HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.5 Analisis Deskriptif Kualitatif
363.641.62 (338.761,74) 2 IRR (%) 44,58 16,14 15,46 3 BC Ratio 1,33 1,001 0,996
Sumber : Diolah dari data primer (Lampiran 16) Keterangan : ( ) artinya negative
Hasil analisis sensitivitas yang ditunjukkan pada tabel 5.20 dan 5.21 mencerminkan bahwa perubahan harga lebih peka jika dibandingkan dengan perubahan biaya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa ketika biaya operasional naik sebesar 46% dengan asumsi harga jual dan volume produksi tetap maka investasi usahatani bunga hortensia masih layak untuk diusahakan. Sedangkan ketika harga jual turun hanya 27% dengan asumsi volume produksi dan biaya tetap, usahatani bunga hortensia tidak layak diusahakan.
5.5 Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmana aspek pasar, aspek teknis, dan aspek sosial menunjang pengembangan usahatani bunga hortensia pada masa yang akan datang.
5.5.1 Aspek pasar
Pasar merupakan tolok ukur dari keberhasilan suatu usahatani, karena dari aktivitas pemasaran akan tercipta sumber penghasilan. Aspek pasar perlu dinilai untuk melihat bagaimana prospek usahatani bunga hortensia tersebut. Dasar yang dipakai dalam penilaian aspek pasar ini adalah sebagai berikut.
a. Permintaan terhadap bunga hortensia mengalami peningkatan b. Jangkauan daerah pemasaran bunga hortensia semakin luas
c. Persaingan bunga hortensia dengan bunga lainnya yang sejenis tidak masalah
d. Harga bunga hortensia dari tahun ke tahun cendrung mengalami peningkatan
e. Fluktuasi harga dipengaruhi oleh jumlah produksi bunga hortensia f. Penjualan hasil panen bunga hortensia mudah disalurkan
g. Pembeli (pengumpul) datang langsung ketempat usahatani
h. Cara pembayaran penjualan bunga hortensia sesuai dengan perjanjian /kesepakatan
Hasil penilaian didasarkan pada perolehan rata-rata skor pada 83 orang petani bunga hortensia diperoleh hasil yang disajikan pada Tabel 5.21.
Tabel 5.22
Aspek Pasar Usahatani Bunga Hortensia, Tahun 2009
No Kriteria
Rata-Rata
Skor
1 Permintaan terhadap bunga hortensia mengalami peningkatan 4,08 2 Jangkauan daerah pemasaran bunga hortensia semakin luas 4,13 3
Persaingan bunga hortensia dengan bunga lainnya yang sejenis
tidak masalah 4,12
4
Harga bunga hortensia dari tahun ke tahun cendrung mengalami
peningkatan 4,22
5 Fluktuasi harga dipengaruhi oleh jumlah produksi bunga hortensia 3,95 6 Penjualan hasil panen bunga hortensia mudah disalurkan 4,34 7 Pembeli (pengumpul) datang langsung ketempat usahatani 4,31 8
Cara pembayaran penjualan bunga hortensia sesuai dengan
perjanjian/kesepakatan 4,05
Rata-rata Skor 4,15
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009
Hasil analisis aspek pasar pada Tabel 5.22 diperoleh rata – rata skor 4,15 yang menunjukkan penilaian terhadap aspek pasar usahatani bunga hortensia dilihat dari permintaan terhadap bunga hortensia, pertumbuhan pasar bunga hortensia, kompetisi bunga hortensia dengan bunga jenis lainnya, harga bunga hortensia, dan cara pembayaran penjualan bunga hortensia prospeknya cerah.
5.5.2 Aspek teknis
Aspek teknis dalam usahatani bunga hortensia diupayakan agar memberikan hasil yang baik sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pasar dan usaha ini dapat memberikan manfaat serta berkelanjutan. Dasar yang digunakan dalam penilaian ini adalah sebagai berikut.
a. Bibit yang digunakan berasal dari induk yang berkualitas b. Penyediaan bibit berasal dari daerah setempat
d. Perlu pengaturan yang optimal jarak antar tanaman e. Penyediaan pupuk mudah didapatkan
f. Penyediaan obat-obatan mudah didapatkan
g. Perawatan tanaman bunga hortensia mudah dilakukan
h. Penanganan panen bunga hortensia dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar
Hasil penilaian didasarkan asumsi yaitu rata-rata skor. Hasil penelitian pada 83 orang petani bunga hortensia disajikan pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23
Aspek Teknik Usahatani Bunga Hortensia, Tahun 2009
No Kriteria Rata-Rata
Skor
1 Bibit yang digunakan berasal dari induk yang berkualitas 4,11 2 Penyediaan bibit berasal dari daerah setempat 4,33 3
Bibit/stek bunga hortensia sebelum ditanam, dilakukan
perawatan /perawatan 4,13
4 Perlu pengaturan yang optimal jarak antar tanaman 4,11
5 Penyediaan pupuk mudah didapatkan 3,83
6 Penyediaan obat-obatan mudah didapatkan 3,87
7 Perawatan tanaman bunga hortensia mudah dilakukan 4,22 8
Penanganan panen bunga hortensia dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan pasar 3,89
Rerata skor 4,06
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009
Hasil analisis tersebut diperoleh rata – rata skor 4,06 dari responden petani bunga hortensia ini menunjukkan bahwa dari aspek teknis dilihat dari penggunaan bibit, perlakuan bibit sebelum ditanam, pengaturan jarak tanam, perawatan tanaman, penyediaan saprodi dan panen disesuaikan dengan kebutuhan pasar dapat dikatakan baik.
