commit to user
i
METODE VALUASI KONTINGENSI
Diajukan untuk Menyusun Skripsi dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
FERRA ERMAYANTI F1110010
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
”Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan. Maka
kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh, dan hanya kepada
Allah kamu berharap”
( QS. Al Insyira : 6 – 8 )
Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan untuk berkarya,
jauh lebih berarti daripada memiliki pengetahuan luas namun mati
tak berfungsi
( Kharil Gibran )
Yakinlah bahwa Allah SWT pasti akan memberikan yang terbaik
dan terindah tepat pada waktunya.
commit to user
v
Skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Allah SWT yang telah memberikan
semua nikmatNya.
2. Orang tuaku tercinta dan adikku
tersayang terima kasih atas doa dan
dukungannya.
3. Semua orang yang senantiasa ada
disampingku dan menyayangiku.
Terutama untuk keluarga besarku,
sahabatku, dan teman-temanku.
commit to user
vi
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Valuasi Ekonomi Objek Wisata Ndayu Park Dengan
Metode Biaya Perjalanan Dan Metode Valuasi Kontingensi”. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata S1
Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi
ini banyak mengalami hambatan, namun berkat doa, bimbingan, dukungan, dan
bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ibu Dr. Evi Gravitiani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu memberi petunjuk dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Supriyono, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Segenap Dosen dan seluruh Staf Kantor TU Fakultas Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah membantu proses pelaksanaan Pendidikan dan Penelitian.
5. Krestyanto D.N (Marketing), Abdul Rozak (SPV Gudang) dan semua
pihak pengelola Objek Wisata Ndayu Park yang telah membantu dalam
commit to user
vii
Anggraeni (Adikku) yang telah memberi perhatian, dukungan berupa
semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sebelas Maret.
7. Arif Yunianto (CyiinthaQ) yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
8. Sahabat-sahabatku Wonder Girls : Atun, Maia, Nikitul (tante), Mba’
QiQi, Dyan (mamah), Aiiu, Ulie, Dita (bude), Putri (eyang utie) dan
Wonder Boys : Jerry Yan, Setyawan (tengkleng), Habibi (babibi) yang selalu memberikan motivasi dan inspirasinya kepada penulis serta semua
teman-teman seperjuangan di Ekonomi Pembangunan 2010.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap segala
kekurangan yang ada demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini turut memberikan sumbangan manfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Desember 2012
Penulis
commit to user
BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Pariwisata ……….. 9
B. Jenis Pariwisata ... 10
C. Pengertian Permintaan ……….... 12
D. Permintaan Pariwisata ... 14
E. Valuasi Ekonomi ... 16
F. Surplus Konsumen ... 20
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ………. 34
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Karangmalang ... 59
B. Potensi Objek Wisata Ndayu Park ... 60
4. Analisis Nilai WTP terhadap Harga Tiket Objek Wisata Ndayu Park dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) ... 108
commit to user
x
A. Kesimpulan ... 125
B. Saran ... 126
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari
Tahun 2009 - pertengahan Tahun 2012 ... 5
4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 82
4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 83
4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 84
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan ... 85
4.5 Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park Berdasarkan Jenis Kunjungan ... 85
4.6 Tujuan Berkunjung Ke Objek Wisata Ndayu Park ... 86
4.7 Jumlah Kunjungan Dalam Setahun Terakhir ... 87
4.8 Pembagian Zona ... 88
4.9 Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk Tiap Zona Ke Objek Wisata Ndayu Park ... 90
4.10 Total Biaya Perjalanan Tiap Zona Ke Objek Wisata Ndayu Park ... 91
4.11 Regresi Tingkat Kunjungan per 1000 Penduduk dengan Biaya Perjalanan ... 92
4.12 Perhitungan Nilai Surplus Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park ... 95
4.13 Hasil Analisis Regresi Semi-log ... 97
4.14 Hasil Auxillary Regression ... 99
commit to user
xii
4.17 Hasil Uji t (t-test) pada α=5% ... 102
4.18 Distribusi Besaran WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Objek Wisata Ndayu Park ... 110
4.19 Total WTP Responden Objek Wisata Ndayu Park ... 113
4.20 Hasil Analisis Nilai WTP Responden Objek Wisata Ndayu Park dalam Upaya Pelestarian Lingkungan ……... 115
4.21 Hasil Auxillary Regression ... 117
4.22 Hasil Uji ARCH ... 118
4.23 Hasil Uji LM Test ... 119
commit to user
xiii
2.1 Klasifikasi Valuasi Non Market ... 20
2.2 Surplus Konsumen ... 21
2.3 Kerangka Pemikiran Valuasi Ekonomi Ndayu Park ... 32
4.1 Letak Geografis ... 60
4.2 Denah Lokasi Ndayu Park ... 61
4.3 Papan Petunjuk Arah ... 63
4.4 Logo Ndayu Park ... 65
4.5 Kolam Renang ... 66
4.6 Water Boom... 66
4.7 Bebek Apung ... 67
4.8 Agrowisata ... 68
4.9 Resto Ndayu ... 69
4.10 Perahu Gethek ... 69
4.11 Flying Fox... 70
4.12 Taman Lalu Lintas ... 71
4.13 Bercocok Tanam ... 71
4.14 Area Ketangkasan ... 72
4.15 Beruang Madu dan Monyet ... 72
4.16 Sapi Perah ... 73
commit to user
xiv
4.19 Brosur ... 78
4.20 Struktur Organisasi ... 81
4.21 Kurva WTP dengan Usia ... 111
commit to user
ii
VALUASI EKONOMI OBJEK WISATA NDAYU PARK DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN DAN METODE VALUASI
KONTINGENSI
Ferra Ermayanti F1110010
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari pengunjung Objek Wisata Ndayu Park, mengetahui besar penilaian ekonomi yang ditunjukkan dengan surplus konsumen dan besarnya jumlah kesediaan untuk membayar (Willingness to Pay), mengetahui pengaruh variabel biaya perjalanan, pendapatan, pendidikan, jarak, waktu dan fasilitas berpengaruh signifikan terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun serta mengetahui nilai manfaat dari Objek Wisata Ndayu Park.
Penelitian ini merupakan perbandingan antara Travel Cost Method (TCM)
dengan Contingent Valuation Method (CVM). Ukuran sampel penelitian ini
adalah 100 orang dengan menggunakan metode probability sampling. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan bentuk semi-log.
