• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASUMSI GOING CONCERN DAN BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS ASUMSI GOING CONCERN DAN BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASUMSI GOING CONCERN DAN

BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PADA SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN 2011-2014

IKA PUJI LESTARI

Program Studi Akuntansi S-1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Dian Nuswantoro Semarang

URL : http://dinus.ac.id/

Email : 212201302386@mhs.dinus.ac.id

ABSTRACT

Going Concern Assumption is an assumption that given by auditor regarding entity’s ability to hold on going concern business for the future. Thisiresearchistudyiaimedito examineiempiricallyitheieffectiofiaudititenure, disclosure, Public Accountant Firm (KAP) size, debt default, iopinion shopping, financialicondition iand prior year of auditor opinion on going concern assumption. The sample is taken from manufacturing sectors listed on IDX over the period 2011 to 2014 by using purposive sampling method. The final sample are 28 companies with 112 observations. Furthermore, the data were analyzed with logisticiregressionianalytical. The resultiiofiithisiistudyiishowediithat particially variable of the prior year of auditor opinion hadisignificant effect oniigoing concern assumption. While the otherivariables namelyiaudit tenure, disclosure,iPublic Accountant Firm (KAP) size, debtidefault, opinion shopping andifinancialiconditionihadino significant effect on going concern assumption.

Keywords: goingiconcern assumption; audititenure; disclosure; debtidefault and Public Accountant Firm (KAP) size.

ABSTRAK

Asumsi GoingiiConcern adalah asumsi yangiidiberikan olehiiauditoriimengenai kemampuaniientitasiidalamiimempertahankaniikelangsungan hidup usahanya untuk tahun berikutnya. Penelitian ini bertujuaniuntuk menguji secara empiris pengaruh dari audit tenure, disclosure, ukuraniiKAP, debt default, opinioniishopping, kondisiikeuangan daniiopini audit tahun sebelumnya terhadap asumsi going concern. Sampel yang diambil berasal dari sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 hingga 2014 dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel akhiriisebanyak 28 perusahaaniidengan 112 observasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan secara parsial bahwa variabel opiniiaudit tahun

sebelumnyaiiberpengaruhiisignifikan terhadap asumsiiigoing concern. Sedangkaniivariabel auditiitenure, idisclosure, iukuraniiKAP, debtiidefault, opinioniishopping daniikondisi keuangan tidak berpengaruhisignifikan terhadapiasumsi going concern.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Suatu informasi akan berguna bagi penggunanya apabila disajikan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang benar sebagai dasar penyajiannya. Tanpa adanya asumsi, suatu informasi tidak akan bermanfaat, tidak lengkap, dan menyesatkan pengguna informasi. Laporan keuangan sebagai hasil akhir produk sistem informasi akuntansi juga harus disusun berdasarkan asumsi-asumsi yang valid.

Asumsi going concern ialah asumsi yang disampaikan oleh auditor untuk meyakinkan apakah suatu entitas mampu bertahan dalam kelangsungan hidupnya pada rentang waktu tertentu (kurang dari 1 tahun semenjak tanggal laporan keuangan yang sedang di audit) (IAPI, SA 570, 2013 dan IAI, PSAK 1, 2015). Entitas yang telah go public memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan audit atas laporan keuangan ke auditor independen, sebagai auditor yang bekerja dibawah naungan KAP. Selain menginginkan adanya laba, salah satu tujuan perusahaan adalah pemilik menginginkan adanya proses berkelanjutan dari suatu usaha (usahanya tidak hanya dalam satu periode saja). Dalam memberikan opini atas laporan keuangan auditee maka, auditor secara independen harus mempertimbangkan asumsi going concern (kelangsungan usaha). Audior diharapkan dapat segera memberikan early warning jika akan terjadi kegagalan pada kondisi keuangan perusahaan.

Seperti kasus Lehman Brothers (2008), tidak ada yang menduga bahwa Lehman Brothers akan pailit karena kinerja keuangannya tergolong baik. Lehman Brothers adalah perusahaan yang berkontribusi di sektor investasi dan jasa keuangan di bursa Wall Street, Amerika Serikat. Perusahaan ini menunjukkan kenaikan laba yang signifikan hingga tahun 2007 dan kemudian dinyatakan bangkrut pada tahun 2008. Kebangkrutan Lehman Brothers mengindikasikan bahwa kondisi keuangan yang sudah mapan dengan tingkat profitabilitas tinggi tidak menjamin perusahaan tersebut bebas dari kegagalan bisnis. Auditor sebagai perantara antara kepentingan pemegang saham dan kepentingan entitas sebagai penyedia serta pengguna laporan keuangan.

