• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS SDM PNS DAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS SDM PNS DAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS SDM PNS DAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan

Oleh :

HARI WICAKSONO

S4209066

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA

(2)

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS SDM PNS DAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

Disusun oleh :

HARI WICAKSONO, S.E.

S4209066

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing I

Dr. Agustinus Suryantoro, M.Si. NIP 195909111987021001

Pembimbing II

Drs. Mulyanto, M.E. NIP 196806231993021001

Ketua Program Studi

Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan

(3)

ANALISIS HUBUNGAN KUALITAS SDM PNS DAN KINERJA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

Disusun oleh :

HARI WICAKSONO, S.E.

S4209066

Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal : ....

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua tim penguji

Dr. Yunastiti Purwaningsih, M.P.

Pembimbing utama Dr. Agustinus Suryantoro, M.Si.

Pembimbing Pendamping Drs. Mulyanto, M.E.

Mengetahui Direktur PPs UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., PhD NIP 195708201985031004

Ketua Program Studi

Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : HARI WICAKSONO

NIM : S4209066

Program Studi : Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan

Menyatakan bahwa tesis ini adalah karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari

hasil karya orang lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya.

Surakarta, 7 April 2011

Tertanda,

(5)

ABSTRAK

Pemerintah melaksanakan suatu pemerintahan yang terstruktur dan terorganisir secara administratif dengan baik. Pemerintahan melaksanakan tugas serta fungsi nya didukung oleh SDM sebagai pelaksana. SDM yang berkualitas tentunya diharapkan akan memberikan hasil yang optimal. Maka diteliti apakah terdapat hubungan antara kualitas SDM dengan kinerja yang dihasilkan oleh pemerintah. Baik itu kualitas Pengetahuan, kualitas Sikap serta kualitas Keterampilan guna mengetahui hubungan kualitas SDM dengan kinerja pemerintah.

Penelitian ini menggunakan metode Chi Square untuk dapat melihat adanya hubungan antar variabel yang diteliti. Variabel kualitas SDM PNS yang terbagi menjadi 3 dimensi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan akan dihubungkan dengan kinerja pemerintah yang kemudian dihitung nilai chi squarenya dan dibandingkan dengan chi square tabel.

Dari hasil yang ditunjukkan, didapat adanya hubungan antara kualitas SDM PNS dengan dimensi pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan kinerja pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai chi square hasil dari perhitungan adalah lebih tinggi dari nilai chi square tabel. Dari sini disimpulkan bahwa ada hubungan dari kualitas SDM PNS dengan Kinerja Pemerintah.

SDM yang berkualitas tentunya diharapkan untuk memberikan hasil kinerja yang optimal. Dengan kualitas pengetahuan yang tepat, PNS akan mampu melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Sikap yang ideal dengan kejujuran serta disiplin akan memberikan suatu bentuk pelaksanaan tugas baik layanan umum maupun administratif terlaksana dengan baik. Keterampilan teknis juga mendukung pelaksanaan tugas spesifik yang menjadi tugas PNS. Hal ini tentunya mendukung kinerja dari Pemerintah Kabupaten Madiun.

(6)

ABSTRACT

Government do their job well administratively organized and structured. Also has it job and functions supported by human resource. The proper and sufficient quality of human resource expected to gain optimal output in return. Then this research head for the relation between the quality of human resource and government’s job performance, those about human resource’s knowledges, attitudes and skills.

This research use Chi Square method to obtain description about the relationship between variables researched. The human resource’s quality divides in 3 main dimension, those are knowledges, attitudes and skills that will interlink with government’s job’s performance. Then calculate their Chi Square value and compare Chi Square table value.

Its result return that there is a relationship between the quality of human resource that divide in in the quality of knowledges, attitudes and skills with government’s job performance. Its shown by calculated chi square value is higher than table value. So it can be simplified that there is a relationship between human resource’s quality with government’s job performance.

Qualified human resource excpeted to gain optimal result in job performance. With a sufficient knowledge, job and task can be done by PNS in charge. With good attitude in probity and disciplinary gives good serving job, both public service and adminsitrative service. Technical skill support specific job that be a PNS responsibility.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN/PENGESAHAN ……... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS …... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemerintah Daerah ... 10

B. Pengelolaan SDM dan pelaksanaan di Pemerintah Daerah ... 11

C. Kualitas SDM PNS ... 32

D. Kinerja Pemerintah ... 41

E. Penelitian Terdahulu ... 48

F. Kerangka Pemikiran Studi ... 49

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 52

B. Unit Analisis ... 53

C. Sumber dan Metode Pengumpulan Data …... 53

D. Teknik Pengambilan Sampel …... 53

E. Alat Pengumpulan Data …... 55

F. Definisi Operasional …... 55

1. Kualitas Sumber Daya Manusia PNS …... 55

2. Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun ……... 56

G. Teknis Analisis Data …... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian …... 61

B. Analisis Deskriptif Data Penelitian …... 66

1. Variabel Pengetahuan PNS ……... 66

2. Variabel Sikap PNS ……... 67

3. Variabel Keterampilan PNS ……... 68

4. Variabel Kinerja Pemerintah ……... 69

C. Analisis Chi Square ……... 69

1. Hubungan Variabel Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 70

(9)

3. Hubungan Variable Keterampilan PNS dengan Kinerja

Pemerintah ... 74

D. Pembahasan Hasil Analisis …... 75

1. Hubungan Variabel Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 75

2. Hubungan Variable Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 78

3. Hubungan Variable Keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 80

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan …... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(10)

DAFTAR TABEL

1.1 Data PNS Rincian per Jabatan di Kabupaten Madiun ... 6

3.1 Variabel dan Indikator ... 57

3.2 Skala Jawaban ... 58

3.3 Tabel Crosstab Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 60

4.1 Data PNS per Golongan pada Tahun 2010 ... 63

4.2 Data PNS per Pendidikan ... 63

4.3 Data PNS per SKPD ... 64

4.4 Frekuensi Kategori Pengetahuan PNS ... 67

4.5 Frekuensi Kategori Sikap PNS ... 68

4.6 Frekuensi Kategori Keterampilan PNS ... 68

4.7 Frekuensi Kategori Kinerja Pemerintah ... 69

4.8 Tabel Crosstab Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 70

4.9 Hasil Chi Square Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 71

4.10 Tabel Crosstab Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 72

4.11 Hasil Chi Square Sikap PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 73

4.12 Tabel Crosstab Keterampilan PNS dengan Kinerja Pemerintah ... 74

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kuesioner ……… 91

Lampiran II Tabel Rekap Nilai Hasil Kuesioner ... 95

Lampiran III Frekuensi Hasil Kuesioner …... 96

Lampiran IV Grafik Frekuensi Hasil Kuesioner ………... 98

Lampiran V Tabel Rekap Coding Nilai Hasil Kuesioner ... 100

Lampiran VI Frekuensi Coding Kategori Nilai Hasil Kuesioner ... 101

Lampiran VII Grafik Frekuensi Coding Kategori Nilai Hasil Kuesioner ... 102

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pemerintahan memiliki berbagai unit satuan kerja yang terdiri dari susunan

PNS yang mendukung pelaksanaan pemerintahan. Tiap-tiap unit satuan kerja tersebut

memiliki tugas pokok fungsi masing-masing yang berguna untuk mewujudkan visi

dan misi pemerintahan. Unit kerja tersebut atau yang disebut Satuan Kerja Perangkat

Daerah pada pemerintahan akan berjalan dengan berkesinambungan satu sama

lainnya sesuai dengan arahan dari pemegang wewenang dari pemerintahan tersebut.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal

14 menyebutkan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan

daerah yang bersangkutan,. Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Pasal

1 Undang-undang nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik). Maka sesuai

dengan pengertian tersebut maka pemerintah perlu untuk memberikan suatu bentuk

(14)

dengan baik. Pelaksanaan pemerintahan tersebut juga dapat berupa memberikan suatu

bentuk layanan publik pada masyarakat.

