• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2001 sampai dengan September 2005. Pengamatan dan pengukuran morfologi (morfometri), pengamatan aktivitas harian dan gambaran darah empat subspesies beo dilakukan di Laboratorium Penangkaran Satwaliar, Fakultas Kehutanan IPB. Pemotretan eritrosit burung beo dilakukan di Lab. Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB sedangkan analisis biologi molekuler dilaksanakan di Laboratorium Genetik LIPI Cibinong dan di Laboratorium Biologi Molekuler Pusat Studi Ilmu Hayati dan Bioteknologi IPB.

Bahan dan Alat

Untuk sampel morfometri dan pemeriksaan gambaran darah burung digunakan sampel burung beo medan (n = 2), beo kalimantan (n = 3), beo nias (n = 8), beo flores (n=2), beo yang tidak diketahui asal usulnya (unknown) (n = 4), kode UK1, UK2, UK3, dan UK4, berasal dari pasar burung. Pada sampel tersebut dilakukan pengamatan dan pengukuran morfologi atau morfometri serta pengambilan darah dari vena ulnaris sebanyak 0,5 ml dengan menggunakan spuit yang telah diisi antikoagulan (EDTA 10%). Pengiriman sampel ke laboratorium dilakukan pada suhu dingin (± 4oC). Pemeriksaan eritrosit dilakukan dengan menggunakan hemositometer Neubaeur dan diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40x dan 100x, kemudian dilakukan pengambilan gambar menggunakan kamera Nikon. Pengamatan aktivitas harian burung beo dilakukan pada empat ekor burung beo yang masing-masing berasal dari Medan, Kalimantan, Nias dan Flores.

Sampel burung beo yang digunakan untuk analisis DNA berasal dari habitat aslinya yaitu dari Medan (n = 2, yaitu M1 dan M2), Kalimantan (n = 3, yaitu K1, K2, K3), P. Nias (n = 4, yaitu N1, N2, N3, N4) dan Flores

(2)

(n = 2, yaitu F1 dan F2) dan beo yang tidak diketahui asal usulnya (n = 4, yaitu UK1, UK2, UK3, dan UK4). Sebagai pembanding digunakan sampel dari Thailand yaitu beo populasi thailand utara (kode akses AF411342) dan beo populasi thailand selatan (kode akses AF465252) dari Genbank, runutan nukleotida ayam leghorn (Desjardins & Morais 1990), burung Pica

pica pica (Magpies, Famili Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode akses

AY701166), Pica pica jankowskii (Magpies, Famili Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode akses AY701167), Cyanopica cyanus interposita (Famili Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode akses AY701152). Sampel yang diambil adalah beo yang berusia dewasa, dan mewakili empat subspesies beo (G.r.religiosa, G.religiosa spp. dari Kalimantan, G.r.robusta dan

G.r.mertensi).

Metode Penelitian

Pengukuran Karakter Morfologi

Analisis morfometri dilakukan pada sampel beo yang tidak diketahui jenis kelaminnya, berusia dewasa dan berasal dari habitat alaminya yaitu dari Medan (n=2), Kalimantan (n=3), P.Nias (n=8) dan Flores (n=2)) serta yang tidak diketahui asal-usulnya (n=4). Analisis morfometri dilakukan dengan mengukur karakter morfologi secara kuantitatif dengan menggunakan kaliper, yang mempunyai ketelitian 0,001. Hasil pengukuran dibulatkan menjadi dua angka di belakang koma. Pengukuran dilakukan tiga kali ulangan dan diambil rata-ratanya. Pengukuran dibantu oleh dua orang untuk memegang burung beo. Sifat morfologi secara kuantitatif (morfometri) yang diukur adalah bobot badan, panjang tubuh, panjang sayap, lebar sayap, panjang paruh atas, panjang paruh bawah, tinggi paruh, panjang dan lebar cuping kuduk (kiri dan kanan), panjang tarsus, panjang ekor, jumlah bulu sayap primer, jumlah bulu sayap sekunder dan jumlah bulu ekor. Bobot badan ditimbang dengan menggunakan timbangan digital (Hitachi)dengan tingkat ketelitian 0,001 dan hasilnya dibulatkan menjadi dua angka di belakang koma.

(3)

Sedangkan secara kualitatif yang diamati adalah bentuk kepala, pola bulu kepala, warna bulu punggung, warna bulu ekor, warna paruh, bentuk paruh, warna tarsus, warna mata, bentuk cuping kuduk dan bentuk spot putih di sayap yang dikembangkan dan dilakukan pemotretan dengan menggunakan kamera Casio Lsd Digital Camera QV 3000 Ex 3.3 mega pixel.

