• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Deskriptif

Dalam bab ini penulis menganalisis data yang telah terkumpul. Data yang

telah dikumpulkan tersebut berupa data IHSG dari perusahaan yang listing di

Bursa Efek Indonesia periode 2006 sampai dengan 2008 dan juga berupa data

makro ekonomi periode 2006 sampai dengan 2008. Hasil pengolahan data berupa

56

inflasi, Produk Domestik Bruto dan indeks Hang Seng memiliki pengaruh

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan berapa besar pengaruhnya.

Sesuai dengan permasalahan dan perumusan model yang telah dikemukakan,

serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis ststistik. Analisis statistik

merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa

angka-angka yang dianalisis dengan bantuan komputer melalui program Eviews.

Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis pertama hingga hipotesis kedua.

Sedangkan analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan gejala-gejala

yang terjadi pada variabel-variabel penelitian untuk mendukung hasil analisis

statistik.

Berdasarkan pengambilan sampel secara Purposive Sampling maka dapat

diperoleh sampel perusahaan sebagai berikut :

a. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2006

sampai dengan 2008.

b. Saham perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia periode

2006 sampai dengan 2008.

Berikut akan dijelaskan analisis deskriptif yaitu menjelaskan deskripsi data

dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian.

1. Aksi Jual-Beli Asing merupakan Feedback Trading adalah tindakan

57

jual saham unggulan saat losser (bearish) (Neal et.al dalam Ignatius Roni

Setyawan, 2007).

2. Nilai Tukar Rupiah atau kurs (exchange rate) adalah tingkat di mana mata

uang domestik dapat dikonversi menjadi mata uang asing (Bodie, Kane,

Marcus, 2006:175).

3. Suku Bunga SBI merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 Bulan)

dengan sistem diskonto/bunga (www.wikipedia.org).

4. Inflasi merupakan Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk

menaik secara umum dan terus-menerus (Boediono, 2001:155).

5. Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai barang-barang dan

jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun

tertentu (Sadono Sukirno, 2000:33-34).

6. Indeks Hang Seng merupakan indeks harga saham di pasar modal Hong

Kong yang dihitung dengan menggunakan metode kapitalisasi pasar

tertimbang bebas-disesuaikan (www.mahadanalearning.com).

7. Indeks Harga Saham Gabungan merupakan seluruh saham yang tercatat di

bursa (Abdul Halim, 2005:13).

Adapun untuk menjelaskan variabel-variabel tersebut dapat ditunjukkan dari

58

Tabel 4.1

Variabel Aksi Jual-Beli Asing (Net Foreign Fund) Tahun 2006-2008

(Dalam Rp Juta)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa aksi jual-beli asing (net foreign

fund) tertinggi pada tahun 2008 bulan November yaitu sebesar 6.461.117,0 lebih

tinggi dibanding tahun 2006 dan 2007. Sedangkan nilai terendah aksi jual-beli

asing (net forein fund) terjadi pada tahun yang sama tahun 2008 bulan Juni

sebesar 444.568,8. Untuk lebih menjelaskan data tertinggi dan terendah aksi

jual-beli asing (net foreign fund), dibawah ini disajikan grafik aksi jual-beli asing (net

foreign fund) pada tahun 2006-2008 sebagai beikut:

Periode 2006 2007 2008 Januari 2.184.956,0 552.402,2 846.465,2 Februari 685.347,6 445.083,8 1.989.812,8 Maret 1.936.188,4 2.298.366,1 2.684.193,3 April 3.041.787,8 5.669.478,3 1.088.413,0 Mei 719.265,5 2.590.192,1 3.793.571,5 Juni 605.830,6 3.294.904,5 444.568,8 Juli 870.974,4 3.379.092,1 895.397,0 Agustus 1.836.430,1 521.7357,0 467.202,3 September 920.364,7 3.054.291,9 2.694.415,1 Oktober 1.717.754,3 1.127.628,0 4.140.069,6 November 1.785.205,8 631.084,5 6.461.117,0 Desember 2.180.907,2 4.347.417,9 824.356,2 Sumber:StatistikPasarModal

59

Gambar 4.1

Variabel Aksi Jual-Beli Asing (Net Foreign Fund) Tahun 2006-2008

(Dalam Rp Juta)

Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat bahwa aksi jual-beli asing (net foreign

fund) menunjukkan trend kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2008. Namun,

kembali mengalami penurunan pada tahun yang sama pada tahun 2008.