Peran strategis SDM dalam organisasi dapat dielaborasi dari segi teori

sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya

atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor

eksternal utama. Sumber daya manusia dapat memberikan nilai tambah (added value)

sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis. Kualitas dari SDM ini sebagai competitive

advantage dari unit kerja (Bank, 2008). Sumber Daya Manusia sebagai tenaga kerja

merupakan faktor penting dalam proses kinerja suatu organisasi. Hal ini juga berlaku

dalam organisasi pada sistem Pemerintahan. Sumber daya manusia yang berkualitas

dengan kuantitas yang tepat akan memberikan optimalisasi sumber daya manusia

dalam pelaksanaan kinerja.

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan pengakuan tentang

pentingnya tenaga kerja sebagai sumber daya yang sangat penting kontribusinya pada

tujuan-tujuan organisasi dan untuk digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan

individu, organisasi dan masyarakat (Jusuf, 2001: 3). SDM perlu untuk dicocokkan

dengan kebutuhan organisasi yang dinyatakan dalam bentuk aktifitas, sehingga

penempatan SDM sesuai dengan kebutuhan aktifitas unit tersebut baik dalam kualitas

maupun kuantitasnya (Riswanto, 2010). Dalam prinsip ekonomi, tentunya

pengalokasian sumber daya yang digunakan dalam proses harus sesuai dengan prinsip

(15)

alokasi sumber daya manusia dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan

hendaknya dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai dengan beban kerja.

Pemerintah Daerah dalam menentukan kebutuhan PNS, baik kualitas

maupun kuantitas, melalui prosedur peraturan yang telah ada. Kebutuhan tersebut

terwujud dalam susunan formasi Pegawai Negeri Sipil, yang digunakan untuk

menetapkan formasi jabatan apa saja yang dibutuhkan dalam rekruitmen Calon

Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi

Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa Formasi Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut dengan formasi adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai

Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi negara untuk mampu

melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu. Dengan susunan formasi ini

maka kualitas dan kuantitas yang diperlukan Pemerintah Daerah dapat diproyeksikan.

Kualitas yang diperlukan telah disusun berdasarkan kebutuhan tiap unit kerja berikut

tingkat pendidikan dan kualifikasi lain yang diperlukan.

Dalam menjalankan Pemerintahan diperlukan SDM dengan kuantitas yang

tepat untuk pelaksanaan kinerja yang ideal. Tetapi dalam kenyataannya terdapat

batasan untuk jumlah SDM yang dapat dialokasikan pada Pemerintah Kabupaten

Madiun yaitu faktor anggaran. Hal ini seperti tertuang pada Peraturan Pemerintah

Nomor 54 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 97

Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan

(16)

Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran ditetapkan oleh

Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri

yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, berdasarkan

pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara. Pemerintah Pusat

memberikan batasan dengan memberikan persetujuan terhadap alokasi jumlah

pegawai yang dibutuhkan Pemerintah Kabupaten Madiun untuk tiap tahunnya. Hal ini

terkait dengan kekuatan APBN untuk alokasi biaya gaji untuk Pegawai Negeri.

Dengan demikian langkah yang mungkin dapat dioptimalkan adalah berupa kebijakan

pengelolaan terhadap kualitas SDM pada Pemerintah Kabupaten Madiun baik untuk

penyusunan kebutuhan pegawai maupun pengembangan bagi PNS.

Pemerintahan memerlukan SDM yang berkualitas untuk pelaksanaan kinerja

yang ideal. Pada posisi-posisi tertentu diperlukan kualitas SDM yang tepat. SDM

tersebut tidak harus dengan kualitas yang maksimal atau paling baik tetapi

disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan yang ada, sehingga penggunaan tiap SDM

akan efektif dan sesuai tugas pokok fungsi yang telah ditetapkan pada posisi-posisi

yang ada pada suatu unit kerja. Selain itu sumber daya manusia pelaksana tugas

harus baik, karena sebagai faktor penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah. Sikap mentalitas/moralnya yang baik berarti jujur, mempunyai sifat

bertanggung jawab yang tinggi dalam pekerjaannnya, dan memiliki kecakapan dan

kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan pekerjaan, Kaho dalam Syaiful (2002:

(17)

termasuk pada kategori pengetahuan sedangkan kualitas diri tersebut antara lain

adalah sikap dan perilaku. Juga ada faktor ketrampilan pendukung yang diperlukan

PNS untuk menunjang kinerja mereka sesuai dengan tugas pokok fungsi yang

dimiliki.

Masyarakat menganggap bahwa birokrasi kurang berkualitas karena kurang

efisien dan lamban dalam memberikan pelayanan (I Gede, 2006: 1). Untuk dapat

menjawab kebutuhan masyarakat madani adalah dengan PNS yang mandiri dan

profesional yang berorientasi pada kebutuhan masyarakatnya. Kemandirian yang

ditandai profesionalisme khas PNS, yang menjamin tidak akan ada lagi intervensi

terhadap tugas-tugas utamanya yaitu pelayanan publik (Bambang, 2009: 2).

Kenyataan yang terjadi adalah pengalokasian sumber daya sudah berdasar pada

prinsip efektif dan efisiensi tetapi kinerja yang didapat belum optimal dan pelayanan

yang diberikan belum maksimal, yang akan terproyeksi pada kurang optimalnya

kinerja pemerintahan.

Secara prinsip pengelolaan SDM, PNS yang telah ada sudah teralokasikan

dengan tepat, baik pada kualitas maupun kuantitas. Hasil kinerja belum tentu sesuai

dengan yang diharapkan walaupun telah tersedia SDM yang berkualitas. Hal ini

sangat mungkin terjadi pada instansi pemerintahan karena adanya berbagai hal yang

mempengaruhi kinerja tersebut. Banyak faktor eksternal yang membuat bias

pelaksanaan ketetapan peraturan serta keputusan Pemerintah Daerah maupun

peraturan dan keputusan Pemerintah Pusat, mengakibatkan kualitas SDM yang baik

(18)

kerja SDM yang berkualitas belum tentu sesuai dengan harapan. Hal ini tentunya

akan menimbulkan pertimbangan tersendiri bagi Pejabat Pembina Kepegawaian

untuk mengatur proporsi kualitas dan kuantitas yang tepat pada suatu unit kerja pada

pemerintah daerah. Hasil kerja dari SDM berkualitas pada posisi yang tepat akan

membawa hasil kinerja yang baik.

Berikut adalah gambaran untuk rincian jabatan PNS yang ada pada

Pemerintah Kabupaten Madiun adalah :

Jenis Jabatan Jumlah Persentase

(%)

Tenaga Struktural 733 7,2

Tenaga Guru 5.630 55

Tenaga Kesehatan 1.134 11,1

Tenaga Teknis 2.731 26,7

Jumlah 10.228 100

Tabel diatas menunjukkan komposisi PNS pada Kabupaten Madiun dimana

terbanyak adalah dari Tenaga Guru diikuti Tenaga Teknis dan berikutnya Tenaga

Kesehatan. Sedangkan untuk Tenaga Struktural sebagai posisi manajerial adalah

sejumlah 7,2 % dari keseluruhan PNS.

