• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN PEKALONGAN

(2)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN PEKALONGAN

2012

DINAS KESEHATAN

KABUPATEN PEKALONGAN

2013

(3)

KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan merupakan sarana penyaji data dan informasi kesehatan serta yang berkaitan, yang menggambarkan status atau kondisi kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi, di wilayah Kabupaten Pekalongan dalam satu kurun waktu satu tahun dengan berbagai bentuk : tercetak dan digital (softcopy dan hardcopy). Profil Kesehatan sebagai “potret” saat ini dinilai dapat dipakai sebagai alat evaluasi disamping fungsinya sebagai pemantau kondisi Kesehatan Kabupaten Pekalongan.

Sebagai bentuk penyajian, data diupayakan lengkap, baik jenis dan cakupannya. Jenis data adalah data “facility based” dan “community based”. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2010 ini, menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan faktor-faktor terkait lainnya.

Data dan Informasi dalam “Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan 2012” merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan yang mencerminkan Pembangunan Kesehatan secara menyeluruh. Data yang tersaji dalam laporan tahun ini adalah data dan informasi dari tahun 2012.

Dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2012, banyak pihak telah membantu terutama dalam pengumpulan data dari UPTD Puskesmas dan UPTD Dinas Kesehatan, Bidang-bidang di Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, RSUD Kraton, RSUD Kajen dan RSI Pekajangan, Unit Kesehatan lainnya serta Lintas Sektor terkait. Oleh karena itu kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Profil Kesehatan ini.

(4)

Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Semoga Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2012 ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak demi terwujudnya masyarakat Kabupaten Pekalongan yang Mandiri dibidang Kesehatan Menuju Kabupaten Pekalongan Sehat.

Pekalongan, Juni 2013 Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Pekalongan

Dr. SUTANTO SETIABUDI, M.Kes

Pembina Utama Muda NIP. 19590614 198511 1 002

(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Maksud Dan Tujuan Penyusunan Buku Profil Kesehatan. ... 2

C. Sistematika Penyusunan Buku Profil Kesehatan ... 3

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN A. Keadaan Geografis ... 4

B. Keadaan Penduduk. ... 5

1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ... 5

2. Rasio Jenis Kelamin ... 6

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 7

C. Keadaan Ekonomi ... 8

1. Angka Beban Tanggungan ( Dependecy Ratio ) ... 8

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Angka Kematian ... 10

1. Angka Kematian Bayi ... 10

2. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR) ... 11

3. Angka Kecelakaan Lalu-lintas ... 13

B. Angka Kesakitan ... 13

1. Angka Kesembuhan Penderita Tubercullosis (TB) Paru Bakteri Tahan Asam (TBA+) ... 13

2. Persentase Balita dengan Pnemonia Ditangani ... 15

3. HIV/ AIDS ... 16

4. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD) ... 17

5. Diare ... 18

6. Kusta ... 18

7. Filariasis ... 19

8. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 20 a. Campak ... 20

(6)

b. Hepatitis B ... 21

c. Tetanus Neotarum ... 21

d. Difteri ... 22

C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT ... 22

1. Persentase Kunjungan Neonatus ... 22

2. Persentase Kunjungan Bayi ... 24

3. Persentase BBLR Ditangani ... 24

4. Status Gizi Balita ... 25

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR ... 26

1. Pelayanan Kesehatan Ibu ... 26

a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil ... 26

b. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan ... 27

c. Pelayanan Ibu Nifas ... 28

d. Ibu Hamil mendapat Tablet Fe ... 29

2. Pelayanan Keluarga Berencana ... 29

a. Peserta keluarga Berencana Baru... 29

b. Peserta KB Aktif ... 30

3. Pelayanan Imunisasi ... 31

a. Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) ... 31

b. Cakupan Imunisasi Bayi ... 32

4. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah ... 33

5. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut... 34

6. Upaya Penyuluhan Kesehatan ... 34

B. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT ... 35

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat.. 35

2. Desa Siaga ... 36

3. Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif ... 36

(7)

C. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA ... 37

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. SARANA KESEHATAN ... 39

1. Data Dasar Puskesmas ... 39

2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut kepemilikan/ Pengelola ... 40

3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ... 40

B. TENAGA KESEHATAN ... 41

1. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk ... 42

a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis ... 42

b. Rasio Tenaga Dokter Umum ... 42

c. Rasio Tenaga Dokter Gigi ... 42

d. Rasio Tenaga Bidan ... 42

e. Rasio Tenaga Perawat ... 42

f. Rasio Tenaga Kefarmasian ... 43

g. Rasio Tenaga Gizi ... 43

h. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat... 43

i. Rasio Tenaga Teknisi Medis ... 43

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN ... 43

BAB VI KESIMPULAN A. Derajat Kesehatan ... 46

a. Mortalitas/ Angka Kematian ... 46

b. Morbiditas/ Angka Kesakitan ... 46

c. Status Gizi ... 47

B. Upaya Kesehatan ... 48

a. Pelayanan Kesehatan Dasar ... 48

(8)

c. Pelayanan Kesehatan Dalam Situasi Bencana ... 40

C. Sumber Daya Kesehatan ... 50

a. Tenaga Kesehatan ... 50

b. Sarana Kesehatan... 51

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persentase Kelompok Usia Produktif Kabupaten Pekalongan... 8

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 3.1

Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok Umur Kab. Pekalongan Tahun 2012... Angka Kematian Bayi Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012...

7 11

Gambar 3.2 Angka Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012... 12 Gambar 3.3 Angka Penemuan TB Paru Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 –

2012... 14 Gambar 3.4 Cakupan Penangan Kasus Pnemonia Balita Kabupaten Pekalongan

tahun 2007 – 2012... 16 Gambar 3.5 Jumlah Kasus DBD kabupaten Pekalongan Tahun 2007 –

2012... 17 Gambar 3.6 Jumlah Kasus Campak Kab. Pekalongan 2009 – 2012... 21 Gambar 3.7 Kunjungan Neonatus Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 –

2012... 23 Gambar 3.8 Status Gizi Balita Kabupaten Pekalongan Tahun 2012... 25 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6

Cakupan K4 Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012... Cakupan Persalinan yang Ditangani Tenaga Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012...

Proporsi Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Kabupaten Pekalongan Tahun 2012... Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012...

Persentase Desa UCI kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2112 Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Pekalongan Tahun 2008 – 2012... 27 28 30 31 32 33

(11)
(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mendukung tercapainya Visi Kabupaten Pekalongan yaitu ” Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Pekalongan yang sejahtera dan bermartabat berbasis pada kearifan lokal ” melalui perwujudan Visi Dinas Kesehatan yaitu “ Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Prima guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara mandiri ” tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan peran serta masyarakat dan swasta.

Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan, diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan kebijakan disemua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem informasi kesehatan.

Profil kesehatan ini merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan yang masih jauh dari kondisi ideal. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem informasi kesehatan, seperti data yang belum satu pintu, kegiatan pengelolaan data dan informasi yang belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik.

Profil Kesehatan Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu media informasi Pembangunan Kesehatan di Kabupaten

(14)

Pekalongan yang relatif lengkap, meliputi data tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan, data umum dan data lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan di wilayah Kabupaten Pekalongan.

B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Buku Profil Kesehatan.

Maksud disusunnya Buku Profil Kesehatan adalah sebagai penyaji data yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Kabupaten Pekalongan.

Adapun tujuannya adalah untuk mengevaluasi keberhasilan, kekurangan/ kendala dalam pelaksanaan program, serta metode pemecahannya yang berguna untuk memonitor kemajuan pembangunan kesehatan dari tahun ke tahun.

C. Sistematika Penyusunan Buku Profil Kesehatan.

Dalam menyusun Buku Profil Kesehatan ini kami menggunakan sistematika sebagai berikut :

1. Bab I (Pendahuluan)

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya

2. Bab II (Gambaran Umum)

Bab ini menyajikan tentang Gambaran umum Kabupaten Pekalongan. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal : kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lingkungan. 3. Bab III (Situasi Derajat Kesehatan)

Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian, angka kesakiran, dan angka status gizi masyarakat.

(15)

4. Bab IV (Situasi Upaya Kesehatan)

Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Pekalongan

5. Bab V (Situasi Sumber Daya Kesehatan)

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

6. Bab VI (Kesimpulan dan Saran)

berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil kinerja jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, dan saran-saran mengenai hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

(16)

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN PEKALONGAN

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah, terletak di sepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan dengan wilayah Ex-Karesidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Letaknya antara 6o - 7o23' Lintang Selatan dan antara 109o - 109o78' Bujur

Timur.

Jarak dari Ibukota Kabupaten Pekalongan ke beberapa Ibukota lainnya : - Kab. Batang : 35 Km - Kab. Pemalang : 51 Km - Kab. Tegal : 94 Km - Kab. Brebes : 92 Km - Kota Pekalongan : 28 Km - Kota Tegal : 79 Km

Kabupaten Pekalongan memiliki ketinggian 4 dpl sampai dengan 1.294 meter di atas permukaan air laut (DPAL), sedangkan keadaan iklimnya tidak terlalu berbeda dengan rata-rata keadaan iklim di Jawa Tengah. Rata-rata curah hujannya adalah 2.415 mm per tahun.

(17)

Luas wilayah Kabupaten Pekalongan adalah + 836,13 Km2. Terdiri dari

19 Kecamatan dan 285 desa/kelurahan. Dari 285 desa/ kelurahan yang ada, 6 desa merupakan desa pantai dan 279 desa bukan desa pantai. Menurut topografi desa, terdapat 60 desa/ kelurahan (20%) yang berada di dataran tinggi dan selebihnya 225 desa/kelurahan (80%) berada di dataran rendah.

Adapun pembagian bentang alamnya adalah sebagai berikut :

- Bagian Selatan, merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan kemiringan lebih dari 40 persen, meliputi : Kecamatan Petungkriono, Lebakbarang, Kandangserang, Paninggaran, Talun dan Doro, sebagian wilayah Kecamatan Kajen dan Kesesi.

Bagian Utara dan Tengah, merupakan daerah yang relatif rendah dengan nilai faktor kemiringan berada antara 0 persen sampai dengan 20 persen, meliputi : wilayah Kecamatan Kajen, Kesesi, Bojong, Wonopringgo, Karanganyar, Wiradesa, Doro, Buaran, Kedungwuni dan Karangdadap, sebagian wilayah Kecamatan Tirto, Sragi dan Siwalan.

B. KEADAAN PENDUDUK.

1. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 (Dinas Kependudukkan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan tahun 2012) sebesar 1,045,320 jiwa. Dengan luas wilayah sekitar 836,13km2 , maka rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Pekalongan adalah sebesar 1,251 jiwa/km2. Kecamatan dengan jumlah penduduknya terpadat adalah Kecamatan Kedungwuni dengan luas wilayah 18 km2 dan jumlah penduduknya sebanyak 104,442 jiwa maka kepadatan penduduk sebesar 5,802 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Petungkriyono dengan kepadatan penduduk yang hanya sebesar 177 jiwa/km2.

(18)

Jumlah rumah tangga Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 adalah sebesar 281,424 rumah tangga. Maka rata-rata anggota rumah tangganya sebesar 3,41 jiwa untuk setiap rumah tangga. Jumlah penduduk tertinggi adalah Kecamatan Kedungwuni sebanyak 104.442 jiwa (9,99 % dari jumlah penduduk Kabupaten Pekalongan).

2. Rasio Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan. Berdasar data dari Dinas Kependudukkan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan, didapatkan jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Pekalongan 531,792 jiwa (50,87%) dan jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Pekalongan 513,528 jiwa (49,13%). Sehingga didapat rasio jenis kelamin sebesar 103,56 % per 100 penduduk perempuan, berarti 100 penduduk perempuan ada sekitar 103 atau 104 penduduk laki-laki. Rasio ini menjelaskan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan meskipun perbedaannya tidak terlalu banyak. Data mengenai rasio jenis kelamin ini dapat dilihat pada lampiran tabel 2.1

(19)

Gambar 2.1

Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kelompok Umur Kab. Pekalongan Tahun 2012

3. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk Kabupaten Pekalongan menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan mempunyai proporsi terbesar pada kelompok umur 20 – 24 (9,61%) dan 30 – 34 (9,71%).

Perbandingan komposisi proporsi penduduk menurut usia produktif dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

(20)

Tabel 2.1

Persentase Kelompok Usia Produktif Kabupaten Pekalongan Tahun 2008 – 2012 Kelompok Umur ( Tahun ) TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 0 – 14 32,73% 32,76% 32,77% 24,26 % 22,37% 15 – 64 62,51% 62,45% 62,86% 67,64% 71,75% 65 + 4,76 % 4,80 % 4,37% 8,09 % 5,88%

Sumber : BPS dan Dukcapil Kab. Pekalongan

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa proporsi penduduk tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010, kelompok usia produktif (15 – 64) mengalami peningkatan, sedangkan usia belum produktif (0 – 14) mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan menjadi berkurang

C. KEADAAN EKONOMI

1. Angka Beban Tanggungan ( Dependecy Ratio )

Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk produktif secara ekonomis (umur 15 – 64 tahun). Angka beban tanggungan dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu daerah, apakah tergolong daerah maju atau bukan. Semakin rendah angka beban tanggungan, maka semakin maju daerah tersebut.