Hasil analisis menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan, rata-rata biaya perjalanan pengunjung berkisar antara adalah Rp 7.500,00 sampai dengan Rp 96.000,00. dengan tingkatan umur rata-rata pengunjung berumur produktif antara 30 - 35 tahun. Surplus konsumen Objek Wisata Ndayu Park sebesar Rp 260.841.380,00 per tahun dan total WTP sebesar
Rp 4.033,75/ pengunjung. Analisis Willingness to Pay (WTP) pengunjung
terhadap harga tiket Objek Wisata Ndayu Park diperoleh hasil bahwa apabila terjadi kenaikan harga tiket, pengunjung masih mau membayar harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park sampai tarif harga Rp 9.240,00.
Kenaikan harga tiket ini dapat diterapkan seiring dengan tempat wisata Objek Wisata Ndayu Park dapat mempertahankan kelestarian lingkungannya dan pengelola Objek Wisata Ndayu Park melakukan pengembangan tempat wisata serta penambahan fasilitas wisata.
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam dan budaya yang melimpah dan beragam. Keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna, panorama alam dengan berbagai wilayah yang kaya akan adat istiadat, kebudayaan, dan bahasa memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun domestik. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan yang dapat mendorong pemerintah untuk mendirikan industri pariwisata khususnya di daerah masing-masing yang mempunyai potensi wisata untuk dapat menarik wisatawan berkunjung ke daerahnya sehingga dapat menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pariwisata merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya, karena aktivitas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif, menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata spiritualisme. Meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih singkatnya hari kerja dan didukung oleh meningkatnya penghasilan, maka aktivitas kepariwisataan akan semakin meningkat. Tempat rekreasi tidak memiliki nilai pasar yang pasti, maka penilaian tempat rekreasi dilakukan dengan pendekatan biaya perjalanan. Metode biaya perjalanan ini dilakukan dengan menggunakan informasi tentang jumlah uang yang dikeluarkan dan waktu yang digunakan untuk mencapai tempat rekreasi untuk mengestimasi besarnya nilai benefit dari upaya perubahan kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi (Yakkin,1997 dalam Igunawati, 2010).
Metode biaya perjalanan mengasumsikan bahwa biaya perjalanan merefleksikan harga suatu tempat rekreasi. Fauzi (2010), metode biaya perjalanan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka seperti memancing, berburu, hiking dan lain-lain. Metode ini mengkaji biaya-biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut. Metode biaya ini dapat digunakan untuk mengatur manfaat dan biaya akibat (Fauzi, 2010) :
a. Perubahan biaya akses (tiket) masuk bagi suatu tempat rekreasi b. Penambahan tempat rekreasi baru
d. Penutupan tempat rekreasi yang ada.
Kabupaten Sragen telah mendirikan sebuah tempat wisata bernuansa pedesaan yang dilengkapi dengan nilai pendidikan dan hiburan. Objek wisata tersebut dinamakan Ndayu Park. Objek wisata Ndayu Park yang terletak di Kampung Ndayu, Ds.Jurangjero, Kec.Karangmalang, Kab.Sragen, sekitar 30 Km dari Kota Solo telah di lengkapi dengan berbagai fasilitas wisata. Ndayu Park menyimpan sejuta potensi yang siap dinikmati oleh para wisatawan dari berbagai usia. Keindahan alam pedesaan yang mempesona dengan deretan pohon jati yang menaungi areal seluas hampir 5 Ha (Sragen News Online, 2010).
Fasilitas pendukung telah disediakan demi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini, antara lain : mini zoo, wahana bermain dan ketangkasan, agrowisata, resort, pendopo pertemuan, gazebo, kolam renang lengkap dengan arena luncuran, resto, dan sebagainya. Objek wisata ini memiliki konsep sebagai daerah tujuan wisata keluarga, sehingga semua orang dari berbagai usia dapat menikmati kenyamanan dan hiburan yang ditawarkan oleh tempat ini. Fasilitas-fasilitasnya tersedia lengkap baik bagi anak-anak, remaja, maupun orang tua yang dapat digunakan sebagai sarana rekreasi dan pendidikan (Sragen News Online, 2010).
mengindikasikan bahwa sebenarnya pengunjung masih menerima surplus (kelebihan) manfaat dari tingkat harga tiket wisata yang ditetapkan, sehingga sebenarnya harga tiket wisata masih dapat ditingkatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan lebih lanjut objek wisata tersebut. Kurva permintaan wisata juga dapat memperlihatkan tingkat harga tiket wisata maksimum yang masih dapat diterapkan oleh pengelola wisata.
Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut sebagai keinginan membayar
(willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2010). Kerusakan sumber daya alam pada Obyek Wisata Ndayu Park maka akan sangat berpengaruh pada kemauan wisatawan untuk membayar (willingness to pay) pada Obyek Wisata Ndayu Park. Metode willingness to pay merupakan pengukuran menggunakan Metode Valuasi Kontingen (ContingentValuation Method/ CVM).
Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Ndayu Park dari Tahun 2009 sampai dengan pertengahan tahun 2012.
Bulan Jumlah (orang)
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Januari 17.659 67.470 29.985 14.544 Sumber : Pengelola Ndayu Park, 2012
Latar belakang mengenai Objek Wisata Ndayu Park ini, maka dapat dilakukan penilaian ekonomi dengan menggunakan TCM dan CVM, sehingga penulis mengambil judul penelitian “Valuasi Ekonomi Objek Wisata Ndayu Park Dengan Metode Biaya Perjalanan Dan Metode Valuasi Kontingensi ”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berkut:
1. Bagaimanakah karekteristik sosial ekonomi dan perilaku pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park?
2. Apakah biaya perjalanan ke objek wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun di Objek Wisata Ndayu Park? 3. Berapa besar nilai ekonomi dilihat dari surplus konsumen yang
diperoleh Objek Wisata Ndayu Park dilihat dari biaya perjalanan (Travel
Cost)?
4. Apakah biaya perjalanan ke objek wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap WTP di Objek Wisata Ndayu Park?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karekteristik sosial ekonomi dan perilaku pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park.
2. Untuk mengetahui biaya perjalanan ke Objek Wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun di Objek Wisata Ndayu Park.
3. Mengukur besar nilai ekonomi dilihat dari surplus konsumen yang diperoleh Objek Wisata Ndayu Park dilihat dari biaya perjalanan (Travel
Cost).
4. Untuk mengetahui biaya perjalanan ke Objek Wisata Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur dan fasilitas berpengaruh terhadap WTP di Objek Wisata Ndayu Park.
