilakukan secara kontan atau angsuran. Pembayaran yang dilakukan secara angsuran, dapat diangsur

sebanyak tiga kali. Pembayaran pertama minimal 50% untuk pembelian bahan baku barang yang akan dikerjakan.

G. Placement

Sistem distribusi yang dilakukan adalah distribusi secara langsung ke pengguna, baik industri besar maupun konsumen perorangan.

H. Mitra Usaha

Dalam mengerjakan suatu produk, apabila CV.X tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan suatu proses produksi, maka CV.X akan melakukan subcon untuk penyelesaikan proses produksi. Berikut adalah mitra usaha yang biasa digunakan oleh CV.X dalam melakukan subcon:

1. PT. Handayani Makmur Abadi: Jln. Jambon no 3, Yogyakarta (0274-524709).

Diskripsi: Penyedia Material plat MS dan stainless steel, bengkel potong, tekuk.

2. BLPT Yogya: Jln. Kyayi Mojo no.70 Yogyakarta (0274- 513036). Diskripsi: Bengkel pengerjaan bubut, milling, CNC dan precision tools. 3. BATAN: Jln. Babarsari, Kotak Pos 6101 (0274-488435)

Diskripsi: Bengkel pengerjaan bubut, milling, CNC dan precision tools. 4. Karya Nyata Teknik: Jln. Tempel-Turi km3, Sleman, Yogyakarta

(08156804894).

I. Suplyers dan Penyedia Material Serta Actuator

Berikut adalah daftar nama perusahaan yang biasa digunakan oleh CV.X dalam penyediaan bahan baku untuk proses produksi.

1. Central Bearing (Solo): Penyedia Roll konveyor, bearing, dan lain-lain

Penyedia komponen control panel, kabel, dan lain-lain. 2. PT. Inayakalayana (Cikarang):

Penyedia belt konveyor, pulley,

pillow blok, dan lain-lain. 3. CV. Cakra Solo (Solo):

Penyedia material plat MS, plat stainless steel.

4. PT. Handayani (Jogja):

Penyedia material hollo, besi siku L, UNP, dan lain-lain. 5. Kencana Steel (Jogja):

Penyedia spare part teknik. 6. UD. Mayar (Jogja):

Penyedia genset. 7. CV.Rajawali (Jakarta):

8. Masa Jaya Teknik (Jogja): Penyedia komponen elektrik. 9. Sarana Teknik (Cikarang): Penyedia motor penggerak. 10. Surya Motor abadi (Jakarta Barat): Penyedia motor penggerak.

Penyedia roll, bearing, dan lain-lain.

11. Pelita Teknik (Solo):

J. Pelanggan

Selama kurang lebih dua tahun berdiri, CV. X, sudah memiliki beberapa karyawan tetap khususnya di regional Yogyakarta, dan mulai memperluas relasinya di pulau Jawa. Berikut daftar nama pelanggan dari CV. X:

1. PT. DELTA PERSISI INDUSTRI. 2. PT. HANATEK.

3. PT. HIT Semarang. 4. PT. MATEL.

5. PT. PACGING INTERGRA CENTER. 6. PT. PAMMA.

7. PT. SARI HUSADA. 8. HomeIndustryMilkshake.

9. Home Industry Penggilangan Obat Herbal Kulit Magis. 10. Home Industry pembuat pizza, dan

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

CV. X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur, khususnya dalam bidang teknologi perancangan mesin. Dalam menjalankan usahanya, perusahaan ini melakukan produksi berdasarkan pesanan konsumen. Mesin yang diinginkan oleh konsumen akan dibuat desainnya terlebih dahulu, kemudian melakukan pengukuran layout di lapangan, dan mengaplikasikan mesin yang sudah didesain.

Harga yang ditawarkan oleh CV.X dalam melakukan penjualan disesuaikan dengan kesanggupan perusahaan untuk membeli mesin yang dibuat. Kualitas yang

Dokumen terkait