Kelangsungan hidup sebuah perusahaan menjadi perhatian pihak yang memiliki kepentingan, seperti investor. Investor adalah pihak yang menanamkan sahamnya di perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional. Investor dapat mengetahui kondisi perusahaan melalui asumsi going concern yang dibuat oleh auditor. Asumsi dari auditor mengenai laporan keuangan perusahaan akan sangat membantu investor dan calon investor untuk mengambil keputusan untuk tetap berinvestasi di perusahaan yang bersangkutan atau tidak.

Penelitian yang akan dilakukan peneliti merupakan penelitian sintesa mengacu pada penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Nanda dan Siska (2015), yang menggunakan variabel audit tenure, disclosure, ukuran KAP, debt default, opinion shopping, dan kondisi keuangan sebagai variabel bebas yang mempunyai pengaruh atas asumsi going concern sebagai variabel dependen. Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nanda dan Siska (2015) ialah adanya penambahan satu variabel independen yang berasal dari penelitian Wulandari (2014) yakni opini audit tahun sebelumnya

TINJAUAN PUSTAKA Telaah Teori

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan deskripsi dari relasi antara pemegang saham (stakeholders) yang bertindak sebagai pihak prinsipal dan manajemen (perusahaan) yang bertindak sebagai pihak agen.

Para pemegang saham mengadakan kontrak dengan pihak manajemen untuk bekerja dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan relasi

(3)

keagenan sebagai perjanjian antara satu pihak ataupun lebih untuk melakukan pekerjaan yang bertanggung jawab antara pihak agen kepada pihak prinsipal.

Pihak manajemen selaku pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui berbagai informasi internal maupun eksternal serta probabilitas perusahaan di masa depan daripada para pemegang saham. Oleh sebab itu, pihak manajemen bertanggung jawab dalam memberikan informasi kondisi keuangan secara valid dan lengkap untuk para pemegang saham. Bahkan saat perusahaan mengalami krisis keuangan, pihak manajemen harus segera menanggapi dan memberikan early warning.

Teori Sinyal (Signaling Theory)

Teori sinyal mengartikan bahwa entitas menyampaikan sinyal kepada pemakai laporan keuangan. Sinyal tersebut dalam bentuk informasi atas tindakan yang telah dilakukan pihak manajemen apakah sudah sesuai dengan keinginan pemegang saham atau belum. Sinyal ini dapat berupa bermacam-macam informasi mengenai perusahaan yang bersangkutan (Jama’an, 2008).

Pemberian sinyal tersebut bermanfaat untuk mengurangi kesalahpahaman informasi perusahaan kepada pengguna laporan keuangan. Saat perusahaan dalam kondisi keuangan yang krisis, dengan menggunakan teori sinyal ini diharapkan pihak manajemen dapat segera memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham. Audit

Audit merupakan jasa akuntan publik yang dikenal sebagai jasa asurans. Jasa asurans sangat berguna untuk para pengambil keputusan dalam hal peningkatan kualitas informasi yang diberikan melalui jasa profesonal independen (Arens, 2013). Jasa audit independen hanya boleh diberikan oleh auditor melalui kantor akuntan publik (KAP). Akuntan publik mempunyai tugas yang krusial dalam menilai risiko informasi yaitu dengan memberikan pelayanan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Auditor selaku akuntan publik berupaya mendapatkan asurans yang memadai mengenai laporan yang diauditnya sehingga dapat dinyatakan terbebas dari salah saji material, baik kesalahan maupun kecurangan di dalam suatu proses audit.

Opini Audit

Auditor harus merumuskan opini mengenai penyusunan laporan keuangan, apakah sudah relevan dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku dalam hal material. Apabila auditor menyampaikan kesimpulan terhadap hasil laporan keuangan yang telah disusun, berdasarkan suatu hal material, telah relevan dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku maka, auditor harus memberikan pernyataan opini tanpa modifikasian (unmodified opinion). Sedangkan apabila yang terjadi sebaliknya yaitu laporan keuangan yang disusun tidak tepat, terjadi kesalahan, dan tidak memiliki bukti yang cukup maka auditor berhak menyatakan opini dengan modifikasian (modified opinion) (IAPI, SA 700, 2013)

SA 570 telah memberikan panduan untuk menentukan apa saja opini-opini audit yang harus diberikan oleh auditor eksternal terkait dengan asumsi going concern. Auditor eksternal dapat memberikan opini modifikasi terkait dengan asumsi going concern berupa opini wajar tanpa pengecualian, opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar, atau bahkan tidak menyampaikan opini.

