• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Pengalihan Pengelolaan PBB-P2

Dalam dokumen EFEKTIFITAS KEBIJAKAN (Halaman 35-42)

Uji 2 Beda Rata-rata (Uji T untuk Sampel Berpasangan)

A. Hasil dan Pembahasan

4.2 Analisis Efektivitas Pengalihan Pengelolaan PBB-P2

1. Efektivitas

Menurut Indra Bastian (2006), efektivitas merupakan hubungan antara output dan tujuan, dimana efektivitas diukur berdasarkan seberapa jauh tingkat output, kebijakan, dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut, output yang dimaksud adalah hasil atau

realisasi dari kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ni output tersebut merupakan hasil dari penerimaan PBB-P2.

Efektivitas adalah mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi atau target penerimaan pajak itu sendiri. Rumus yang digunakan dalam menghitung tingkat efektivitas penerimaan pajak adalah:

Efektivitas Pajak = Realisasi Penerimaan PBBP2

Target PBBP2 × 100% Sumber: Munir, dkk, 2004.

Besarnya tingkat efektivitas penerimaan PBB-P2 Kota Metro dari tahun 2009 -2016.

Tabel 11. Tingkat Efektivitas Pengalihan Pengelolaan PBB-P2.

Tahun Efektivitas(%) 2009 61.81 2010 57.23 2011 70.79 2012 73.03 Rata-rata 65.71 2013 69.16 2014 74.65 2015 77.92 2016 74.7 Rata-rata 74.11

Setelah hasil olah data di atas dapat diketahui dari segi penerimaan PBB-P2 sebelum dan sesudah pengalihan mengalami perubahan yang cukup besar dengan jumlah rata-rata penerimaan sebelum pengalihan sebesar 65.71% sedangkan setelah adanya pengalihan rata-rata menjadi 74.11%. Hal ini terlihat efektif dari rata-rata penerimaan setelah pengalihan terhadap penerimaan PBB-P2 bergerak naik pada tahun 2013. Pada tahun 2009-2012 penerimaan PBB-PBB-P2 tingkat efektivitas nilai tertinggi yaitu 73.03% pada tahun 2012 dengan

interpretasi kurang efektif. Pada tahun 2010 merupakan tingkat efektivitas terendah selama tahun 2009-2012 yaitu sebesar 57.23%. Sedangkan rata-rata sebelum pengalihan yaitu sebesar 65.71%.

Tingkat efektivitas PBB-P2 saat ini dikelola Dinas Pendapatan Kota Metro mengalami peningkatan penerimaan PBB-P2 pada tahun 2013-2016. Tahun 2015 merupakan tingkat efektivitas tertinggi yaitu sebesar 77.92% dengan interpretasi kurang efektif dan tingkat efektivitas terendah yaitu sebesar 69.16% pada tahun 2013. Pada Tahun 2016 mengalami penurunan efektivitas karena penerimaan PBB-P2 tidak sesuai target yang ditetapkan. Rata-rata penerimaan setelah pengalihan sebesar 74.11%.

Jumlah rata-rata sebelum dan setelah pengalihan mengalami peningkatan. Ini membuktikan bahwa dengan adanya pengalihan luas lahan, luas bangunanan dan NJOP juga berpengaruh dalam efektivitas penerimaan PBB-P2.

Penelitian ini didukung oleh Rima Adelina (2012) menyimpulkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dikatakan sangat efektif dengan persentase lebih dari 100%. Penelitian lainnya dilakukan oleh Saputro (2014) bahwa tingkat efektivitas penerimaan PBB Perkotaan Surabaya saat dikelola DJP (2009-2010) dengan rata-rata sebesar 86.54% menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan saat dikelola Kota Surabaya DPPK (2011-2013) dengan rata-rata sebesar 76.38%. Penelitian ini didukung oleh Rizka (2014) bahwa penerimaan PBB Kota Probolinggo kurang efektif karena selama 6 tahun dari 2008-2013 belum mencapai target penerimaan yang ditentukan.