5. Mengetahui WTP/Willingness to Pay pengunjung terhadap harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park dengan menggunakan metode valuasi kontingensi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Pemerintah dan Instansi yang mengelola tempat wisata
menerapkan rencana prospek ke depan dalam mengelola objek wisata Ndayu Park, Kabupaten Sragen.
2. Bagi Penulis
Sebagai sarana pembelajaran dan penambahan pengetahuan mengenai penilaian biaya perjalanan (travel cost) dan ketersediaan membayar para pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park, Kabupaten Sragen dan memahami permasalahan lingkungan sumber daya alam.
3. Bagi Pembaca
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Spillane (1989) dalam Salma dan Indah (2004) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mencari kepuasan, mencari sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.
Kodhyat (1983) dalam Triana (2010) mendiskripksikan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Spillane (1987 : 20) dalam Triana (2010) mengemukakan bahwa pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain.
Wahab (1975 : 55) dalam Triana (2010) mengemukakan, pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar
hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Pariwisata selain sebagai sektor yang komplek juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.
B. Jenis Pariwisata
Jenis-jenis pariwisata, menurut Spillane (1989) dalam Salma dan Indah (2004) yang terdapat di daerah tujuan wisata yang menarik customer
untuk mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui jenis pariwisata yang mungkin layak untuk dikembangkan dan mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut.
a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk mengendorkan ketegangan syarafnya, untuk menikmati keindahan alam, untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan, dan sebagainya.
b. Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites)
c. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan sebagainya.
d. Pariwisata untuk Olahraga (sports tourism)
Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya untuk menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri.
e. Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism)
Jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan ini yang menggunakan waktu-waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan yang mengunjungi berbagai obyek wisata dan jenis pariwisata lain.
f. Pariwisata untuk konvensi (convention tourism)
Banyak negara yang tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang convention tourism.
Mappi (2001:30-33) dalam Triana (2010), Obyek wisata dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu:
b. Obyek wisata budaya, misalnya: upacara kelahiran, tari-tari (tradisional), musik (tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara turun ke sawah, upacara panen, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun (tradisional), tekstil lokal, pertunjukkan (tradisional), adat istiadat lokal, museum, dan lain-lain.
c. Obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olah raga, permainan, (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap), ketangkasan, naik kuda, taman rekreasi, pusat-pusat pembelanjaan, dan lain-lain.
C. Pengertian Permintaan
Beberapa faktor permintaan selain harga menurut Eachern (2000) dalam Salma dan Indah (2004), adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan.
Kenaikan dalam pendapatan biasanya akan mengarah pada kenaikan dalam permintaan, sehingga kurva permintaan telah bergeser ke kanan menunjukkan kuantitas yang diminta yang lebih besar pada setiap tingkat harga.
b. Selera dan Preferensi.
Selera adalah determinan permintaan non harga, karena kesulitan dalam pengukuran dan ketiadaan teori tentang perubahan selera, biasanya kita mengasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang mempengaruhi perilaku.
c. Harga barang-barang yang berkaitan.
d. Perubahan dugaan tentang harga relatif di masa depan.
Dugaan tentang harga-harga relatif di masa depan memainkan peranan yang penting dalam menentukan posisi kurva permintaan. Misal semua harga naik 10 persen per tahun dan diduga akan terus berlangsung, laju inflasi yang telah diantisipasi ini tidak lagi berpengaruh terhadap posisi kurva permintaan (jika harga diukur dalam bentuk relatif pada sumbu vertikal).
e. Penduduk.
Seringkali kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian (dengan pendapatan per kapita konstan) menggeser permintaan pasar ke kanan yang berlaku untuk sebagian besar barang.
D. Permintaan Pariwisata
Medlik (1980) dalam Triana (2010) menyatakan bahwa faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Harga
Harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisata akan berkurang begitu pula sebaliknya. b. Pendapatan
jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan.
d. Sosial Politik
Dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sosial politik akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
e. Intensitas Keluarga
Keluarga berperan dalam permintaan wisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar.
f. Harga Barang Substitusi
syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
g. Harga Barang Komplementer
Barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi dengan obyek wisata lainnya. Permintaan pariwisata selain yang disebutkan diatas juga ditentukan oleh sifat-sifat tempat tujuan, perjalanan, daya tariknya, dan efektif tidaknya kegiatan pemasaran tempat tujuan. Kebijakan pemerintah dapat menaikkan atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan seperti keamanan menurut Wahab (1989) dalam Triana (2010).
E. Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi, secara umum dapat didefinisikan bahwa pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar (market value) tersedia atau tidak, menurut Susilowati (2002) dalam Salma dan Indah (2004). Akar dari konsep penilaian ini sebenarnya berdasarkan pada ekonomi neoklasikal (neoclassical economic
theory) yang menekankan pada kepuasan atau keperluan konsumen.
barang dan jasa tidak lain adalah selisih antar keinginan membayar
(willingness to pay = WTP), dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa
tersebut (Salma dan Indah, 2004).
Tujuan valuasi adalah menentukan besarnya Total Economic Value
(TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, dimana nilai TEV, merupakan jumlah dari Nilai Guna (Use Value). Nilai guna yaitu nilai yang diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumber daya alam dan lingkungan yang dikaji atau diteliti. Nilai ini terdiri dari nilai yang berkaitan dengan kegiatan komersial, subsistensi, leisure dan aktivitas lain yang bertautan dengan sumberdaya alam yang ditelaah. Nilai Guna Tak Langsung (In Direct Use Value), berkaitan dengan perlindungan atau dukungan terhadap kegiatan ekonomis dan harta benda yang diberikan oleh suatu sumberdaya alam dan Nilai Pilihan (Option Use Value) nilai guna dari sumberdaya alam dan lingkungan di masa mendatang (Kusuma, 2011).