Berdasarkan jumlah penduduk menurut golongan umur, angka beban tanggungan (dependency ratio) penduduk kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebesar 39,37. Angka tersebut

(21)

mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2011 (47,84), berarti pada tahun 2012 setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15-64) harus menanggung beban hidup sekitar 39 penduduk usia belum produktif (0-14) dan usia tidak produktif (65 tahun ke atas).

(22)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Keberhasilan Pembangunan Kesehatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program.

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, melainkan juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

Pada prinsipnya pembangunan kesehatan telah menunjukkan suatu keberhasilan dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mengidentifikasi masalah dan hambatan tersebut perlu dilakukan analisis situasi dan kecenderungan di masa mendatang.

A. ANGKA KEMATIAN

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dihitung dengan melakukan pendataan dan penelitian

.

1. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) adalah jumlah kematian bayi berusia (0-12 bulan), per 1.000 kelahiran hidup dalam waktu satu tahun. Angka kematian bayi menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor

(23)

penyebab kematian, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila angka kematian bayi disuatu wilayah itu tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut rendah.

Angka kematian bayi di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 10,98 per 1000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 8,5 per 1000 kelahiran hidup maka Angka Kematian Bayi kabupaten Pekalongan mengalami kenaikan. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Milenium Development Goals (MDGs) ke -4 tahun 2015 yang sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 masih tergolong baik, karena telah melampaui target.

Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012

2. Angka Kematian Ibu (AKI)/ Maternal Mortality Rate (MMR)

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang

2007 2008 2009 2010 2011 2012 AKB 5 4 8 11 8,5 10,98 0 2 4 6 8 10 12

(24)

disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu atau AKI mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan, sosial ekonomi, keadaan kesehatan kurang baik menjelang kehamilan. Kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran. Serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas

Gambar 3.2 Angka Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012

Pada tahun 2012 angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Pekalongan berdasarkan laporan dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan sebesar 184 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan tahun 2011 maka Angka

2007 2008 2009 2010 2011 2012 AKI 176 173 114 162 105 184 100 120 140 160 180 200

(25)

Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan dimana AKI tahun 2011 sebesar 105.

Kejadian maternal paling banyak adalah karena PEB/ Eklamsia sebanyak 14 kasus, Perdarahan 6 kasus, Kejang Meningitis 1 Kasus, Ca Ovarium 1 Kasus, Jantung/ Decomp 4 Kasus, Tb Paru 2 Kasus, Hepatitis 1 kasus, Post Histerektomi 1 Kasus, Typoid Fever 1 Kasus.

3. Angka Kecelakaan Lalulintas

Kasus kecelakaan lalulintas adalah jumlah korban (meninggal dunia, cidera berat, cidera sedang, dan cidera ringan) sebagai akibat dari kecelakaan lalulintas. Jumlah kasus kecelakaan di kabupaten Pekalongan yang dilaporkan oleh puskesmas sejumlah 2.099 kasus kecelakaan. Dengan korban meninggal sejumlah 12 dan luka ringan sejumlah 2.087 jiwa.

B. ANGKA KESAKITAN

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data Dinas Kesehatan dalam hal ini bersumber dari puskesmas, rumah sakit maupun dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

1. Angka Kesembuhan Penderita Tubercullosis (TB) Paru Bakteri Tahan Asam (TBA+)

TB merupakan salah satu kedaruratan global (global emergency). Kegagalan pengobatan TB sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga menimbulkan kasus-kasus Multy Drug Resistance (MDR) maupun Xaviere Drug Resistance (XDR). WHO telah menyusun strategi yang dianggap paling cost

(26)

effective untuk mengatasi permasalahan kegagalan pengobatan TB, yaitu dengan strategi Directly Observed Treatment Short Course (DOTS) yang telah dimulai sejak tahun 1995.

Cakupan penemuan kasus TB baru BTA (+) atau Case Detection Rate (CDR) di Kabupaten Pekalongan sebesar 97,62 % (895 kasus).

Gambar 3.3 Angka Penemuan TB Paru Kabupaten Pekalongan Tahun 2009 - 2012

Untuk meningkatkan cakupan CDR dan angka kesembuhan, maka telah dilakukan berbagai upaya seperti peningkatan SDM, baik tenaga medis, paramedic dan laboratorium, pertemuan jejaring antar unit pelayanan kesehatan dan asistensi ke rumah sakit. Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dievaluasi untuk menilai apakah hasil kegiatan sesuai dengan tujuan yang diharapakan sekaligus mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan untuk selanjutnya disusun rencana tindak lanjut perbaikan.

Evaluasi pengobatan pada penderita TB paru BTA (+) dilakukan melalui pemeriksaan dahak mikrokopis pada akhir fase

2009 2010 2011 2012 CDR 81 81,7 95,8 97,62 75 80 85 90 95 100

(27)

intensif satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir pengobatab dengan hasil pemeriksaan negatif. Dinyatakan sembuh bila hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya (sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya negatif.

Bila pemeriksaan follow up tidak dilakukan, namun pasien telah menyelesaikan pengobatan, maka evaluasi pengobatan pasien dinyatakan sembuh dan pasien pengobatan lengkap dibandingkan jumlah pasien BTA (+) yang diobati disebut keberhasilan pengobatan (Succes Rate).

Angka Kesembuhan (Cure Rate) TB paru Kabupaten Pekalongan tahun 2010 sebesar 96,55 % sudah melebihi target nasional (85%) dan naik apabila dibandingkan tahun 2010 (95,09%).

2. Persentase Balita dengan Pnemonia Ditangani

Pneumonia Balita adalah penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang ditandai dengan batuk disertai nafas cepat dan atau sesak pada anak usia Balita (0-5 tahun).

Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia.

(28)

Gambar 3.4 Cakupan Penangan Kasus Pnemonia Balita Kabupaten Pekalongan tahun 2007 – 2012

Cakupan penemuan penderita pneumonia balita adalah penemuan dan tatalaksana penderita pneumonia balita yang mendapatkan antibiotik sesuai standar atau pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah Balita di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2011 sebanyak 70.867 jiwa dengan perkiraan kasus sebanyak 7.087 kasus, sedangkan kasus yang ditemukan atau ditangani sebanyak 5.305 kasus (74,9 %). Angka ini masih dibawah dari target Standar Pelayanan Minimal yang sebesar 100%.

