• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deskriptif Data Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Deskriptif Data Penelitian

1. Variabel Pengetahuan PNS

Kualitas Pengetahuan PNS dari hasil kuesioner diperoleh data yang menyebar dari yang rendah ke yang tinggi dengan jumlah responden yang valid dalam penghitungan adalah sejumlah 46 sesuai dengan kuesioner yang disebar. Skor terendah adalah 11 dan yang tertinggi adalah 27. Dengan nilai tengah 20. Nilai tengah ini yang digunakan sebagai pemisah antara kategori “Tidak Baik” dan “Baik” dimana nilai 11-20 adalah termasuk kategori “Tidak Baik” dan nilai 21-27 adalah masuk kategori “Baik”.

Dari nilai tersebut maka tahap berikutnya adalah proses pengkategorian untuk proses lebih lanjut pada Chi Square. Maka berikutnya

Tabel 4.4 Frekuensi Kategori Pengetahuan PNS

Sumber : Data Daftar Urut Kepangkatan PNS Pemerintah Kabupaten Madiun per 31 Desember 2010

Sumber : Lampiran VI Frekuensi Coding

Kategori Nilai Hasil Kuesioner

dari nilai-nilai tersebut maka akan dimasukkan pada kategori “Baik” dan “Tidak Baik” sehingga menjadi seperti dalam tabel 4.4 berikut :

Kategori Jumlah Persentase

Tidak

Baik 25 54,3

Baik 21 45,7

Total 46 100

Hasil tabel menunjukkan bahwa frekuensi dari kategori “Tidak Baik” adalah 25 responden (54,3 %) sedangkan untuk kategori “Baik” sejumlah 21 responden (45,7%).

2. Variabel Sikap PNS

Kualitas Sikap PNS dari hasil kuesioner diperoleh skor terendah adalah 6 dan yang tertinggi adalah 26. Dengan nilai tengah 17,50. Sehingga nilai 6-17,5 adalah termasuk kategori “Tidak Baik” dan nilai 17,5-26 adalah masuk kategori “Baik”. Tahap berikutnya adalah proses coding menuju kategori untuk proses lebih lanjut pada Chi Square, sehingga menjadi seperti dalam tabel 4.5 berikut :

Kategori Jumlah Persentase

Tidak

Baik 23 50,0

Baik 23 50,0

Total 46 100

Sumber : Lampiran VI Frekuensi Coding

Kategori Nilai Hasil Kuesioner

Hasil tabel menunjukkan bahwa frekuensi dari kategori “Tidak Baik” dan kategori “Baik” adalah sama yaitu sejumlah 23 responden (50%).

3. Variabel Keterampilan PNS

Kualitas keterampilan PNS dari hasil kuesioner diperoleh data yang menyebar dari yang rendah ke yang tinggi. Dari sejumlah 46 responden dapat diroses secara keseluruhan. Skor terendahnya adalah 7 dan yang tertinggi adalah 25. Dengan nilai tengah 20. Nilai tengah ini yang digunakan sebagai pemisah antara kategori “Tidak Baik” dan “Baik” dimana nilai 7-20 adalah termasuk kategori “Tidak Baik” dan nilai 20-25 adalah masuk kategori “Baik”, seperti dalam tabel 4.6 berikut :

Kategori Jumlah Persentase

Tidak

Baik 26 56,5

Baik 20 43,5

Total 46 100

Hasil tabel menunjukkan bahwa frekuensi dari kategori “Tidak Baik” adalah 26 responden (56.5 %) sedangkan untuk kategori “Baik” sejumlah 20 responden (43.5%).

4. Variabel Kinerja Pemerintah

Sumber : Lampiran VI Frekuensi Coding

Kategori Nilai Hasil Kuesioner

Untuk kualitas keterampilan PNS dari hasil kuesioner semua nilai dapat diproses. Untuk skor terendahnya adalah 9 dan yang tertinggi adalah 28 dengan nilai tengah 20,50, maka nilai 9-20 adalah termasuk kategori “Tidak Baik” dan nilai 20-28 adalah masuk kategori “Baik”. Dari nilai-nilai tersebut maka akan dimasukkan pada kategori-kategori nilai sehingga menjadi seperti dalam tabel berikut :

Kategori Jumlah Persentase

Tidak

Baik 23 23

Baik 23 23

Total 46 46

Hasil tabel menunjukkan bahwa frekuensi dari kategori “Tidak Baik” dan kategori “Baik” adalah sama yaitu sejumlah 23 responden (50%).

