• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

4.3 Implementasi CSR

4.4.4 Analisis dengan AHP

a. Hasil AHP PT. Suzuki Indomobil Motor (PT.SIM)

Hasil analisis dari berbagai kelompok unsur dalam sistem kebijakan CSR berkelanjutan berdasarkan hirarki dari masing-masing kelompok yang dibandingkan secara berpasangan (pairwise comparison) dengan AHP untuk mendapatkan faktor- faktor apakah yang menjadi prioritas dari setiap level hirarki yang perlu mendapat perhatian dalam kebijakan CSR berkelanjutan pada PT. SIM sebagaimana dimuat pada Gambar 30.

Gambar 30. Hirarki AHP PT.SIM

Dari hasil olah data kuesioner AHP dengan Software Criterium Decision Plus

(CDP) yang merupakan pendapat dari berbagai pakar dan tokoh yang merupakan

stakeholders dalam aktivitas CSR di PT. SIM diperoleh hasil bahwa masyarakat sekitar menjadi aktor yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian untuk mencapai CSR berkelanjutan (skor 0,33), diikuti dengan pemerintah daerah (skor 0,31), yaitu

Kebijakan CSR Berkelanjutan Dalam Industri Otomotif Masyarakat sekitar (0,33) Pengusaha (0,23) Pemerintah Daerah (0,31) Pemerintah Pusat (0,13) Ekonomi (0,41) Lingkungan (0,31) Sosial (0,28) Reha- bilitasi ling- kungan (0,17) Kon- servasi ling- kungan 0,09) Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR (0,19) Perbaikan kinerja CSR

secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha (0,26) Perbaikan kinerja CSR

dan kemajuan usaha secara simultan (0,56) Alternatif Faktor Fokus Aktor Kriteria Peluang kerja di perusaha- an (0,18) Peluang usaha (0,20) Emisi gas buang mobil baru (0,05) Kecen- derungan konsum- tif (0,08) Kereng- gangan sosial (0,10) Disinte- grasi sosial (0,10) Erosi nilai2 sosial (0,07)

pemerintahan kelurahan Jatimulya hingga pemerintah kabupaten Bekasi, Prioritas selanjutnya adalah pihak pengusaha (0,23) yaitu PT SIM dan terakhir adalah pemerintah pusat (skor 0,13). Untuk level Faktor yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian adalah faktor ekonomi (skor 0,41) diikuti faktor lingkungan (0,31) dan faktor sosial (0,28).

Ditel untuk faktor mencapai pertumbuhan ekonomi, yang menjadi prioritas utama adalah peluang usaha yang timbul bagi masyarakat kelurahan Jatimulya (skor 0,20), kemudian peluang kerja di perusahaan (skor 0,16) dan prioritas terakhir Adalah kecenderungan konsumtif (skor 0,06). Untuk faktor sosial, kriteria yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian adalah kerenggangan sosial dan disintegrasi sosial yang sama-sama memperoleh skor 0,10. Kemudian prioritas selanjutnya adalah erosi nilai-nilai sosial (skor 0,07). Untuk faktor lingkungan, maka kriteria yang menjadi prioritas utama adalah rehabilitasi lingkungan (skor 0,17). Selanjutnya adalah konservasi lingkungan (skor 0,09) dan prioritas terakhir emisi gas buang mobil baru (skor 0,05).

Alternatif kebijakan yang diperoleh dari pendapat para pakar dan tokoh masyarakat adalah meliputi perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan dengan skor 0,56. Prioritas selanjutnya perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha (0,26) dan prioritas terakhir adalah pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR dengan skor (0,19).

b. Implementasi hasil AHP di PT. SIM

Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan merupakan hal yang seharusnya menjadi dasar utama aktivitas CSR yang dilaksanakan oleh PT.SIM sesuai dari hasil rangkuman dari pendapat para stakeholders. Selama ini memang lebih banyak kepada pihak yang berada di luar Kelurahan Jatimulya, sementara kehadiran perusahaan di kelurahan Jatimulya merupakan faktor utama dalam aktivitas CSR perusahaan yang harus mengedepankan kepentingan masyarakat sekitar dahulu baru kepada pihak lain yang lebih luas (APCSRI, 2009).

Dalam hal ini masyarakat sekitar adalah prioritas utama dalam aktivitas CSR perlu berperan atau mendapat perhatian, terutama dalam aktivitas CSR PT SIM, untuk

itu perlu ditingkatkan peluang usahanya dari faktor ekonomi demi meningkatkan kemakmuran masyarakat sekitar dan membuka lapangan usaha bagi para angkatan kerja, sehingga ketergantungan akan lapangan pekerjaan sebagai karyawan dapat dikurangi.