3. HIV/ AIDS

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.

Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Pekalongan seperti halnya di daerah lain merupakan kasus yang menyerupai fenomena gunung es, artinya kasus yang terdeteksi hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya di masyarakat. Sebab peningkatan kasus HIV/AIDS

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Cakupan 86,18 84,62 74,72 90,16 75,2 74,9 70 75 80 85 90 95

(29)

yang terdeteksi terjadi karena ada tes wajib yang dilakukan petugas. Ada juga karena keinginan sendiri namun sangat jarang. Jumlah kasus baru yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dilaporkan pada selama kurun waktu tahun 2012 di kabupaten Pekalongan adalah 4 kasus sedangkan jumlah kasus baru Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) sebanyak 9 kasus.

4. Angka Kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa.

Gambar 3.5 Jumlah Kasus DBD kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012

Upaya pencegahan dan pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat untuk dapat berperan serta dalam pemberantasan sarang nyamuk (3M+). Pemantauan Angka Bebas Jentik (ABJ) serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya dirumah tangga. Kegiatan lain yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Penderita DBD 718 403 735 223 77 130 50 150 250 350 450 550 650 750

(30)

Kabupaten Pekalongan melalui program Pemberantasan Penyakit Menular dalam kegiatan Fogging fokus selama tahun 2012.

5. Diare

Penyakit diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, maupun kotoran yang disertai darah dan lendir.

Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, diare disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, parasit), alergi (terhadap makanan maupun obat-obatan), infeksi oleh virus maupun bakteri lain yang menyertai penyakit lain, maupun oleh karena pemanis buatan.

Berdasarkan laporan bidang PMK, kasus diare yang ditangani di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 yang tercatat sebanyak 30.076 kasus (83%) dari perkiraan jumlah kasus 36.244 kasus dan jumlah kematiannya adalah 6 kasus.

6. Kusta

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan masalah sangat komplek. Bukan hanya segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial ekonomi. Penyakit kusta diharapkan dapat diatasi dan tidak menjadi masalah lagi dengan kemajuan teknologi pengobatan Multy Drug Therapy (MDT) dan teknologi komunikasi melalui upaya promotif dan preventif.

Penemuan penderita kusta di kabupaten Pekalongan tahun 2011 sebanyak 133 penderita baru dengan Case Detection Rate (CDR) 12,72% per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk kasus baru kusta

(31)

pada usia (0-14) sejumlah 9,77% atau 13 kasus. Adanya penderita anak menunjukkan masih banyak sumber penularan yang belum ditemukan, sehingga upaya secara aktif penemuan penderita kusta sangat dibutuhkan seperti pemeriksaan kontak dan survey cepat.

Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat 2, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) diantara penderita baru. Proporsi cacat tingkat 2 pada tahun 2012 sebesar12,3 %.

Cakupan program kusta diukur berdasarkan angka penderita kusta tipe Pauci Baciller (PB) dan Multy Baciller (MB) selesai diobati. Cakupan program kusta tipe MB tahun 2012 berdasarkan jumlah penderita baru tahun 2009 yang selesai diobati (RFT MB) sampai dengan tahun 2012 sebesar 96%. Sedangkan untuk (RFT PB) sebesar 89,3%.

7. Filariasis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang terdiri dari Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filarial dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di lengan dan organ genital.

Di Kabupaten Pekalongan, sepanjang tahun 2012 tidak ditemukan kasus filariasis, sama dengan tahun sebelumnya, namun tercatat jumlah seluruh kasus adalah 47 kasus.

(32)

8. Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

PD3I merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Pada profil kesehatan ini akan dibahas penyakit campak dan hepatitis B.

a. Campak

Penyakit campak atau dalam bahasa asing disebut measles, disebabkan oleh virus campak atau morbili yang biasa terdapat di udara bebas. Campak merupakan penyakit yang cukup cepat menular, untuk itu diperlukan pencegahan sejak dini. Imunisasi campak dan Imunisasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubella) perlu dilakukan sejak usia 9 bulan, 15 bulan dan 6 tahun.

Perkembangan jumlah kasus penyakit campak di Kabupaten Pekalongan mengalami fluktuasi, data tahun 2009 menyebutkan bahwa jumlah kasus penyakit campak sebanyak 169 kasus, tahun 2010 turun menjadi 90 kasus dan untuk tahun 2011 naik menjadi 184 kasus dan untuk tahun 2012 ini kembali turun menjadi 106 kasus, (Data Bidang PKM/ Imunisasi).

(33)

Gambar 3.6 Jumlah Kasus Campak Kabupaten Pekalongan 2009 - 2012

b. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Pada tahun 2012 jumlah kasus Hepatitis B adalah 12 kasus, dibandingkan tahun lalu yang jumlah kasusnya adalah 28 kasus maka tahun 2012 ini mengalami penurunan.

c. Tetanus Neonatorum

Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah. Pada

2009 2010 2011 2012 Jumlah Kasus Campak 169 90 184 106

0 50 100 150 200

(34)

tahun 2012 dilaporkan terdapat 1 (satu) kasus Tetanus Neonatarum.

d. Difteri

Penyakit Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang sistem pernafasan bagian atas. Penyakit ini memiliki gejala sakit leher, demam ringan, sakit tekak. Difteri juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan. Difteri termasuk penyakit menular yang kasusnya relatif rendah. Rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Di Kabupaten Pekalongan selama kurun waktu 2012 tidak ditemukan kasus difteri.

C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT

Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara umum, karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusui sangat dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.

Status gizi balita dapat diukur melalui beberapa indikator, antara lain cakupan kunjungan Neonatus, Bayi dan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita.

1. Persentase Kunjungan Neonatus

Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan

(35)

memberikan pelayanan kesehatan umtuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM/ BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu : KN 1 adalah kunjungan pada 0-2 hari, KN 2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN 3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari. Cakupan kunjungan neonatus di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebesar 98,6% menurun dibanding tahun lalu sebesar 100%.

Untuk lebih meningkatkan Kunjungan Neonatus di kabupaten/ kota, pemerintah telah mengupayakana alokasi dana diantaranya melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) disamping pendanaan lainnya. Selain itu perlu dilakukan analisis ap[akah jumlah tenaga kesehatan yang ada telah mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan tersebut serta tenaga kesehatan yang bertugas apakah telah melakukan pelayanan kesehatan secara optimal.