C. Analisis Chi Square

Hasil analisis deskriptif akan dianalisis dengan metode Chi Square

antara variabel Pengetahuan PNS, Sikap PNS dan Keterampilan PNS dengan variabel Kinerja Pemerintah.

1. Hubungan Variabel Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Variabel Pengetahuan PNS diteliti apakah ada hubungannya dengan variable Kinerja Pemerintah. Untuk itu langkah analisis dengan metode Chi

Sumber : Lampiran VIII Hasil Output Crosstab Kualitas SDM Dengan Kinerja Pemerintah

Square. Berikut adalah tabel Crosstab untuk Pengetahuan PNS dengan

Kinerja Pemerintah yang ditunjukkan dengan tabel dibawah ini :

Variabel Kategori Kinerja Pemerintah Jumlah

Tidak baik Baik

Pengetahuan PNS Tidak baik 17 8 25 (37 %) (17 %) (54 %) Baik 6 15 21 (13 %) (33 %) (46 %) Jumlah 23 23 46 (50 %) (50 %) (100%)

Hasil output Crosstab menggunakan PASW Statistic 18 menunjukkan nilai count atau jumlah untuk masing masing variabel pada tiap-tiap kategori, seperti yang ditunjukkan ditunjukkan dalam tabel 4.8 di atas.

Untuk Pengetahuan PNS Hipotesis peneliti adalah :

H0 : Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun diduga tidak ada hubungan dengan Pengetahuan PNS

H1 : Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun diduga terdapat hubungan dengan Pengetahuan PNS

Sedangkan untuk analisis Chi Square dari hasil di atas adalah ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.8 Tabel Crosstab Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Tabel 4.9 Hasil Chi Square Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Sumber : Lampiran VIII Hasil Output Crosstab Kualitas SDM Dengan Kinerja Pemerintah

Nilai df Probabilitas Nilai Chi-Square 7,097 1 0,008

Jumlah case 46

Tabel di atas menunjukkan bahwa Chi Square hitung adalah 7,097 Dengan df = 1, dimana df diperoleh dari rumus sebagai berikut :

df = ( jumlah baris - 1 ) x ( jumlah kolom - 1 ) df = ( 2 – 1 ) x ( 2 – 1 ) = 1

Berdasarkan hipotesis yang telah ditentukan peneliti sebelumnya maka :

- Jika Chi Square hitung < Chi Square tabel maka Ho diterima

- Jika Chi Square hitung > Chi Square tabel maka Ho ditolak

- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Jika dilihat Chi Squaretabel dengan menggunakan α = 5% dan df = 1 maka

nilai Chi Square tabel adalah 3,84 , tetapi jika dibandingkan dengan nilai Chi

Square hitung yang sebesar 7,097 maka nilai Chi Square hitung lebih besar

dari Chi Square tabel sehingga hipotesis Ho ditolak.

Sedangkan jika dilihat dari nilai probabilitas yang terhitung adalah sebesar 0,008. Dimana nilai ini dibawah 0,05 sehingga H0 ditolak.

Sumber : Lampiran VIII Hasil Output Crosstab Kualitas SDM Dengan Kinerja Pemerintah

Hasil analisis Chi Square menunjukkan hipotesis H0 ditolak, sehingga didapat hasil bahwa terdapat hubungan antara Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun dengan Pengetahuan PNS.

2. Hubungan Variable Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah

Variabel Sikap PNS akan dicari hubungannya dengan variabel Kinerja Pemerintah. Untuk itu seperti variabel sebelumnya digunakan metode Chi Square. Berikut adalah tabel Crosstab untuk Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah yang ditunjukkan dengan tabel dibawah ini :

Variabel Kategori Kinerja Pemerintah Jumlah Tidak baik Baik

Sikap PNS Tidak baik 17 6 23 (37 %) (13 %) (50 %) Baik 6 17 23 (13 %) (37 %) (50 %) Jumlah 23 23 46 (50 %) (50 %) (100%)

Hasil output pengolahan Crosstab menggunakan PASW Statistic 18 di atas menunjukkan nilai count atau jumlah masing-masing variabel pada tiap-tiap kategori yang ditunjukkan dalam tabel 4.10 di atas.