Asumsi Going Concern (Kelangsungan Usaha)

Asumsi kelangsungan usaha digunakan untuk memprediksi apakah suatu entitas dapat bertahan untuk bisnis di masa depan. Asumsi going concern yang diberikan oleh auditor didasarkan atas keraguan terhadap kemampuan perusahaan dalam melanjutkan kelangsungan hidup bisnisnya, dilihat dari kondisi keuangan atau kondisi perekonomian yang sedang

(4)

bermasalah. IAPI dalam SA 570 (2013) menyatakan bahwa tujuan umum dari penyusunan laporan keuangan yang disusun atas suatu dasar kelangsungan usaha, melainkan manajemen memiliki maksud untuk melakukan likuidasi entitas atau menyudahi operasinya, atau bahkan tidak mempunyai alternatif lain yang realistis selain melaksanakan usaha tersebut. Terdapat

dua PSAK yang mengatur mengenai asumsi going concern, yaitu “Penyajian Laporan

Keuangan” (PSAK 1) dan “Peristiwa Setelah Periode Pelaporan” (PSAK 8). Tanggung jawab yang dimiliki auditor untuk mengevaluasi apakah terdapat keraguan terhadap kelangsungan hidup suatu entitas. Indikasi yang diberlakukan auditor dalam penilaian terhadap resiko bahwa entitas tidak mampu bertahan dalam usaha bisnisnya dapat dilihat dari laporan audit dengan modifikasi tentang going concern.

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Menurut Wulandari (2014), entitas yang memperoleh paragraf going concern pada tahun sebelumnya berupa opini audit akan mempunyai peluang besar untuk memperolehnya lagi di tahun yang akan datang. Dapat dinyatakan bahwa opini audit di tahun sebelumnya memiliki pengaruh atas asumsi going concern. Variabel opini audit tahun sebelumnya menjadi salah satu alasan estimasi auditor dalam memberikan opini tahun berjalan.

Audit Tenure

Audit tenure ialah rentang waktu relasi antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan perusahaan klien. Jangka waktu yang lama dalam perikatan akan mengurangi tingkat independensi KAP karena dianggap sebagai sumber penghasilan dan tambahan fee. Kualitas audit akan terkena dampaknya karena, kemungkinan KAP untuk tidak memberikan opini audit yang sebenarnya sesuai dengan laporan keuangan perusahaan karena tidak ingin kehilangan kontrak dengan perusahaan yang bersangkutan.

Regulasi mengenai pembatasan audit tenure telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2015 mengenai Praktik Akuntan Publik.

Disclosure

Disclosure ialah tingkat penyampaian atas berbagai informasi yang diberikan entitas yang akan berdampak kepada keputusan investor untuk melakukan investasi. Para pengguna informasi keuangan membutuhkan disclosure yang disampaikan dalam laporan keuangan untuk memahami berbagai informasi perusahaan. Menurut Verdiana dan Utama (2013), semakin luas informasi yang diberikan oleh perusahaan maka, auditor akan lebih mudah mengetahui kelangsungan hidup usaha kliennya. Perusahaan yang tidak memberikan disclosure secara luas dan lengkap dengan disclosure level dibawah rata-rata akan cenderung menerima opini modified dari auditor.

Ukuran KAP

Menurut Ardiani, dkk (2012), mutu audit yang diberikan oleh KAP berskala besar dinilai lebih baik dibandingkan dengan KAP berskala kecil, tak terkecuali dalam pemberian asumsi going concern. Persepsi menurut pengguna laporan keuangan menyatakan bahwa KAP berskala besar yang beraliansi dengan KAP internasional akan memberikan kualitas audit yang lebih berkualitas. Reputasi KAP berskala besar dianggap memiliki mutu yang lebih baik daripada dengan KAP skala kecil.

Debt Default

Debt default dinyatakan bagaikan ketidakberhasilan debitor (entitas) dalam melunasi kewajiban pokok beserta bunganya ketika jatuh tempo. Saat auditor mendapati bahwa

(5)

default. Menurut Praptiotrini dan Januarti (2007), alasan estimasi auditor dalam menyampaikan asumsi going concern adalah debt default.