Adapun cakupan kunjungan neonatal di kabupaten Pekalongan dari tahun 2007-2012 dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.7 Kunjungan Neonatus Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Kunjungan Neonatus 98,1 99,9 106 98,5 101,8 98,6 50 70 90 110

(36)

Secara keseluruhan cakupan kunjungan neonates di Kabupaten Pekalongan sudah memenuhi target yaitu lebih dari 90%. Hal ini disebabkan karena adanya upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui penambahan penempatan bidan di desa. Selain itu juga adanya upaya peningkatan pelayanan kesehatan dan penyuluhan perawatan neonates di rumah dengan menggunakan buku KIA serta meningkatkan pengetahuan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk bayinya. 2. Persentase Kunjungan Bayi

Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 4 kali, diluar kunjungan neonatus. Setiap bayi berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dengan memantau pertumbuhan dan perkembangannya secara teratur setiap bulan di sarana kesehatan. Cakupan kunjungan bayi kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 99%.

3. Persentase BBLR Ditangani

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram . Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang biasa akan menjadi penyebab utama kematian.

Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di kabupaten Pekalongan pada tahun 2011 862 atau 5,1% dari jumlah bayi baru lahir timbang yang berjumlah 16.844 bayi.

(37)

4. Status Gizi Balita

Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan pengukuran antopometri yang menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan per Umur (TB/U).

Jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 adalah 56.655 balita. Dari jumlah tersebut yang termasuk kategori gizi lebih berjumlah 545 balita (0,96%), kemudian yang termasuk gizi baik berjumlah 53,640 balita (94,68%), kemudian yang termasuk kategori gizi kurang adalah 2.408 (4,25%), dan yang termasuk kategori gizi buruk berjumlah 62 (0,11%).

Gambar 3.8 Status Gizi Balita Kabupaten Pekalongan Tahun 2012

Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk Laki-laki 270 26845 1123 33 Perempuan 275 26795 1285 29 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

(38)

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

1. Pelayanan Kesehatan Ibu

a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil

Pelayanan Kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal: (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus Toxoid, (4) Tinggi fundus uteri, (5) pemberian tablet besi 90 selama kehamilan, (6) Temu wicara (Pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium sederhana (Hb, protein urin), dan atau berdasarkan indikasi (HbsAG, Sifilis, HIV, Malaria, TBC).

Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 (99,04%) mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 (101,8%).

(39)

Gambar 4.1 Cakupan K4 Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012

b. Persalinan yang Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 108,9 %, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2001 (104,1%). Angka ini sudah melebihi dari target SPM 2015 yang sebesar 90 %.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Cakupan K4 96,43 99,22 99,41 98,77 101,8 99,04 Target SPM 95 95 95 95 95 95 90 95 100 105

(40)

Gambar 4.2 Cakupan Persalinan yang Ditangani Tenaga Kesehatan Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 - 2012

Dengan semakin naiknya angka cakupan pertolongan persalinan menunjukkan adanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan, adanya perencanaan persalinan yang baik dari ibu, suami maupun dukungan keluarga.

c. Pelayanan Ibu Nifas

Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa krisis dari kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematiaan bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.

Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2012 yaitu 100%, cakupan ini sama dengan capaian cakupan pelayanan ibu nifas pada

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Cak. Linakes 97,43 101,89 99,66 100,92 104,1 108,9 Target SPM 90 90 90 90 90 90 0 25 50 75 100 Per sen tase

(41)

tahun 2011. Dan cakupan ini sudah jelas melebihi target SPM 2015 (90%).

d. Ibu Hamil mendapat Tablet Fe

Program penanggulangan anemia yang dilakukan adalah memberikan tablet tambah darah yaitu preparat Fe yang bertujuan untuk menurunkan angka anemia pada balita, ibu hamil, ibu nifas, remaja putri dan WUS (Wanita Usia Subur). Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebesar 15.691 ibu hamil (95,3%).

2. Pelayanan Keluarga Berencana

a. Peserta Keluarga Berencana Baru

Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/ alat dan atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya.

Jumlah PUS di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebanyak 169.871. Jumlah peserta KB baru pada tahun 2012 sebanyak 14.805 atau 8,72% dari jumlah PUS yang ada. Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut :

 MKJP : IUD (1,7%), MOP/MOW (2,1%), dan Implant (4%)

(42)

Gambar 4.3 Proporsi Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Kabupaten Pekalongan Tahun 2012

Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP, dimana peserta KB baru tersebut membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi.

b. Peserta KB Aktif

Peserta KB aktif adalah ekseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara PUS.

Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 77,3%, dibandingkan tahun lalu angka cakupan KB aktif ini mengalami penurunan, dimana tahun 2011 cakupan KB aktif Kabupaten Pekalongan sebesar 82,5%.

2% 2% 4% 72% 18% 2%

Jenis Kontrasepsi

IUD MOP/MOW Implant Suntik Pil Kondom

(43)

Gambar 4.4 Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2012

3. Pelayanan Imunisasi

a. Persentase Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI)

Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata berupa pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang berdasarkan indikator cakupan DPT-HB 3, Polio 4 dan Campak dengan cakupan minimal 80% dari jumlah sasaran bayi di desa. Pencapaian UCI desa tahun 2012 (96,14%) mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 (95,79%). Hampir semua kecamatan di Kabupaten Pekalongan capaian UCI-nya mencapai target 100%. Hanya sebagian kecil saja yang pecapaian UCI desanya dibawah 100%, yaitu Wonopringgo, Karanganyar, Petungkriyono, Talun dan Wonokerto.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Cakupan 79,4 79,1 64,06 78,4 82,5 77,3 50 60 70 80 90 100 Per sen tase

(44)

Gambar 4.5 Persentase Desa UCI kabupaten Pekalongan Tahun 2007 – 2112

b. Cakupan Imunisasi Bayi

Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi serta balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin maupun program tambahan/ suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3i) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali, HB Uniject 1 kali dan Campak 1 kali. Sebagai indicator kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi yang terakhir yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB, Polio, dan HB).

Cakupan Imunisasi dasar lengkap bayi di Kabupaten Pekalongan mencapai 100%, sudah melampaui target minimal

2007 2008 2009 2010 2011 2012 Desa UCI 86,6 86,6 91,17 91,93 95,8 96,1 85 87 89 91 93 95 97

(45)

nasional (85%). Jumlah sasaran bayi pada tahun 2012 sebanyak 14.968, sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi adalah sebagai berikut ; BCG (113%), DPT+HB 1 (109,1%), DPT+HB 3 (108,4%), Polio 3 (108,6%), dan Campak (107,9%).