Valuasi ekonomi merupakan sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia bagi barang dan jasa tersebut. Hufscmidt, et al. (1987) dalam Firandari (2009), secara garis besar metode penilaian manfaat ekonomi (biaya lingkungan) suatu sumber daya alam dan lingkungan pada dasarnya dibagi kedalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pendekatan yang berorientasi pasar dan pendekatan yang berorientasi survey atau penilaian hipotesis yang disajikan sebagai berikut (Djijono, 2002 dalam Firandari, 2009):
1. Pendekatan Orientasi Pasar
a. Penilaian manfaat menggunakan harga pasar aktual barang dan jasa (actual based market method):
1) Perubahan dalam nilai hasil produksi (change in
productivity)
2) Metode kehilangan penghasilan (loss of earning methods) b. Penilaian biaya dengan menggunakan harga pasar aktual
terhadap masukan berupa perlindungan lingkungan:
1) Pengeluaran pencegahan (averted defensif expenditure
methods)
c. Penggunaan metode pasar pengganti (surrogate market based
methods)
1) Barang yang dapat dipasarkan sebagai pengganti lingkungan
2) Pendekatan nilai kepemilikan 3) Pendekatan lain terhadap nilai tanah 4) Biaya perjalanan (travel cost)
5) Pendekatan perbedaan upah (wage differential methods) 6) Penerimaan kompensasi/pampasan
2. Pendekatan Orientasi Survey
a. Pertanyaan langsung terhadap kemauan membayar
(Willingness To Pay)
b. Pertanyaan langsung terhadap kemauan dibayar (Willingness
To Accept)
Teknik valuasi ekonomi sumber daya yang tidak dapat dipasarkan
(non-market valuation) secara umum dapat digolongkan kedalam dua
membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkannya secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok ini adalah yang disebut Contingent Valuation
Method (CVM) dan Discrete Choice Method (Fauzi, 2010).
Pengklasifikasian valuasi ekonomi non-market dapat dilihat pada Gambar 2.1. Klasifikasi Valuasi Non-Market
Gambar 2.1. Klasifikasi Valuasi Non-Market Sumber: Fauzi, 2010
F. Surplus Konsumen
Samuelson dan Nordhaus (1990) dalam Salma dan Indah (2004), Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Timbulnya surplus konsumen disebabkan karena konsumen membayar untuk tiap unit berdasarkan nilai unit terakhir. Surplus konsumen mencerminkan
Valuasi Non-Market
• Random Utility model
• Contingent Choice
• Hedonic Pricing
• Travel Cost
manfaat yang diperoleh karena dapat membeli semua unit barang pada tingkat harga rendah yang sama (Salma dan Indah, 2004).
P R
D
Surplus Konsumen
Garis Harga
N E
O M Qd
Gambar 2.2 Surplus Konsumen
Sumber: Djijono (2002) dalam Salma dan Indah (2004)
Keterangan:
OREM = Total utilitas / kemampuan membayar konsumen ONEM = Biaya barang bagi konsumen
NRE = Total Nilai surplus konsumen
membayar total karena jumlah tersebut adalah hasil penjumlahan nilai-nilai marginal Q dari O sampai M dengan mengurangkan biaya suatu barang bagi konsumen (ONEM), nilai surplus konsumen ditunjukkan sebagai bidang segitiga NRE dan merupakan ukuran kemauan membayar diatas pengeluaran kas untuk konsumsi (Djijono, 2002 dalam Kusuma, 2011).
G. Travel Cost Method/ TCM
Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method), merupakan Konsep dasar dari metode travel cost yaitu waktu dan pengeluaran biaya perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan harga untuk akses ke tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999 dalam Salma dan Indah, 2004). Pengertian itu yang disebut dengan willingness to pay (WTP) yang diukur berdasarkan perbedaan biaya perjalanan.
Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan melalui metode travel cost menurut Garrod dan Willis (1999) dalam Salma dan Indah (2004), yaitu:
a. Pendekatan Zona Biaya Perjalanan (A simple zonal travel cost
approach), menggunakan data sekunder dan pengumpulan data dari
para pengunjung menurut daerah asal.
b. Pendekatan Biaya Perjalanan Individu (An individual travel cost
approach), menggunakan survei data dari para pengunjung secara
Penelitian dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu
(Individual Travel Cost Method) biasanya dilaksanakan melalui survey
kuesioner pengunjung mengenai biaya perjalanan yang harus dikeluarkan ke lokasi wisata, kunjungan ke lokasi wisata yang lain (substitute sites), dan faktor-faktor sosial ekonomi menurut Suparmoko (1997) dalam Salma dan Indah (2004). Data tersebut kemudian digunakan untuk menurunkan kurva permintaan dimana surplus konsumen dihitung.
Suparmoko (2000) dalam Salma dan Indah (2004) mengatakan bahwa metode biaya perjalanan telah banyak dipakai dalam perkiraan nilai suatu taman rekreasi dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan data mengenai jumlah pengunjung taman, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor-faktor lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama dan kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi tersebut diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung taman rekreasi tersebut mengenai jarak tempuh mereka ke lokasi taman rekreasi tersebut, biaya perjalanan yang dikeluarkan, lamanya waktu yang digunakan, tujuan perjalanan, tingkat pendapatan rata-rata, dan faktor sosial ekonomi lainnya.
Vij = f (Cij, Tij, Qij, Sij, Fij, Mi) Dimana:
Vij : jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j
Cij : biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Tij : biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Qij : persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi
Sij : karakteristik substitusi yang mungkin ada di daerah lain Fij : faktor fasilitas-fasilitas di daerah j
Mi : pendapatan dari individu i
Semua metode pada dasarnya dapat digunakan untuk menghitung nilai ekonomi suatu kawasan. Seseorang yang melakukan kegiatan wisata atau rekreasi pasti melakukan mobilitas atau perjalanan dari rumah menuju obyek wisata, dan dalam melaksanakan kegiatan tersebut pelaku memerlukan biaya-biaya untuk mencapai tujuan rekreasi, sehingga biaya-biaya perjalanan (travel cost) dapat memberikan korelasi positif dalam menghitung nilai ekonomi suatu kawasan wisata yang sudah berjalan dan berkembang (Igunawati, 2010).
H. Nilai Ekonomi
Fauzi (2010) mengatakan bahwa pengertian nilai atau value,
daya alam dan lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu, karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolak ukur yang relatif mudah dan bisa dijadikan persepsi bersama berbagai disiplin ilmu adalah pemberian price tag
(harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan, dengan demikian kita menggunakan apa yang disebut nilai ekonomi sumber daya alam.
Nilai ekonomi secara umum didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini secara formal disebut keinginan membayar (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Penggunaan pengukuran ini, nilai ekosistem bisa ”diterjemahkan” kedalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi, 2010).
I. Contingent Valuation Method/ CVM
Contingent Valuation adalah sebuah metode dalam mengumpulkan
informasi mengenai preferensi atau kesediaan membayar (Wi llingness To Pay) dengan teknik pertanyaan secara langsung ( Haab dan McConnell, 2002 dalam Firandari, 2009). Contingent Valuation mempunyai tujuan untuk mengukur keinginan membayar individu (WTP) untuk perubahan kuantitas atau kualitas dari barang dan jasa lingkungan. Pendekatan CVM disebut
sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun, misalnya seberapa besar biaya yang harus ditanggung, bagaimana pemeliharaannya, dan lain sebagainya.
Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan. Kedua, dengan teknik survei. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui: pertama, keinginan membayar (Wi llingness To Pay atau WTP) dari masyarakat, misalnya terhadap perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan lainnya) dan kedua, keinginan menerima (Wi llingness To Accept atau WTA) kerusakan suatu lingkungan perairan menurut Fauzi (2004) dalam Firandari (2009). Hanley dan Spash (1993) dalam Firandari (2009) menyebutkan bahwa langkah-langkah dalam penggunaan CVM terdiri dari enam langkah, yaitu:
a. Menyusun hypothetical market,
b. Penentuan besarnya penawaran/lelang (bid), c. Menghitung rataan WTP dan/atau WTA, d. Menduga kurva penawaran,
e. Menjumlahkan data,
f. Mengevaluasi perhitungan CVM.
J. Peneliti Te rd ahu lu
perjalanan/travel cost. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur nilai ekonomi yang diperoleh dari pengunjung wisata alam Curug Sewu Kabupaten Kendal dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu (individual
travel cost method). Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear
berganda dengan jumlah kunjungan individu sebagai variabel dependen dan enam variabel sebagai variabel independen yaitu variabel travel cost ke Curug Sewu (meliputi biaya transportasi pulang pergi, biaya konsumsi, biaya tiket masuk, biaya parkir, biaya dokumentasi, dan biaya lain–lain) (Rp), variabel biaya ke obyek wisata lain (Rp), variabel umur (tahun), variabel pendidikan (tahun), variabel penghasilan (Rp) dan variabel jarak (km). Penelitian tersebut diperoleh nilai ekonomi Curug Sewu yaitu nilai surplus konsumen yang diperoleh sebesar Rp. 896.734,90 per individu per tahun atau Rp 224.198,70 per individu per satu kali kunjungan, sehingga dihitung total nilai ekonomi wisata alam Curug Sewu sebesar Rp 12.377.025.750,00 dari hasil uji signifikansi diperoleh bahwa hanya dua variabel yang signifikan secara statistik yaitu variabel travel cost ke Curug Sewu dan variabel jarak, sedangkan variabel-variabel independen yang lain tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap jumlah kunjungan obyek wisata alam Curug Sewu Kendal.
permintaan kunjungan rekreasi; (3) persamaan permintaan manfaat rekreasi dari Taman Wisata Alam Punti Kayu; (4) valuasi ekonomi Taman Wisata Alam. Hasil penelitian diketahui, karakteristik pengunjung yang terdiri dari umur, jenis kelamin, penghasilan, jenis pekerjaan, biaya yang dikeluarkan selama kegiatan rekreasi, motivasi, dan jenis kendaraan yang digunakan sangat bervariasi. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan model analisis regresi berganda. Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke Taman Wisata Alam Punti Kayu meliputi biaya perjalanan, jumlah penduduk per kecamatan, dan jumlah waktu kerja per hari. Model persamaan permintaan berdasarkan metode biaya perjalanan, yaitu Y = -4,018 + 0,0002428 X1 dengan r2 = 0,767; Y adalah permintaan rekreasi dan X1 adalah biaya perjalanan. Valuasi ekonomi dari Taman Wisata Alam Punti Kayu diperoleh dari nilai rata-rata kesediaan berkorban, nilai yang dikorbankan, dan surplus konsumen per 1.000 penduduk yang masing-masing adalah Rp 365.932,21; Rp 165.485,99, dan Rp 200.446,21.
Hakim dan Sri dan Manggara (2011) yang meneliti tentang Economic Valuation of Nature-Based Tourism Object in Rawapening, Indonesia: An
Application of Travel Cost and Contingent Valuation Method. Penelitian ini
ekologi penting yang tidak hanya dianggap sebagai obyek wisata. Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh dari survei lapangan ke pelaku yang mengunjungi Rawapening wisata. Metode analisis yang digunakan dua metode. Ada metode biaya perjalanan/TCM dan metode penilaian menggunakan CVM. Penelitian ini menemukan faktor penting penentu kemungkinan individu untuk bersedia membayar nilai nominal tertentu untuk perbaikan kualitas lingkungan adalah jumlah tawaran nominal, pendapatan, dan pendidikan. Kemudian, penentu jumlah kunjungan adalah pengalaman berkunjung, biaya perjalanan, pendapatan, usia, dan persepsi. Nilai ekonomi ekowisata diperkirakan Rp 7.410.000.000,00 untuk surplus konsumen dan Rp 1.650.000.000,00 untuk total manfaat per tahun. Selain itu, responden bersedia membayar tidak hanya untuk konsumsi mereka sendiri, tetapi juga karena alasan lain di berkaitan dengan kegiatan rekreasi mereka sendiri dari danau. Rekomendasi yang dapat diberikan kepada pemerintah daerah seharusnya menaikkan harga tiket masuk di Rawapening, karena manfaat dan surplus konsumen sangat tinggi. Ini digunakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pariwisata di Rawapening.
Herath dan John (2004), yang meneliti tentang Estimating The Economic Value Of Mount Buffalo National Park With The Travel Cost And
nasional selama dekade terakhir dan pengelolaan taman nasional, terutama dalam alokasi anggaran dan potensi kerusakan karena jumlah pengunjung yang meningkat. Pilihan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan di taman nasional tetap tidak jelas karena kurangnya informasi tentang parameter permintaan dan biaya pengguna. Penelitian ini memperkirakan nilai ekonomi dari taman yang menggunakan metode biaya perjalanan (TCM) dan metode kontingensi (CVM). TCM tersebut memberikan surplus konsumen yang lebih tinggi (CS) dari CVM tersebut. CS menunjukkan bahwa nilai ekonomi dari taman nasional yang tinggi dan terdapat kesempatan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan dan mengembangakan potensi yang ada menggunakan rencana manajemen yang tepat.
Pramudhito (2010) mengenai pengaplikasian biaya perjalanan (travel cost) pada wisata alam air terjun Jumog, kabupaten Karanganyar. Hasil dari penelitian ini diperoleh dari analisis biaya perjalanan dimana akan menunjukkan surplus konsumen dan total manfaat bagi pengunjung air terjun Jumog. Total manfaat pengunjung pada karcis masuk sama dengan nol yaitu sebesar Rp 74.578.533,33 dan jika surplus konsumen per 1000 penduduk per tahun pada tariff karcis Rp 3.000,00 adalah Rp 41.230.347,21. Besaran nilai rata-rata ketersediaan untuk memebayar (WTP) per penduduk terhadap pengembangan fasilitas di air terjun Jumog adalah Rp 7.014,06.