Sepanjang tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 aksi jual-beli asing

menunjukkan trend yang cenderung berfluktuasi, hal ini dipengaruhi oleh adanya

Positive feedback trading dari investor asing akan memicu aksi beli juga oleh

investor domestik. Situasi ini akan membuat market index naik. Kondisi berbeda

(negative feedback trading) membuat market index turun (Ignatius Roni

Setyawan, 2007). 0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 DN

60

Tabel 4.2 Variabel Kurs Tahun 2006-2008 (Dalam Ribu USD)

Periode 2006 2007 2008 Januari 9.395 9.090 9.291 Februari 9.230 9.160 9.051 Maret 9.075 9.118 9.217 April 8.775 9.083 9.234 Mei 9.220 8.828 9.318 Juni 9.300 9.054 9.225 Juli 9.070 9.186 9.118 Agustus 9.100 9.410 9.153 September 9.235 9.137 9.378 Oktober 9.110 9.103 10.995 November 9.165 9.376 12.151 Desember 9.020 9.419 10.950

Sumber: Data BI (dalam ribuan)

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah kurs tengah Rupiah terhadap

US Dollar, dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai tukar (kurs) rupiah selama

periode penelitian terus-menerus mengalami trend kenaikan, dan tercatat nilai

tukar (kurs) tertinggi terjadi pada akhir periode penelitian tahun 2008 bulan

November yaitu sebesar 12.151 dan nilai tukar rupiah terendah terjadi pada tahun

2006 bulan April yaitu sebesar 8.775. Untuk menjelaskan lebih rinci nilai tertinggi

dan terendah variabel nilai tukar rupiah, dibawah ini disajikan grafik nilai tukar

rupiah sebagai berikut:

61

Gambar 4.2 Variabel Kurs Tahun 2006-2008 (Dalam Ribu USD)

Berdasarkan grafik 4.2 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah menunjukkan

trend kenaikan sepanjang periode penelitian. pada awal periode penelitian nilai

tukar (kurs) tercatat sebesar 9.395, kemudian nilai tukar (kurs) terus mengalami

kenaikan hingga akhir periode penelitian nilai tertinggi pada tahun 2008 sebesar

12.151, sedangkan nilai tukar rupiah terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar

8.775.

Menurut Sitinjak dan Kurniasari (2003) dalam Ana Octavia (2007)

menyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dolar terhadap rupiah) naik satu satuan

berarti akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) saham sebesar satu satuan.

Terutama sekali pada saat kondisi pasar sedang bearish. Sedangkan pada pasar

sedang bullish, indikator pasar saham dan indikator pasar uang secara

bersama-sama berpengaruh positif. Sedangkan Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003),

melemahnya nilai tukar rupiah akan menurunkan kinerja keuangan badan usaha,

8500 9000 9500 10000 10500 11000 11500 12000 12500 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 KURS

62

yang pada akhirnya berdampak pada pasar modal. Menurunnya kinerja badan

usaha akan direspon oleh investor di pasar modal yang akhirnya akan

mempengaruhi harga pasar saham. Begitu pula sebaliknya, menguatnya nilai tukar

rupiah akan meningkatkan kinerja keuangan badan usaha, yang pada akhirnya

akan berdampak baik pada pasar modal.

Tabel 4.3 Variabel SBI Tahun 2006-2008 (Dalam Persentase)

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui nilai SBI tertinggi terjadi pada awal

periode penelitian bulan Januari tahun 2006 sebesar 1,0625, sedangkan nilai SBI

terendah terjadi pada bulan Februari tahun 2008 sebesar 0,6608. untuk melihat

lebih jelas nilai tertinggi dan terendah variabel SBI, dibawah ini disajikan grafik

variabel SBI sebagai berikut:

Periode 2006 2007 2008 Januari 1,0625 0,7916 0,6667 Februari 1,0616 0,7708 0,6608 Maret 1,0608 0,75 0,6634 April 1,0616 0,75 0,6658 Mei 1,0416 0,7291 0,6925 Juni 1,0416 0,7084 0,7275 Juli 1,0208 0,6875 0,7691 Agustus 0,9791 0,6875 0,7734 September 0,9375 0,6875 0,8091 Oktober 0,8958 0,6875 0,915 November 0,8541 0,6875 0,937 Desember 0,8125 0,6667 0,915 Sumber:Datadiolah

63

Gambar 4.3 Variabel SBI Tahun 2006-2008 (Dalam Persentase)

Berdasarkan grafik 4.3 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi untuk variabel SBI

mengalami trend kenaikan pada awal periode penelitian terjadi pada tahun 2006

sebesar 1,0625, namun terus-menerus mengalami penurunan sampai tahun 2008

bulan Februari sebesar 0,6608.