Penelitian lainnya oleh Nur Riza Utiarahman (2016) bahwa tingkat efektivitas tahun 2011-2012 PBB Kota Tomohon belum efektif pada tahun 2013 sudah efektif. Penelitian ini didukung oleh Sumena O. Polli (2014) bahwa tingkat efektivitas PBB kota Manado cukup efektif karena hampir seluruh tahun dari tahun 2008-2012 tingkat efektivitasnya mencapai kriteria yang ditetapkan.

Secara statistik tingkat efektivitas juga dapat dihitung dengan menggunakan uji 2 beda rata-rata sebagai berikut:

Tabel 12. Uji Sampel Berpasangan Tingkat Efektivitas Pengalihan PBB-P2

Grup Mean Correlations T

Efektivitas 65.7188 0.473 -2.556

sig 0.527 sig 0.083 efektivitas 1 74.1127

Tabel di atas menunjukkan tingkat efektivitas dengan menggunakan uji t sampel berpasangan penerimaan PBB-P2 sebelum dan sesudah pengalihan tahun 2009-2016, berdasarkan sig 0.083 berarti bahwa ada perbedaan tingkat efektivitas antara sebelum pengalihan PBB-P2 dengan setelah adanya pegalihan PBB-P2. Selain dapat melihat dari t hitung bisa juga dilihat dari signifikansinya.

2. Kontribusi

Kontribusi penerimaan PBB-P2 dilakukan dengan membandingkan penerimaan total pajak daerah. Semakin besar rasio kontribusi ini berarti semakin efektif pengalihan penerimaan pajak daerah, begitu pula sebaliknya jika kontribusinya makin menurun berarti peranan pajak daerah juga kecil. Rumus pengukuran kontribusi PBB-P2 terhadap pajak daerah sebagai berikut :

Kontribusi PBB = Realisasi Penerimaan PBB

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah × 100% sumber: Munir, dkk, 2004.

Kontribusi sebelum dan sesudah pengalihan PBB-P2 terhadap total Pajak Daerah Kota Metro Tahun 2009-2016.

Tabel 13. Tingkat Kontribusi Sebelum dan Setelah Pengalihan PBB-P2 Tahun Kontribusi (%) 2009 43.67 2010 47.34 2011 37.37 2012 36.1 Rata-rata 41.1 2013 19.27 2014 18.63 2015 17.48 2016 16.99 Rata-rata 18.09

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata kontribusi penerimaan PBB-P2 sebelum pada tahun 2009-2012 sebesar 41.12% dan setelah adanya pengalihan rata-rata kontribusi turun yaitu sebesar 18.09% menurun sebesar 23% dari sebelum adanya pengalihan penerimaan PBB-P2. Pada tahun 2009-2012 mengalami fluktuasi, Pada tahun 2009-2012 merupakan kontribusi yang sangat baik yaitu sebesar 47.34%, sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan dengan nilai kontribusi yaitu 36.1%.

Setelah adanya pengalihan PBB-P2 tahun 2013-2016 yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Kota Metro kontribusi mengalami penururan dari sebelum adanya pengalihan. Pada tahun 2016 merupakan kontribusi terendah setelah adanya pengalihan yaitu sebesar 16.99%, sedangkan kontribusi tertingginya pada tahun

2013 sebesar 19.27% dengan interpretasi kurang. Rata- rata setelah adanya pengalihan sebesar 18.09. Penurunan kontribusi penerimaan PBB-P2 dikarenakan dengan masuknya PBB-P2 ke daerah maka pajak daerah meningkat dan dalam perhitungan kontribusi pajak daerah menjadi lebih besar dan adanya kendala dalam rangka optimalisasi penerimaan PBB-P2 Kota Metro. Kendala tersebut berupa kurangnya kesadaran warga untuk membayar pajak. Penurunan ini juga dikarenakan PBB-P2 sudah termasuk pajak daerah sehingga penerimaan pajak daerah menigkat dan ini mengakibatkan pembagian penerimaan PBB terhadap pajak daerah semakin menurun.