K. Kerangka Pe mi kir an
Objek Wisata Ndayu Park merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Sragen. Penelitian ini menggunakan metode biaya perjalanan dan metode valuasi kontingensi, dimana peneliti menghubungkan beberapa faktor yang terdiri dari biaya perjalanan, tingkat pendidikan, pendapatan, jarak, usia pengunjung, fasilitas yang ada dalam Objek Wisata Ndayu Park dan kemauan membayar para pengunjung Objek Wisata Ndayu Park ini.
Beriku t ini skema kerangka pemikiran dalam mengetahui potensi wisata di Objek Wisata Ndayu Park.
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Valuasi Ekonomi Ndayu Park Sumber : Data diolah 2012
WISATA ALAM EDUKASI
OBJEK WISATA NDAYU PARK (NDAYU ALAM ASRI)
FAKTOR-L. Hi p otesis
1. Diduga variabel biaya perjalanan, pendidikan, pendapatan, jarak, usia dan fasilitas berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun.
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan pembahasan terhadap lima bagian sub bab. Bagian-bagian tersebut adalah ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, definisi operasional variabel, dan prosedur analisis data.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Objek Wisata Ndayu Park, dengan objek penelitian adalah pengunjung yang datang ke Objek Wisata Ndayu Park pada Tahun 2012.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara langsung dengan responden, yaitu pengunjung yang berkunjung ke Objek Wisata Ndayu Park.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang dapat dipakai untuk melengkapi analisis dalam penelitian ini yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
Pengelola Objek Wisata Ndayu Park, Kecamatan Karangmalang, BPS Sragen, Internet, literatur (buku dan jurnal) mendukung penelitian ini.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada prinsipnya berfungsi untuk mengungkapkan variabel yang akan diteliti. Penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan meneliti biaya perjalanan, tingkat pendidikan, pendapatan, jarak, usia pengunjung, fasilitas dan ketersediaan untuk membayar pengunjung di Objek Wisata Ndayu Park.
b. Dokumentasi
Dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data sebagai bukti penulis telah melakukan penelitian di Objek Wisata Ndayu Park. Dokumentasi tersebut berupa foto Objek Wisata Ndayu Park dan foto wawancara penulis dengan responden Objek Wisata Ndayu Park.
c. Wawancara
d. Studi Pustaka
Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di buku, internet, brosur dari Objek Wisata Ndayu Park, Kecamatan Karangmalang, BPS Sragen.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang dianggap bisa mewaliki populasi. Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode probability sampling yaitu metode sampling dimana setiap unsur dalam populasi memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai bagian dari sampel.
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, 1993 dalam Triana, 2010:
N n =
1 + Ne² Keterangan :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
156.948 n =
1 + 156.948 (10%)2 156.948 n =
1 + 1.569,48 156.948 n =
1.570,48 n = 99,9363252 n = 100 ( dibulatkan )
Responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini di Objek Wisata Ndayu Park adalah sebanyak 100 orang.
E. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variable) atau Y yaitu untuk TCM adalah tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun dan untuk CVM adalah WTP, sedangkan variabel bebas (independent
variable) adalah beberapa variabel yang dianggap akan berpengaruh terhadap
1. Tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) untuk TCM Variabel tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun (Y) merupakan variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini. Tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun merupakan gambaran tingkat kunjungan oleh 1000 penduduk pada berbagai tarif masuk/karcis masuk ke Objek Wisata Ndayu Park.
2. WTP/ Wi llingness to pay (Y) untuk CVM
Variabel WTP (Y) merupakan variabel terikat (dependent variable) pada penelitian ini. WTP/ Wi llingness to Pay adalah jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi, 2010). WTP ini digunakan untuk memperbaiki fasilitas yang rusak, penambahan wahana baru, dan pengembangan Objek Wisata Ndayu Park.
3. Biaya perjalanan (X1)
Biaya perjalanan merupakan bagian utama biaya total kunjungan dan menentukan permintaan akan kunjungan (Mugi, 2008). Besarnya biaya perjalanan ditentukan dari jumlah uang yang dihabiskan/dikeluarkan selama melakukan kunjungan ke Objek Wisata Ndayu Park. Biaya tersebut meliputi biaya karcis masuk, biaya transportasi, biaya konsumsi, dan biaya lain-lain.
4. Pendidikan (X2)
satuan tahun (Mugi, 2008). Pendidikan digolongkan berdasarkan lamanya waktu pendidikan, yaitu:
Tamat SD = 6 tahun Tamat SMP = 9 tahun Tamat SMA = 12 tahun Tamat Diploma Tiga = 15 tahun Tamat Sarjana atau diatasnya = 16 tahun
Variabel pendidikan dimasukkan ke dalam analisis karena diduga berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan untuk berlibur atau rekreasi. Kebutuhan untuk berlibur atau rekreasi tersebut digunakan untuk menghilangkan kepenatan/ kejenuhan dalam menempuh proses pendidikan sehingga semakin besar pula tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun atau sebaliknya.
5. Pendapatan (X3)
rumah tangga pendapatan merupakan total pengeluaran konsumsi tiap bulan.
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka tingkat kebutuhan hidupnya akan semakin meningkat, bukan hanya kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan), tetapi juga kebutuhan tersier lainya seperti rekreasi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun ke Objek Wisata Ndayu Park atau sebaliknya.
6. Jarak tempat tinggal (X4)
Pendekatan nilai ekonomi yang didasarkan pada jarak tempat tinggal pengunjung dengan Objek Wisata Ndayu Park dinyatakan dalam satuan kilometer. Variabel ini penting dimasukkan karena secara teoritis diduga berpengaruh terhadap tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Semakin dekat jarak tempat tinggal penduduk, semakin besar tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun ke Objek Wisata Ndayu Park dan sebaliknya.
7. Usia (X5)
8. Fasilitas (X6)
Fasilitas merupakan jasa pelayanan yang diberikan Obyek Wisata Ndayu Park untuk mendukung aktivitas-aktivitas pengunjung saat mengunjungi obyek wisata tersebut. Fasilitas yang diberikan Obyek Wisata Ndayu Park berupa resort, pendopo pertemuan, toilet, gazebo, resto, dan pusat oleh-oleh khas Sragen. Pendapat responden mengenai fasilitas yang ada di Objek Wisata Ndayu Park ini dapat dinyatakan dengan lengkap dan kurang lengkap. Variabel ini diukur dengan dummy (1=jika lengkap, 0= jika kurang lengkap).
F. Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan Analisis diskriptif mengenai karakteristik sosial ekonomi responden, Travel
Cost Method (TCM) dan Contingent Valuation Method (CVM). Pendekatan
TCM digunakan untuk mengkaji permintaan Objek Wisata Ndayu Park dan pendekatan CVM digunakan untuk mengkaji WTP pengunjung terhadap harga tiket masuk Objek Wisata Ndayu Park.
1. Analisis Diskriptif
2. Analisis Permintaan Objek Wisata Ndayu Park dengan Travel Cost Method
Analisis fungsi permintaan Objek Wisata Ndayu Park dilakukan dengan menggunakan metode biaya perjalanan atau Travel Cost
Method khususnya biaya perjalanan individu atau Individual Travel
Cost Method (ITCM). ITCM dirumuskan sebagai berikut (Fauzi,
2004) dalam (Tri, 2009) :
Keterangan :
Vij = Jumlah kunjungan oleh individu i ke tempat j
Cij = biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Tij = Biaya waktu yang dikeluarkan oleh individu i untuk mengunjungi lokasi j
Qi = Persepsi responden terhadap kualitas lingkungan dari tempat yang dikunjungi
Sj = Karakteristik substitusi yang mungkin ada di tempat lain Yi = Pendapatan (income) dari individu i
Analisis biaya perjalanan ini adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari nilai kemauan membayar pengunjung (Willingness To Pay) terhadap barang publik, tempat rekreasi yang merupakan barang publik yang tidak mempunyai harga pasar. Biaya perjalanan
mempengaruhi adanya permintaan jumlah pengunjung yang didasarkan untuk menentukan nilai barang publik yang menggunakan metode biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung.
Metode biaya perjalanan digunakan untuk menghitung tingkat kunjungan per 1000 penduduk per tahun. Fungsi dari faktor biaya perjalanan, waktu yang digunakan untuk melakukan perjalanan, obyek wisata alternatif yang berada dalam zona penelitian, serta penghasilan wisatawan. Fungsi faktor-faktor tersebut dapat dilihat dalam rumus berikut (Mugi, 2008) :
Kunjungan/1000/th =
Keterangan :
Pengunjung dari zona N : Pengunjung tiap minggu P : Jumlah penduduk dari zona
3. Analisis WTP Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk Objek Wisata Ndayu Park dengan Contingent Valuation Method.
Tahap dalam penerapan analisis CVM menurut Hanley dan Spash (1993) dalam Fauzi (2010), yaitu :
1. Membuat Pasar Hipotetik
lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Pasar hipotetik harus menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan. Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuesioner sehingga responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, dalam kuesioner perlu pula dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan masyarakat untuk membayar.
2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP
Penawaran besarnya nilai WTP dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka, perantara telepon, atau dengan menggunkan surat. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai WTP, yaitu :
a. Bidding Game, yaitu metode tawar-menawar dimana
responden ditawarkan sebuah nilai tawaran yang dimulai dari nilai terkecil hingga nilai terbesar hingga mencapai nilai WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden.
b. Closed-ended Referendum, yaitu metode dengan memberikan
c. Payment Card, yaitu suatu nilai tawaran disajikan dalam bentuk kisaran nilai yang dituangkan dalam sebuah kartu yang mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran responden terhadap barang/jasa publik yang diberikan.
d. Open-ended Question, yaitu suatu metode pertanyaan terbuka
tentang WTP maksimum yang sanggup mereka berikan dengan tidak adanya nilai tawaran sebelumnya. Namun, dengan menggunkan metode ini biasanya responden mengalami kesulitan untuk menjawab, khusunya bagi yang belum memiliki pengalaman sebelumnya mengenai nilai perdagangan komoditas yang dipertanyakan.
3. Memperkirakan Nilai Tengah dan Nilai Rata-Rata WTP
Setelah data-data nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah perhitungan nilai tengah (median) dan/ atau nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena itu lebih baik menggunakan nilai tengah agar tidak dipengaruhi oleh rentang penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata penawaran.
4. Memperkirakan Kurva WTP
nilai tersebut sebagai variabel independen. Kurva WTP tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan. Selain itu, kurva WTP dapat pula digunakan untuk menguji sensitivitas jumlah WTP terhadap variasi perubahan mutu lingkungan. Contoh variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP antara lain adalah tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K), tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan (Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi linear dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut:
WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) dimana i = responden ke-i. 5. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Keputusan dalam penjumlahan data ditentukan oleh :
b. Berdasarkan rata contoh ke rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan timbul kebiasan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan terendah. Jika variabel telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran, estimasi rata-rata populasi µ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan dengan N.
c. Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Hal ini bergantung pada pola CVM yang akan digunakan. Pada setiap kasus dari aliran manfaat dan biaya dari waktu ke waktu cukup panjang, masyarakat dikonfontasikan dengan keperluan penggunaan preferansi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.
4. Analisis Regresi
a. Pemilihan Model
Menganalisis TCM dengan kunjungan ke Objek Wisata Ndayu Park yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke Ndayu Park, pendidikan, pendapatan, jarak, umur, dan fasilitas sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut:
TK (Y) = f (LnX
1, X2, LnX3, X4, X5, X6) Keterangan :
TK(Y) = Tingkat kunjungan per 1000 di Objek Wisata Ndayu Park
X
1 = Biaya perjalanan Objek Wisata Ndayu Park berupa biaya transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain
6 = Fasilitas Objek Wisata Ndayu Park
LnWTP (Y) = f (LnX
1, X2, LnX3, X4, X5, X6) Keterangan :
LnWTP (Y) = Willingness to pay/ ketersediaan membayar LnX
1 = Biaya perjalanan Objek Wisata Ndayu Park berupa biaya transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain X
X6 = Fasilitas Objek Wisata Ndayu Park
Dari formulasi di atas, model analisis regresi linear berganda dengan menggunakan model regresi semi-log untuk TCM adalah sebagai berikut:
TK (Y) = β
0+ β1LnX1+ β2X2+ β3LnX3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ е dan untuk yang CVM adalah :
LnWTP (Y) = β
0+ β1LnX1 + β2X2+ β3LnX3+ β4X4+ β5X5+ β6X6+ е Keterangan :
β0 = Intersep/konstanta
β1, β2, β3, β4, β5, β6 = Koefisien regresi
LnX1 = Biaya perjalanan X2 = Tingkat pendidikan LnX3 = Pendapatan
X4 = Jarak
X5 = Usia
X6 = Fasilitas
e = Variabel pengganggu b. Uji Asumsi Klasik
Kesimpulan dapat diambil berdasarkan hasil regresi maka model persamaan harus terbebas dari asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas Uji Multikolinearitas, Uji Autokolerasi dan Uji Heteroskedastisitas.