Gambar 4.6 Cakupan Imunisasi Bayi Kabupaten Pekalongan Tahun 2008 – 2012

4. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah

Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah antara alain adalah Penjaringan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar (SD) dan setingkat yang mana definisinya adalah pemeriksaan kesehatan terhadap murid baru kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, pemeriksaan ketajaman mata, ketajaman pendengaran, kesehatan gigi, kelainan mental emosiaonal dan kebugaran jasmani. Pelaksanaan penjaringan kesehatan dikoordinir oleh puskesmas bersama dengan guru sekolah dan kader kesehatan/ konselor kesehatan. Setiap puskesmas mempunyai tugas melakukan penjaringan kesehatan siswa SD/ MI di wilayah kerjanya dan dilakukan satu kali pada setiap awal tahun ajaran baru sekolah.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 99,61%.

80 85 90 95 100 105 110 BCG DPT1+HB1 DPT3+HB3 Polio Campak 2008 2009 2010 2011 2012

(46)

5. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan menyeluruh dibidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-puskesmas ataupun Rumah Sakit serta Panti-panti dan institusi lainya.

Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut Kabupaten Pekalongan tahun 2012 adalah 100%.

6. Upaya Penyuluhan Kesehatan

Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan. Kegiatan promosi kesehatan yang diselenggarakan di pusat dan daerah mencakup diantaranya penyebarluasan informasi termasuk penyuluhan kesehatan.

Upaya penyuluhan adalah semua usaha secara sadar dan berencana yang dilakukan untuk memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikkan dalam bidang kesehatan. Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan yang dilakukan pada kelompok sasaran tertentu, misalnya kelompok siswa sekolah, kelompok ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan lain sebagainya. Penyuluhan massa adalah adalah penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran massa seperti pameran, pemutaran film, melalui media massa, cetak dan elektronik.

Kegiatan penyuluhan kesehatan Kabupaten Pekalongan tahun 2012 berjumlah 34.536 kegiatan, terbagi menjadi penyuluhan kelompok

(47)

sebanyak 34.503 kegiatan dan penyuluhan massa sebanyak 33 kegiatan. Upaya promosi kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan meningatnya kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

B. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT

1. Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah Rumah tangga yang seluruh anggotanya berperilaku hidup bersih dan sehat, yang meliputi 10 indikator, yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, bayi diberi ASI eksklusif, balita ditimbang setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di rumah sekali seminggu, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Apabila dalam Rumah Tangga tersebut tidak ada ibu yang melahirkan, tidak ada bayi dan tidak ada balita, maka pengertian Rumah Tangga ber-PHBS adalah rumah tangga yang memenuhi 7 indikator.

Berdasarkan data hasil pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga yang dilaporkan, tahun 2012 dapat diketahui dari 180,333 rumah tangga yang ada di Kabupaten Pekalongan, yang diperiksa baru 106,784 rumah

(48)

tangga (59,2%), dan dari data yang dipantau tersebut yang masuk kategori ber-PHBS sejumlah 78,387 rumah tangga.

2. Desa Siaga

Desa Siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri.

Sedangkan pengertian Desa Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Pada tahun 2012 seluruh desa dan kelurahan di Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 285 masuk kategori Desa Siaga, dan Desa Siaga Aktif dibandingkan dengan tahun sebelumnya Desa Siaga Aktif Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2011 jumlah desa Siaga Aktif sejumlah 256 desa (89,82 %).

3. Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.

ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dpat diberikan kepada bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh karena itu pemberian ASI perlu diberikan secara

(49)

eksklusif sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.

Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/ Menkes/ SK/ IV/ 2004. ASI eksklusif adalah Air Susu Ibu yang diberikan kepada bayi sampai usia bayi 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman, kecuali obat dan vitamin. Bayi yang mendapat ASI eksklusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari seksi KIA bidang Yankes Kabupaten Pekalongan 2011 menunjukkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 22,6 %, menurun dibandingkan tahun 2011 sebesar 23,3 %.

4. Desa dengan Garam Beryodium yang Baik

Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium yang baik, menggambarkan identitas mutu garam beryodium yang dikonsumsi penduduk di suatu desa/ kelurahan, dimana pada tahun 2012 ini mencapai 100 %, sama dengan pencapaian tahun sebelumnya.

C. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu Desa/Kelurahan dalam jangka waktu tertentu.

Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular dan keracunan masih merupakan salah satu masalah kesehatan, karena disamping menimbulkan korban kesakitan dan kematian juga berdampak pada situasi sosial ekonomi

(50)

masyarakat secara umum (keresahan masyarakat, produktivitas menurun). Kondisi tersebut menuntut adanya upaya/ tindakan secara cepat dan tepat (kurang dari 24 jam) untuk menanggulangi setiap KLB serta melaporkan kepada tingkat administrasi kesehatan diatasnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari bidang Pengendalian Masalah Kesehatan kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 terjadi KLB sebanyak 14 kejadian dan yang tertangani adalah 100%.

(51)

BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. SARANA KESEHATAN 1. Data Dasar Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), yang pengelolaannya ada di bawah Dinas Kesehatan kabupaten/ kota adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat. Puskesmas sendiri merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depatemen Kesehatan RI, 2004).

Puskesmas terdiri dari Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Puskesmas Pembantu, dan Puskesmas Keliling. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebanyak 26 Puskesmas dan 7 (tujuh) diantaranya adalah Puskesmas Perawatan. Tahun 2012 rasio jumlah puskesmas per 30.000 penduduk sebesar 0,77. Rasio jumlah puskesmas terhadap 30.000 penduduk yang hanya 0,77 maka jumlah puskesmas masih mengalami kekurangan, hal ini diupayakan dengan dapat terpenuhi puskesmas pembantudan puskesmas keliling. Disamping itu untuk dapat memenuhi rasio puskesmas yang ideal Kabupaten Pekalongan melalui Dinas Kesehatan membangun 1 (satu) Puskesmas Perawatan baru. Dengan demikian diharapkan dapat mencapai layanan kesehatan masyarakat yang optimal.

(52)

2. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut kepemilikan/ Pengelola

Sarana pelayanan kesehatan terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS khusus lainnya, Puskesmas Perawatan, Puskesmas Non Perawatan, Pustu, Puskesling, RB, BP/Klinik, Apotek, Toko Obat, Gudang Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kecil Obat Tradisional, Praktek Dokter Bersama, dan Praktek Dokter Perorangan.

Jumlah sarana pelayanan kesehatan di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebanyak 1.740 unit, yang terbagi dalam 6 kepemilikan yaitu Kemenkes (0%), Pemerintah Provinsi (0%), Pemerintah Kabupaten (96%), TNI/ POLRI (0%), BUMN (0%) dan swasta sebanyak (4%).

3. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) terdiri atas Desa Siaga, Forum Kesehatan Desa, Poskesdes, Polindes, dan Posyandu. Total UKBM tahun 2012 adalah 1.851. UKBM terbanyak adalah Posyandu sebesar 1.382 (74,4%).

Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) adalah wujud upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat. PKD merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa. Dengan dikembangkannya Polindes menjadi PKD maka fungsinya menjadi tempat untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat, sebagai tempat untuk melakukan pembinaan kader/pemberdayaan masyarakat, forum komunikasi pembangunan kesehatan di desa, memberikan pelayanan kesehatan dasar termasuk kefarmasian sederhana dan untuk deteksi dini serta penanggulangan pertama kasus gawat darurat. Pengembangan PKD dimulai sejak tahun 2004. Jumlah PKD pada tahun 2012 sebanyak 189 buah.

(53)

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa. Jumlah Desa siaga pada tahun 2012 adalah 285. Artinya semua desa di kabupaten Pekalongan merupakan desa siaga.

B. TENAGA KESEHATAN

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dilakukan melalui perbaikan fisik dan penambahan sarana dan prasarana, penambahan peralatan dan ketenagaan serta pemberian operasional dan pemeliharaan. Namun dengan semakin tingginya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan semakin meningkat. Oleh karena itu dibutuhkan penambahan tenaga kesehatan yang terampil dan siap pakai sesuai dengan karakteristik dan fungsinya.

Tenaga Kesehatan di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sejumlah 1.429 tenaga yang terdiri dari tenaga medis, perawat, bidan, tenaga farmasi, sanitasi, dan kesehatan masyarakat. Jumlah tersebut bila dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan tahun 2011 mengalami peningkatan. Meskipun mengalami peningkatan, kebutuhan tenaga kesehatan di Kabupaten Pekalongan belum dapat terpenuhi secara ideal. Untuk dapat mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut, pemerintah membuka penerimaan CPNS baru. Selain itu juga diadakan penerimaan pegawai tidak tetap (PTT) baik itu dari daerah maupun pusat dengan dana dari APBD maupun dari Pemerintah Pusat.

(54)

1. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk a. Rasio Tenaga Dokter Spesialis

Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk di kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 4,69. Masih dibawah target Nasional maupun WHO yaitu sebesar 6/ 100.000 penduduk.

b. Rasio Tenaga Dokter Umum

Rasio dokter umum per 100.000 penduduk tahun 2012 kabupaten Pekalongan sebesar 11,1. Dan Rasio tersebut masih jauh dibawah target Nasional sebesar 40 per 100.000 penduduk.

c. Rasio Tenaga Dokter Gigi

Rasio Tenaga Dokter gigi di Kabupaten Pekalongan per 100.000 tahun 2012 sebesar 1,9. Rasio tersebut masih jauh dibawah target Nasional sebesar 11 per 100.000 penduduk. Bisa dikatakan bahwa di Kabupaten Pekalongan saat ini masih sangat kekurangan jumlah tenaga dokter gigi.

d. Rasio Tenaga Bidan

Jumlah Tenaga Bidan di kabupaten Jawa Tengah tahun 2012 adalah 361 orang. Rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk sebesar 35. Jumlah tenaga Bidan tersebut tidak termasuk bidan PTT Daerah dan Pusat.

e. Rasio Tenaga Perawat

Jumlah tenaga keperawatan di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebanyak 615 orang. Rasio tenaga pearawat per 100.000 penduduk sebesar 58. Angka rasio ini masih dibawah angka rasio tingkat provinsi yang sebesar 76,55.

(55)

f. Rasio Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian terdiri dari Apoteker, S1 Farmasi, D3 Farmasi, dan Asisten Apoteker. Jumlah tenaga kefarmasian di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 adalah 43 orang. Rasio tenaga kefarmasian per 100.000 penduduk tahun 2012 adalah 4.

g. Rasio Tenaga Gizi

Tenaga gizi terdiri dari D4/ S1 Gizi, D3 Gizi, dan D1 Gizi. Jumlah tenaga Gizi di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 adalah 42 orang. Masih jauh dari target nasional yaitu sebesar 22 per 100.000 penduduk.

h. Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat

Tenaga Kesehatan Masyarakat di kabupaten Pekalongan terdiri dari S1 dan D3 Kesehatan Masyarakat. Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di kabupaten Pekalongan tahun 2012 adalah 32 orang. Sehingga rasio per 100.000 penduduk adalah 2,4.

i. Rasio Tenaga Teknisi Medis

Tenaga teknisi medis terdiri dari analis laboratorium, teknik elektromedik, penata rontgent, penata anastesi, dan fisioterapi. Tenaga teknisi medis di kabupaten Pekalongan tahun 2012 berjumlah 72 orang. Rasio Tenaga Teknisi Medis per 100.000 penduduk sebesar 6,5. Sehingga dapat disimpulkan jumlah tenaga teknisi medis di kabupaten Pekalongan masih sangat kurang. Upaya yang dilakukan berupa pengangkatan tenaga baru seperti CPNS maupun PTT.

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pada tahun 2012 jumlah total anggaran kesehatan kabupaten Pekalongan Rp. 91,367,227,968 dengan kontribusi terbesar sebesar

(56)

78.98% berasal dari APBD kabupaten Pekalongan. Kontribusi terendah (0,17%) bersumber pada APBD Provinsi. Dibanding dengan tahun 2011, kontribusi APBD kabupaten Pekalongan mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2011 kontribusi APBD kabupaten Pekalongan sebesar 78,6%.

APBD provinsi yang dialokasikan untuk pembiayaan kesehatan di kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 0,17%, mengalami penurunan dibanding tahun 2011 (0,42%).

Sesuai dengan Undang Undang No. 33 tahun 2004, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah/ desentralisasi, terdapat pembagian peran dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam pembangunan kesehatan, pemerintah pusat dan daerah menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, tejangkau dan berkualitas. Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), pemerintah pusat memberikan anggaran pada daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan prioritas nasional. Kontribusi DAK bidang kesehatan di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebesar Rp 6,281,010,000 atau 6,87 % dari total anggaran kesehatan kabupaten Pekalongan.

Sumber pembiayaan lainnya adalah anggaran Askesin/ Jamkesmas yaitu sebesar Rp. 5,370,670,000 yang mana kontribusinya mencapai 5,88%, kemudian Jampersal sebesar Rp. Rp 5,071,863,000 atau 5,55% dari total anggaran Kesehatan Kabupaten Pekalongan.