Dengan komposisi PNS seperti pada tabel, maka kualitas pendidikan tinggi,

kualitas diri SDM yang baik serta keterampilan yang memadai akan memberikan

hasil kinerja yang baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing jabatan. Tabel 1.1 Data PNS Rincian per Jabatan di Kabupaten Madiun

(19)

dengan kualitas dan kuantitas yang tepat diharapkan akan menghasilkan kinerja yang

baik. Tetapi kenyataan yang terjadi belum tentu menghasilkan kinerja yang optimal.

Sehingga perlu untuk melihat bahwa apakah terdapat hubungan antara kualitas SDM

dengan kinerja Pemerintah Daerah, sehingga disusun penelitian dengan judul

“Analisis Hubungan Kualitas SDM PNS dan Kinerja Pemerintah Kabupaten

Madiun“.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara Tingkat Pengetahuan PNS dengan kinerja

Pemerintah Kabupaten Madiun?

2. Apakah terdapat hubungan antara Sikap PNS dengan kinerja Pemerintah

Kabupaten Madiun?

3. Apakah terdapat hubungan antara Ketrampilan PNS dengan kinerja

Pemerintah Kabupaten Madiun?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

a. Mengetahui hubungan antara Tingkat Pengetahuan PNS dengan kinerja

Pemerintah Kabupaten Madiun.

b. Mengetahui hubungan antara Sikap PNS dengan kinerja Pemerintah

Kabupaten Madiun.

c. Mengetahui hubungan antara Ketrampilan PNS dengan kinerja

(20)

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat secara teori

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat

bagi dunia pendidikan dalam mengetahui hubungan antara Kualitas

SDM PNS dengan Kinerja Pemerintah Kabupaten Madiun. Sehingga

dapat digunakan sebagai khususnya untuk bahan kepustakaan dalam

proses belajar mengajar serta bahan kajian dalam kegiatan penelitian

yang dikembangkan lebih lanjut atau penelitian lain yang berhubungan

dengan hal-hal Kualitas SDM PNS dan Kinerja Pemerintah. Penelitian

ini juga diharapkan untuk dapat menjadi masukan bagi pengembangan

ilmu Ekonomi Studi Pembangunan pada khususnya untuk

pengembangan studi Ekonomi Sumber Daya Manusia.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pentingnya

Kualitas SDM sebagai komponen penting untuk mencapai suatu hasil

kinerja yang optimal. Dimana kualitas adalah terbagai menjadi dimensi

pengetahuan, sikap serta keterampilan. Tiap-tiap dimensi tersebut dapat

dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan peningkatan kualitas

(21)

Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk dapat menjadi bahan

pemikiran dan masukan dalam pengambilan keputusan bagi para

pemegang kebijakan dalam menerapkan sistem administrasi

kepegawaian yang berorientasi pada kualitas pelayanan publik dan

pelaksanaan kebijakan publik yang berdasar pada peraturan dan

prosedur yang berorientasi kepada kepentingan umum.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan

permasalahan-permasalahan yang ada dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah, terkait kebijakan bagi masalah SDM PNS agar

dalam melaksanakan tugas menjadi lebih terarah, peningkatan

profesionalisme serta membawa pada pencapaian kinerja yang lebih

baik dan membawa hasil yang optimal dalam mencapai pelaksanaan

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemerintah Daerah

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan Tugas

Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal ini disebutkan dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Daerah otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah berwenang mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam daerah otonom ini pemerintahan melakukan tugasnya sesuai

dengan prinsip Otonomi Daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam

(23)

Kabupaten dan Kota diberikan kewenangan dalam menjalankan otonomi

seluas-luasnya dan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dengan

tetap berdasar pada asas otonomi dan tugas pembantuan. Permasalahan utama

dalam lingkup pelayanan publik adalah berkaitan dengan peningkatan kualitas

pelayanan tersebut. Pelayanan yang berkualitas tersebut tergantung pada

berbagai aspek, termasuk didalamnya adalah adanya sumber daya manusia yang

tepat dan berkualitas dan kelembagaan (Ismail, 2009).

B. Pengelolaan SDM dan Pelaksanaan Di Pemerintah Daerah

Dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia maka tidak akan jauh

terlepas dari tahapan-tahapan dalam Manajemen SDM. SDM merupakan faktor

penting dalam menjalankan proses pemerintahan, maka Pemerintahan sebagai

suatu pihak yang memiliki SDM memerlukan manajemen SDM untuk

mewujudkan efektifitas dan efisiensi dalam terwujudnya pelaksanaan tersebut.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Jusuf (2001: 3) yang menyebutkan bahwa

manajemen sumber daya manusia merupakan pengakuan tentang pentingnya

tenaga kerja sebagai sumber daya yang sangat penting kontribusinya pada tujuan

tujuan organisasi dan untuk digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan

individu, organisasi dan masyarakat. SDM secara produktif digunakan dalam

pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan pemuasan kebutuhan pekerja secara

individual. Melalui Manajemen SDM akan diperoleh cara untuk mengelola SDM

(24)

(2002: 9) mengemukakan pengertian Manajemen SDM adalah sebagai suatu seni

mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar terwujud efektifitas dan

efisiensi dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan atau pihak tertentu.

Menurut Bambang (2010) manajemen SDM adalah kebijakan dan praktek yang

dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek sumber daya manusia dalam

sebuah proses manajemen.

Dalam manajemen SDM ada beberapa pendapat mengenai poin-poin

penting dalam manajemen tersebut, tetapi karena manajemen SDM merupakan

bagian dari manajemen itu sendiri tentunya secara umum akan memiliki fungsi

manajemen secara umum seperti planning, organizing, actuating dan controlling.

1. Planning

Pengertian Planning adalah suatu proses perencanaan tentang suatu

yang akan dilakukan dalam upaya untuk mencapai tujuan. Dapat berupa

suatu program langkah demi langkah dari apa yang akan dilaksanakan pada

suatu rangkaian aktifitas untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sugiyes

(2008) menyebutkan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian

tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, dengan

memperhatikan hal-hal seperti tindakan apa yang harus dikerjakan; apakah

sebabnya tindakan itu harus dikerjakan; dimanakah tindakan itu harus

dikerjakan; kapankah tindakan itu harus dikerjakan; siapakah yang akan

(25)

itu. Moh (2009) mengemukakan bahwa dalam tahap Planning atau

perencanaan akan lebih tepat bila dirumuskan sebagai penetapan tujuan,

police, procedure, budget dan pogram dari suatu organisasi. Dari pendapat

tersebut policy atau kebijakan serta prosedur seperti apakah yang tepat untuk

diambil, utamanya dalam lingkup SDM agar tepat dalam pelaksanaan semua

program yang telah ditetapkan sebagai sarana untuk mencapai tujuan awal

yang telah ditetapkan dalam tahap perencanaan.

2. Organizing

Pengertian organizing menurut Moh (2009) adalah dengan tahap

organizing dapat untuk mengelompokkan kegiatan yang diperlukan, yaitu

penetapan susunan organisasi beserta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit

yang ada dalam organisasi juga perlu untuk menetapkan kedudukan dan

hubungan antara masing-masing unit tersebut agar diperoleh sinergi satu

sama lainnya. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan

sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan

orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggungjawab

masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan

berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Organizing adalah suatu bentuk kerja sama antara SDM yang terjadi secara

terstruktur dalam mencapai sasaran tertentu atau sejumlah sasaran. Dimana

(26)

kebutuhan sesuai dengan perencanaan awal maka diperlukan struktur

kerjasama SDM untuk melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan.

Dalam melaksanakan suatu perencanaan akan suatu kegiatan atau

upaya tersebut maka diperlukan pengorganisasian untuk menentukan bagian

atau unit yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tersebut, dimana

tiap-tiap unsur tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing

dalam kegiatan secara keseluruhan.