Opinion Shopping

SEC (1985) menyatakan bahwa opinion shopping ialah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh auditor yang bersedia mengikuti perlakuan akuntansi yang diminta oleh pihak manajemen untuk menggapai sasaran pelaporan entitas. Entitas akan mengganti auditornya apabila merasa terancam karena opini yang diberikan atau pernah mengalami perselisihan

sebelumnya. Opinion shopping diharapkan agar auditor yang baru mau bekerja sama dengan

memberikan unmodified opinion kepada perusahaan yang diaudit. Kondisi Keuangan

Kondisi keuangan suatu entitas ialah salah satu tanggung jawab manajemen terhadap pemegang saham. Apapun kondisi keuangan yang terjadi, baik itu dalam keadaan sehat ataupun krisis, manajemen harus menanggapi secara cepat dan tepat serta memberitahukan kepada para pemegang saham. Manajemen harus mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Apabila kondisi keuangan suatu entitas semakin menurun maka, akan

meningkatkan peluang perusahaan untuk memperoleh asumsi going concern. Menurut

Wulandari (2014), kondisi perusahaan yang semakin baik akan mengurangi kemungkinan auditor untuk memberikan asumsi going concern.

Kerangka Konseptual

Hipotesis Penelitian

1) Pengaruh Audit Tenure terhadap Asumsi Going Concern

Saat auditor mempunyai relasi perikatan yang cukup lama dengan kliennya maka, auditor akan menjadi lebih mengenal kliennya secara personal. Hal ini dapat mengurangi tingkat independensi auditor. Lamanya perikatan dapat membuat auditor tidak lagi

(6)

independen dan cenderung tidak mengungkapkan yang terjadi sesungguhnya pada kondisi keuangan klien.

H1: Audit Tenure berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern. 2) Pengaruh Disclosure terhadap Asumsi Going Concern

Disclosure yang tidak diberikan secara lengkap dianggap sebagai indikasi bahwa perusahaan menyembunyikan informasi yang seharusnya diketahui oleh pengguna laporan keuangan.

H2: Disclosure berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern. 3) Pengaruh Ukuran KAP terhadap Asumsi Going Concern

Nanda dan Siska (2015) mengungkapkan bahwa KAP berskala besar mempunyai mutu yang lebih baik untuk mempertahankan reputasinya daripada KAP berskala kecil. KAP berskala besar dianggap lebih berani dan lebih berpengalaman dalam memberikan asumsi going concern dibandingkan dengan KAP berskala kecil.

H3: Ukuran KAP berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern. 4) Pengaruh Debt Default terhadap Asumsi Going Concern

Ketika total hutang telah bertambah banyak sehingga, kas yang dimiliki entitas akan banyak dialokasikan untuk melunasi kewajiban, hal ini dapat mengganggu kegiatan operasi perusahaan.

H4: Debt Default berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern. 5) Pengaruh Opinion Shopping terhadap Asumsi Going Concern

Apabila di tahun sebelumnya perusahaan memperoleh opini audit dengan modifikasi (paragraf going concern) makadari itu, cenderung akan berupaya untuk tidak memperoleh opini yang sama di tahun berjalan atau yang akan datang. Pihak manajemen (perusahaan) berharap saat mereka mengganti auditor maka, opini yang akan diperoleh adalah unmodified opinion.

H5: Opinion Shopping berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern. 6) Pengaruh Kondisi Keuangan terhadap Asumsi Going Concern

Kondisi keuangan mecerminkan kemampuan entitas dalam melunasi berbagai hutang yang akan atau sudah jatuh tempo serta pelunasan bunga dari hutang-hutang tersebut kepada kreditur yang bersangkutan. Hal ini dapat dinilai dari kapabilitas entitas dalam menciptakan kas.

H6: Kondisi Keuangan berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern.

7) Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Asumsi Going Concern

Opini tahun berjalan mendapat sinyal dari opini tahun sebelumnya. Bilamana pada tahun sebelumnya suatu entitas memperoleh paragraf going concern dalam opini audit dengan maka, di tahun berjalan perusahaan akan mempunyai peluang untuk menerima opini audit yang sama.

H7: Opini Audit Tahun Sebelumnya berpengaruh terhadap Asumsi Going Concern. METODOLOGI PENELITIAN

Variabel_Dependen

Asumsi Going Concern

Asumsi going concern ialah asumsi yang disampaikan oleh auditor untuk meyakinkan apakah suatu entitas mampu bertahan dalam kelangsungan hidupnya dalam rentang waktu tertentu (kurang dari 1 tahun semenjak tanggal laporan keuangan yang sedang di audit) (IAPI, SA 570, 2013 dan IAI, PSAK 1, 2015).

Asumsi going concern dinilai dengan variabel_dummy bilamana entitas menerima Going Concern Assumption (GCA) akan diberi nilai 1 dan bilamana entitas menerima opini Non Going Concern Assumption (NGCA) akan dinilai 0.

