• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENEITIAN A. Gambaran Umum Responden

B. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

Deskriptif variabel penelitian memberikan penjelasan mengenai hasil jawaban atau persepsi masing-masing responden dari indikator penelitian

mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Makassar. Dengan menggunakan data primer dan mengambil 31 responden serta menggunakan skala likert (1) = Rendah, (2) Sedang. (3) Tinggi, maka hasil analisis deskriptif variabel penelitian sebagai berikut:

a) Deskripsi Kecukupan data Terhadap Kualitas Audit

Faktor kecukupan data yang diukur oleh pengetahuan dan pengalaman merupakan hal yang dapat mempengaruhi kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Makassar. Adapun persepsi responden mengenai faktor kecukupan data dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Persepsi Responden terhadap Kecukupan Data pada Kantor Akuntan Publik di Makassar

Indikator Persepsi

Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)

1.Pendidikan formal 9,7 80,6 9,7

2.Pelatihan/Kursus 54,8 45,2

-3.Keahlian khusus 6,5 67,7 25,8

4.Lama melakukan audit 29,0 58,1 12,9

5.Jumlah klien yang telah diaudit 9,7 51,6 38,7

6.Jenis perusahaan 9,7 48,4 41,9

Rata-rata 19,9 58,6 21,5

Sumber: Data Primer Diolah (2014) Keterangan: Hasil Kuesioner

Penilaian auditor terhadap kompetensi dapat dilihat dari persepsi auditor terhadap 6 item indikator, yaitu:

1) Indikator pertama mengenai pendidikan formal/pendidikan terakhir auditor.

Sebagian besar pendidikan terakhir auditor yaitu Strata 1 (S1) sebanyak 25 orang (80,6%), tingkat pendidikan terendah yaitu Diploma III (D3) sebanyak 3

orang (9,7%) dan tingkat pendidikan tertinggi yaitu Strata 2 (S2) sebanyak 3 orang (9,7%).

2) Indikator kedua mengenai pelatihan/kursus yang diikuti oleh auditor dalam setahun. Terdapat 17 orang (54,8%) yang mengikuti pelatihan/kursus sebanyak 1 kali dalam setahun dan 14 orang (45,2%) yang mengikuti pelatihan/kursus 2-5 kali dalam setahun. Pelatihan/kursus yang telah telah diikuti oleh auditor yaitu pelatihan/kursus yang bersifat lokal dan berskala nasional.

3) Indikator ketiga mengenai keahlian khusus yang dimiliki oleh auditor.

Sebanyak 2 orang (6,5%) yang hanya memiliki 1 keahlian khusus, sebanyak 21 orang (67,7%) yang memliki 2 keahlian khusus, dan sebanyak 8 orang (25,8%) yang memiliki 3 bahkan lebih keahlian khusus. Keahlian khusus yang dimiliki auditor yaitu konsultan pajak yang merupakan keahlian yang rata-rata dimiliki oleh auditor, analisis system, konsultan manajemen, dan software akuntansi.

4) Indikator keempat mengenai lama melakukan audit oleh auditor. Terdapat 9 orang (29%) yang yang melakukan audit dibawah 5 tahun, 18 orang (58,1%) yang telah melakukan audit 5-10 tahun, dan 4 orang (12,9%) yang telah melakukan audit lebih dari 10 tahun.

5) Indikator kelima mengenai jumlah klien yang telah diaudit oleh auditor dalam setahun. Terdapat 3 orang (9,7%) yang mengaudit kurang dari 4 klien pertahun, sebanyak 16 orang (51,6%) yang mengaudit 4-6 klien pertahun, dan

sebanyak 12 orang (38,7%) yang mampu mengaudit lebih dari 6 klien pertahun.

6) Indikator keenam mengenai jenis perusahaan yang telah diaudit oleh auditor.

Sebanyak 3 orang (9,7%) mengaudit hanya 1 jenis perusahaan, 15 orang (48,4%) yang telah mengaudit 2 jenis perusahaan, dan sebanyak 13 orang (41,9%) yang telah mengaudit 3 bahkan lebih jenis perusahaan. Jenis perusahaan yang telah mereka audit yaitu perusahaan jasa, perusahaan dagang, perusahaan manufaktur, dan yayasan.

b) Deskripsi Pengolahan data Terhadap Kualitas Audit

Faktor pengolahan data merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Makassar. Adapun persepsi responden mengenai faktor independensi dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Distribusi Persepsi Responden terhadap Pengolahan Data pada Kantor Akuntan Publik di Makassar

Indikator Persepsi

Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)

1. Lama mengaudit klien 35,5 45,2 19,4

2. Pemberian ancaman dan sanksi

penggantian auditor oleh klien 38,7 41,9 19,4

3. Besar fee audit yang diberikan

oleh klien 41,9 41,9 16,1

4. Fasiliitas dari klien 32,3 48,4 19,4

5. Manfaat telaah dari rekan

auditor 38,7 45,2 16,1

6. Jasa non audit yang diberikan 38,7 41,9 19,4

Rata-rata 37,6% 44,1 18,3

Sumber: Data Primer Diolah (2014) Keterangan: Hasil Kuesioner

Penilaian auditor terhadap independensi dapat dilihat dari persepsi auditor terhadap 6 item indikator, yaitu:

1) Indikator pertama mengenai lama auditor mengaudit klien yang sama.