Menurut Cahyono (2000:117) dalam Moh.Mansur (2009:2) terdapat 2

penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat mendorong harga saham ke

bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi. Kedua,

kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua

cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga

labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan

meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan

menunda pembeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan

perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan

harga saham. 7 8 9 10 11 12 13 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 SBI

64

Tabel 4.4 Variabel Inflasi Tahun 2006-2008 (IHK Dalam Persentase)

Periode 2006 2007 2008 Januari 1,419 0,521 0,613 Februari 1,493 0,525 0,616 Maret 1,311 0,543 0,680 April 1,283 0,524 0,746 Mei 1,3 0,500 0,865 Juni 1,294 0,480 0,919 Juli 1,262 0,505 0,991 Agustus 1,241 0,542 0,987 September 1,212 0,579 1,011 Oktober 0,524 0,573 0,980 November 0,439 0,559 0,973 Desember 0,55 0,549 0,921 Sumber:Datadiolah

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat inflasi di Indonesia

tertinggi pada tahun 2006 dan terendah juga pada tahun yang sama yaitu tahun

2006, dimana tingkat inflasi tertinggi pada bulan Februari 2006 sebesar 1,493 dan

terendah berada pada bulan November 2006 sebesar 0,439. untuk memberikan

penjelasan yang lebih rinci, dibawah ini disajikan grafik variabel inflasi sebagai

65

Gambar 4.4 Variabel Inflasi Tahun 2006-2008 (IHK Dalam Persentase)

Berdasarkan grafik 4.4 dapat dilihat bahwa tingkat inflasi yang memiliki nilai

tertinggi terjadi pada tahun 2006 bulan Februari sebesar 1,493 dan tingkat inflasi

terendah juga terjadi pada tahun yang sama pada awal periode penelitian pada

tahun 2006 bulan November sebesar 0,493.

Semakin tinggi tingkat inflasi maka akan menurunkan kinerja saham dalam

hal ini harga saham dan return saham karena menurut Tandelilin (2010:342),

inflasi yang terlalu tinggi akan memyebabkan penurunan daya beli uang

(purchasing power money). Di samping itu, inflasi yang tinggi juga bisa

mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya.

Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini

4 6 8 10 12 14 16 18 20 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 INF

66

merupakan sinyal positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli

uang dan risiko penurunan pendapatan riil.

Tabel 4.5

Variabel Produk Domestik Bruto Tahun 2006-2008

(Dalam Miliar Rupiah)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai Produk Domestik Bruto

tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 444.172,2 lebih tinggi dibandingkan

pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2006 dan tahun 2007. Sedangkan nilai

Produk Domestik Bruto terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 260.926,2.

Untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas mengenai nilai tertinggi dan

terendah variabel Produk Domestik Bruto, dibawah ini disajikan grafik variabel

Produk Domestik Bruto sebagai berikut:

Periode 2006 2007 2008 Januari 260.926,2 306.292,1 372.526,5 Februari 260.926,2 306.292,1 372.526,5 Maret 260.926,2 306.292,1 372.526,5 April 270.989,4 321.596,6 409.818,8 Mei 270.989,4 321.596,6 409.818,8 Juni 270.989,4 321.596,6 409.818,8 Juli 290.183,8 343.597,3 444.172,2 Agustus 290.183,8 343.597,3 444.172,2 September 290.183,8 343.597,3 444.172,2 Oktober 291.060,3 344.954,3 424.762,4 November 291.060,3 344.954,3 424.762,4 Desember 291.060,3 344.954,3 424.762,4 Sumber:DataBI

67

Gambar 4.5

Variabel Produk Domestik Bruto Tahun 2006-2008

(Dalam Miliar Rupiah)

Berdasarkan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dan nilai terendah

pada variabel Produk Domestik Bruto pada tahun 2006-2008.

Menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti (2008:110) Pertumbuhan ekonomi

yang baik secara umum menunjukkan tingkat perbaikan kesejahteraan

masyarakat, dan hal ini biasanya diikuti dengan kegiatan pasar modal yang

bergairah. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang lesu akan ditunjukkan juga dari

kegiatan pasar modal yang melemah. Pertumbuhan PDB merupakan salah satu

indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur kemajuan perekonomian

suatu negara. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukkan perekonomian yang 0 100000 200000 300000 400000 500000 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 PDB

68

berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perusahaan untuk

meningkatkan penjualan. Bila pertumbuhan ini terus berlangsung, maka kegiatan

investasi sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan dalam produksi, yang

selanjutya memberikan perkembangan yang baik bagi pasar modal sebagai

sumber dana bagi pengembangan dunia usaha. Sebaliknya bila tingkat

pertumbuhan ekonomi rendah atau menurun, akan memberikan dampak yang

negatif bagi kegiatan investasi, sehingga akan berpengaruh terhadap

perkembangan pasar modal (Mankiw, 2003:17-22).

