• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIOEKONOMI DAN YURIDIS TERHADAP

4.1 Analisis Deskriptif LKS di DIY Pasca Implementasi Perda LKS

LKS merupakan lembaga yang dibangun atas dasar semangat dan niat baik untuk mengatasi permasalahan yang terjadi seputar kesejahteraan masyarakat atau yang biasa disebut dengan masalah kesejahteraan sosial. Meskipun demikian, karena penyelenggaraan LKS yang kurang optimal di masa lalu, maka dirumuskan dan disahkanlah Peraturan Daerah DIY No. 11 Tahun 2015 Tentang LKS. Perda ini berisi tentang pedoman tata kelola LKS untuk mewujudkan penyelenggaan LKS yang berfungsi optimal dan mampu mengatasi persoalan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lembaga kesejahteraan sosial (LKS) atau organisasi sosial (Orsos) merupakan elemen dari potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS). Data statistik Dinas Sosial Provinsi DIY menunjukkan bahwa terdapat kenaikan tipis jumlah LKS dari 354 unit (pada tahun 2013) menjadi 368 unit (pada tahun 2015) dan 372 unit (pada tahun 2017). Mengacu pada data tersebut, diketahui bahwa kemunculan Perda DIY tentang LKS yang disahkan pada tahun 2015 cenderung diikuti penurunan tingkat pertumbuhan tahunan LKS. Hal ini kemungkinan terjadi karena keberadaan Perda ini menjadi penyaring LKS baru yang muncul di masyarakat. Penurunan pertumbuhan jumlah LKS tidak serta merta menunjukkan pencapaian buruk LKS di DIY, namun justru mengindikasikan adanya proses pembentukan LKS yang semakin selektif dalam rangka mewujudkan pelayanan LKS yang optimal dan mampu

Kajian Evaluasi Peraturan Daerah No. 11/2015 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial

mengatasi persoalan yang dialami penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Tabel 4.1 Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial di DIY

PSKS 2013 2014 2015 2016 2017*

Karang Taruna (kelompok) 438 438 438 438 438 Tenaga Kesejahteraan Sosial

Kecamatan-TKSK (orang)

78 78 78 78 78

Organisasi Sosial/Lembaga Kesejahteraan Sosial (unit)

354 395 368 370 372

Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) (kelompok)

87 124 143 163 193

Pekerja Sosial Masyarakat-PSM (orang) 4572 4534 4721 4767 4960 Taruna Siaga Bencana -Tagana (orang) 505 505 837 1034 1050

Sumber: Data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan sarana kesejahteraan sosial (Dinas Sosial DIY)

Pada tabel 4.1, tampak bahwa organisasi yang cukup menonjol sebagai elemen potensi dan sumber kesejahteraan sosial adalah Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM).3 WKBSM di DIY mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari 87 unit pada tahun 2013 menjadi 143 unit pada tahun 2015 dan 193 pada tahun 2017. Dengan kata lain, terdapat kenaikan tingkat pertumbuhan yang relatif konstan dari tahun ke tahun. WKBSM yang merupakan lembaga yang memfasilitasi penyelesaian permasalahan kesejahteraan sosial masyarakat dengan berbasis kekuatan lokal ini berpotensi menjadi kolaborator dan pelengkap dari fungsi LKS, dimana kedua lembaga ini berfungsi sama, namun kadar lokalitas dan profesionalitas dari kedua lembaga relatif berbeda.

3 Mengacu pada definisi Kementrian Sosial, WKBSM merupakan sistem kerjasama antar keperangkatan pelayanan sosial di akar rumput yang terdiri dari usaha kelompok, lembaga maupun jaringan pendukungnya, dimana wahana ini merupakan jejaring kerja pada kelembagaan sosial komunitas lokal, baik yang tumbuh melalui proses alamiah dan tradisional maupun lembaga yang sengaja dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat pada tingkat lokal, sehingga dapat menumbuhkembangkan sinergi lokal dalam pelaksanaan tugas di bidang usaha kesejahteraan sosial.

Kajian Evaluasi Peraturan Daerah No. 11/2015 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial

Menilik tentang efektivitas lembaga-lembaga yang mengupayakan penyelesaian masalah kesejahteraan sosial, termasuk LKS, di DIY, diperlukan informasi terkait hasil dari kerja lembaga sosial tersebut. Salah satu cara untuk menilai hasil kerja lembaga sosial tersebut adalah dengan mengamati data perkembangan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 memberikan informasi terkait jumlah PMKS di DIY. Data tersebut menunjukkan bahwa terdapat pencapaian positif lembaga-lembaga sosial di DIY yang ditunjukkan dengan kecenderungan penurunan jumlah PMKS sekaligus pencapaian negatif lembaga-lembaga sosial di DIY yang ditunjukkan dengan kecenderungan kenaikan PMKS pada periode 2015–2017.

