• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2. Analisis Efisiensi Ekonomi

Analisis efisiensi dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi Cobb Douglas dengan input-input satuan fisik (pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas dan sekam) baik pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak secara keseluruhan. Hasil regresi pengaruh masing-masing faktor produksi satuan fisik pada fungsi produksi Cobb Douglas adalah sebagai berikut:

Tabel 15. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi

Cobb Douglas Tidak Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Variabel

Peternak secara Peternak Pteternak

Keseluruhan Mandiri Kemitraan

Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value

Intercep 0.551 0.300 -0.121 0.785 0.147 0.903 Pakan (X1) 0.555 0.000* 0.889 0.000* 0.428 0.004* Tenaga Kerja (X2) 0.066 0.600 0.038 0.742 0.131 0.527 Vaksin (X3) 0.014 0.647 0.017 0.411 0.078 0.476 Pemanas (X4) 0.294 0.000* 0.166 0.006* 0.316 0.021** Sekam (X5) 0.200 0.003* -0.009 0.873 0.347 0.010* Dummy 0.023 0.758 - - - - R-sq (Adj) 82.66 93.91 72.95 F hitung 47.88 90.50 16.64 P-value Uji F 0.00 0.00 0.00 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Keterangan:

* = nyata pada taraf α = 1 persen ** = nyata pada teraf α = 5 persen

Setelah melakukan pendugaan terhadap model fungsi produksi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap asumsi OLS untuk melihat masalah

80 kenormalitasan, multikolinearitas, dan heterokedastisitas. Hasil uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Nilai P-value Statistik Uji Glejser, Chi-Square, VIF dan Jarque- Bera pada Model Fungsi Produksi Cobb Douglas Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak mandiri, dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Faktor Produksi

Peternak Peternak Peternak

Keseluruhan Mandiri Kemitraan

VIF VIF VIF

(Constanta) - - - Pakan (X1) 2.319 3.425 1.801 Tenaga kerja (X2) 1.134 1.303 1.048 Vaksin (X3) 1.110 1.225 1.046 Pemanas (X4) 1.691 1.763 1.973 Sekam (X5) 1.618 2.314 1.473 Dummy 1.061 - - Jarque-Bera 42.128 5.032 0.182 P-value JB 0.000 0.081 0.913 Chi-Square 0.016 0.095 0.088

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 16, diperoleh nilai VIF pada masing-masing model fungsi produksi bernilai kurang dari sepuluh, hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak ditemukan adanya masalah multokolinearitas yang serius. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai Chi-Square masing-masing fungsi sebesar 0.016, 0.095 dan 0.088 dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf α satu persen sehingga dapat disimpulkan pada ketiga fungsi tersebut tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas. Berdasarkan uji kenormalitasan pada fungsi produksi peternak ayam ras pedaging peternak kemitraan dan peternak mandiri, ditemukan bahwa distribusi data menyebar normal. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque-Bera yang lebih besar dari taraf α satu persen. Adapun pada fungsi produksi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan (peternak kemitraan dan mandiri), diperoleh nilai probabilitas Jarque-Bera yang nilainya

81 lebih kecil dari taraf α satu persen, sehingga dapat dikatakan residual tidak menyebar normal.

Efisiensi ekonomi akan tercapai apabila syarat kecukupan dan keharusan terpenuhi. Syarat kecukupan terjadi apabila peternak berproduksi pada daerah rasional II, dimana elastisitas produksi bernilai antara 0 sampai 1. Skala usaha masing-masing peternak dapat diketahui dari penjumlahan total elastisitas produksinya. Peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan diperoleh nilai elastisitas produksi sebesar 1.13, adapun peternak mandiri dan kemitraan masing- masing sebesar 1.10 dan 1.30. Agar syarat kecukupan terpenuhi, maka dilakukan uji skala usaha terhadap model Cobb Douglas baik yang tidak terestriksi maupun terestriksi. Restriksi dilakukan dengan membatasi jumlah elastisitas produksi sama dengan satu (constant return to scale). Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kondisi skala usaha pada model peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan dengan kondisi skala usaha constant return to scale.