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak
regressor ataupun seluruhnya (Gujarati, 2005 dalam Pramudhito, 2010). Salah satu cara mendeteksi multikolinearitas adalah menggunakan perhitungan regresi pelengkap (auxiliary regressions), yaitu membandingkan nilai Fi dan Fhitung (Gujarati, 2005 dalam Pramudhito, 2010). Jika Fhitung > Fi, maka terdapat hubungan kolinear antara masing-masing variabel bebas (Xi….Xk). Namun, jika Fhitung < Fi, maka Xi tidak kolinear dengan X lainnya, demikian juga terhadap X2 , X3, X4, X5 dan X6 (Pramudhito, 2010).
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2006 dalam Triana, 2010).
3) Uji Heteroskedastisitas
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006 dalam Triana, 2010).
Dasar analisisnya adalah:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasi telah terjadi heteroskedastisitas.
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Regresi ini dilakukan secara indvidu terhadap masing-masing variable independen. Jika ternyata tidak ada hubungan yang signifikan antara residu dengan masing-masing variabel independen maka berarti dalam model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas (Triana, 2010).
c. Uji Statistik 1) Uji t
a) Merumuskan formula hipotesis: H0 : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
b) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
c) Menentukan ttabel dan menghitung thitung ttabel t α/2 : n-k
Keterangan:
α = Derajat signifikansi = 5%; α = 0,05 n = Jumlah sampel (observasi)
k = Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
thitung βi
Se (βi)
Keterangan: βi = Parameter
d) Kriteria pengujian:
i. Jika -ttabel ≤ t hitung ≤ + ttabel , H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya b1 sama dengan nol (b1 tidak signifikan pada α =5%). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y.
ii. Jika thitung ≤ -ttabel atau thitung ≥ + ttabel, H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya b1 berbeda dengan nol (b1 signifikan pada α = 5%). Dapat dikatakan bahwa X1 secara statistik berpengaruh terhadap Y.
2) Uji F
Uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel-variabel indepeden terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Merumuskan formula hipotesis H0 : b1=b2=b3=b4=b5=b6=0 Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠b6≠0
b) Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
Fhitung R2/(k-1) (1-R2) / (n-k)
Keterangan: R2 = Koefisien determinasi
k = Banyaknya parameter termasuk intersep
d) Kriteria pengujian
i. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5 dan b6 tidak berbeda dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi/parameter secara bersama-sama tidak signifikan pada α=5%.
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika R2=1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan 100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Namun, jika R2= 0, artinya garis regresi tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu.
4) Kurva Permintaan
Hubungan antara harga dan kuantitas yang dibeli disebut skedul permintaan. Skedul permintaan yang digambarkan secara grafik disebut kurva permintaan. Kurva permintaan memiliki hubungan yang terbalik, dimana jika Q naik maka P turun dan sebaliknya. Fakta penting ini disebut kurva permintaan dengan kemiringan negatif (law of downward – sloping
demand), yaitu jika harga suatu komoditi naik (dan
barang yang dibeli juga akan meningkat. Hukum ini berlaku pada hampir semua komoditi, seperti jagung, minyak, mobil, dsb. Tiang tumpuan semua permintaan adalah selera dan kebutuhan individu.
Turunnya harga barang akan merangsang konsumen lama untuk melakukan pembelian lebih banyak dan sebaliknya saat harga barang naik menyebabkan sebagian dari kita membeli barang tersebut lebih sedikit. Ada dua faktor mengapa jumlah barang yang dibeli cenderung menurun pada saat harga naik, antara lain :
a) Efek substitusi
Pada saat harga suatu barang naik, akan ditukar dengan barang lain yang serupa. Misalnya saat harga daging sapi naik maka konsumen akan menggantinya dengan mengkonsumsi daging ayam.
b) Efek pendapatan
sedikit sehingga terpaksa membatasi konsumsi bensin dan barang lainnya.
Fungsi permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu apabila harga suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut akan menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang tersebut meningkat. Hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien dari fungsi permintaan (b) akan selalu negatif. Bentuk umum fungsi permintaan adalah sebagai berikut:
Q = -a + bP atau P = +
dimana :
a dan b = konstanta b = ∆Qd / ∆Pd
Pd = harga barang per unit yang diminta Qd =banyaknya unit barang yang diminta
commit to user BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Karangmalang
Kecamatan Karangmalang merupakan salah satu dari kecamatan di wilayah Kabupaten Sragen yang secara geografis terletak antara 11° 45’ dan 11° 110’ BT dan diantara 7° 15’ dan 7° 32’ LS dengan ketinggian 86 meter sampai dengan 100 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Karangmalang adalah 4.298, 82 Ha, terdiri dari 8 Desa dan 2 Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 59.002 jiwa, untuk laki-laki terdapat 29.237 jiwa dan perempuan terdapat 29.765 jiwa. Kecamatan Karangmalang sebagian besar pada tahun 2010 sebagian besar bermata pencaharian dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan yaitu sebesar 8.957 jiwa, kemudian bidang jasa dan sosial sebesar 7.001 jiwa, bidang perdagangan dan akomodasi sebesar 6.609 jiwa, bidang industri pengolahan sebesar 3.718 jiwa, bidang konstruksi sebesar 1.407 jiwa, bidang angkutan dan komunikasi sebesar 867 jiwa, di bidang keuangan, real estate
dan persewaan sebesar 512 jiwa, bidang listrik, gas dan air minum sebesar 82 jiwa,dan di bidang pertambangan sebesar 75 jiwa.
Wilayah Kecamatan Karangmalang secara administratif berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
Utara : Kecamatan Sragen Timur : Kecamatan Ngrampal
Selatan : Kecamatan Kedawung Barat : Kecamatan Masaran
(Sumber : Kecamatan Karangmalang Dalam Angka 2010)
B. Potensi Objek Wisata Ndayu Park 1. Gambaran Umum Ndayu Park
Objek Wisata Ndayu Park ini terletak di Desa Dayu, Kelurahan Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen tepatnya terletak di Gembong dayu Rt.08/ IV Saradan, Karangmalang, Sragen. Telp/ Fax : (0271) 7934800, (0271) 891617. Objek Wisata Ndayu Park ini mempunyai letak geografis sebagai berikut:
Sumber : Kantor Pengelola Ndayu Park, 2012