3. Actuating

Setelah melalui tahap perencanaan dan pengorganisasian yang tepat

maka perlu diikuti dengan pelaksanaan kerja. Hal ini dapat dilakukan setelah

struktur SDM telah tersusun, maka kegiatan dilaksanakan sesuai dengan

tugas masing-masing dengan berpedoman pada arah yang telah ditetapkan

pada tahap perencanaan sebelumnya. Untuk itu dibutuhkan kerja keras, kerja

cerdas dan kerjasama. Pengoptimalan sumber daya manusia yang ada

diperlukan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi.

Pelaksanaan kerja perlu sejalan dengan rencana kerja yang telah disusun

pada tahap sebelumnya. SDM yang ada harus bekerja sesuai dengan tugas,

fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing untuk mencapai

visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan, Wawan

(2009).

(27)

Selama pelaksanan program tersebut tentunya akan ditemui

berbagai situasi dan kondisi yang dapat mempengaruhi proses pencapaian

tujuan dari kegiatan tersebut, maka dalam situasi tersebut diperlukan proses

manajemen berikutnya yaitu proses controlling atau pengawasan. Dalam

menjaga agar pekerjaan berjalan sesuai dengan visi, misi, aturan dan

program kerja maka dibutuhkan tahap pengontrolan. Baik dalam bentuk

supervisi, pengawasan, inspeksi hingga audit. Poin terpenting dari tahap

pengawasan ini adalah bagaimana mengetahui penyimpangan-penyimpangan

yang terjadi pada suatu proses kerja sejak dini. Hal ini bertujuan untuk

melakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan

situasi dan kondisi sehingga mampu menyesuaikan dengan permasalahan

yang muncul atau perubahan yang terjadi.

Controlling atau pengawasan, merupakan fungsi manajemen dalam

bentuk memberikan penilaian, sehingga mampu melihat perlunya suatu

koreksi terhadap arah dari proses yang dilakukan. Apakah suatu proses telah

berjalan ke arah yang benar, sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah

ditetapkan atau telah menuju ke arah yang tidak sesuai dengan tujuan

tersebut. Dengan pengawasan yang tepat maka jalannya suatu proses

pencapaian tujuan melalui program-program yang telah dibuat sebelumnya

akan tetap sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan di awal, sehingga

mengurangi tidak tercapainya tujuan karena proses berjalan tidak sesuai

(28)

efektifitas dalam pencapaian tujuan akan tercapai dengan penggunaan

sumber daya secara efisien.

Pengelolaan SDM memiliki proses seperti yang dikemukakan Hani

(2000) yaitu :

1. Rekruitmen

Dalam manajemen SDM pada awalnya didasari oleh proses

perencanaan SDM yang dibutuhkan dalam melaksanakan operasional unit

kerja. Perencaaan kebutuhan SDM tersebut beserta spesifikasi pendidikan

yang dibutuhkan dan kompetensi yang tepat. Perencanaan akan jenis

pekerjaan yang dibutuhkan pada tiap-tiap unit kerja akan menentukan jenis

pekerjaan yang akan dilaksanakan dan menentukan kebutuhan SDM pada

tiap-tiap unit kerja tersebut, sehingga spesifikasi serta jumlah optimal yang

dibutuhkan pada tiap unit kerja tersebut akan diketahui. Setelah perencanaan

diwujudkan melalui jumlah serta kualifikasi SDM yang dibutuhkan

ditetapkan, maka rekruitmen adalah langkah untuk memperoleh SDM yang

dibutuhkan tersebut. Spesifikasi SDM yang tepat akan menghasilkan

tepatnya sasaran yang dikehendaki untuk dicapai.

Rekruitmen adalah suatu proses pencarian calon karyawan yang

mampu melamar karyawan, Hani (2000: 69). Rekruitmen adalah upaya

untuk memperoleh calon karyawan yang sesuai dengan spesifikasi yang

(29)

dilakukan sebelumnya. Dengan demikian dapat dipahami akan arti

pentingnya suatu perencanaan dalam rekruitmen.

Perencanaan SDM mempunyai manfaat yang penting bagi proses

rekruitmen, Sondang (2001: 44) menyebutkan manfaat perencanaan SDM

antara lain adalah :

a. Organisasi dapat memanfaatkan SDM yang ada dengan lebih baik

dengan mengetahui kekuatan dan kemampuan yang dimiliki.

b. Dengan perencanaan yang matang, dapat meningkatkan produktifitas

kerja dari SDM yang ada melalui peningkatan disiplin dan ketrampilan.

c. Dengan perencanaan yang tepat akan diketahui kebutuhan akan tenaga

kerja pada waktu yang akan datang.

d. Dapat memberikan penanganan informasi ketenagakerjaan pada

berbagai hal.

e. Dalam perencanaan akan terdapat penelitian secara menyeluruh

mengenai SDM.

f. Rencana SDM yang matang akan menjadi dasar penyusunan program

kerja suatu organisasi.

Pada Pemerintah Daerah, perencanaan pegawai disebut Formasi

Pegawai Negeri Sipil. Formasi ini digunakan untuk menetapkan jabatan apa

saja yang dibutuhkan dalam rekruitmen Calon Pegawai Negeri Sipil. Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang Perubahan atas

(30)

Negeri Sipil disebutkan bahwa Formasi Pegawai Negeri Sipil yang

selanjutnya disebut dengan formasi adalah jumlah dan susunan pangkat

Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi negara

untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu.

Setelah formasi disusun oleh Pemerintah Daerah maka langkah

berikutnya adalah mengirimkan formasi tersebut kepada Kementrian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk disahkan

dengan pertimbangan dari kepala Badan Kepegawaian Negara. Hal ini

seperti tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang

Formasi Pegawai Negeri Sipil Pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan bahwa

Formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk masing-masing satuan

organisasi Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota setiap tahun

anggaran ditetapkan oleh Kepala Daerah masing-masing setelah mendapat

persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang

pendayagunaan aparatur negara, berdasarkan pertimbangan dari Kepala

Badan Kepegawaian Negara.

Sumber-sumber dalam rekruitmen ada beberapa macam, Sondang

(2001: 112) menyebutkan bahwa rekruitmen diperoleh dari beberapa sumber

(31)

a. Pelamar langsung

b. Lamaran tertulis

c. Lamaran dari informasi orang dalam

d. Iklan

e. Instansi pemerintahan

f. Perusahaan penempatan tenaga kerja.

g. Perusahaan pencari kerja profesional

h. Lembaga pendidikan

i. Organisasi profesi

j. Serikat kerja

k. Balai latihan kerja milik pemerintah

Pada unit pemerintahan terdapat acuan bagi pelaksanaan segala

kegiatan, baik berupa Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah. Juga

terdapat petunjuk pelaksnaan yang lebih terperinci yang disebut Petunjuk

Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan, yang dibuat berdasarkan aturan-aturan

yang mendukung permasalahan terkait. Dalam rekuitmen SDM terdapat

mekanisme yang telah ditentukan yaitu melalui proses penerimaan CPNS,

yang dapat diambil dari pelamar umum maupun tenaga honorer yang telah

ada di Pemerintah Daerah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil pasal 1 disebutkan bahwa pengertian

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah kegiatan untuk mengisi formasi

(32)

melalui proses Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Penerimaan CPNS tersebut

ditujukan pada pelamar yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang

dibutuhkan dan syarat yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil pasal 6.