Berdasarkan hasil uji beda skala, diperoleh nilai F hitung pada model regresi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.99 yang nilainya lebih kecil dari F tabel sebesar 7.08, sedangkan pada peternak mandiri dan peternak kemitraan diperoleh nilai F hitung sebesar 0.92 dan 1.30 yang nilainya lebih kecil dari F tabel sebesar 7.88. Hal tersebut menunjukan bahwa model Cobb Douglas tidak terestriksi pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan tidak berbeda nyata dengan model produksi Cobb Douglas terestriksinya, artinya skala usaha pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peterak kemitraan dapat

82 dikatakan berada pada kondisi skala usaha constant return to scale. Pada kondisi tersebut, tingkat input produksi optimal pada ketiga model fungsi produksi tersebut dapat diperoleh (Lampiran 38). Model fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Fungsi Produksi

Cobb Douglas Terestriksi Peternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Variabel

Peternak secara Peternak Pteternak

keseluruhan Mandiri Kemitraan

Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value

Intercep 1.002 0.0003 0.212 0.3908 1.355 0.0070 Pakan (X1) 0.557 0.0001* 0.895 0.0001* 0.408 0.0062* Tenaga Kerja (X2) -0.039 0.5649 -0.052 0.3519 -0.042 0.7560 Vaksin (X3) 0.016 0.6095 0.021 0.2783 0.024 0.8037 Pemanas (X4) 0.278 0.0001* 0.151 0.0079* 0.311 0.0232** Sekam (X5) 0.189 0.0039* -0.015 0.8008 0.298 0.0173** Dummy 0.030 0.8306 - - - - Restrict 0.573 0.3266 0.224 0.3630 0.457 0.2756 R-sq (Adj) 82.59 94.00 72.58 F hitung 56.96 114.56 20.19 P-value Uji F 0.0001 0.0001 0.0001 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Keterangan:

* = nyata pada taraf α = 1 persen ** = nyata pada taraf α = 5 persen

Berdasarkan Tabel 17, hasil fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi, diperoleh nilai koefisien determinasi terkoreksi (Radj) masing-masing sebesar

82.59, 94.00 dan 72.58. Artinya pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, sebesar 82.59 persen faktor-faktor produksi pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan sekam dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam ras pedaging dan 17.41 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai koefisien determinasi pada peternak mandiri sebesar 94.00 persen, artinya sebesar 94.00 persen faktor-faktor produksi dapat menjelaskan variasi dari produksi ayam

83 ras pedaging dan 6.00 persen lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai koefisien determinasi terkoreksi pada peternak kemitraan sebesar 72.58 persen, artinya sebesar 72.58 persen keragaman produksi ayam ras pedaging dapat dijelaskan oleh faktor-faktor produksinya dan 27.42 persen lagi dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Guna mengetahui pengaruh faktor produksi secara bersama-sama, dapat dilakukan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan Tabel 17, nilai masing-masing probabilitas uji statistika F pada ketiga model tersebut bernilai kurang dari taraf α satu persen, artinya faktor-faktor produksi seperti pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan sekam secara bersama-sama dapat menjelaskan faktor produksi ayam ras pedaging.

Pengaruh masing-masing faktor produksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji t dengan melihat masing-masing nilai probabilitasnya. Berdasarkan Tabel 17, pakan berpengaruh positif dan nyata pada taraf α sebesar satu persen terhadap produksi baik pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri maupun peternak kemitraan. Besar pengaruh pakan terhadap produksi pada masing-masing produksi adalah sebesar 0.557, 0.895 dan 0.408, artinya setiap peningkatan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging masing-masing sebesar 0.557 persen, 0.895 persen dan 0.408 persen (ceteris paribus).

Tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada ketiga fungsi produksi. Hal tersebut menunjukan bahwa penggunaan tenaga kerja telah berlebih, sehingga peningkatan penggunaan tenaga kerja justru akan menurunkan produksi. Besar pengaruh tenaga kerja masing- masing sebesar -0.039, -0.052 dan -0.042, artinya setiap peningkatan tenaga kerja

84 sebesar satu persen akan menurunkan produksi masing-masing sebesar 0.039 persen, 0.052 persen dan 0.042 persen (ceteris paribus).

Berdasarkan ketiga fungsi produksi, vaksin berpengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Besar pengaruh vaksin terhadap produksi masing-masing fungsi produksi sebesar 0.016, 0.021 dan 0.024, artinya setiap peningkatan penggunaan vaksin sebesar satu persen akan meningkatkan produksi masing-masing sebesar 0.016 persen, 0.021 persen dan 0.024 persen (ceteris paribus). Pemanas berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan dan peternak mandiri pada taraf α sebesar satu persen, serta berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh pemanas pada masing-masing fungsi produksi sebesar 0.278, 0.151 dan 0.311, artinya setiap peningkatan penggunaan pemanas sebesar satu persen akan meningkatkan produksi masing-masing sebesar 0.278 persen, 0.151 persen dan 0.311 persen (ceteris paribus).

Sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan pada taraf α sebesar lima persen. Besar pengaruh penggunaan sekam terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan adalah 0.298. Artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan mengkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus). Sedangkan pada peternak mandiri, sekam berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap produksi. Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian peternak mandiri masih menggunakan sekam basah, selain itu manajemen budidaya yang tidak tepat menyebabkan ayam menjadi tidak sehat dan berdampak pada berkurangnya

85 produksi daging yang dihasilkan. Besar pengaruh sekam terhadap produksi peternak mandiri adalah -0.015, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.015 persen (ceteris paribus).Secara keseluruhan, sekam berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi ayam ras pedaging pada seluruh peternak di Kecamatan Gunung Sindur pada taraf α satu persen. Besar pengaruh sekam terhadap produksi ayam ras pedaging adalah 0.198, artinya setiap peningkatan penggunaan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.198 persen.

Model fungsi produksi yang akan digunakan untuk analisis selanjutnya adalah model fungsi produksi Cobb Douglas terestriksi baik pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan, peternak mandiri dan peternak kemitraan. Model fungsi produksi tersebut akan digunakan untuk menghitunng nilai rasio NPM- BKM dan nilai input optimal dalam efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi merupakan kondisi dimana peternak mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan dan menjual produksinya dengan harga yang tinggi (mencapai efisiensi teknik dan efisiensi harga secara bersama-sama). Berdasarkan syarat kecukupan, efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi dapat dilihat dari rasio antara NPM (Nilai Produk Marjinal) dengan BKM (Biaya Korbanan Marjinal) per periode produksi sama dengan satu. BKM adalah biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan produksi setiap satu satuan. Nilai BKM sama dengan nilai harga dari masing-masing faktor produksi itu sendiri (Px). NPM dapat dihutung dari perkalian antara harga produk (Py) dengan

86 Rata-rata produksi ayam ras pedaging peternak secara keseluruhan (peternak kemitraan dan mandiri) adalah 1 679.21 kg. Produksi rata-rata peternak mandiri adalah sebesar 1 454.49 kg dan produksi rata-rata ayam ras pedaging peternak kemitraan sebesar 1 903.56 kg. Rata-rata harga berlaku ayam ras pedaging secara keseluruhan adalah Rp 16 316, rata-rata harga ayam ras pedaging pada peternak mandiri adalah Rp 16 407 dan peternak kemitraan sebesar Rp 16 225. Kondisi efisiensi ekonomi produksi usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur Tabel 18, Tabel 19, dan Tabel 20.

Tabel 18. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Faktor

Produksi Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM/BKM

Pakan (kg) 1 672 0.557 9 127 5 315 1.72

Pemanas (kg) 113 0.278 67 403 5 000 13.48

Sekam (kg) 237 0.189 21 849 1 357 16.10

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan belum optimal. Rasio antara NPM-BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi pakan, pemanas dan sekam bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 9 127, artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 9 127. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 315, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 1.72. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging sebaiknya ditingkatkan agar mencapai tingkat efisiensi ekonomi.

NPM untuk pemanas sebesar 67 403, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 67 403. Biaya yang harus

87 dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 13.48. NPM untuk sekam sebesar 21 849, artinya setiap penambahan satu kg sekam akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 21 849. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 1 357/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari sekam sebesar 16.10. Berdasarkan nilai rasio NPM/BKM yang lebih dari satu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam usahaternak ayam ras pedaging sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi.

Tabel 19. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Faktor

Produksi Rata-rata input Koefisien NPM BKM NPM/BKM

Pakan (kg) 1 485 0.895 14 382 5 322 2.70

Pemanas (kg) 99 0.151 36 398 5 000 7.28

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak mandiri belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk faktor produksi pakan dan pemanas bernilai lebih dari satu. NPM untuk pakan sebesar 14 382 artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 14 382. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 322/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 2.70. NPM untuk pemanas sebesar 36 398, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 36 398. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 7.28. Penggunaan input produksi pakan

88 dan pemanas dalam usahaternak ayam ras pedaging pada peternak mandiri sebaiknya ditambah agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi.