Untuk Sikap PNS hipotesis peneliti adalah :

Sumber : Lampiran VIII Hasil Output Crosstab Kualitas SDM Dengan Kinerja Pemerintah

- H0 : Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun diduga tidak ada hubungan dengan Sikap PNS

- H1 : Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun diduga terdapat hubungan dengan sikap PNS

Hasil untuk analisis Chi Square dari hasil di atas adalah seperti yang ditunjukkan output PASW Statistic 18 dalam tabel 4.11 berikut :

Nilai df Probablitas Nilai Chi-Square 10,522 1 0,001

Jumlah case 46

Tabel di atas menunjukkan bahwa Chi Square hitung adalah 10,522 , Dengan df = 1. Jika dilihat ChiSquaretabel dengan menggunakan α = 5%

dan df = 1 maka nilai ChiSquare tabel adalah 3,84 , tetapi jika dibandingkan dengan nilai Chi Square hitung maka nilai Chi Square hitung lebih besar dari ChiSquare tabel sehingga hipotesis Ho ditolak.

Sedangkan jika dilihat dari nilai probabilitas yang terhitung adalah sebesar 0,001 dimana nilai ini dibawah 0,05 sehingga H0 ditolak.

Kesimpulan :

Hasil analisis Chi Square menunjukkan hipotesis H0 ditolak, sehingga didapat hasil bahwa terdapat hubungan antara Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

Sumber : Lampiran VIII Hasil Output Crosstab Kualitas SDM Dengan Kinerja Pemerintah

3. Hubungan Variabel Keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Variabel Keterampilan PNS akan dicari apakah ada hubungannya dengan variabel Kinerja Pemerintah, sehingga digunakan metode ChiSquare

dengan tabel cross tab sebgai berikut :

Variabel Kategori Kinerja Pemerintah Jumlah Tidak baik Baik

Keterampilan PNS Tidak baik 17 9 26 (37 %) (20 %) (57 %) Baik 6 14 20 (13 %) (30 %) (43 %) Jumlah 23 23 46 (50 %) (50 %) (100%)

Hasil output pengolahan Crosstab menggunakan PASW Statistic 18 menunjukkan nilai count atau jumlah masing-masing variabel seperti ditunjukkan pada tabel 4.12 diatas.

Untuk Keterampilan PNS hipotesis peneliti adalah :

- H0 : Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun diduga tidak ada hubungan dengan Keterampilan PNS

- H1 : Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun diduga terdapat hubungan dengan Keterampilan PNS

Hasil untuk analisis Chi Square dari hasil di atas adalah seperti yang ditunjukkan output PASW Statistic 18 dalam tabel 4.13 berikut :

Sumber : Lampiran VIII Hasil Output Crosstab Kualitas SDM Dengan Kinerja Pemerintah

Nilai df Probabilitas Nilai Chi-Square 5,662 1 0,017 Jumlah Cases 46

Tabel di atas menunjukkan bahwa Chi Square hitung adalah 5,662 dengan df = 1. Jika dilihat Chi Square tabel dengan menggunakan α = 5%

dan df = 1 maka nilai ChiSquare tabel adalah 3,84 , tetapi jika dibandingkan dengan nilai Chi Square hitung yang sebesar 5,662 maka nilai Chi Square

hitung lebih besar dari ChiSquare tabel sehingga hipotesis Ho ditolak. Sedangkan jika dilihat dari nilai probabilitas yang terhitung adalah sebesar 0,017 . Dimana nilai ini dibawah 0,05 sehingga H0 ditolak.

Kesimpulan :

Hasil analisis Chi Square menunjukkan hipotesis H0 ditolak, sehingga didapat hasil bahwa terdapat hubungan antara Keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

D. Pembahasan Hasil Analisis

1. Hubungan Variabel Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Hasil analisis Chi Square menunjukkan bahwa hipotesis H0 ditolak, sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

Tabel 4.13 Hasil Chi Square Keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Pemerintah memilliki peranan yang sangat dominan melaksanakan proses Administrasi Pembangunan, walaupun pada dasarnya proses administrasi pembangunan adalah tanggung jawab secara nasional, baik itu pemerintah, politisi dengan kekuatan sosial politiknya, para teoritis serta cendekiawan yang dituntut sumbangsihnya, para pembentuk opini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengawasan sosial hingga rakyat juga ikut dalam proses administrasi pembangunan. Proses administrasi pembangunan sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu negara atau bangsa untuk tumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam keseluruhan segi kehidupan dan penghidupan Negara Bangsa yang bersangkutan dalam upaya untuk mencapai tujuan akhirnya. Pemerintah berfungsi untuk menjabarkan strategi pembangunan nasional menjadi suatu rencana pembangunan, baik dalam kepentingan untuk jangka panjang, menengah maupun pendek.

