BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Diskriptif
Analisis ini berisi tentang bahasan secara diskriptif mengenai tanggapan yang diberikan responden pada kuesioner mengenai karakteristik sosial ekonomi pengunjung dan perilaku pengunjung yang bersedia dalam membayar serta kepuasannya terhadap pelayanan objek wisata tersebut.
2. Analisis Permintaan Objek Wisata Ndayu Park dengan Travel Cost Method
Analisis fungsi permintaan Objek Wisata Ndayu Park dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost
Method khususnya biaya perjalanan individu atau Individual Travel
Cost Method (ITCM). ITCM dirumuskan sebagai berikut (Fauzi,
2004) dalam (Tri, 2009) :
Keterangan :
Vij = Jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j
Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Tij = Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Qi = Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi
Sj = Karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain Yi = Pendapatan (income) dari individu i
Analisis biaya perjalanan ini adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari nilai kemauan membayar pengunjung (Willingness To Pay) terhadap barang publik, tempat rekreasi yang merupakan barang publik yang tidak mempunyai harga pasar. Biaya perjalanan
mempengaruhi adanya permintaan jumlah pengunjung yang didasarkan untuk menentukan nilai barang publik yang menggunakan metode biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung.
Metode biaya perjalanan digunakan untuk menghitung tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Fungsi dari faktor biaya perjalanan, waktu yang digunakan untuk melakukan perjalanan, obyek wisata alternatif yang berada dalam zona penelitian, serta penghasilan wisatawan. Fungsi faktor-faktor tersebut dapat dilihat dalam rumus berikut (Mugi, 2008) :
Kunjungan/1000/th =
Keterangan :
Pengunjung dari zona N : Pengunjung tiap minggu P : Jumlah penduduk dari zona
3. Analisis WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Objek Wisata Ndayu Park dengan Contingent Valuation Method.
Tahap dalam penerapan analisis CVM menurut Hanley dan Spash (1993) dalam Fauzi (2010), yaitu :
1. Membuat Pasar Hipotetik
Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang/jasa
lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunkan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu :
a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana
responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.
b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan
sebuah nilai tawaran tunggal kepada responden, baik responden setuju ataupun responden tidak setuju dengan nilai tersebut.
c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/jasa publik yang diberikan.
d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka
tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, dengan menggunkan metode ini biasanya responden mengalami kesulitan untuk menjawab, khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.
3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP
Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata- rata penawaran.
4. Memperkirakan Kurva WTP
Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. Contoh variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP antara lain adalah tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut:
WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) dimana i = responden ke-i. 5. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh :
a. Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.
b. Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata- rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi µ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.
c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.
4. Analisis Regresi
a. Pemilihan Model
Pengaruh variabel bebas dapat diketahui terhadap variabel terikat digunakan alat analisis statistik yaitu regresi linier berganda dengan bentuk semi-log. Analisis regresi linier berganda dengan bentuk semi-log merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabel.
Menganalisis TCM dengan kunjungan ke Objek Wisata Ndayu Park yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur, dan fasilitas sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:
TK (Y) = f (LnX
1, X2, LnX3, X4, X5, X6) Keterangan :
TK(Y) = Tingkat kunjungan per 1000 di Objek Wisata Ndayu Park
X
1 = Biaya perjalanan Objek Wisata Ndayu Park berupa biaya transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain
X
2 = Pendidikan X
3 = Pendapatan X
4 =Jarak tempat tinggal pengunjung dengan Objek Wisata Ndayu Park
X
5 = Usia pengunjung X
6 = Fasilitas Objek Wisata Ndayu Park
Menganalisis CVM dengan kemauan membayar responden di Objek Wisata Ndayu Park yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, usia, dan fasilitas sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:
LnWTP (Y) = f (LnX
1, X2, LnX3, X4, X5, X6) Keterangan :
LnWTP (Y) = Willingness to pay/ ketersediaan membayar LnX
1 = Biaya perjalanan Objek Wisata Ndayu Park berupa biaya transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain X
2 = Pendidikan LnX
3 = Pendapatan X
4 = Jarak tempat tinggal pengunjung dengan Objek Wisata Ndayu Park
X
5 = Usia pengunjung
X6 = Fasilitas Objek Wisata Ndayu Park
Dari formulasi di atas, model analisis regresi linear berganda dengan menggunakan model regresi semi-log untuk TCM adalah sebagai berikut:
TK (Y) = β
0+ β1LnX1+ β2X2+ β3LnX3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ е dan untuk yang CVM adalah :
LnWTP (Y) = β
0+ β1LnX1 + β2X2+ β3LnX3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ е Keterangan :
TK (Y) = Tingkat kunjungan per 1000 di Ndayu Park LnWTP (Y) = Willingness to pay/ ketersediaan membayar
β0 = Intersep/konstanta β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien regresi LnX1 = Biaya perjalanan X2 = Tingkat pendidikan LnX3 = Pendapatan X4 = Jarak X5 = Usia X6 = Fasilitas e = Variabel pengganggu b. Uji Asumsi Klasik
Kesimpulan dapat diambil berdasarkan hasil regresi maka model persamaan harus terbebas dari asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas Uji Multikolinearitas, Uji Autokolerasi dan Uji Heteroskedastisitas.