(7)

Variabel_Independen 1) Audit Tenure

Audit Tenure ialah jangka waktu relasi antara auditee dengan auditor yang dinilai berdasarkan jumlah angka tahun dimana jasa KAP yang sama telah bekerja untuk auditee. Awal tahun yang pertama diberi angka 1 kemudian ditambah dengan angka yang sama untuk tahun selanjutnya (Junaidi dan Hartono, 2010).

2) Disclosure

Disclosure ialah tingkat penyampaian mengenai informasi yang disampaikan berupa lampiran di dalam laporan keuangan berupa informasi tambahan ataupun catatan kaki yang diberikan oleh auditor. Keputusan BAPEPAM No. KEP-134/BL/2006 Peraturan Nomor X.K.6 digunakan sebagai acuan dalam menghitung variabel ini. Menurut Verdiana dan Utama

(2013), cara menentukan indeks dilakukan dengan menghitung skor disclosure yang

disampaikan dalam laporan keuangan oleh perusahaan. Apabila poin informasi dalam laporan keuangannya disampaikan oleh perusahaan maka, diberikan skor 1, namun jika item tersebut tidak disampaikan maka diberikan skor 0. Sesudah dilakukan scoring, berikut adalah rumus untuk menghitung disclosure level:

3) Ukuran KAP

Ukuran KAP diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni KAP big four yang memiliki aliansi di Indonesia dan KAP selain big four. KAP big four beserta aliansinya di Indonesia yaitu:

Variabel ukuran KAP dinilai dengan variabel dummy. Apabila sebuah entitas menyewa jasa KAP big four maka dinyatakan dengan angka 1, dan untuk entitas yang menyewa jasa KAP non big four dinyatakan dengan angka 0 (Ardiani, 2012).

4) Debt Default

Debt default dapat diartikan bahwa debitor (entitas) tidak berhasil dalam melunasi kewajiban pokok beserta bunganya saat jatuh tempo. Menurut Nanda dan Siska (2015), cara

menghitung debt default dalam penelitian in adalah dengan cara mengukurnya menggunakan

variabel dummy, skor 1 untuk entitas yang memiliki ekuitas yang negatif (status debt default) dan skor 0 untuk entitas yang memiliki ekuitas yang positif (status tidak debt default). Hal tersebut untuk membuktikan apakah entitas selaku debitor sedang dalam kondisi debt default ataupun tidak default sebelum dikeluarkannya opini audit.

5) Opinion Shopping

SEC (1985) menyatakan bahwa opinion shopping ialah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh auditor yang bersedia mengikuti langkah manajemen dalam hal melaksanakan kebijakan akuntansi untuk menggapai sasaran pelaporan entitas. Variabel dummy digunakan untuk menghitung variabel ini, entitas yang mengganti auditor untuk tahun berikutnya

sesudah mendapat opini audit dengan tambahan paragraf going concern maka akan

dinyatakan dengan angka 1, apabila entitas yang tidak mengganti auditor untuk tahun berikutnya sesudah mendapat opini audit dengan tambahan paragraf going concern akan dinyatakan dengan angka 0 (Nanda dan Siska, 2015).

6) Kondisi Keuangan

Entitas yang berada dalam kesulitan keuangan yang sedang mengalami krisis yang berkepanjangan ataupun tidak sehat akan mengarahkan entitas pada kebangkrutan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi keuangan entitas. Financial distress model tidak dapat

(8)

dijadikan simpulan bagi auditor, melainkan hanya dijadikan sebagai alat bantu pemberian asumsi going concern. Dari banyaknya financial distress model yang pernah dikembangkan, Z-Score Model yang diperkenalkan oleh Edward Altman adalah model yang dianggap paling akurat untuk memprediksi kegagalan suatu usaha (Purba, 2016).

Model tersebut dikenal dengan rumus sebagai berikut:

Penjelasan dari nilai Z yang diperoleh yaitu:

7) Opini Audit Tahun Sebelumnya

Variabel dummy digunakan untuk menghitung variabel ini. Entitas yang di periode sebelumnya memperoleh opini audit dengan paragraf going concern dinyatakan dengan angka 1, sementara entitas yang tidak memperoleh opini audit dengan paragraf going concern di periode sebelumnya dinyatakan dengan angka 0 (Wulandari, 2012).