Tabel 20. Rasio Nilai Produk Marjinal dan Biaya Korbanan Marjinal dari Usahaternak Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Faktor

Produksi Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM/BKM

Pakan (kg) 1 858 0.408 6 782 5 307 1.28

Pemanas (kg) 127 0.311 75 632 5 000 15.13

Sekam (kg) 258 0.298 35 663 1 443 24.71

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak kemitraan belum optimal. Rasio antara NPM-BKM untuk semua faktor produksi tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama dengan BKM. NPM untuk pakan sebesar 6 782, artinya setiap penambahan satu kg pakan akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 6 782. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 307/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pakan sebesar 1.28. Penggunaan input produksi pakan dalam usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi.

NPM untuk pemanas sebesar 75 632, artinya setiap penambahan satu kg pemanas akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 75 632. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 5 000/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari pemanas sebesar 15.13. NPM untuk sekam sebesar 35 663 artinya setiap penambahan satu kg sekam akan meningkatkan penerimaan sebesar Rp 35 663. Biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh input tersebut adalah Rp 1 443/kg, sehingga diperoleh nilai rasio NPM-BKM dari sekam sebesar 24.71. Penggunaan input produksi pemanas dan sekam dalam

89 usahaternak ayam ras pedaging pada peternak kemitraan sebaiknya ditingkatkan agar tercapai tingkat efisiensi ekonomi.

Guna mencapai penggunaan faktor produksi pada tingkat efisien, sehingga diperoleh kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi, nilai NPM harus sama dengan BKM atau rasio NPM dan BKM sama dengan satu. Penggunaan faktor-faktor produksi dalam kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 21, Tabel 22, dan Tabel 23.

Tabel 21. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan) di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Faktor Produksi Rata-rata Input Koefisien NPM BKM NPM /BKM Penggunaan Optimal Pakan (kg) 1 672 0.557 9 127 5 315 1.72 2 871 Pemanas (kg) 113 0.278 67 403 5 000 13.48 1 523 Sekam (kg) 237 0.189 21 849 1 357 16.10 3 816

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 672 kg menjadi 2 871 kg. Pemanas penggunaanya ditingkatkan dari 113 kg menjadi 1 523 kg, dan sekam ditingkatkan penggunaanya dari 237 kg menjadi 3 816 kg agar tingkat efisiensi ekonomi dapat dicapai.

Tabel 22. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak Mandiri di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Rata-rata input NPM BKM NPM /BKM Penggunaan Optimal Pakan (kg) 1 485 14 727 5 322 2.77 4 013 Pemanas (kg) 99 23 363 5 000 4.67 721

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak mandiri

90 dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 485 kg menjadi 4 013 kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari penggunaan 99 kg menjadi 721 kg agar tingkat efesiensi ekonomi dapat tercapai.

Tabel 23. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Ayam Ras Pedaging Peternak Kemitraan di Kecamatan Gungung Sindur Tahun 2012 Faktor Produksi Rata-rata Input NPM BKM NPM /BKM Penggunaan Optimal Pakan (kg) 1 858 8 140 5 307 1.55 2 374 Pemanas (kg) 127 49 376 5 000 9.88 1 921 Sekam (kg) 256 36 591 1 443 25.86 6 378

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Kondisi efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur peternak kemitraan dapat dicapai apabila penggunaan pakan ditingkatkan dari 1 858 kg menjadi 2 374 kg. Adapun penggunaan pemanas ditingkatkan dari 127 kg menjadi 1 921 kg, dan sekam 256 kg menjadi 6 378 kg, sehingga tingkat efisiensi ekonomi dapat dicapai. Berdasarkan hasil analisis, sebaiknya penggunaan pemanas baik pada peternak kemitraan maupun peternak mandiri ditingkatkan sesuai hasil analisis karena kurangnya penggunaan pemanas baik pada awal pemeliharaan maupun penggunaan pemanas secara keseluruhan. Penggunaan pemanas yang ideal untuk usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 50 kg tabung LPG dengan jumlah kurang lebih 5-7 tabung atau kurang lebih 250-350 kg per 1000 ekor selama masa pemeliharaan 21 hari (Fadilah, 2004).

Hasil analisis untuk penggunaan sekam tidak sesuai dengan literatur budidaya ayam ras pedaging yang ideal. Penggunaan sekam yang ideal untuk satu masa produksi usahaternak ayam ras pedaging sebanyak 35-50 karung atau senilai kurang lebih 175-250 kg per 1000 ekor (Fadilah, 2004). Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat penggunaan optimum serta tercapai efisiensi ekonomi,

91 penggunaan sekam pada peternak mandiri dan kemitraan sebaiknya ditingkatkan sesuai dengan literatur yang ideal.

92

Dokumen terkait