Pengamatan Aktivitas Harian Beo di Penangkaran

Burung beo yang berasal dari Medan, Kalimantan, Nias dan Flores masing-masing satu ekor diamati aktivitas hariannya mulai dari jam 6.00 WIB sampai 18.00 WIB, selama dua hari berturut-turut secara bersamaan. Metode pencatatan yang digunakan adalah metode One zero sampling, yaitu dengan cara mencatat semua perilaku yang terjadi (setiap interval waktu lima menit) pada individu burung beo yang diamati. Jika suatu perilaku terjadi dalam interval waktu itu, maka perilaku tersebut diberi nilai 1 dan jika tidak terjadi diberi nilai 0. Setiap pengamatan diulang sebanyak dua kali, dan dibantu oleh empat orang asisten.

Aktivitas harian yang diamati adalah bersuara, memelihara diri

(Epilemetic behaviour yang berupa mandi, menyelisik bulu, menggeliat

dan membersihkan paruh) menjelajah (Investigate/Exploratory behaviour yang berupa mematuk-matuk, terbang dan meloncat), aktivitas makan/minum (Ingestive behaviour), aktivitas membuang kotoran

(Eliminative behaviour), dan aktivitas lain berupa diam dan melihat ke kiri

dan ke kanan. Pengamatan dilakukan oleh empat orang untuk setiap kandang (satu ekor beo penelitian). Untuk melihat ada tidaknya perbedaan perilaku dilakukan pengambilan film pada beo sampel M1, K3, N3, F1 dan F2 dengan menggunakan Handycam Sony (DCR-TRV 15E).

Kondisi kandang penangkaran berukuran lebar 1,50 m, panjang 2,50 m dan tinggi 3,00 m. Setiap kandang ditempatkan dua ekor burung beo. Pakan yang diberikan berupa buah pisang ( 150 g/ekor/hari) dan voer (100 gr/ekor/hari, merk Beauty (buatan Taiwan) yang mengandung vitamin A, C, D3, E, B1, B2, B6, B12, K3, Asam folat, Biotin, asam pantotenat

(4)

yang bersumber dari jagung, kacang kedelai, tepung ikan, minyak ikan, telur) dan diberi minum sekali sehari yang telah diberi vitamin (masing-masing 200 ml/ekor) pada pukul 07.00 wib. Pengambilan data dilakukan secara langsung. Burung beo yang diamati sudah mengalami adaptasi selama lebih dari lima tahun.

Analisis Gambaran Darah

Pengukuran kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Sahli, sedangkan nilai hematokrit menggunakan metode mikrohematokrit dan hasilnya dinyatakan dalam persen. Pengukuran kadar hemoglobin dan nilai hematokrit dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Penghitungan eritrosit dan leukosit dilakukan dengan menggunakan hemositometer Neubauer dan larutan Rees & Ecker sebagai larutan pengencernya. Penghitungan diferensisasi leukosit dilakukan pada preparat ulas darah yang diwarnai dengan Giemsa, dengan menggunakan mikroskop pembesaran 40x dan 100x (Nikon). Leukosit yang dihitung adalah granulosit (eosinofil, basofil dan heterofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit). Penghitungan dilakukan tiga kali ulangan. Dilakukan pemotretan pada preparat ulas darah dengan menggunakan kamera Nikon. Pada masing-masing sampel preparat ulas darah dilakukan pengukuran panjang dan lebar dari 10 eritrosit, serta panjang dan lebar inti eritrosit, dengan menggunakan skala (10 µ) kemudian dihitung rata-rata dan standar deviasinya.

Analisis Daerah D-loop DNA mitokondrion

Isolasi dan Purifikasi DNA

DNA diekstraksi dari darah yang diambil dari vena ulnaris. Sekitar 0,5 ml darah diisap ke dalam siring (sebelumnya telah diisi dengan larutan EDTA 10% sebagai antikoagulan) (Arctander 1988).

Isolasi DNA mengikuti Duryadi (1993). DNA total diekstraksi dari sampel darah dengan cara membuat suspensi antara darah (50-100 μl)

(5)

dengan larutan penyangga penglisis (0,32M sukrosa, 1% (v/v) Triton X-100, 5 mM MgCl2 dan 10 mM Tris-HCl, pH 7,4) sebanyak volume sampel. Setelah itu organel sel dalam larutan diendapkan dengan sentrifuse 6500 rpm selama 1 menit, lalu supernatan dibuang. Endapan yang terbentuk (eritrosit dan leukosit) ditambah dengan 1X volume larutan penyangga pembilas (75 mM NaCl, 50 mM EDTA, Tris-HCl, pH 8), dikocok dengan menggunakan tangan sebentar (±20 detik) kemudian dikocok dengan menggunakan vortex sampai endapan larut, lalu ditambah dengan larutan penyangga digesti (STES, 0,5 mg/ml Proteinase K) sebanyak 500 μl, dan digoyang dengan tangan. Kemudian diinkubasi dengan menggunakan penangas air pada suhu 55ْ C selama ± 16 jam.