Dalam melakukan tugas sebagai pengelola segala pemerintahan daerah serta pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah memerlukan kualitas pengetahuan SDM PNS yang memadai untuk dapat memenuhi kebutuhan untuk melaksanakan tugas serta fungsi PNS tersebut dengan optimal. Pendidikan PNS yang sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas diperlukan dalam pelaksanaan pemerintahan. Karena dengan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan sebagai dasar pelaksanaan

tugas pokok fungsi PNS, tugas dan tanggung jawab yang diberikan pada tiap-tiap formasi PNS akan dapat terlaksana degan benar.

Pendidikan PNS perlu disesuaikan dengan kebutuhan agar pelaksanaan tugas optimal. Dengan pendidikan yang sesuai tugasnya, maka pelaksanaan fungsi spesifik dari tiap PNS dapat dilakukan dengan optimal dan akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang telah direncanakan dengan didukung pengalaman kerja PNS baik sebelum menjadi PNS atau sebelum menjadi PNS.

Pengalaman kerja PNS merupakan faktor penting pula dalam melaksanakan tugasnya, dimana faktor ini banyak terimplikasikan oleh PNS baik untuk formasi struktural maupun formasi teknis. Sebagai contoh untuk jabatan struktural sebaiknya diberikan kepada SDM yang memiliki pengalaman kerja yang cukup, sehingga jika diberikan tanggung jawab manajerial beserta wewenangnya maka dapat terlaksana dengan baik. Tidak terdapat kesenjangan antara pengalaman dan tanggung jawab yang diberikan. Juga pada formasi teknis baik penanggung jawab administrasi maupun teknik. Sebagai contoh penanggungjawab administrasi kepegawaian yang mengurusi masalah kepegawaian yang komplek tentu akan kesulitasn jika pengalaman yang dimiliki kurang, teknisi teknologi informasi yang belum berpengalaman tentu akan kesulitan menghadapi permasalahan lapangan, begitu pula pelaksana kesehatan maupun pendidikan.

Pengalaman kerja baik di perusahaan swasta maupun instansi pemerintah yang dimiliki sebelum menjadi PNS dapat mendukung kinerja Pemerintahan melalui kemampuan PNS dalam melaksanakan tugasnya. Jika sebelumnya telah memiliki pengalaman kerja, maka akan lebih mudah bagi PNS untuk beradaptasi dengan situasi kerja serta tanggung jawab yang ada. Karena selain ilmu dari pendidikan formal, pengalaman kerja juga mampu memberikan kontribusi pada hasil kerja PNS dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya.

Masa kerja tiap PNS yang sesuai diperlukan PNS dalam melaksanakan tugas pokok fungsinya. Faktor ini terkait dengan formasi yang memiliki tanggung jawab secara manajerial yang memerlukan syarat masa kerja seperti jabatan eselon. Hal ini tidak hanya masa kerja, tetapi juga pengalaman yang dimiliki dari masa kerja dan golongan PNS tersebut.

2. Hubungan Variable Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah

Hasil analisis Chi Square menunjukkan kesimpulan H0 ditolak, sehingga didapat hasil bahwa terdapat hubungan antara Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

Peran pemerintah adalah sebagai stabilisator, inovator, modernisator, pelopor dan pelaksana dari pembangunan itu sendiri memegang peran penting dalam pelaksanaan pembangunan. Baik itu dalam pelaksanaan peraturan, kebijakan maupun administratif. Jika melihat pentingnya hal tersebut maka diperlukan kualitas SDM yang handal untuk

melaksanakan peran yang penting tersebut. Kualitas handal tidak hanya didapat dari pengetahuan akademisi maupun praktisi atau pengalaman kerja tetapi juga dari kualitas sikap dari SDM PNS tersebut.