Populasi dan Sampel

Seluruh sektor manufaktur yang listing BEI pada tahun observasi 2011-2014. Purposive sampling dipilih sebagai metode pengambilan sampel.. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini antara lain:

1) Konsisten terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

2) Menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan yang sudah audit setiap akhir tahun selama periode penelitian 2011-2014.

3) Angka dalam laporan keuangan dinyatakan dalam satuan rupiah selama periode

penelitian.

4) Mengalami kerugian minimal satu kali selama periode penelitian. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diolah berupa data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder dari BEI khususnya sektor manufaktur periode 2011-2014. Data yang diambil berupa Laporan Keuangan, Annual Report, dan ICMD yang diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (IDX) Pusat Informasi Go Public Semarang.

Metode Analisis

Analisis Regresi Logistik dipilih oleh peneliti sebagai teknik analisis data. Penelitian

yang menggunakan variabel dependen dengan nilai dummy serta variabel independen dengan

perpaduan antara nilai metrik dan non metrik (nominal) dinilai cocok untuk menggunakan teknik analisis ini. Teknik tersebut dipergunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel audit tenure, disclosure, ukuran KAP, debt default, opinion shopping, kondisi

keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya mempengaruhi asumsi going concern. Sehingga

(9)

HASIL DAN PEMBASAHAN Uji Kelayakan Model Regresi

Model dapat diterima apabila tingkat Sig. > 0,05. Tabel 4.1

Tabel 4.1 menunjukkan angka Chi-square sebesar 1,166 dan angka Sig. sebesar 0,997 > 0,05 sehingga hipotesis diterima. Kesimpulannya adalah tidak terdapat perbedaan antara data dengan model.

Uji Keseluruhan Model

Keseluruhan model dari peelitian ini dapat dikatakan baik apabila perbandingan nilai -2Log Likelihood mengalami penurunan.

Tabel 4.2

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan nilai -2LL awal sebesar 108,097 lalu setelah dimasukkan ketujuh variabel bebas ke dalam model diperoleh nilai sebesar 16,929. Angka yang menurun sebesar 91,168 diartikan sebagai perbaikan model fit atas penambahan ketujuh variabel bebas. Pengujian Hipotesis

Uji Simultan (Uji F)

Hipotesis diterima apabila nilai Sig. kurang dari 0,05. Tabel 4.3

(10)

Pada tabel 4.3 nilai Sig. menunjukkan angka sebesar 0,000 < 0,05 artinya, hipotesis diterima sehingga secara serentak (simultan) ketujuh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Persamaan regresi yang diperoleh sebagai berikut:

Ln𝟏−𝑨𝑮𝑪𝑨𝑮𝑪 = 7,487 + 0,922TEN – 19,128DISC + 1,358KAP + 25,373DEBT – 4,361OS – 1,21ALTMAN + 8,508OATS + ε

Uji Parsial (Uji t)

Hipotesis diterima apabila nilai Sig. kurang dari 0,05. Tabel 4.4

Pembahasan Hasil Penelitian 1) Pengaruh Secara Simultan

Secara bersamaan (simultan) audit tenure, disclosure, ukuran KAP, debt default, opinion shopping, kondisi keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Menilai variabilitas variabel bebas (independen) yang menjelaskan variabel terikat (dependen) dapat dilihat dari tabel Model Summary.

Tabel 4.5

Nilai Nagelkerke R Square menunjukkan angka sebesar 0,900 artinya 90% ketujuh variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya, 10% dipengaruhi oleh variabel yang lain. Hal ini sejalur dengan penelitian terdahulu yaitu Ardiani, dkk (2012) serta Nanda dan Siska (2015).

2) Pengaruh Secara Parsial (1) Audit Tenure

Variabel audit tenure mempunyai nilai Sig. 0,368 > 0,05 yang memberikan bukti bahwa audit tenure tidak mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2015 Tentang Praktik Akuntan Publik, telah

(11)

diatur secara lengkap bagaimana auditor memberikan jasa auditnya. Tingkat independensi auditor tidak akan terpengaruh oleh jangka waktu hubungan antara auditor dengan auditee. Nama baik auditor beserta KAP tempat ia bekerja akan tetap dijaga tanpa menghitung kurun waktu perikatan dengan auditee. Jika sesuatu yang berhubungan dengan kelangsungan hidup entitas yang diauditnya dijumpai mengalami masalah maka, auditor akan mengungkapkannya dalam opini audit secara independen. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiani, dkk (2012), Verdiana dan Utama (2013), serta Nanda dan Siska (2015).