Dari sini tampak adanya penerapan dari prinsip-prinsip yang telah

disebutkan yaitu proses perencanaan dan rekruitmen. Proses perencanaan

dilakukan dengan mengadakan analisis jabatan, sedangkan rekruitmen

dilakukan dengan menerima pelamar umum serta dari karyawan dalam atau

tenaga honorer.

Proses rekruitmen menjadi kebijakan dari Pemerintah Daerah untuk

mendapatkan SDM dengan kualitas dan spesifikasi yang dibutuhkan. Proses

rekruitmen ini dapat dilaksanakan atau tidak itu merupakan kebijakan

masing-masing daerah, karena hal ini terkait dengan biaya yang akan

dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dalam proses pelaksanaan rekruitmen

tersebut.

2. Seleksi

Seleksi adalah proses untuk menentukan pelamar yang sesuai

dengan apa yang dibutuhkan organisasi atau pemerintah daerah untuk

memenuhi kebutuhan jabatan yang telah dianalisis sebelumnya. Menurut

Hani (2000: 85) proses seleksi adalah rangkaian langkah dimana

(33)

kebutuhan organisasi dengan pelamar yang ada. Sondang (2001: 131)

mengemukakan bahwa Proses seleksi memiliki proses spesifik yang diambil

untuk memutuskan pelamar yang mana yang akan diterima dengan

menyesuaikan dengan kebutuhan SDM yang ada.

Seleksi memiliki beberapa tahapan untuk mendapatkan keputusan

pemilihan dalam Hani (2000: 88) antara lain :

a. Penerimaan pelamar

b. Tes tes

c. Wawancara

d. Pemeriksaan referensi

e. Evaluasi medis

f. Wawancara penyelia

g. Keputusan penerimaan

Pada pemerintah daerah seleksi pegawai yang dibutuhkan

dilaksanakan melalui proses Penerimaan CPNS dimana melalui Seleksi

Penerimaan CPNS tersebut, pelamar akan disesuaikan dengan formasi yang

telah direncanakan sebelumnya dengan syarat serta kualifikasi yang telah

ditetapkan sebelum menyampaikan lamaran mereka. Melalui Seleksi

Penerimaan CPNS diharapkan akan diperoleh calon pegawai yang

dibutuhkan.

Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang

(34)

Negeri Sipil dilakukan mulai perencanaan, pengumuman, pelamaran,

penyaringan, pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil sampai dengan

pengangkatan Pegawai Negeri Sipil. Dengan pengertian tersebut maka

proses seleksi dilaksanakan melalui proses Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.

3. Pengembangan

Setelah SDM yang diperlukan didapat melalui proses seleksi, maka

untuk mengawali proses kerja mereka perlu ada proses orientasi. Proses ini

berguna untuk memperkenalkan karyawan-karyawan baru tersebut pada

peranan, kedudukan serta tugas mereka dengan organisasi atau karyawan

lainnya (Hani, 2000: 104). Proses orientasi ini juga berfungsi untuk

mengurangi pegawai baru yang berhenti. Sondang (2001: 156) menyatakan

bahwa dengan proses pengenalan maka jumlah karyawan baru yang minta

berhenti akan dapat dikurangi.

Setelah proses orientasi dilewati kadang karyawan masih belum

mampu untuk melaksanakan tugas dengan baik, maka akan diperlukan

proses pengembangan pegawai. Meskipun telah melaksanakan orientasi,

karyawan memerlukan latihan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.

Latihan tersebut juga dapat diberikan kepada karyawan-karyawan lama

untuk merubah kebiasaan jelek dan pola kerja yang kurang sesuai (Hani,

(35)

Sondang (2001: 183) menyebutkan bahwa program pelatihan dan

pengembangan memiliki manfaat sebagai berikut :

a. Pengingkatan produktifitas dengan peningkatan kecermatan dalam

melaksanakan tugas, kerjasama yang baik, lancarnya koordinasi dan

kesempatan bawahan untuk berpikir inovatif.

b. Hubungan atasan dan bawahan terjalin serasi dengan pendelegasian

wewenang baik teknikal maupun intelektual.

c. Proses pengambilan keputusan diambil lebih cepat karena melibatkan

pegawai yang bertanggung jawab secara operasional.

d. Meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja.

e. Mendorong keterbukaan manajemen dengan gaya manajerial

partisipatif.

f. Meningkatkan komunikasi yang efektif menuju perumusan kebijakan

yang lebih baik.

g. Meningkatkan rasa persatuan dengan penyelesaian konflik secara

fungsional.

Dengan proses pengembangan ini maka akan didapat kualitas SDM

yang sesuai dengan kebutuhan dari proses pelaksanaan kegiatan Pemerintah

Daerah. Sondang (2001: 187-191) menyebutkan bahwa proses

(36)

a. Analisis Kebutuhan

Pemerintahan mengadakan analisis pada masalah masalah apa

saja yang dihadapi. Setelah mengetahui masalah yang dihadapi maka

akan diketahui kebutuhan pendidikan, pelatihan atau pengembangan

seperti apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Selain

masalah-masalah yang ada saat ini, juga harus dianalisis mengenai

masalah dan tantangan seperti apa yang mungkin akan terjadi di masa

yang akan datang.

Ada beberapa pihak yang terlibat dalam melakukan analisis

kebutuhan tersebut. Pihak yang terlibat tersebut adalah Satuan Kerja

yang mengelola SDM tersebut, manajerial dari satuan kerja, para

pegawai tersebut.

b. Sasaran

Setelah menganalisis kebutuhan pelatihan yang dibutuhkan

oleh pemerintah, maka perlu untuk ditetapkan sasaran yang akan dituju

setelah proses pelatihan atau pelaksanaan program pengembangan

kemampuan dilaksanakan, sehingga dapat dijadikan tolok ukur dalam

menentukan kesesuaian pencapaian tujuan dari apa yang telah

direncanakan. Juga dapat untuk dijadikan sebagai bahan untuk

menentukan tindakan apa yang akan dilakukan pada program tersebut

(37)

Dengan sasaran tersebut maka akan dapat ditentukan kondisi

yang diinginkan serta dapat menjadikan sebagai standar prestasi kerja

individual dan efektifitas pelaksanaan program (Hani, 2000: 109).

c. Program

Jika telah ditentukan sasaran yang akan dituju maka langkah

berikutnya adalah penentuan program dari pengembangan SDM yang

akan dilakukan. Program tersebut perlu untuk ditinjau relevansinya

dengan tujuan pemerintah, sehingga semua kebutuhan satuan kerja dapat

terakomodir dengan pelaksanaan program pengembangan tersebut.

Kepentingan yang harus dipenuhi adalah kepentingan unit kerja

yang akan tercermin pada peningkatan kinerja satuan organisasi dalam

mencapai tujuannya. Kepentingan berikutnya yang juga harus terpenuhi

adalah kepentingan pegawai tersebut, yang jika tidak terpenuhi maka

akan mengurangi motivasi dalam mengikuti program pengembangan

atau pelaksanaan tugas mereka.

d. Prinsip-prinsip belajar

Prinsip-prinsip tersebut adalah bahwa pogram pengembangan

bersifat partisipatif, relevan, pengulangan dan pemindahan pengetahuan,

serta adanya umpan balik dari peserta pelatihan. Dengan makin

terpenuhinya prinsip tersebut maka akan semakin efektif pelaksanaan

(38)

Dalam pelaksanaan tahapan pengembangan pada Pemerintah

Daerah dapat diwujudkan dengan pelaksanaan berbagai pendidikan dan

pelatihan, seperti :

a. Masa Orientasi Pegawai

Dalam tahap ini orientasi awal dilaksanakan bagi Calon

Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk yang sesuai

dengan kebijakan masing-masing daerah. Sebagai contoh adalah yang

dilaksanakan pada Pemerintah Kabupaten Madiun yang dinyatakan

dalam Keputusan Bupati Madiun Nomor 188.45/320/KPTS/402.031/

2010 tentang Masa Orientasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Untuk

Formasi Umum Pemerintah Kabupaten Madiun Tahun 2010 bahwa

Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk Formasi Umum harus

mengikuti masa orientasi sebelum yang bersangkutan diangkat sebagai

Pegawai Negeri Sipil.