Dimensi sikap SDM PNS yang antara lain adalah faktor kejujuran dan disiplin yang dimiliki PNS. Kejujuran PNS adalah faktor yang penting dari sikap PNS yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas mereka menjalankan pemerintahan. Seorang PNS yang jujur akan memberikan hasil kinerja yang berpihak pada kepentingan orang banyak, tidak cenderung pada kepentingan golongan tertentu maupun pribadi. Sehingga dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang dimilikinya akan berdasarkan pada peraturan serta prosedur yang telah ditetapkan agar bertujuan untuk manfaat kepentingan umum.

Disiplin waktu tinggi sangat berhubungan dengan kualitas kinerja yang dihasilkan. Karena dengan respon yang cepat dalam menanggapi masalah-masalah yang terjadi akan berhubungan dengan seberapa cepat solusi yang akan dihasilkan yang akan bermuara pada implementasi solusi tersebut pada permasalahan yang ada. Maka dengan begitu dapat dilihat hubungan disiplin dengan hasil kinerja pemerintahan.

Kedisiplinan PNS dalam menerapkan peraturan yang ada akan menghasilkan suatu rangkaian pelaksanaan kebijakan yang prosedural dan berdasar pada kepentingan umum dan tidak condong pada kepentingan pihak

kepentingan rakyat banyak dapat terlaksana dengan baik. Kedisiplinan PNS perlu disesuaikan dengan kebutuhan optimal pelaksanaan tugas pokok fungsi PNS. Karena dengan disiplin yang sesuai maka pelaksanaan tugas akan terwujud dengan baik.

Pemerintah memberikan pelayanan publik yang telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada, dan pemerintah berkewajiban untuk memberikan kualitas pelayanan yang prima. Hal ini karena pemerintah sebenarnya adalah pelaksana kebijakan politik yang ditetapkan oleh wakil rakyat menjadi pelaksanaan kebijakan publik administratif oleh pemerintah. Sehingga kebijakan serta pelayanan yang diberikan adalah untuk kepentingan umum yang akan terlaksana dengan adanya kejujuran dari PNS dalam melaksanakan tugasnya. Dengan kejujuran akan mengurangi tendensi pelaksanaan tugas, prosedur atau kebijakan pada suatu kepentingan yang ada dari salah satu pihak tertentu.

3. Hubungan Variable Keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah

Hasil analisis Chi Square menunjukkan kesimpulan H0 ditolak, sehingga didapat hasil bahwa terdapat hubungan antara keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

Pemerintah harus dapat menjadi instrumen yang handal, tangguh dan profesional untuk melaksanakan peranannya sebagai pelaksana keputusan elite politik yang telah dirumuskan dan ditentukan oleh

Pemerintah dengan legislatif. Dari indikator efektifitas Pelaksanaan Otonomi Daerah antara lain perumusan masalah, pemilihan alternatif pelaksanaan tugas, kejelasan peraturan daerah, kesesuaian pelaksanan pelayanan dan kesesuaian hasil pelayanan maka dapat dinilai kehandalan, ketangguhan serta profesionalisme pemerintah sebagai elite adminsitrasi yang didukung oleh keterampilan SDM PNS untuk melaksanakan tugas tersebut.

Kemampuan perumusan masalah oleh PNS menentukan dalam pelaksanaan pemerintahan. Dengan perumusan masalah yang jelas maka akan dapat ditentukan solusi pemecahan yang terarah, sehingga akan terwujud kinerja pemerintahan yang ideal dan tepat sasaran dalam menentukan solusi pemecahan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kebijakan publik atau pembangunan nasional. Kemampuan ini memerlukan keterampilan yang memadai dari PNS yang memiliki tanggung jawab tersebut.

Dengan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya maka kemampuan PNS dalam menemilih alternatif dalam pelaksanaan tugas akan baik serta menghasilkan kinerja yang optimal. Pelaksanaan tugas yang efektif dan efisien akan mewujudkan proses manajemen pelaksanaan pemerintahan yang efisien dalam penggunaan sumber daya baik itu dana maupun sumber daya kekayaan alam. Juga efektifitas pemanfaat dana yang tersedia akan berimbas pada optimalnya

hasil dari pembangunan nasional yang dilaksanakan baik dari segi kapasitas, kuantitas maupun kualitas.