Tabel 14. Realisasi Penerimaan PBB-P2 dan Pajak Daerah

TAHUN REALISASI PBB-P2(Rp) PAJAK DAERAH(Rp)

2009 1.598.652.412 3.660.580.994 2010 1.543.688.988 3.260.505.131 2011 2.300.121.960 6.153.598.584 2012 2.457.866.636 6.807.598.744 2013 2.176.474.957 11.291.481.099 2014 2.357.971.982 12.651.879.441 2015 2.501.532.489 14.309.185.603 2016 2.427.848.443 14.281.738.649

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Metro

Penelitian ini didukung oleh Rima Adelina (2012) menyimpulkan bahwa tingkat kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dikatakan sangat kurang dengan persentase kurang dari 10%. Penelitian ini juga didukung oleh Kharisma Wanta Tarigan (2013) bahwa kontribusi PBB di KPP Pratama Kota Manadodari tahun 2008-2011 rata-rata 5% sedangkan tahun 2010 yaitu 6%.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Saputro (2014) bahwa kontribusi PBB Perkotaan Surabaya terhadap pajak daerah dan PAD kota Surabaya periode 2011-2013 selalu mengalami penurunan. Penelitian terdahulu oleh Sumena O. Polli (2014) bahwa jumlah penerimaan PBB Kota Manado memberikan kontribusi yang masih kurang bagi pendapatan daerah sehingga mempengaruhi jumlah pendapatn daerah yang diterima.

Penelitian lainnya oleh Nur Riza Utiarahman (2016) bahwa kontribusi Kota Tomohon dari tahun 2011-2015 selalu mengalami penurunan dan hanya mengalami kenaikan pada tahun 2014, sedangkan tahun 2014-2015 terus mengalami penurunan kontribusi. Penelitian terdahulu juga pernah dilakukan oleh Wigi Astuti (2016) bahwa kontribusi Kota Balikpapan yang diberikan PBB-P2 terhadap PAD mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga mempengaruhi jumlah pendapatan daerah yang diterima.

Secara statistik tingkat kontribusi juga dapat dihitung dengan menggunakan uji 2 beda rata-rata sebagai berikut:

Tabel 15. Uji Sampel Berpasangan Tingkat Kontribusi Pengalihan PBB-P2

Grup Mean Correlations T

Kontribusi 41.1251 0.776 6.123

sig 0. .224 sig 0.009 Kontribusi 1 30.8540

Tabel di atas menunjukkan tingkat kontribusi penerimaan PBB-P2 sebelum dan sesudah pengalihan tahun 2009-2016 dengan menggunakan uji t sampel berpasangan, berdasarkan sig 0.009 berarti bahwa ada perbedaan tingkat

kontribusi antara sebelum pengalihan PBB-P2 dengan setelah adanya pegalihan PBB-P2.

3. Laju Pertumbuhan

Analisis efektivitas laju pertumbuhan dihitung dengan menggunakan PBB-P2 sebelum dan setelah pengalihan untuk mengetahui pertumbuhan penerimaan daerah setiap tahunnya. Perubahan realisasi penerimaan daerah setiap tahunnya menggambarkan iklim ekonomi setiap tahunnya. Perubahan realisasi penerimaan setiap tahunnya mempengaruhi besar kecilnya laju pertumbuhan penerimaan daerah tersebut. Semakin besar perubahan realisasi yang diberikan dari tahun sebelumnya, maka laju pertumbuhanyang terjadi besar pula. Demikian sebaliknya, semakin kecil penerimaan dari tahun sebelumnya, maka laju pertumbuhan yang terjadi semakin kecil. Laju pertumbuhan penerimaan PBB-P2 Kota Metro dari tahun 2009-2016 dapat dilihat sebagai berikut.

Gambar 3. Tingkat Laju Pertumbuhan Pengalihan PBB-P2.

2009 2010 2011 2012 sebe lum 2013 2014 2015 2016 sete lah -20 -10 0 10 20 30 40 50 60

Dalam dokumen EFEKTIFITAS KEBIJAKAN (Halaman 35-42)

Dokumen terkait