Masa Orientasi ini adalah pelaksanaan pendidikan dasar materi

Kepegawaian Umum bertempat di Gedung Diklat dan dilanjutkan

kegiatan lapangan di desa-desa untuk mendukung misi “Pengentasan

Kemiskinan” Kabupaten Madiun. Di daerah lain juga terdapat

pelaksanaan orientasi yang dapat berupa pelaksanaan pendidikan materi

(39)

Setelah masa orientasi awal bagi CPNS tersebut dilaksanakan

Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan bagi Calon PNS yang baru

diterima.

b. Pendidikan Pelatihan Pegawai

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101

Tahun 2000 tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri

Sipil pasal 4 disebutkan jenis Diklat sebagai berikut :

1) Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan

Diklat Prajabatan wajib untuk diikuti oleh semua CPNS.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun

2000 tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil

pasal 7 disebutkan bahwa Diklat Prajabatan dilaksanakan untuk

memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan

kebangsaan,keperibadian dan etika PNS, disamping pengetahuan

dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang

tugas, dan budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas

dan perannya sebagai pelayan masyarakat. Dalam pasal 5 disebutkan

jenis-jenis Diklat prajabatan terdiri dari :

a) Diklat Prajabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I;

b) Diklat Prajabatan Golongan II untuk menjadi PNS Golongan II;

(40)

2) Pendidikan dan Pelatihan Dalam Jabatan

a) Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan

Bagi PNS yang akan atau telah menduduki suatu jabatan

struktural dan telah memenuhi persyaratan maka diberikan

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan. Dengan perencanaan

karier yang tepat maka jenjang karir pegawai dapat disusun

dengan tepat sesuai kebutuhan dari pemerintah tersebut.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

101 Tahun 2000 tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan

Pegawai Negeri Sipil pasal 9 disebutkan bahwa Diklat

kepemimpinan yang selanjutnya disebut Diklatpim dilaksanakan

untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur

pemerintah yang sesuai dengan jenjang jabatan struktural. Dalam

Pasal 10 disebutkan Diklatpim terdiri dari :

(1) Diklatpim Tingkat IV adalah Diklatpim untuk Jabatan

Struktural Eselon IV.

(2) Diklatpim Tingkat III adalah Diklatpim untuk Jabatan

Struktural Eselon III.

(3) Diklatpim Tingkat II adalah Diklatpim untuk Jabatan

Struktural Eselon II.

(41)

b) Pendidikan Pelatihan Fungsional

Diklat Fungsional diikuti oleh Peserta yang akan atau

telah menduduki Jabatan Fungsional tertentu. Dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang

Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil pasal 11

disebutkan bahwa Diklat Fungsional dilaksanakan untuk mencapai

persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang

Jabatan Fungsional masing-masing.

c) Pendidikan Pelatihan Teknis

Diklat Pelatihan Teknis diikuti oleh PNS yang

membutuhkan peningkatan kompetensi teknis dalam pelaksanaan

tugasnya. Pada pasal 12 dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan

Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil disebutkan Diklat Teknis

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang

diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS.

Pada bidang tertentu diperlukan pendidikan dan pelatihan

tertentu yang disesuaikan dengan bidang masing-masing unit

kerja. Seperti Pendidikan dan Pelatihan Pengadaan Barang dan

Jasa bagi PNS yang terkait dengan Pengadaan Barang dan Jasa,

atau Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan Publik bagi Unit

(42)

3) Workshop dan Seminar

Pendidikan dan Pelatihan yang tidak termasuk pendidikan

kepemimpinan, fungsional maupun teknis dilaksanakan melalui

workshop atau seminar. Salah satu contoh workshop yang dilakukan

Pemerintah Kabuapten Madiun adalah adalah Pelaksanaan Pelatihan

ESQ, dimana pelatihan semacam ini dilakukan untuk membentuk

mental spiritual PNS.

4. Pemeliharaan

SDM yang telah didapat perlu untuk dilakukan proses pemeliharaan

agar karyawan terebut dapat bekerja sesuai dengan rencana awal satuan

kerja. Pemeliharaan tersebut dapat berupa kompensasi atau layanan

karyawan lainnya yang diberikan oleh satuan kerja pada SDM yang ada di

unit mereka.

Kompensasi adalah imbalan yang diberikan pada karyawan sebagai

penghargaan atas hasil kerja mereka yang diberikan oleh unit kerja.

Kompensasi memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :

a. Berupaya untuk memperoleh SDM yang berkualitas dengan imbalan

kompensasi yang sesuai

b. Mempertahankan karyawan yang ada dengan memberikan kompensasi

(43)

c. Menjamin keadilan serta konsestensi internal dalam penentuan

kompenssi yang tepat

d. Mendorong perilaku dan etos kerja yang baik

e. Mengendalikan biaya dengan upaya untuk mendapatkan karyawan dan

mempertahankan karyawan dengan biaya yang ideal

f. Memenuhi legalitas administrasi.

Selain kompensasi secara materi juga ada kompensasi secara

immateri seperti layanan-layanan yang diberikan pada karyawan. Layanan

tersebut dapat berupa layanan kesehatan, fasilitas perumahan atau konseling

finansial dan layanan-layanan lainnya.

5. Penggunaan

a. Perencanaan karier

Dalam penggunaan SDM yang telah didapatkan melalui

rekruitmen maka perlu adanya perencanaan karier yang tepat. Hal ini

dilakukan agar karyawan bisa memanfaatkan kesempatan karier dan

personalia dapat melakukan penyusunan staf dengan lebih efisien dan

efektif. Perencanaan karier dapat berupa perencanaan jangka panjang

mengenai suatu jabatan dan arah jabatan tersebut di masa yang akan

(44)

b. Audit personalia

Audit personalia adalah upaya untuk mengevaluasi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan personalia pada suatu unit kerja. Menurut Hani

(2000) audit personalia adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan di

suatu organisasi untuk kegiatan personalia yang mencakup suatu

departemen atau perusahaan secara keseluruhan, untuk mendapatkan

umpan balik tentang fungsi personalia bagi manajer operasional dan

departemen personalia.

C. Kualitas SDM PNS

Syaiful (2002: 61) mengemukakan bahwa Kualitas SDM pada aparatur

pemerintahan dapat dilihat melalui indikator sebagai berikut :

1. Dimensi tingkat pengetahuan yang dimiliki dalam melaksanakan tugas,

indikatornya adalah :

- Pendidikan formal terakhir

- Pengalaman kerja yang dimiliki

2. Dimensi sikap dalam pelaksanaan tugas, indikatornya adalah :

- Kejujuran dalam melaksanakan tugas

- Kedisiplinan dalam melaksanakan tugas

3. Dimensi keterampilan dalam pelaksanaan tugas, indikatornya adalah :

- Kesetaraan kursus

(45)

Penjelasan masing-masing indikator tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan

Ki Hajar Dewantoro dalam Wardiah (2008: 5) berpendapat bahwa

pendidikan bertujuan untuk membentuk serta meningkatkan kemampuan

manusia yang mencakup cita, rasa dan karsa, dimana ketiga kemampuan

tersebut harus dikembangkan secara bersama-sama secara seimbang untuk

membentuk manusia seutuhnya.