Keterampilan PNS diperlukan dalam pelaksanaan tugas pemerintahan. Sehingga diperlukan pendidikan dan pelatihan untuk menambah sekaligus meningkatkan Keterampilan PNS dalam melaksanakan tugas pokok fungsi mereka.

Pelatihan keterampilan teknis bagi PNS memiliki hubungan dengan kualitas keterampilan PNS dalam melaksanakan tugas mereka sehingga memberikan hasil kinerja pemerintah yang tepat. Dengan dukungan pelatihan teknis maka akan didapat kemampuan teknis dalam melaksanakan tugas masing-masing PNS.

Pelatihan keterampilan kepemimpinan bagi PNS memiliki hubungan dengan hasil kinerja pemerintah dalam bentuk terwujudnya spesifikasi PNS yang memegang jabatan dan wewenang manajerial yang tepat sehingga menghasilkan keputusan-keputusan serta pemecahan masalah yang tepat.

Pelatihan keterampilan mental spiritual bagi PNS berhubungan dengan kualitas sikap pribadi PNS. Sikap yang baik dalam melaksanakan tugas adalah sikap yang didasari dengan siap saling menghormati antara sesama, sehingga dalam penerpaan kebijakan akan mengurangi penekanan-penekanan pribadi atau golongan terhadap sesuatu.

Dengan pelatihan - pelatihan yang telah diselenggarakan diharapkan kualitas pelayanan menjadi baik sehingga menghasilkan pelayan publik yang optimal terwujud kualitas pelayanan pemerintah berupa pelayanan prima.

Pelaksanaan pelatihan bagi PNS yang ditindaklanjuti dengan implikasi nyata pada pelayanan untuk masyarakat sesuai dengan tujuan pelatihan tersebut kan menghasilkan pelayanan yang prima.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam penelitian dengan judul Analisis Hubungan Kualitas SDM PNS Pada Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun berdasarkan pada hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan antara variabel Pengetahuan PNS dengan variabel Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

2. Terdapat hubungan antara variabel sikap PNS dengan variabel Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

3. Terdapat hubungan antara variabel Keterampilan PNS dengan variabel Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kualitas SDM PNS dengan kinerja pemerintah Kabupaten Madiun.

B. Saran

Dengan mengetahui adanya hubungan yang erat antara kualitas SDM PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun maka diharapkan adanya kebijakan terkait peningkatan kualitas SDM PNS di Pemerintah Kabupaten

Madiun guna meningkatkan kinerja pemerintah. Hal itu dapat dilaksanakan dengan cara antara lain :

1. Mendapatkan SDM PNS yang berkualitas melalui rekruitmen yang terstandarisasi. Standar dengan kualitas pendidikan yang sesuai kebutuhan tugas dan pengalaman tambahan jika diperlukan.

2. Memberikan peningkatan kualitas pengetahuan SDM PNS yang ada dengan pelatihan-pelatihan penunjang baik teknis, fungsional atau struktural juga workshop pendukung kinerja. Hal ini juga akan meningkatkan kemampuan dalam perumusan masalah serta pengambilan keputusan yang lebih baik. 3. Penempatan PNS dengan tepat dan sesuai kompetensinya, baik untuk jabatan

teknis, fungsional maupun struktural sehingga sesuai dengan kapasitas yang dimiliki, seperti pendidikan, pengalaman serta masa kerja yang sesuai dengan kebutuhan.

4. Perlunya peningkatan kualitas sikap SDM PNS dengan pelatihan-pelatihan pengembangan diri untuk meningkatkan sikap yang ideal dalam pelaksanaan tugas sehingga hasil kinerja pemerintahan baik administratif maupun layanan dapat terlaksana dengan baik danmenghasilkan output pelayanan yang optimal.

5. Kualitas kejujuran perlu untuk dibina agar pelaksanaan kebijakan serta arahan dari pengambil keputusan dapat terwujud sesuai tujuan yang semestinya.

6. Kualitas sikap juga diperlukan dalam memutuskan peraturan serta mengelola kewenangan daerah. Dengan sikap yang jujur disiplin serta memperhatikan kepentingan rakyat tanpa adanya kecenderungan pada suatu kepentingan sehingga mengabaikan faktor utama tujuan kebijakan tersebut dibuat.

Dokumen terkait