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen. Mengukur derajat multikolinearitas dilakukan karena dalam asumsi dasar dari classical linear regression model (CLRM) dikatakan bahwa antar sesama regressor (variabel bebas) tidak boleh memiliki hubungan secara pasti, baik terhadap sebagian
regressor ataupun seluruhnya (Gujarati, 2005 dalam Pramudhito, 2010). Salah satu cara mendeteksi multikolinearitas adalah menggunakan perhitungan regresi pelengkap (auxiliary regressions), yaitu membandingkan nilai Fi dan Fhitung (Gujarati, 2005 dalam Pramudhito, 2010). Jika Fhitung > Fi, maka terdapat hubungan kolinear antara masing- masing variabel bebas (Xi….Xk). Namun, jika Fhitung < Fi, maka Xi tidak kolinear dengan X lainnya, demikian juga terhadap X2 , X3, X4, X5 dan X6 (Pramudhito, 2010).
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2006 dalam Triana, 2010).
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006 dalam Triana, 2010).
Dasar analisisnya adalah:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasi telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Regresi ini dilakukan secara indvidu terhadap masing-masing variable independen. Jika ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara residu dengan masing-masing variabel independen maka berarti dalam model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas (Triana, 2010).
c. Uji Statistik 1) Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun langkah-langkanya sebagai berikut :
a) Merumuskan formula hipotesis: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
b) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
c) Menentukan ttabel dan menghitung thitung ttabel t α/2 : n-k
Keterangan:
α = Derajat signifikansi = 5%; α = 0,05 n = Jumlah sampel (observasi)
k = Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
thitung βi
Se (βi)
Keterangan: βi = Parameter
d) Kriteria pengujian:
i. Jika -ttabel ≤ t hitung ≤ + ttabel , H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya b1 sama dengan nol (b1 tidak signifikan pada α =5%). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y.
ii. Jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ + ttabel, H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya b1 berbeda dengan nol (b1 signifikan pada α = 5%). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik berpengaruh terhadap Y.
2) Uji F
Uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel-variabel indepeden terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Merumuskan formula hipotesis H0 : b1=b2=b3=b4=b5=b6=0 Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠0
b) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
c) Menentukan Ftabel dan menghitung Fhitung Ftabel Fα , n-k, k-1
Fhitung R2/(k-1) (1-R2) / (n-k)
Keterangan: R2 = Koefisien determinasi
k = Banyaknya parameter termasuk intersep
d) Kriteria pengujian
i. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5 dan b6 tidak berbeda dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi/parameter secara bersama-sama tidak signifikan pada α=5%.
ii. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5, b6 tidak sama dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi/parameter secara bersama-sama signifikan pada α=5%.
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika R2=1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan 100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Namun, jika R2= 0, artinya garis regresi tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu.
4) Kurva Permintaan
Hubungan antara harga dan kuantitas yang dibeli disebut skedul permintaan. Skedul permintaan yang digambarkan secara grafik disebut kurva permintaan. Kurva permintaan memiliki hubungan yang terbalik, dimana jika Q naik maka P turun dan sebaliknya. Fakta penting ini disebut kurva permintaan dengan kemiringan negatif (law of downward – sloping
demand), yaitu jika harga suatu komoditi naik (dan hal-
hal lain dianggap tetap) pembeli cenderung membeli lebih sedikit komoditi tersebut. Demikian juga halnya jika harga turun dan hal-hal lain dianggap tetap, jumlah
barang yang dibeli juga akan meningkat. Hukum ini berlaku pada hampir semua komoditi, seperti jagung, minyak, mobil, dsb. Tiang tumpuan semua permintaan adalah selera dan kebutuhan individu.