(2) Disclosure

Variabel disclosure mempunyai nilai Sig. 0,081 > 0,05 yang memberikan bukti bahwa disclosure tidak mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Luas atau tidaknya pengungkapan yang diberikan oleh perusahaan dalam disclosure tidak akan berpengaruh kepada auditor dalam menyampaikan asumsi going concern. Meskipun perusahaan hanya mengungkapkan sedikit informasinya namun menurut auditor dalam opininya menyatakan wajar atau dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki kemampuan melangsungkan usahanya pada tahun berikutnya maka, auditor tidak akan memberikan asumsi going concern. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanda dan Siska (2015).

(3) Ukuran KAP

Variabel ukuran KAP mempunyai nilai Sig. 0,531 > 0,05 yang memberikan bukti

bahwa ukuran KAP tidak mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Hal tersebut

dikarenakan sudah seharusnya auditor bersikap obyektif dan independen tanpa membedakan apakah auditor tersebut bekerja di kantor KAP big four ataupun selain big four. KAP manapun harus tetap memberikan opini yang sebenernya mengenai laporan keuangan yang telah di auditnya. Opini yang independen akan menambah kredibilitas dan kepercayaan perusahaan-perusahaan lain yang belum menggunakan jasanya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Verdiana dan Utama (2013), Wulandari (2014), serta Nanda dan Siska (2015).

(4) Debt Default

Variabel debt default mempunyai nilai Sig. 0,998 > 0,05 yang memberikan bukti bahwa debt default tidak mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Perusahaan yang gagal dalam membayar hutang-hutangnya tidak menjadi satu-satunya acuan bagi auditor dalam menyampaikan asumsi going concern. Auditor akan memeriksa kondisi keuangan, kerugian yang pernah dialami, dan juga keadaan perusahaan apakah sedang dalam masalah tertentu atau tidak. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanda dan Siska (2015).

(5) Opinion Shopping

Variabel opinion shopping mempunyai nilai Sig. 0,105 > 0,05 yang memberikan bukti bahwa opinion shopping tidak mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Jika perusahaan mengganti auditornya setelah pemberian opini audit mengenai kelangsungan usaha maka, belum tentu perusahaan sengaja mengganti auditornya untuk tujuan mendapatkan opini yang lebih baik dari sebelumnya. Bisa jadi hal tersebut dikarenakan pihak perusahaan tidak lagi merasa cocok dengan auditor yang lama ataupun terjadi masalah intern antara pihak perusahaan dan auditor. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiani, dkk (2012).

(6) Kondisi Keuangan

Variabel kondisi keuangan mempunyai nilai Sig. 0,767 > 0,05 yang memberikan bukti

bahwa kondisi keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Auditor

tidak hanya melihat kondisi keuangan sebagai salah satu acuan dalam pemberian asumsi going concern, namun juga auditor melihat kondisi perekonomian atau mungkin krisis ekonomi yang sedang terjadi. Kondisi keuangan yang diprediksi tidak pailit belum tentu akan

(12)

bebas dari asumsi going concern, dikarenakan auditor akan memeriksa hasil keseluruhan hasil auditnya, tidak hanya melihat dari kondisi keuangan saja untuk menyampaikan asumsi going concern maupun asumsi non going concern. Begitu pula sebaliknya, kondisi keuangan yang dalam keadaan pailit sekalipun tidak menjadi patokan bahwa perusahaan akan memperoleh asumsi going concern. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardiani, dkk (2012) dan Wulandari (2014).

(7) Opini Audit Tahun Sebelumnya

Variabel kondisi keuangan mempunyai nilai Sig. 0,003 < 0,05 yang memberikan bukti bahwa kondisi keuangan mempunyai pengaruh terhadap asumsi going concern. Opini audit tahun sebelumnya dapat menjadi alasan estimasi tersendiri bagi auditor untuk menyampaikan opininya di tahun berjalan. Jika perusahaan menerima opini audit dengan paragraf kelangsungan usaha di tahun sebelumnya maka, besar peluang perusahaan akan mendapat opini dengan paragraf yang sama di tahun berikutnya. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Yunida dan Wardhana (2013), serta Wulandari (2014).

PENUTUP Kesimpulan

Setelah peneliti selesai melakukan penelitian dan mendapatkan hasil pembahasan analisis data menggunakan regresi logistik untuk membuktikan berbagai faktor yang mempengaruhi pemberian asumsi going concern, maka diambil kesimpulan antara lain: Hasil pengujian secara parsial membuktikan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya dengan Sig. 0.003 kurang dari 0.05 berpengaruh terhadap asumsi going concern. Sedangkan variabel audit tenure (0.368), disclosure (0.081), ukuran KAP (0.531), debt default (0.998), opinion shopping (0.105), dan kondisi keuangan (0.767), keenam variabel tersebut memiliki tingkat signifikan yang lebih dari 0.05 sehingga menyatakan tidak berpengaruh terhadap asumsi going concern.