Pendidikan memainkan peran penting dalam mempersiapkan SDM

yang berkualitas dan kompetitif (Gunadarma, 2010). Pendidikan akan

memberikan pengetahuan yang diperlukan SDM. Pengetahuan juga dapat

diperoleh melalui sarana selain pendidikan seperti pengalaman yang diperoleh

selama menjalankan tugas atau pekerjaan. Pentingnya kualitas sumber daya

manusia (SDM) perlu ditekankan sebagai respon dalam menyikapi perubahan

yang ada, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk peningkatan dan

pengambangan SDM. Peranan ilmu pengetahuan menjadi makin penting

seiring dengan perubahan yang terjadi, karena hanya dengan pengetahuan

semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Gunadarma (2010)

menyebutkan aset pengetahuan pada manusia mencakup :

a. Pengalaman Pegawai

b. Keterampilan pegawai

(46)

Menurut Davenport dalam Gunadarma (2010) Pengetahuan

merupakan perpaduan dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan

kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan

pengalaman dan informasi baru. Pengetahuan berbeda dengan informasi.

Informasi akan menjadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti

pembandingan, konsekuensi, penghubungan, dan perbincangan. Pengetahuan

dibagi ke dalam empat jenis yaitu :

a. Pengetahuan tentang sesuatu.

b. Pengetahuan tentang mengerjakan sesuatu.

c. Pengetahuan menjadi diri sendiri.

d. Pengetahuan tentang cara bekerja dengan orang lain.

Sedang tingkatan pengetahuan dapat dibagi tiga yaitu :

a. Mengetahui bagaimana melaksanakan.

b. Mengetahuai bagaimana memperbaiki.

c. Mengetahui bagaimana mengintegrasikan, Gunadarma (2010)

Hellriegel dan Slocum dalam Wardiah (2008) menyatakan bahwa staf

perlu diberikan pengembangan dengan cara memberikan pendidikan tambahan

yang akan mendukung serta menambah kemampuan staf, juga dengan

melakukan pembimbingan, rotasi kerja, rapat evaluasi ataupun problem

solving cycle, guna meningkatkan kinerja yang akan dihasilkan.

(47)

adalah akumulasi dari pengetahuan yang timbul melalui proses adaptasi dan

akumulasi dalam menjalankan sesuatu, sehingga menjadi kristalisasi

pengetahuan (Krafft dalam Widodo, 2009). Pengalaman juga merupakan aset

stratejik yang berpengaruh dalam kinerja sumber daya manusia (Rajagopalan

dalam Widodo, 2009). Dengan pemaksimalan perilaku dan pengalaman akan

memberikan pengaruh dalam upaya peningkatan kinerja (Jaramillo dalam

Widodo, 2009).

2. Sikap

Sikap adalah kelompok keyakinan atau perasaan yang melekat pada

objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut

dengan cara tertentu (Calhoun dan Acocela dalam Dewi, 2007: 25). Krech,

crutchfield dan ballachey dalam Dewi (2007: 25) menyatakan ada tiga

komponen dalam sikap yaitu

a. Komponen Kognitif

Komponen kognitif adalah kepercayaan seseorang terhadap obyek sikap.

b. Komponen Perasaan

Komponen perasaan menunjukkan emosionalitas terhadap objek, serta

terdapat manifestasi fisiologis yang dapat diukur secara eksperimen.

c. Kecenderungan tindakan

Kecenderungan tindakan adalah kecenderungan tindak seseorang baik

(48)

Djamil (2002: 61) menyatakan bahwa indikator pelaksanaan tugas

adalah melalui kejujuran dan disiplin. Berikut pengertian dari kejujuran dan

disiplin.

a. Kejujuran

Menurut Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian

jujur adalah lurus hati, tidak berbohong berkata apa adanya, tidak curang.

Kejujuran dalam pekerjaan adalah pelaksanaan pekerjaan dengan tidak

melanggar peraturan, tidak bohong dalam melaksanakan tugastugasnya

dan apa adanya dalam melaksanakan dan melaporkan hasil tugas.

b. Disiplin

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam Harning

(2005: 15) menyebutkan bahwa disiplin dapat dipahami dalam kaitannya

dengan :

1) Latihan yang memperkuat dalam upaya untuk menghasilkan

pengendalian diri dan kebiasaan patuh.

2) Pelaksanaan koreksi serta sanksi dalam pelaksanaan tata tertib. Bagi

lembaga yang telah memiliki tata tertib yang baik maka peraturan

dapat dilaksanakan dengan baik, karena jika ada pelanggaran yang

terjadi akan ditindak lanjtui dengan koreksi dari kesalahan atau

pemberian sanksi.

(49)

4) Adanya sistem tata laku yang mengikat suatu kelompok masyarakat.

Peraturan yang ada dibuat untuk mengatur hubungan masyarakat

yang ada.

Menurut Gerakan Disiplin Nasional dalam Harning (2005: 17)

menyatakan bahwa disiplin adalah suatu alat guna menciptakan perilaku

dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai kelompok

masyarakat. Disiplin berarti hukuman atau sanksi yang berbobot

mengatur dan mengendalikan perilaku. Disiplin juga merupakan upaya

mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam

mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata

tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam

hatinya (Rachman dalam Harning, 2005: 18). Disiplin adalah suatu

kondisi yang tercipta dan terbentuk dari proses dari serangkaian perilaku

yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan

dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku

dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui

keluarga, pendidikan dan pengalaman (Soegeng dalam Harning, 2005:

18).

Menurut Tulus dalam Harning (2005: 20) unsur-unsur disiplin

adalah :

(50)

2) Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul karena adanya kesadaran

bahwa suatu hal tersebut berguna bagi kebaikan dan keberhasilan

dirinya. Disiplin dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan,

paksaan dan dorongan dari luar dirinya.

3) Sebagai alat pendidikan yang bertujuan untuk mempengaruhi,

mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan

nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4) Hukuman atau sanksi diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang

berlaku guna mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki

tingkah laku.

5) Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman.

Tulus dalam Harning (2005: 22) menyebutkan fungsi disiplin

adalah :

1) Menata Kehidupan Bersama

Fungsi disiplin adalah guna mengatur tata kehidupan manusia

sehingga hubungan antara individu satu dengan yang lain menjadi

baik dan lancar.

2) Membangun Kepribadian

Lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap

(51)

3) Melatih Kepribadian

Proses untuk membentuk kepribadian yang baik dan disiplin

dilakukan melalui latihan.

4) Pemaksaan

Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat, dan

bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya, disiplin

dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar.

5) Hukuman

Ancaman sanksi/hukuman penting dalam memberi dorongan dan

kekuatan bagi untuk mentati peraturan.

6) Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Implementasi suatu diisplin pada peraturan akan menciptakan

lingkungan yang kondusif.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dalam pasal 1 ayat 1

menyebutkan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai

Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan

kedinasan, yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman

disiplin. PNS wajib mentaati peraturan dan prosedur yang ada serta tidak

(52)

3. Keterampilan

Keterampilan sebagai nilai tambah bagi kemampuan SDM untuk

meningkatkan kualitas kinerja yang dihasilkan. Keterampilan PNS dalam

memberikan hasil kinerja yang optimal didukung oleh pelatihan-pelatihan

yang telah diikuti baik itu sebelum menjadi PNS maupun setelah menjadi

PNS.

Pelatihan yang dapat diterima oleh PNS sebelum menjadi PNS

antara lain adalah Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang memberikan

dasar keterampilan sebagai PNS. Dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan

Pegawai Negeri Sipil pasal 7 disebutkan bahwa Diklat Prajabatan

dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan

wawasan kebangsaan, keperibadian dan etika PNS, disamping pengetahuan

dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan

budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan perannya sebagai

pelayan masyarakat.