5.5.3 Aspek sosial
Berkembangnya usahatani bunga hortensia juga sangat ditentukan oleh sikap masyarakat setempat terhadap keberadaan tanaman tersebut. Aspek sosial akan dinilai dari persepsi petani bunga hortensia terhadap beberapa indikator yang berkaitan dengan aspek tersebut. Dasar penilaian yang dipergunakan adalah sebagai berikut.
a. Usahatani bunga hortensia menggunakan tenaga local dan ramah lingkungan b. Adanya pertemuan berkala antar petani bunga hortensia
c. Sesama petani bunga hortensia saling tukar pengalaman dan informasi d. Usahatani bunga hortensia mendorong terbentuknya kelompoktani e. Usahatani bunga hortensia diterima masyarakat
Hasil penelitian didasarkan atas rata – rata skor dan hasilnya seperti pada Tabel 5.24.
Tabel 5.24
Aspek Sosial Usahatani Bunga Hortensia, Tahun 2009
No Kriteria Rata-Rata
Skor
1 Usahatani bunga hortensia menggunakan tenaga lokal 4,04 2 Usahtani bunga hortensia ramah terhadap lingkungan 4,19 3 Adanya pertemuan berkala antar petani bunga hortensia 3,98 4 Sesama petani bunga hortensia saling tukar pengalaman dan
informasi mengenai teknologi bunga hortensia 4,01
5
Usahatani bunga hortensia mendorong terbentuknya
kelompoktani 3,80
6 Usahatani bunga hortensia diterima masyarakat 4,16
Rerata Skor 4,03
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2009
terutama dilihat dari penggunaan tenaga kerja lokal, usahatani ramah lingkungan, pertemuan secara berkala antar petani, mendorong terbentuknya kelompoktani dan usahatani bunga hortensia diterima masyarakat adalah baik.
5.5.4 Dampak usahatani bunga hortensia
Setiap usaha yang dijalankan akan memberikan dampak pada pengusaha itu sendiri, pemerintah maupun masyarakat luas. Begitu pula dengan usahatani yang ada di Desa Gobleg Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Dalam uraian ini hanya dibatasi pada dampak penyerapan tenaga kerja yang ditimbulkan dan pendapatan yang diperoleh akibat adanya usahatani tersebut. Perlu diketahui bahwa pendapatan masyarakat setempat selama ini sangat tergantung dari usahatani tersebut dan tenaga kerja mereka lebih banyak dicurahkan untuk mengerjakan usahatani itu sendiri.
Hasil penelitian pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa untuk mengelola satu hektar lahan diperlukan 92 HKP per tahunnya. Sedangkan luas areal tanaman bunga hortensia mencapai 584 hektar (Monograpfi Desa Gobleg tahun 2008). Dengan demikian jumlah HKP yang diperlukan untuk mengelola lahan tersebut sebanyak 53.728 HKP, sehingga jumlah tenaga kerja yang dapat diserap secara penuh oleh usahatani bunga hortensia yang ada di Desa Gobleg Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng sebanyak 147 orang ( 53.728 HKP/365 HKP x satu orang) dalam setahun.
Di samping dapat menyerap tenaga kerja, usahatani bunga hortensia juga berdampak pada pendapatan petani tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari usahatani bunga hortensia dalam satu tahun per ha
sebesar Rp 7.784.230,22 (tabel 5.13). Jumlah luas lahan yang dikelola oleh 83 petani responden sebanyak 84,55 ha. Dengan demikian, maka jumlah pendapatan secara total dari 83 petani sebesar Rp 781.501.085,75 (84,55 ha x Rp 9.243.064,29). Jadi
rata-rata pendapatan per orang sebesar Rp 9.415.675,73 (Rp 781.501.085,75/83). Dari hasil penelitian diperoleh jumlah rata-rata anggota keluarga setiap rumah tangga beranggotakan empat orang (Lampiran 1) , sehingga pendapatan per orang dalam rumah tangga tersebut sebesar Rp 2.353.918,93 (Rp 9.415.675,73/4). Apabila dihubungkan garis kemiskinan dengan menggunakan kriteria pendapatan perkapita untuk daerah pedesaan setara beras ≥ 320 kg per tahun per orang yang dirumuskan oleh Prof. Sajogyo (2006). Jika diasumsikan pada tahun 2010 harga beras per kg Rp 6.500,00 maka pendapatan anggota keluarga responden dari usahatani bunga hortensia setara 362 kg beras. Dengan demikian maka keluarga-keluarga responden tidak miskin atau berada diatas garis kemiskinan.