Purifikasi DNA total mengikuti Sambrook et al. (1989) dimodifikasi Duryadi (1993). Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Ekstraksi pertama dilakukan dengan menambahkan fenol dan ekstraksi kedua dengan kloroform isoamil alkohol (24:1,CIAA). Sampel dari penangas air ditambah fenol 500 μl, digoyang dengan tangan sampai larutan tercampur merata selama 20 menit, kemudian disentrifuse pada 13 000 rpm selama 3 menit. Supernatan (fase atas) dipindahkan ke dalam tabung ependorf yang baru. Lalu ditambah kloroform isoamil alkohol (24:1, CIAA, 500 μl), dan digoyang dengan tangan sampai tercampur merata. Kemudian disentrifuse pada 13000 rpm selama 3 menit. Supernatan dipindahkan ke ependorf baru dan ditambahkan etanol absolut sebanyak dua kali volume sampel, dikocok sampai terbentuk endapan putih (DNA). Selanjutnya untuk mengendapkan DNA, larutan disentrifuse pada 13 000 rpm selama 5 menit (jika tidak terbentuk endapan putih, maka langkah selanjutnya tidak diteruskan). Etanol absolut dibuang, endapan putih DNA dalam tabung dicuci dengan menggunakan etanol 70% 1x volume dan disentrifuse pada 13 000 rpm selama 3 menit. Alkohol dibuang dan material putih (DNA) dikeringkan di suhu kamar. DNA dilarutkan dalam larutan TE (10 mM Tris-HCl, 1mM EDTA, pH 8) sebanyak 100 μl dan disentrifus 13000 rpm selama 1 menit. Selanjutnya DNA tersebut diinkubasi pada 37o C selama 15 menit dan kemudian disimpan di dalam

(6)

freezer suhu –20oC. DNA dilihat kualitasnya dengan dimigrasikan pada gel agarosa 1,2% dengan menggunakan buffer 1xTBE (89 mM Tris, 89mM asam borat dan 2mM EDTA, pH8) dalam alat Submarine Electrophoresis (Hoefer, USA). Pengamatan dilakukan dengan bantuan sinar UV (λ = 200-400 nm) setelah gel diwarnai dengan Ethidium Bromide (0,5 μg/ml).

Amplifikasi Fragmen DNA Menggunakan Metode PCR

DNA yang telah diekstraksi digunakan sebagai DNA cetakan untuk proses amplifikasi. Primer yang digunakan untuk mengamplifikasi sebagian daerah D-loop adalah primer F NDGE 5’ -CCA TAA CCA ACA ACC TGT CAAT-3’ dan Primer R (H417) 5’-AGT AGC TCG GTT CTC GTG AG-3’ (Kudan S 20 Juli 2004, komunikasi pribadi).

Amplifikasi fragmen DNA di daerah D-loop mitokondrion dilakukan dengan membuat 50μl campuran larutan yang terdiri dari Buffer (5 μl), MgCl2 (3μl), dNTPs (10mM/μl, 1 μl), primer F (20-100 pm/μl, 1 μl), primer R (20-100 pm/μl, 1 μl), Taq polymerase (1,25U, 0,25 μl, Bio lab), d.i.w. 36,75 μl dan DNA 2 μl (100-300 ng). Pencampuran dilakukan secara berurutan, kemudian disentrifuse sebentar (± 20 detik). Amplifikasi DNA pada penelitian ini menggunakan mesin GeneAmpRPCR system 2400 (Perkin Elmer). Kondisi PCR yang digunakan untuk amplifikasi sebagian daerah D-loop mtDNA beo adalah sebagai berikut: tahap pertama pra-PCR (denaturasi awal) pada suhu 94oC selama 3 menit, kemudian tahap kedua sebanyak 35 siklus dimulai dari denaturasi pada suhu 94oC selama 30 detik, selanjutnya pada suhu 54oC selama 1 menit untuk penempelan primer (annealing), kemudian 72oC selama 45 detik untuk untuk perpanjangan (elongation) dan diakhiri dengan extention pada suhu 72oC selama 5 menit.

Produk PCR dideteksi dengan cara dimigrasikan pada gel agarose 1,2% dengan menggunakan Buffer 1xTBE dalam alat Submarine

Electrophoresis (Hoefer, USA). Pengamatan dilakukan dengan bantuan

(7)

Sebagai penunjuk berat molekul digunakan penanda DNA berukuran 100

pb (DNA ladder Promega Cat # G2101).