Peluang usaha ini perlu diciptakan oleh perusahaan, sehingga dari faktor ekonomi kinerja CSR perusahaan dapat meningkat, dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan. Aktivitas penciptaan peluang usaha oleh perusahaan perlu dilakukan dengan tetap menjaga kemajuan usaha secara simultan. Artinya tanpa kemajuan usaha, maka kinerja peningkatan peluang usaha sulit untuk dilaksanakan. Dalam hal ini perusahaan harus profitable, agar dapat melaksanakan peningkatan kesempatan peluang usaha. Untuk faktor sosial, kerenggangan sosial dan disintegrasi sosial harus menjadi perhatian utama perusahaan, dengan memperhatikan kemajuan usaha secara simultan, upaya-upaya dalam meningkatkan integrasi sosial antara perusahaan dan masyarakat sekitar.

Perhatian yang lebih atas keadaan dan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat Jatimulya dapat mempererat hubungan tersebut, misal memfasilitasi penyediaan sarana ibadah, sarana olah raga, perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, seperti adanya bahaya banjir, dan kebakaran akan dapat mengurangi disintegrasi dan meningkatkan kerekatan sosial. Demikian pula dengan para karyawan perusahaan, agar dapat lebih berbaur dengan masyarakat sekitar perusahaan dan tidak membentuk kelompok-kelompok eksklusif tetapi ikut bergabung dengan kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat Kelurahan Jatimulya.Untuk aspek lingkungan, perusahaan harus memperhatikan unsur perbaikan atau rehabilitasi lingkungan sebagai prioritas utama untuk dilaksanakan. Program perbaikan ini perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan, sehingga upaya perbaikan lingkungan dapat dilaksanakan dengan maksimal. Sebab upaya perbaikan lingkungan memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Upaya perbaikan lingkungan dapat dilakukan dengan melihat lingkungan seperti udara disekitar Kelurahan Jatimulya, terutama di depan lokasi pabrik PT SIM yaitu di jalan Diponegoro tingkat polusi cukup tinggi. Demikian pula dengan kondisi perairan sungai

atau kali di sekitar perusahaan, yaitu kali Sasak Jarang telah tercemar berat. Memang kondisi kerusakan lingkungan ini bukan karena aktivitas perusahaan semata, karena begitu banyak pabrik yang berada diwilayah aliran kali Sasak Jarang dan juga polusi udara disekitar jalan Diponegoro disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut. Namun upaya perusahaan dalam mengupayakan rehabilitasi lingkungan ini sesuai dengan kemampuan perusahaan dan dalam bentuk-bentuk yang sesuai akan dapat meningkatkan kinerja CSR berkelanjutan di PT SIM.

Di lingkungan internal PT.SIM, di masa mendatang harus meningkatkan kesempatan atau peluang kerja bagi masyarakat sekitar untuk bekerja diperusahaan dengan tetap memperhatikan kinerja usaha secara simultan, yaitu merekrut karyawan yang lebih banyak lagi dari masyarakat sekitar perusahaan, khususnya dari kelurahan Jatimulya yang tentunya dihubungkan dengan kebutuhan pengembangan usaha dan peningkatan kapasitas produksi. Hal ini penting, karena tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang ada akan terjadi over kapasitas tenaga kerja, disamping tenaga kerja yang direkrut harus memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.

Dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar, di kalangan karyawan harus mau minimal mempertahankan keeratan hubungan dengan masyarakat sekitar, dengan tidak membentuk kelompok-kelompok yang eksklusif tanpa mau bergabung dengan masyarakat sekitar. Sebab tanpa adanya keeratan hubungan dengan masyarakat sekitar keberadaan perusahaan ditengah-tengah masyarakat menjadi terancam dan kurang mendapat dukungan atau pembelaan dari masyarakat bila terjadi sesuatu yang merugikan perusahaan. Perusahaan harus menggerakkan karyawannya untuk mencegah disintegrasi sosial tetapi justru berbaur dengan masyarakat Kelurahan Jatimulya.

c. Hasil AHP PT.NMI dan PT HMMI

Hasil analisis dari berbagai kelompok unsur dalam sistem kebijakan CSR berkelanjutan yang dianalisa berdasarkan hirarki dari masing-masing kelompok yang dibandingkan secara berpasangan (pairwise comparison) dengan menggunakan AHP, untuk mendapatkan faktor-faktor apakah yang menjadi prioritas dari setiap level hirarki

yang merlu mendapat perhatian dalam kebijakan CSR berkelanjutan pada PT. SIM sebagaimana dimuat pada Gambar 31.