Turunnya harga barang akan merangsang konsumen lama untuk melakukan pembelian lebih banyak dan sebaliknya saat harga barang naik menyebabkan sebagian dari kita membeli barang tersebut lebih sedikit. Ada dua faktor mengapa jumlah barang yang dibeli cenderung menurun pada saat harga naik, antara lain :
a) Efek substitusi
Pada saat harga suatu barang naik, akan ditukar dengan barang lain yang serupa. Misalnya saat harga daging sapi naik maka konsumen akan menggantinya dengan mengkonsumsi daging ayam.
b) Efek pendapatan
Pada saat harga naik, maka konsumen akan menjadi semakin miskin dari sebelumnya. Misalnya saat harga bensin naik 2X lipat, maka pendapatan konsumen akan terasa semakin
sedikit sehingga terpaksa membatasi konsumsi bensin dan barang lainnya.
Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu apabila harga suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut akan menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang tersebut meningkat. Hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien dari fungsi permintaan (b) akan selalu negatif. Bentuk umum fungsi permintaan adalah sebagai berikut: Q = -a + bP atau P = + dimana : a dan b = konstanta b = ∆Qd / ∆Pd
Pd = harga barang per unit yang diminta Qd =banyaknya unit barang yang diminta
commit to user BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Karangmalang
Kecamatan Karangmalang merupakan salah satu dari kecamatan di wilayah Kabupaten Sragen yang secara geografis terletak antara 11° 45’ dan 11° 110’ BT dan diantara 7° 15’ dan 7° 32’ LS dengan ketinggian 86 meter sampai dengan 100 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Karangmalang adalah 4.298, 82 Ha, terdiri dari 8 Desa dan 2 Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 59.002 jiwa, untuk laki-laki terdapat 29.237 jiwa dan perempuan terdapat 29.765 jiwa. Kecamatan Karangmalang sebagian besar pada tahun 2010 sebagian besar bermata pencaharian dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yaitu sebesar 8.957 jiwa, kemudian bidang jasa dan sosial sebesar 7.001 jiwa, bidang perdagangan dan akomodasi sebesar 6.609 jiwa, bidang industri pengolahan sebesar 3.718 jiwa, bidang konstruksi sebesar 1.407 jiwa, bidang angkutan dan komunikasi sebesar 867 jiwa, di bidang keuangan, real estate
dan persewaan sebesar 512 jiwa, bidang listrik, gas dan air minum sebesar 82 jiwa,dan di bidang pertambangan sebesar 75 jiwa.
Wilayah Kecamatan Karangmalang secara administratif berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Sragen Timur : Kecamatan Ngrampal
Selatan : Kecamatan Kedawung Barat : Kecamatan Masaran
(Sumber : Kecamatan Karangmalang Dalam Angka 2010) B. Potensi Objek Wisata Ndayu Park
1. Gambaran Umum Ndayu Park
Objek Wisata Ndayu Park ini terletak di Desa Dayu, Kelurahan Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen tepatnya terletak di Gembong dayu Rt.08/ IV Saradan, Karangmalang, Sragen. Telp/ Fax : (0271) 7934800, (0271) 891617. Objek Wisata Ndayu Park ini mempunyai letak geografis sebagai berikut:
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012
Keindahan alam yang mempesona dan dengan deretan pohon jati yang ada di area seluas 5 hektar ini dengan berbagai fasilitas yang tersedia dan terus di perbaharui demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung di Ndayu Park. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain :
mini zoo, wahana bermain dan ketangkasan, agrowisata, resort,
pendopo pertemuan, gazebo, kolam renang dengan berbagai ukuran, resto, dan sebagainya. Adapun denah lokasi di Objek Wisata Ndayu Park adalah sebagai berikut :
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012
Gambar 4.2 Denah lokasi Ndayu Park
Sebuah kebun binatang mini (mini zoo) menjadi salah satu wahana yang menarik dari objek wisata ini. Koleksi binatang hidup dan terpelihara dengan baik di mini zoo ini antara lain terdapat rusa, kanguru, landak, buaya, monyet, beruang, ular, burung merak, burung
elang, dan berbagai jenis burung lainnya, berbagai jenis ikan dan di kebun binatang ini terdapat tempat untuk terapi ikan.
Pengunjung akan disuguhi sebuah taman lalu lintas di mana anak-anak bisa bermain dan belajar tentang disiplin berlalu lintas yang mengasyikan dan mudah diterima oleh pengunjung (anak-anak). Pengunjung dapat bermain air sepuasnya di kolam renang yang lengkap dengan waterboom. Bagi pengunjung yang senang dengan tantangan serta kegiatan yang memicu adrenalin, terdapat sebuah wahana flying fox yang terbentang di atas sungai sepanjang 50 meter. Aktivitas air yang lain adalah memancing. Sejumlah perahu disediakan bagi pengunjung agar dapat di manfaatkan saat memancing atau sekedar untuk menikmati panorama alam dari atas permukaan air.
