• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Kantor Akuntan Publik

a) Definisi Akuntan, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dalam Chrisnoventie (2010: 25), akuntan adalah “seseorang yang berhak menyandang

gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Akuntan publik menurut Mulyadi (2010: 52) adalah “akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultasi)”.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dalam Chrisnoventie (2010: 25) “akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan”. Dan menurut Undang- Undang Republika Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 dalam tulisan yang sama “Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut”.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 dalam Chrisnoventie (2010: 25) juga menjelaskan bahwa “Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya”. Dan menurut Undang- Undang Republika Indonesia Nomor 5 Tahun 2011, “Kantor Akuntan Publikyang selanjutnya disingkat KAP adalah badan usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ini”.

b) Jasa yang Dihasilkan oleh Profesi Akuntan Publik

Mulyadi (2010) menjelaskan bahwa Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat, yang dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu jasa assurance dan jasa nonassurance.

1) Jasa Assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Salah satu tipe jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan publik adalah jasa atestasi. Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Jasa atestasi profesi akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi empat jenis, yaitu: audit, pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati.

2) Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jenis jasa nonassurance yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan dan jasa konsultasi.

Menurut Boynton (2003) jasa-jasa yang dihasilkan oleh Kantor Akuntan Publik antara lain adalah assurance service, jasa atestasi dan jasa-jasa lain.

1) Assurance service adalah jasa professional independen yang mampu meningkatkan mutu informasi, atau konteksnya, untuk kepentingan para

pengambil keputusan. Jasa-jasa yang termasuk dalam assurance service adalah jasa akuntansi dan jasa kompilasi.

2) Jasa atestasi adalah salah satu jasa di mana kantor CPA (Certified Public Accountant) mengeluarkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu kesimpulan tentang keandalan asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain. Jasa atestasi dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu audit, pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati.

3) Jasa-jasa lain adalah jenis jasa yang tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain dari keyakinan.

Jenis utama jasa-jasa lain yang diberikan oleh kantor CPA (Certified Public Accountant) adalah jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan keuangan, serta jasa internasional.

c) Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman terhadap prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku organisasinya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berprilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi (Mulyadi, 2010: 54).

Menurut Mulyadi (2010) ada 8 prinsip etika yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu:

1) Tanggung jawab profesi.

Setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3) Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4) Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5) Kompetensi dan kehati-hatian profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.

6) Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila

ada hak atau kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya.

7) Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8) Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.

d) Standar Profesional Akuntan Publik

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing, juga merupakan pedoman yang harus ditaati oleh akuntan publik dalam menjalankan tugasnya.

Audit yang dilakukan oleh auditor atas laporan keuangan bukan sembarang audit, melainkan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.

Menurut Mulyadi (2010: 16) “standar auditing adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam

melaksanakan audit. Standar auditing mengandung pula pengertian sebagai suatu ukuran baku atas mutu jasa auditing”

Standar auditing terdiri dari sepuluh standar yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan (Mulyadi, 2002):

1) Standar Umum.

(a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

(b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

(c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2) Standar Pekerjaan Lapangan.

(a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

(b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat saat lingkup pengujian yang akan dilakukan.

(c) Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3) Standar Pelaporan.

(a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

(c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

(d) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

e) Standar Pengendalian Mutu

Standar pengendalian mutu menurut Mulyadi (2010: 36) merupakan:

Panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian mutu jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh kompartemen akuntan publik, dan perikatan jasa profesional yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sehingga setiap KAP bertanggung jawab untuk mematuhi berbagai standar relevan yang telah diterbitkan oleh dewan dan kompartemen akuntan publik.

Standar pengendalian mutu bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kantor akuntan publik mampu memenuhi tanggung jawab profesionalnya kepada klien dan memberikan keyakinan bahwa standar dan peraturan yang telah ditaati dan dilaksanakan secara profesional dan konsisten.

Statement on Quality Control Standards (SQCS) Nomor1, System Of Quality Control for a Certified Public Accountant (CPA) Firm, mewajibkan kantor CPA memiliki sistem pengendalian mutu. SQCS Nomor 2 menunjukan adanya lima elemen pengendalian mutu yang harus dipertimbangkan oleh kantor CPA dalam membuat kebijakan pengendalian mutu berikut prosedur untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang kesesuaian dengan standar professional dalam melaksanakan jasa auditing, akuntansi, dan review. Aplikasi pengendalian mutu pada jasa-jasa lain seperti perpajakan dan konsultasi lebih bersifat sukarela. Lima Elemen yang dimaksud dalam Boynton (2003) antara lain:

1) Independensi, Integritas dan Objektivitas

Ditetapkan untuk meyakinkan bahwa personel:

(a) Adalah independen terhadap klien ketika melaksanakan jasa atestasi.

(b) Melaksanakan semua tanggung jawab professional dengan integritas dan objektivitas.

2) Manajemen Personalia

Kebijakan dan prosedur perusahaan yang berkaitan dengan manajemen personalia harus dilengkapi dengan keyakinan yang memadai bahwa:

(a) Personel yang ditugaskan harus memiliki karakteristik yang diperlukan untuk melaksanakan tugas secara kompeten.

(b) Perikatan diserahkan kepada personel yang memiliki pelatihan teknis dan kemampuan yang dipersyaratkan dalam perikatan.

(c) Personel yang terpilih untuk peningkatan karir harus memiliki kualfikasi yang diperlukan yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab yang akan diberikan kemudian.

(d) Personel yang berpartisipasi dalam industry umum atau spesifik harus mengikuti pendidilan professional berkelanjutan serta kegiatan mengembangan professional lainnya yang meningkatkan kemampuan mereka untuk memenuhi tanggung jawab perikatan dan persyaratan AICPA serta badan pengatur.

3) Penerimaan dan Pemeliharaan hubungan dengan klien dan perikatan

Secara umum perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat meminimalkan kemungkinan keterkaitan dengan klien yang manajemennya kurang memiliki integritas. Selain itu, mereka harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk:

(a) Memperoleh keyakinan yang memadai bahwa perusahaan hanya akan menerima perikatan yang dapat diselesaikan dengan kompetensi professional yang cermat.

(b) Memperoleh pemahaman yang sama dengan klien tentang sifat, lingkup dan ketrbatasan jasa yang akan dilaksanakan.

4) Kinerja Perikatan

Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk:

(a) Merencanakan, melaksanakan, memberikan supervise, mereview dan mengkomunikasikan hasil setiap perikatan.

(b) Memastikan bahwa personel akan berkonsultasi dengan professional lain dan mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki keahlian, pertimbangan dan wewenang yang tepat serta tepat waktu.

5) Pemantauan

Pemantauan adalah proses evaluasi yang akan berlangsung terus menerus atas system pengendalian mutu perusahaan. Inspeksi adalah ukuran system pengendalian mutu pada suatu titik waktu tertentu. Perusahaan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dapat memberikan pertimbangan dan evaluasi terus menerus tentang:

(a) Relevansi serta kecukupan kebijakan dan prosedur.

(b) Ketepatan materi pedoman dan setiap bantuan praktik.

(c) Efektivitas kegiatan pengembangan professional.

(d) Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur.

Dokumen terkait