Terdapat 11 orang (35,5%) yang selama 1 tahun mengaudit klien yang sama, 14 orang (45,2%) yang selama 2 tahun mengaudit klien yang sama, dan 6 orang (19,4%) yang selama 3 tahun mengaudit klien yang sama.

2) Indikator kedua mengenai pemberian ancaman dan sanksi penggantian auditor oleh klien. Terdapat 12 orang (38,7%) yang diberi sanksi penggantian auditor oleh klien, 13 orang (41,9%) yang diberi ancaman penggantian auditor oleh klien, dan 6 orang (19,4%) yang tidak mendapat ancaman ataupun sanksi dari auditor.

3) Indikator ketiga mengenai besar fee audit yang diberikan klien kepada auditor.

Sebanyak 13 orang (41,9%) yang memperoleh fee tambahan agar auditor mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian, 13 orang (41,9%) yang memperoleh fee tambahan tapi tidak mempengaruhi pendapat auditor, dan sebanyak 5 orang (16,1%) yang tidak mendapat fee tambahan selain dari fee audit yang telah disepakati sebelumnya.

4) Indikator keempat mengenai fasilitas yang diberikan klien kepada auditor.

Sebanyak 10 orang (32,3%) yang memperoleh fasilitas dari klien berupa akomodasi, transportasi, dan makanan selama masa audit berlangsung, 15 orang (48,4%) yang mendapat fasilitas dari klien berupa makanan dan minuman selama masa audit berlangsung, dan hanya 6 orang (19,4%) yang tidak mendapatkan fasilitas apapun dari klien selama masa audit berlangsung.

5) Indikator kelima mengenai manfaat telaah dari rekan auditor. Sebanyak 12 orang (38,7%) yang tidak bersedia menyerahkan laporan hasil auditannya untuk di-review kepada rekan sejawat karena kurang dirasa manfaatnya, sebanyak 14 orang (45,2%) yang bersedia menyerahkan laporan hasil auditannya kepada rekan sejawat untuk di-review tapi mengabaikan saran dan kritikan yang diberikan, dan sebanyak 5 orang (16,1%) yang bersedia menyerahkan laporan hasil auditannya kepada rekan sejawat untuk di-review dan bersedia menerima saran dan kritikan.

6) Indikator keenam mengenai jasa non audit yang diberikan auditor kepada klien. Sebanyak 12 orang (38,7%) yang memberikan lebih dari 1 jasa non audit, 13 orang (41,9%) yang memberikan 1 jenis jasa non audit, dan sebanyak 6 orang (19,4%) yang tidak memberikan jasa non audit. Jasa non audit yang diberikan auditor kepada klien berupa jasa konsultasi perpajakan, konsultasi manajemen, dan konsultasi keuangan.

c) Deskripsi Kualitas Audit

Kualitas audit yang bermutu tinggi merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas digunakan indikator-indikator yang berpedomen pada prinsip etika profesi akuntan, standar auditing dan standar pengendalian mutu seperti yang tertera pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Distribusi Persepsi Responden terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Makassar

Indikator Persepsi

Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%) 1. Berpedoman pada prinsip etika

profesi akuntan - 29,0 71,0

2. Berpedoman pada standar

auditing - 67,7 32,3

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa terdapat 3 indikator yang digunakan untuk mengetahu persepsi auditor terhadap kualitas audit, antara lain:

1) Indikator pertama tentang bagaimana auditor dalam melaksanakan tugasnya di lapangan berpedoman pada prinsip etika profesi akuntan. Sebanyak 9 orang (29%) yang kurang mengetahui prinsip etika profesi akuntan sehingga dalam melaksanakan audit terkadang mengabaikan prinsip etika tersebut dan sebanyak 22 orang (71%) yang mengetahui seluruh prinsip etika profesi akuntan dan melaksanakan audit dengan berpedoman pada seluruh prinsip etika tersebut.

2) Indikator kedua tentang bagaimana auditor dalam melaksanakan tugasnya di lapangan berpedoman pada standar auditing. Sebanyak 21 orang (67,7%) yang kurang memahami standar auditing sehingga dalam melaksanakan audit terkadang mengabaikan standar tersebut dan sebanyak 10 orang (32,3%) yang memahami seluruh standar auditing dan melaksankan audit dengan berpedoman pada seluruh standar tersebut.

3) Indikator ketiga tentang bagaimana auditor dalam melaksanakan tugasnya di lapangan berpedoman pada standar pengendalian mutu yang relevan.

Sebanyak 21 orang (67,7%) yang kurang memahami standar pengendalian mutu sehingga dalam melaksanakan audit terkadang mengabaikan standar tersebut dan sebanyak 10 orang (32,3%) yang memahami seluruh standar pengendalian mutu dan melaksakan audit dengan berpedoman pada seluruh standar tersebut.

Dokumen terkait