Pendidikan dan pelatihan bagi PNS antara lain adalah Diklat

Kepemimpinan untuk PNS yang akan atau telah menjabat akan suatu jabatan

tugas tertentu, Diklat Fungsional yang bertujuan untuk memberikan

kompetensi akan suatu jabatan fungsi tertentu dan Diklat Pelatihan Teknis

(53)

Dalam penulisan penelitian ini Kualitas Sumber Daya Manusia PNS di

Pemerintah Kabupaten Madiun ditentukan melalui indikator sebagai berikut :

1) Dimensi Pengetahuan yang dimiliki PNS, indikatornya adalah :

- Pendidikan Formal

- Pengalaman Kerja

2) Dimensi Sikap PNS, indikatornya adalah :

- Kejujuran dalam pelaksanaan tugas

- Disiplin dalam pelaksanaan tugas

3) Dimensi Ketrampilan yang dimiliki PNS, indikatornya adalah :

- Pelatihan yang telah diikuti

D. Kinerja Pemerintahan

Pemerintahan dalam melaksanakan tugas-tugasnya berdasarkan pada

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. dalam perundangan tersebut diatur mengenai pelaksanaan

Otonomi Daerah yang tepat, maka diperlukan pengukuran kinerja yang berdasar

pada pelaksanaan Pemerintahan dalam Otonomi Daerah tersebut.

Kinerja SDM merupakan isilah yang berasal dari kata Job Performance

atau Actual Performance adalah prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang

dicapai seseorang. Definisi kinerja karyawan menurut Mangkunegara dalam

(54)

tenaga kerja per satuan waktu dan produktifitas sering dihubungkan dengan

output, efisiensi dan efektifitas. Mangkunegara dalam Sutisna (2010)

mengartikan kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Yasnimar (2004: 10)

menyatakan bahwa Kinerja adalah penampilan hasil karya SDM dalam suatu

organisasi. Kinerja tersebut dapat merupakan penampilan individu maupun

kelompok kerja SDM, tidak hanya yang memangku jabatan fungsional maupun

struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran SDM di dalam suatu

organisasi. Seymour dalam Widodo (2009) menyebutkan bahwa menurut kinerja

merupakan tindakan-tindakan sebagai pelaksanaan tugas yang terukur,

sedangkan menurut Byars dalam widodo (2009) kinerja adalah derajat

penyelesaian tugas yang menyertai pekerjaan seseorang dan merefleksikan

pemenuhan permintaan pekerjaan tersebut oleh pihak yang melaksanakan, berupa

hasil kualitatif dan kuantitatif. Kinerja pemerintah didefinisikan sebagai hasil

berupa kualitas dan kuantitas yang dicapai Pemerintah dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang dimiliki.

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya SDM dalam suatu

organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakekatnya penilaian kinerja

sebagai wujud evaluasi dari penampilan kerja. Bila pelaksanaan pekerjaan sesuai

(55)

bawah uraian pekerjaan, berarti dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang

baik. Penilaian kinerja didefinisikan sebagai proses formal yang dilakukan untuk

mengevaluasi tingkat pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja pegawai dan

memberikan umpan balik untuk kesesuaian tingkat kinerja (Yasnimar, 2004: 10).

Kinerja Pemerintahan terkait dengan peran sebagai pelaku Administrasi

Pembangunan. Menurut Sondang (2001: 5) proses administasi pembangunan

adalah seluruh usaha yang dilakukan oleh suatu negara atau bangsa untuk

tumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam keseluruhan

segi kehidupan dan penghidupan Negara Bangsa yang bersangkutan dalam upaya

untuk mencapai tujuan akhirnya. Dalam proses administrasi pembangunan

pemerintah berfungsi untuk menjabarkan strategi pembangunan nasional menjadi

suatu rencana pembangunan, baik dalam kepentingan untuk jangka panjang,

menengah maupun pendek. Pemerintah juga harus meningkatkan kepedulian dan

partisipasi kelompok-kelompok masyarakat dengan cara meningkatkan iklim

yang kondusif bagi hal tersebut (Sondang, 2001: 49).

Pemerintah harus menjadi instrumen yang handal, tangguh dan

profesional untuk melaksanakan peranannya dalam melaksanakan keputusan elite

politik yang telah dirumuskan dan ditentukan. Maka dalam hal ini dapat

menggunakan indikator efektifitas Pelaksanaan Otonomi Daerah antara lain

perumusan masalah, pemilihan alternatif pelaksanaan tugas, kejelasan peraturan

daerah, kesesuaian pelaksanan pelayanan dan kesesuaian hasil pelayanan

(56)

kehandalan, ketangguhan serta profesionalisme pemerintah sebagai elite

adminsitrasi.

Pemerintah sangat berperan dalam pembangunan nasional. Peran

tersebut antara lain :

a. Peran sebagai Stabilisator

Pemerintah berperan sebagai stabilisator karena pada negara yang

terbelakang memiliki situasi politik, ekonomi, sosial budaya, juga

pertahanan dan keamanan yang labil. Dan Indonesia termasuk negara

berkembang yang tidak jauh dari kondisi tersebut.

b. Peran selaku Inovator

Pemerintah diharapkan mampu untuk menjadi sumber bagi hal-hal

baru dalam inovasi temuan, metode, sistem dan acra berpikir yang baru.

c. Peran selaku Modernisator

Dengan pembangunan pemerintah dapat mewujudkan negara yang

modern, dalam arti mandiri, kuat dan sederajat dengan negara lain. Hal ini

dapat dicapai dengan peningkatan kemampuan penguasan ilmu pengetahuan

dan tekonologi, manajerial, pengolahan sumber daya, pendidikan yang

handal, kukuhnya landasan politik demokratis, visi dan misi yang dituju.

d. Peran selaku Pelopor

Pemerintah harus mampu menerapkan inovasi dalam tubuh

Gambar

Tabel Crosstab Pengetahuan PNS dengan Kinerja Pemerintah ...............
Tabel Rekap Nilai Hasil Kuesioner ..............................................
Tabel 1.1 Data PNS Rincian per Jabatan di Kabupaten Madiun
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan konteks kebutuhan sosial tersebut, dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis akan melihat apakah perusahaan sudah memenuhi kebutuhan sosial terhadap karyawan yang

Se puoli, joka sanoo, että ilman tukea koko Euroopan talousjärjestelmä räjähtää käsiin ja siitä kärsivät nahoissaan myös suomalaiset?. Vai onko poliitikoista oikeassa se

Keberkesanan pelaksanaan polisi pemerkasaan guru bermaksud hasil yang diinginkan dalam pelaksanaan polisi pemerkasaan guru yang terdiri daripada enam dimensi boleh

Pada sampel tersebut dilakukan pengamatan dan pengukuran morfologi atau morfometri serta pengambilan darah dari vena ulnaris sebanyak 0,5 ml dengan menggunakan spuit yang telah diisi

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mendukung tercapainya Visi Kabupaten Pekalongan yaitu ” Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pekalongan yang

Penelitian yang akan dilakukan peneliti merupakan penelitian sintesa mengacu pada penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Nanda dan Siska (2015), yang menggunakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh intensitas mengikuti bimbingan keagamaan terhadap konsep diri positif santri di pondok pesantren Darul Ulum

Dalam perkara yang dijadikan objek penelitian ini yaitu penetapan pemberian dispensasi nikah dalam perkara penetapan nomor 0470/Pdt.P/2018/PA.Kab.Kdr, adalah