Saran

Peneliti menyampaikan saran berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dengan harapan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih baik, antara lain:

1) Bagi akademik dapat menambah referensi buku dan jurnal, berbagi ilmu dan wawasan

yang lebih mendalam mengenai asumsi going concern dan berbagai faktor yang dijadikan alasan auditor dalam menyampaikan asumsi going concern.

2) Bagi peneliti berikutnya mampu menambah rentang tahun penelitian, sampel penelitian

menggunakan sektor industri yang lain, dan variabel-variabel independen selain yang telah ada didalam penelitian ini, misalnya rasio keuangan, ukuran perusahaan, atau variabel lain.

DAFTAR PUSTAKA

Alamanda, Putri Karina. 2013. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Dan Debt Default Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013”. Universitas Negeri Surabaya.

Ardiani, N., Emrinaldi Nur Dp dan Nur Azlina. 2012. “Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran Kap, Debt Default, Opinion Shopping, Dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ekonomi Volume 20, Nomor 4 Desember 2012. Jurusan Akuntansi Faktultas Ekonomi Universitas Riau. Pekanbaru.

(13)

Departemen Keuangan Republik Indonesia Dan Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga

Keuangan. Lampiran 1 Peraturan Bapepam Nomor X.K.6. Keputusan Ketua Badan

Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-134/Bl/2006.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Badan

Penerbit – Undip. Semarang.

Hartono, Jogiyanto dan Junaidi. 2010. “Faktor Non Keuangan Pada Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan 2015. Ikatan Akuntan

Indonesia. Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit (SA). Salemba Empat. Jakarta.

Jama’an. 2008. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus Perusahaan Publik Yang Listing Di BEI)”. Universitas Diponegoro.

Januarti, Indira dan Mirna Dyah Praptitorini. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.

Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. “Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs And Ownership Struktur”. Journal Of Financial Economics 3 (1976) 305-360. North-Holland Publishing Company.

Nanda, Fini Rizki dan Siska. 2015. “Pengaruh Audit Tenure, Disclosure, Ukuran Kap, Debt Default, Opinion Shopping, Dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Pada Perusahaan Yang Terdaftar Pada Index Syariah BEI)”. Vol. 24 No. 1 Juni 2015. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Praktik Akuntan Publik.

Purba, Marisi P. 2016. Asumsi Going Concern. Ekuilibra. Yogyakarta.

Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Alvin A . Arens, Dan Amir Abadi Jusuf. 2013. Jasa Audit Dan Assurance. Salemba Empat. Jakarta.

Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kontemporer. Salemba Empat. Jakarta.

Verdiana, Komang Anggita dan I Made Karya Utama. 2013. “Pengaruh Reputasi Auditor, Disclosure, Audit Client Tenure Pada Kemungkinan Pengungkapan Opini Audit Going Concern”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556.

Wulandari, Soliyah. 2014. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3 (2014): 531-558. ISSN: 2302-8556.

Yunida, Riswan dan M. Wahyu Wardhana. 2013. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Jurnal Intekna, Tahun XIII, No. 1, Mei 2013: 54-61.

Referensi

Dokumen terkait

Segenap Karyawan Perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

tidak cukup didalam satu silinder karena katup atau gasket bocor, atau cincin torak yang macet atau patah. Penemuan dari penyebab yang tepat dan perbaikannya sangat penting

Sebagaimana kita tau pasar adalah sebuah tempat bertemunya pembeli dengan penjual guna melakukan transaksi ekonomi yaitu untuk menjual atau membeli suatu barang

Dalam kegiatan Pesta Budaya Mejuah-juah 2015 akan dilaksanakan 11 jenis perlombaan yang memiliki Akar Budaya Karo yakni:1. 1 Lomba Tari Tradisional Karo 2

(1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) disampaikan kepada atasan masing-masing secara berjenjang dan sesuai dengan format dan jadwal yang telah

Sifat penata yang senang menyendiri, tidak percaya diri dan suka memendam perasaan merupakaan watak yang terdapat pada watak melankolis yang sempurna dan

Status Informasi Formal Informasi yang Dikuasai.. Fazhari Irvansyah Sinaga irvansyah_sinaga@apps.ipb.ac.id Permohonan soft copy berkas ijazah dan transkrip nilai.. 300 8 Juli 2020

telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) pada