Wahana lain yang dapat menambah citra tempat wisata di Ndayu Park sebagai objek wisata alam dan wisata agro, yaitu area pertanian organik yang terdapat berbagai jenis tanaman sayur dan buah tumbuh dengan sangat subur tanpa terkontaminasi dengan bahan- bahan kimia yang berbahaya karena semua tanaman ini menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan sehingga sangat sehat untuk dikonsumsi.
Tanaman-tanaman tersebut antara lain : buah naga, papaya, jeruk, pisang, kacang panjang, cabai, tomat, pare, terong, singkong, ubi jalar, ceme, sawi hijau, mangga, tebu, padi, nanas hias dan masih banyak lagi. Objek wisata Ndayu Park ini juga terdapat tanaman Rosella yang daunnya setelah diolah bisa dijadikan minuman sejenis teh. Sebuah green house (rumah kaca) yang menaungi berbagai jenis tanaman hias yang sedap dipandang dan berbagai jenis tanaman obat juga telah didirikan di lokasi wisata ini.
2. Sejarah Ndayu Park
Tempat wisata banyak bermunculan di kota besar ataupun kota kecil. Di Kabupaten Sragen juga terdapat objek wisata yang lengkap dengan taman wisata hiburan dan taman wisata pendidikan, yang dinamakan Taman Ndayu Park Alam Asri atau biasa disebut dengan Ndayu Park. Objek wisata ini sesuai dengan namanaya mempunyai konsep yang bernuansakan alam yang asri, seperti yang ada dalam papan petunjuk arah Objek Wisata Ndayu Park dibawah ini :
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012 Gambar 4.3 Papan Petunjuk Arah
Objek Wisata Ndayu Park ini terletak di Desa Dayu, Kelurahan Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen sekitar 30 kilometer dari Surakarta. Objek Wisata Ndayu Park ini telah dibangun dan menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh wisatawan dari berbagai usia. Objek Wisata Ndayu Park merupakan daerah tujuan wisata keluarga sehingga semua orang dari berbagai usia dapat menikmati kenyamanan dan hiburan yang ditawarkan oleh Objek Wisata Ndayu Park dengan fasilitas yang lengkap baik untuk anak- anak, remaja, ataupun orang tua.
Objek Wisata Ndayu Park memiliki konsep back to nature atau kembali ke alam, dimana dijelaskan bahwa apabila kita bersahabat dengan alam, maka alam akan memberikan lebih banyak manfaat. Objek Wisata Ndayu Park ini dulunya masih berbentuk persawahan kira-kira seluas 30 hektar yang kemudian oleh Untung Wiyono lahan persawahan ini dialokasikan untuk objek wisata. Objek Wisata Ndayu Park ini dibangun melalui tahap-tahap yang harus disetujui pihak- pihak yang bersangkutan dan pada tanggal 27 April 2007 awal mulai dibangunnya Objek Wisata Ndayu Park. Tahap pembangunan pertama adalah tanaman-tanaman pepohonan yang ditanam di area taman seluas 30 hektar, area mini zoo, kolam renang, kolam bebek, outbond, kemudian dilanjut tahap kedua adalah area penginapan para pengunjung. Tahap ketiga adalah tahap penyempurnaan rumah pendopo yang di resmikan pada tanggal 27 Mei 2008 dan ditambah
dengan area waterboom yang dibangun pada tanggal 27 November 2010 dan diresmikan pada tanggal 1 Januari 2011. Objek Wisata Ndayu park ini mempunyai logo kepala kijang, adapun bentuknya adalah sebagai berikut :
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012 Gambar 4.4 Logo Ndayu Park 3. Data Produk
Objek Wisata Ndayu Park memiliki beberapa fasilitas produk yang di tawarkan, adapun fasilitas produk tersebut adalah :
1. Wisata Air
Objek Wisata Ndayu Park menyediakan beberapa wahana wisata air diantaranya :
a. Kolam Renang
Objek Wisata Ndayu Park menyediakan fasilitas kolam renang bagi pengunjung yang ingin melakukan rekreasi di kolam renang. Kolam renang Objek Wisata Ndayu Park ini dibagi menjadi 3 bagian kolam renang, yaitu :
1) Kolam Renang anak dan dewasa
2) Waterboom
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012 Gambar 4.5 Kolam Renang
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012 Gambar 4.6 Waterboom b. Bebek Apung
Objek Wisata Ndayu Park menyediakan tempat untuk bersantai dengan keluarga menggunakan bebek apung, dimana pengunjung