Perunutan Nukleotida Daerah Kontrol D-loop Mitokondrion

Produk PCR hasil amplifikasi dimurnikan dengan menggunakan

DNA purification kit (Qiagen), selanjutnya konsentrasi DNA diukur dengan

menggunakan Spektrofotometer (Bio-Spectro Shimazu), setelah itu dilakukan cycle sequencing dengan melakukan reaksi PCR dengan menggunakan primer R H417 dengan reagent khusus untuk DNA

sequencing ( DIG Dye dari ABI). Kemudian hasil cycle sequencing

dipurifikasi dan didenaturasi (95°C, 4 menit). Setelah itu dilakukan perunutan DNA dengan menggunakan alat perunut otomatis ABI Prism versi 3100-Avant Genetic Analyzer (USA).

Analisis Data

Hasil pengukuran morfologi (morfometri), pengamatan aktivitas harian dan hasil penghitungan gambaran darah beo dianalisis dengan bantuan software SPSS yang berdasarkan Analisis Komponen Utama

(Principal Component Analysis). Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam

bentuk tabel dan gambar dendrogram.

Data hasil pengamatan perilaku harian burung beo diolah dengan menggunakan software SPSS, ditampilkan dalam bentuk diagram pie, dendrogram dan dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui alokasi waktu selama satu jam pengamatan untuk setiap perilaku burung beo yang terjadi, digunakan rumus :

Alokasi waktu (menit/jam)= a x 60 menit b

Keterangan :

a = frekuensi kejadian suatu perilaku selama satu jam pengamatan b = frekuensi kejadian seluruh perilaku yang teramati dalam satu jam pengamatan

(8)

Hipotesis :

H0 : tidak ada perbedaan perilaku antara burung beo ... ....dengan burung beo...

H1 : ada perbedaan perilaku antara burung beo... ....dengan burung beo...

k

Hipotesis diuji dengan menggunakan Uji X2 = ∑ (oi - ei)2 i=1 ei

Keterangan :

oi = nilai pengamatan perilaku burung beo ei = nilai harapan perilaku burung beo

ei= total kolom x total baris total pengamatan Kriteria uji :

Jika X2 hitung > X2 tabel, maka terima H1 Jika X2 hitung < X2 tabel, maka terima H0

Pada taraf nyata dengan derajat bebas (v) = (b-1) (k-1), dimana b dan k masing-masing menyatakan baris dan kolom.

Untuk analisis data hasil perunutan nukleotida sebagian daerah D-loop mtDNA diedit dengan bantuan software BioEdit, dan dilakukan pensejajaran berganda dengan bantuan Clustal W (Thomson et al. 1994). Sebagai pembanding digunakan fragmen DNA D-loop sampel beo dari Thailand Selatan (kode akses AF465252) dan Thailand Utara (kode akses AF411342) dan runutan nukleotida ayam leghorn (Desjardins & Morais 1990), Pica pica pica (Magpies, Famili Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode akses AY701166), Pica pica jankowskii (Magpies, Famili Corvidae,

(9)

Kryukov et al. 2004, kode akses AY701167), Cyanopica cyanus interposita (Famili Corvidae, Kryukov et al. 2004, kode akses AY701152). Analisis filogenetik dilakukan dengan bantuan software MEGA versi 3 (Kumar et al. 2001) dengan metode Neighbor–Joining (1000 kali pengulangan).

.

Referensi

Dokumen terkait

Penya yakit kit Dem Demam am Ber Berdar darah ah ata atau u Den Dengue gue Hem Hemorr orragi agik k Fev Fever er (DH (DHF) F) ial ialah ah penyakit yang disebabkan

Toba Surimi Industries telah menetapkan standar mutu terhadap bahan yang digunakan dan produk yang dihasilkan untuk dapat memberikan produk yang bermutu tinggi kepada

Pengumpulan data untuk penelitian ini adalah berupa tes hasil belajar kimia yang dilakukan pada akhir siklus, data hasil observasi aktivitas siswa selama proses

ditindaklanjuti Ruang Rapat Biro Organisasi Setda Provinsi Jawa Tengah, Gedung A Lantai 9 LS : SEKDA Prov... Gajah

Berdasarkan kedua pasal tersebut, pengendara kendaraan bermotor yang tidak memiliki SIM atau tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan SIM seharusnya mendapat sanksi pidana

Pandangan terhadap revolusi yang digambarkan oleh Orwell dalam novel ini merupakan suatu yang pesimistik, karena menurutnya sebuah revolusi yang dilakukan dengan cara

Sektor-sektor perdagangan terbesar yang berada di zona hijau adalah sektor consumer goods men- guat 1,02%, sektor keuangan menguat 0,81%, sektor perdagangan naik 0,77% dan

Kapal sebagai mode transportasi bagi rakyat Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, menjadikan kapal sebagai pilihan yang wajib untuk bepergian guna memenuhi kebutuhan sehari-hari