Untuk mempercepat pencapaian sasaran-sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia, Kementerian Kesehatan telah melakukan terobosan melalui berbagai upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Satu di antaranya adalah Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). BOK diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, utamanya melalui kegiatan promotif dan preventif, sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang

(57)

Kesehatan dengan fokus pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. Anggaran Kesehatan kabupaten Pekalongan yang berasal dari dana BOK pada tahun 2012 sebesar Rp. 2,277,300,000 atau 2,49%. Meningkat dari tahun 2011 yaitu sebesar Rp 1.950.000.000.

(58)

BAB VI

KESIMPULAN

A. Derajat Kesehatan

1. Mortalitas/ Angka Kematian

a. Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 10,98 per 1.000 kelahiran hidup, sudah melampaui target Milenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 (17/1.000 kelahiran hidup).

b. Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 184 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 dimana angka kematian ibu yang tercatat sebesar 105,3 jiwa per kelahiran hidup.

2. Morbiditas/ Angka Kesakitan

a. Cakupan penemuan kasus TB baru BTA (+) atau Case Detection Rate (CDR) di Kabupaten Pekalongan sebesar 97,62 % (895 kasus). Sedangkan Angka Kesembuhan (Cure Rate) TB paru Kabupaten Pekalongan tahun 2011 sebesar 94,25 % sudah melebihi target nasional (85%) dan menurun apabila dibandingkan tahun 2010 (95,09%).

b. Jumlah Balita di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2011 sebanyak 70.867 jiwa dengan perkiraan kasus pneumonia pada balita sebanyak 7.087 kasus, sedangkan kasus yang ditemukan atau ditangani sebanyak 5.305 kasus (74,9 %). Angka ini masih dibawah dari target Standar Pelayanan Minimal yang sebesar 100%.

(59)

c. Jumlah kasus baru yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang dilaporkan pada selama kurun waktu tahun 2012 di kabupaten Pekalongan adalah 4 kasus sedangkan jumlah kasus baru Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) sebanyak 9 kasus. d. Kasus diare yang ditangani di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012

yang tercatat sebanyak 30.076 kasus kasus (83%) dari perkiraan jumlah kasus 36.244 kasus dan jumlah kematiannya adalah 6.

e. Penemuan penderita kusta di kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebanyak 133 penderita baru dengan Case Detection Rate (CDR) 12,72% per 100.000 penduduk.

f. Jumlah kasus Filariasis di kabupaten Pekalongan sampai dengan tahun 2012 adalah 47 kasus, jika dibandingkan dengan tahun tahun 2010 jumlah penderita filariasis di kabupaten Pekalongan mengalami kenaikan.

3. Status Gizi

a. Cakupan kunjungan neonatus di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 sebesar 98,6% menurun dibanding tahun lalu sebesar 100%. Cakupan kunjungan bayi kabupaten Pekalongan tahun 2011 sebesar 70,7%.

b. Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 862 atau 5,1% dari jumlah bayi baru lahir timbang yang berjumlah 16.844 bayi.

c. Jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 adalah 56.655 balita. Dari jumlah tersebut yang termasuk kategori gizi lebih berjumlah 545 balita (0,96%), kemudian yang termasuk gizi baik berjumlah 53,640 balita (94,68%), kemudian yang termasuk kategori gizi kurang adalah 2.408 (4,25%), dan yang termasuk kategori gizi buruk berjumlah 62 (0,11%).

(60)

B. Upaya Kesehatan

1. Pelayanan Kesehatan Dasar

a. Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di Kabupaten Pekalongan pada tahun 2012 (99,04%) mengalami penurunan bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 (101,8%).

b. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 108,9 %, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2001 (104,1%). Angka ini sudah melebihi dari target SPM 2015 yang sebesar 90 %.

c. Cakupan pelayanan pada ibu nifas tahun 2012 yaitu 100%, cakupan ini sama dengan capaian cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2011. Dan cakupan ini sudah jelas melebihi target SPM 2015 (90%). d. Cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe di Kabupaten Pekalongan

pada tahun 2012 sebesar 15.691 ibu hamil (95,3%).

e. Jumlah PUS di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebanyak 169.871.

Jumlah peserta KB baru pada tahun 2012 sebanyak 14.805 atau 8,72% dari jumlah PUS yang ada.

f. Cakupan peserta KB aktif di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 sebesar 77,3%, dibandingkan tahun lalu angka cakupan KB aktif ini mengalami penurunan, dimana tahun 2011 cakupan KB aktif Kabupaten Pekalongan sebesar 82,5%.

g. Pencapaian UCI desa tahun 2012 (96,14%) mengalami peningkatan

dibandingkan dengan tahun 2011 (95,79%). Hampir semua kecamatan di Kabupaten Pekalongan capaian UCI-nya mencapai target 100%.

h. Cakupan Imunisasi dasar lengkap bayi di Kabupaten Pekalongan

Gambar

Gambar  3.1  Angka  Kematian  Bayi  Kabupaten  Pekalongan  Tahun 2007 – 2012
Gambar 3.2 Angka Kematian Ibu Kabupaten Pekalongan Tahun  2007 – 2012
Gambar 3.3 Angka Penemuan TB Paru Kabupaten Pekalongan  Tahun 2009 - 2012
Gambar 3.4  Cakupan Penangan Kasus Pnemonia Balita  Kabupaten Pekalongan tahun 2007 – 2012
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Apabila Penyedia Jasa tidak dapat menghadiri sesuai waktu yang ditentukan di atas dan tidak dapat membuktikan Keaslian Dokumen yang telah disampaikan dalam Penawaran dan Daftar

Bonsai is a personal experience offering a remarkable amount of personal satisfaction.. This art form has become an established pastime throughout the world as more and more people

4) Rencana Anggaran Biaya (RAB) meliputi: Daftar kuantitas dan Harga, Analisa harga satuan, back up hitungan volume pekerjaan, daftar harga bahan dan upah tenaga beserta back

[r]

Tujuan dari Peneliti ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyaluran kredit umum pedesaan terhadap pendapatan perkapita, jumlah pengusaha kecil dan tingkat inflasi

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan diketahui bahwa ransum yang digunakan adalah ransum khusus ayam petelur periode &#34;layer&#34; Guyofeed R-5 produksi PT Wirifa sakti Surabaya

Pada sektor rumah tangga mengalami peningkatan pertumbuhan energi listrik dengan persentase pertumbuhan rata-rata mencapai 1,736 % pertahunnya hingga 10 tahun

Pembahasan lebih menekankan pada aspek arsitektural pada sekolah berbasis lingkungan sebagai media pembelajaran yang terkini yang berkaitan dengan disiplin