Gambar 31. Hirarki AHP PT.NMI dan PT.HMMI

Untuk memilih kebijakan CSR yang berkelanjutan di PT.NMI dan PT.HMMI maka disampaikan kuesioner kepada stakeholders yang terkait dan setelah diolah dengan metode AHP dan dengan software Criterium Decision Plus diperoleh hasil berikut. Untuk level aktor yang menjadi prioritas mendapat perhatian adalah aktor pengusaha (skor 0,42). Artinya, pengusaha harus berperan sentral menghasilkan kebijakan CSR berkelanjutan di PT. NMI dan PT. HMMI. Prioritas kedua adalah masyarakat sekitar (skor 0,24). Selanjutnya yang menjadi prioritas ketiga adalah pemerintah daerah (skor 0,20). Prioritas terakhir adalah pemerintah pusat (skor 0,13).

Kebijakan CSR Berkelanjutan Dalam Industri Otomotif Masyarakat sekitar (0,24) Pengusaha (0,42) Pemerintah Daerah (0,20) Pemerintah Pusat (0,13) Sosial (0,28) Lingkungan (0,58) Peluang usaha (0,10) Pening- katan kereka- tan sosial (0,17) Pening- katan jumlah lembaga ekonomi dan ke- uangan (0,04) Aktivi- tas peng- hijauan (0,15) Ekonomi (0,14) Pening- katan harga kebutu- han pokok masya- rakat (0,01) Kon- disi Kea- manan (0,10) Kon- servasi Ling- kungan (0,28) Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR (0,16) Perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha (0,17) Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan (0,67) Alternatif Faktor Fokus Aktor Kriteria Disin- tegrasi sosial (0,03) Este- tika lingku- ngan (0,12)

Dilihat dari level faktor, maka faktor lingkungan menjadi menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian (skor 0,58). Hal ini berkaitan dengan bagaimana upaya perusahaan untuk mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap terjaga. Prioritas kedua yang menjadi perhatian adalah faktor sosial (skor 0,28) dan terakhir adalah faktor ekonomi (skor 0,14). Untuk level kriteria dari masing-masing faktor adalah di bawah faktor ekonomi, yang menjadi prioritas utama adalah peluang usaha (skor 0,10), prioritas kedua adalah peningkatan jumlah lembaga ekonomi dan keuangan (skor 0,04) dan prioritas ketiga adalah peningkatan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat (skor 0,01). Untuk kriteria yang berada di bawah faktor sosial, yang menjadi prioritas dan menjadi perhatian utama adalah peningkatan kerekatan sosial (skor 0,17) disusul prioritas kedua adalah kondisi keamanan (skor 0,10) dan prioritas ketiga adalah kriteria disintegrasi sosial (skor 0,03). Untuk faktor lingkungan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah Konservasi Lingkungan (skor 0,28) dan diikuti dengan prioritas kedua, yaitu aktivitas penghijauan (skor 0,15) dan prioritas ketiga, yaitu estetika lingkungan (skor 0,12).

Alternatif kebijakan yang direkomendasikan untuk menjadi prioritas utama adalah Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan (skor 0,67), disusul oleh Perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha (skor 0,17) dan prioritas terakhir adalah Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR (skor 0,16).

d. Implementasi hasil AHP di PT NMI dan PT.HMMI

Implementasi kebijakan di PT NMI dan PT HMMI adalah dimulai dengan memfokuskan prioritas utama pada pihak pengusaha sebagai aktor utama yang berperan dalam aktivitas CSR berkelanjutan di PT NMI dan PT HMMI. Bentuknya adalah pihak perusahaan perlu memberikan perhatian serius, baik dalam bentuk penyiapan bagian atau departemen yang mengurus masalah CSR dengan orang-orang yang kompeten di dalamnya, sampai kepada penyediaan anggaran untuk aktivitasnya. Kebijakan perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan menjadi prioritas utama hasil dari analisis sesuai pendapat para pakar dan stakeholders aktivitas CSR di PT.

NMI dan PT. HMMI. Oleh karena itu, pihak pengusaha selain melakukan aktivitas CSR harus memperhatikan kemajuan secara simultan. Kebijakan upaya perbaikan kinerja CSR dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha juga menjadi dasar dalam melakukan upaya CSR untuk meningkatkan daya beli masyarakat desa Dangdeur, sehingga sekalipun ada kenaikan harga-harga kebutuhan masyarakat di desa Dangdeur tidak mengurangi daya beli masyarakat. Disamping itu, aktivitas penghijauan mulai terlihat seiring dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha. Aktivitas penghijauan lebih kepada mempertahankan kondisi yang lebih baik dan khusus untuk lahan yang memang sudah gundul di sekitar lokasi perusahaan.

Kehadiran pasar dan lembaga keuangan di desa Dangdeur sudah amat diharapkan oleh masyarakat tersebut, maka perusahaan perlu memfasilitasi pembentukan pasar untuk memudahkan masyarakat membeli kebutuhan pokok sehari-hari dan koperasi simpan pinjam sebagai wadah masyarakat untuk meminjam uang untuk berbagai keperluan. Tentu saja fasilitasi yang diberikan oleh perusahaan PT.NMI dan PT.HMMI adalah disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan.

Dokumen terkait