Tabel 4.2 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di DIY dengan trend penurunan

PMKS 2015 2016 2017*

Pengemis 170 150 170

Anak Balita Terlantar 1978 1826 1309

Anak Terlantar 20089 14450 13960

Korban Tindak Kekerasan 3153 735 829 Bekas Warga Binaan Lembaga 4744 209 170 Pemasyarakatan

Korban Penyalahgunaan NAPZA 1451 468 500

Korban Bencana Sosial 376 115 29

Pekerja Migran Bermasalah Sosial 939 329 361 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi 12689 12840 12405

Sumber: Data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan sarana kesejahteraan sosial (Dinas Sosial DIY)

Kajian Evaluasi Peraturan Daerah No. 11/2015 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial

Tabel 4.3 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di DIY dengan trend kenaikan

PMKS 2015 2016 2017*

Gelandangan 82 171 236

Pemulung 256 450 511

Lanjut Usia Terlantar 33752 42642 45765 Penyandang Disabilitas 25050 26177 26547

Tuna Susila 47 385 406

Keluarga Fakir Miskin 361081 132238 367450 Keluarga Bermasalah Sosial

Psikologis

3212 4932 4943

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)

2523 2834 3104

Sumber: Data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan sarana kesejahteraan sosial (Dinas Sosial DIY)

Data di atas memberikan informasi kuantitatif terkait kinerja lembaga sosial DIY, termasuk LKS, pasca diterbitkannya Perda DIY tentang LKS. Sejauh mana efektivitas Perda DIY Tahun 2015 tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial dapat juga ditinjau secara kualitatif. Paparan Kepala Dinas Sosial di Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah Provinsi DIY memberikan sejumlah informasi terkait perkembangan penyelenggaraan lembaga kesejahteraan sosial pasca implementasi Perda LKS, khususnya ditinjau dari aspek pendaftaran (registrasi), manajemen, administrasi pelayanan, atribut pelayanan, serta pengembangan SDM.4 Terkait registrasi LKS, terdapat peningkatan jumlah LKS yang melakukan pendaftaran dan yang memiliki status badan hukum. Terkait manajemen LKS, hasil observasi Dinas Sosial menunjukkan adanya sejumlah perbaikan. Hal ini terindikasikan dari tingkat keterlibatan pengurus dalam pengelolaan LKS yang semakin tinggi, pertemuan pengurus untuk mengelola LKS yang semakin berkualitas, serta komitmen pengurus terhadap peningkatan kualitas pelayanan dan kualitas kelembagaan yang

4 Hasil olahan paparan Kepala Dinas Sosial DIY dalam FGD bertajuk “Efektivitas Peraturan Daerah DIY Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial bagi Penyelenggaraan Lembaga Kesejahteraan Sosial di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Bagian Legislasi Sekretariat DPRD DI Yogyakarta yang diadakan di Yogyakarta, 17 April 2018.

Kajian Evaluasi Peraturan Daerah No. 11/2015 Tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial

semakin meningkat. Disamping itu, kesadaran pengelola LKS akan pentingnya regulasi pelayanan juga semakin tinggi. Berkaitan dengan hal ini, semakin tumbuh kesadaran LKS untuk mengikuti akreditasi dalam rangka mengkontrol kualitasnya. Hal ini sangat berbeda dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, dimana dahulu LKS tidak tertarik untuk mengikuti akreditasi LKS dan hanya melakukan tugasnya masing-masing secara monoton. Terkait administrasi pelayanan LKS, terdapat juga sejumlah perbaikan. Diantaranya, LKS sudah mulai menyusun prosedur standar pelayanan (SOP Pelayanan). Selain itu, LKS juga mulai menjalankan tertib pencatatan, pelaporan dan pendokumentasian aktivitas- aktivitasnya. Praktek pengelolaan lembaga berbasis kasus (case

management practices) juga semakin diterapkan sehingga memungkinkan

LKS untuk melakukan pengelolaan lembaga yang berbasis pada pembelajaran praktek-praktek riil yang pernah dialaminya. Terkait pelayanan LKS, terdapat dua hal utama yang dicapai. Pertama, kualitas pelayanan LKS semakin meningkat dalam banyak hal, diantaranya pemenuhan kebutuhan dasar serta perbaikan sarana pendukung. Kedua, peningkatan jangkauan pelayanan LKS dalam konteks jenis layanannya (utamanya pelayanan berbasis keluarga, masyarakat, non-lembaga dan panti). Terkait dengan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), LKS mulai menyadari pentingnya pengembangan kualitas SDM serta mulai aktif mengirimkan SDM ke dalam berbagai kegiatan pelatihan.

Dokumen terkait