Tabel 4.6

Variabel Indeks Hang Seng Tahun 2006-2008 (Dalam Satu Satuan Poin)

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan indeks Hang Seng tertinggi terjadi pada

tahun 2007 sebesar 31.352,58. Sedangkan indeks terendah pada tahun 2008 yaitu

Periode 2006 2007 2008 Januari 15.753,14 20.106,42 23.455,74 Februari 15.918,48 19.651,51 24.331,67 Maret 15.805,04 19.800,93 22.849,20 April 16.661,30 20.318,98 25.755,35 Mei 15.857,89 20.634,47 24.533,12 Juni 16.267,62 21.772,73 22.102,01 Juli 16.971,34 23.184,94 22.731,10 Agustus 17.392,27 23.984,14 21.261,89 September 17.543,05 27.142,47 18.016,21 Oktober 18.324,35 31.352,58 13.968,67 November 18.960,48 28.643,61 13.888,24 Desember 19.964.72 27.812,65 14.387,48 Sumber: yahoofinance.com

69

13.888,24. Untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci, mengenai indeks

tertinggi dan terendah dibawah ini disajikan grafik variabel indeks Hang Seng,

sebagai berikut:

Grafik 4.6

Variabel Indeks Hang Seng Tahun 2006-2008 (Dalam Satu Satuan Poin)

Berdasarkan grafik 4.6 dapat diketahui bahwa indeks tertinggi variabel indeks

Hang Seng terjadi pada tahun 2007 bulan Oktober sebesar 31.352,58, sedangkan

indeks terendah terjadi pada akhir periode penelitian pada tahun 2008 bulan

November sebesar 13.888,24.

Menurut Nachrowi dan Usman (2006) dalam Budi Frensidy (2009) Pasar

modal yang kuat dapat mempengaruhi pasar modal yang lemah. Sebagai salah

satu pasar modal yang sedang berkembang, BEI diduga sangat dipengaruhi indeks

pasar saham dunia dan Asia yang berkapitalisasi besar yaitu Dow Jones Industrial

Average (DJIA) dari bursa saham New York, Nikkei 225 (bursa saham Tokyo),

dan Hang Seng (bursa saham Hong Kong).

12000 16000 20000 24000 28000 32000 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 IH

70

Tabel 4.7 Variabel IHSG Tahun 2006-2008 (Dalam Satu Satuan Poin)

Berdasarkan tabel 4.7 nilai IHSG tertinggi terjadi pada tahun 2007 bulan

Desember sebesar 2.745,83, sedangkan nilai IHSG terjadi pada awal periode

penelitian tahun 2006 bulan Februari yaitu sebesar 1.230,66. Untuk memperoleh

penjelasan yang lebih rinci, dibawah ini disajikan grafik variabel IHSG untuk

menunjukkan angka indeks teringgi dan terendah, sebagai berikut:

Periode 2006 2007 2008 Januari 1.232,32 1.805,52 2.627,25 Februari 1.230,66 1.740,97 2.721,94 Maret 1.322,97 1.830,92 2.447,30 April 1.464,41 1.999,17 2.304,52 Mei 1.330,00 2.084,32 2.444,35 Juni 1.310,26 2.139,28 2.394,10 Juli 1.351,65 2.348,67 2.304,51 Agustus 1.431,26 2.194,34 2.165,94 September 1.534,61 2.359,21 1.832,51 Oktober 1.528,63 2.643,49 1.256,70 November 1.718,96 2.688,33 1.241,54 Desember 1.805,52 2.745,83 1.355,41 Sumber:DataBEI

71

Gambar 4.7 Variabel IHSG Tahun 2006-2008 (Dalam Satu Satuan Poin)

Berdasarkan grafik 4.7 dapat dilihat bahwa nilai IHSG tertinggi ditunjukkan

pada tahun 2007, sedangkan nilai IHSG terendah terjadi pada tahun 2006, dimana

nilai IHSG tertinggi sebesar 2.745,83 dan terendah sebesar 1.230,66.

Indeks Harga Saham dapat menjadi barometer kesehatan ekonomi suatu

negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir

(Current Market) (Abdul Halim, 2005:12 ). Fluktuasi harga saham ditentukan

oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Apabila laba yang

diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar bahwa dividen yang

dibayarkan juga relatif tinggi. Apabila dividen yang dibayarkan relatif tinggi, akan

berpengaruh positif terhadap harga saham di bursa, dan investor akan tertarik

untuk membelinya. Akibatnya permintaan akan saham tersebut menjadi

meningkat, sehingga akhirnya harganya juga akan meningkat. Peningkatan harga

saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya (Abdul Halim,

2005:12). Begitupula sebaliknya. 1200 1600 2000 2400 2800 06M01 06M07 07M01 07M07 08M01 08M07 IHSG

72

Dokumen terkait