• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam

6.1.2. Besar Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap

Besar pengaruh faktor-faktor produksi dalam fungsi produksi Cobb Douglas, dapat diketahui dari nilai koefisien yang merupakan nilai elastisitas produksinya. Nilai koefisien masing-masing faktor produksi terhadap produksi ayam ras pedaging peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan dan peternak kemitraan, yang bernilai positif adalah pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, dan kepadatan kandang, adapun peternak mandiri adalah pakan, tenaga kerja, vaksin, pemanas, sekam, dan mortalitas. Koefisien regresi yang bernilai negatif pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan dan peternak kemitraan adalah tingkat kematian atau mortalitas. Koefisien regresi yang bernilai negatif pada peternak mandiri adalah kepadatan kandang. Nilai yang negatif pada koefisien regresi menunjukan hubungan yang berkebalikan antara faktor produksi dengan produksinya. Pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging secara adalah sebagai berikut:

Tabel 14. Nilai Koefisien Produksi Pada Peternak Ayam Ras Pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara Keseluruhan (Peternak Mandiri dan Kemitraan), Peternak Mandiri dan Peternak Kemitraan di Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012

Faktor Produksi Peternak secara Peternak Peternak

Keseluruhan Mandiri Kemitraan

Koeisien 1.012 -0.102 0.686 Pakan (X1) 0.517* 0.895* 0.298** Tenaga Kerja (X2) 0.108 0.023 0.190 Vaksin (X3) 0.011 0.019 0.055 Pemanas (X4) 0.261* 0.168* 0.194*** Sekam (X5) 0.139** 0.001 0.262** Mortalitas (X6) -0.127*** 0.005 -0.218** Kepadatan Kandang (X7) 0.145 -0.037 0.696* Dummy 0.070 - -

Sumber : Data Primer, diolah (2012) Keterangan:

* = Nyata pada α = 1 persen ** = Nyata pada α = 5 persen *** = Nyata pada α = 10 persen

69

1. Pakan

Secara hipotesis koefisien variabel pakan bertanda positif. Artinya semakin bertambahnya pakan, maka bobot ayam akan semakin meningkat, sehingga produksi ayam ras pedaging juga akan semakin meningkat. Rata-rata penggunaan pakan dalam satu periode produksi peternak mandiri adalah 1 485 kg dan peternak kemitraan rata-rata penggunaan pakan sebesar 1 858 kg. Rata-rata penggunaan pakan usahaternak ayam ras pedaging secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur adalah 1 672 kg. Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usahaternak yaitu sebesar 46.65 persen dari total biaya variabel.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pakan berpengaruh positif terhadap produksi dan nyata pada taraf α sebesar satu persen pada peternak ayam ras pedaging peternak mandiri dan peternak secara keseluruhan (peternak mandiri dan kemitraan), serta pakan berpengaruh nyata pada taraf α sebesar lima persen pada peternak kemitraan. Nilai elastisitas produksi pakan yang bernilai positif antara 0 sampai 1 menunjukan penggunaan pakan berada pada daerah rasional. Nilai elastisitas pakan pada peternak mandiri sebesar 0.895, artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen akan meningkatkan jumlah produksi ayam ras pedaging sebesar 0.895 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan pada fungsi produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan sebesar 0.298, artinya setiap penambahan satu persen pakan akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.298 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pakan dalam fungsi produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.507, artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen

70 akan meningkatkan jumlah produksi ayam ras pedaging sebesar 0.507 persen dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus).

Berdasarkan Tabel 14, koefisien produksi pakan pada peternak mandiri lebih responsif terhadap produksi daripada peternak kemitraan. Menurut Mulyantini (2011), pertumbuhan ternak ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan. Pertumbuhan atau pertambahan berat badan juga merupakan interaksi antara potensi genetik dengan faktor lingkungan. Jika semuanya berinteraksi dengan baik, maka pertumbuhan ternak yang dipelihara akan optimal. Jenis strain yang dikembangkan baik pada peternak mandiri ataupun kemitraan adalah Cobb. Hal tersebut menunjukan tidak ada perbedaan pada strain ayam antara peternak kemitraan dan mandiri, sedangkan perbedaan diperkirakan terdapat pada kualitas pakan yang diberikan. Pakan yang diperoleh dari inti digunakan untuk awal pemeliharaan ayam sampai dengan masa panen, sehingga diduga penyimpanan pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada kualitas pakan yang akan berdampak pada pertumbuhan ayam. Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu dan kelembaban yang relatif tinggi dan sangat mempengaruhi daya tahan pakan dan mempercepat proses ketengikan, sehingga pada akhirnya mengurangi gizi dari pakan (Mulyantini, 2010). Pembuatan gudang pakan merupakan hal penting dalam usahaternak karena dengan adanya tempat penyimpanan yang baik, kualitas pakan dapat terjaga (Fadilah, 2006).

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah faktor produksi yang penting dalam usahaternak. Peternak rakyat yang pada umumnya memiliki keterbatasan dalam permodalan, sehingga peran tenaga kerja dalam keluarga sangat diperlukan. Jika

71 masih dapat diselesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri tidak perlu mengupah tenaga kerja dari luar, yang berarti dapat menghemat biaya produksi. Secara hipotesis, tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, variabel tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini ditunjukan oleh nilai koefisien regresi tenaga kerja yang bertanda positif, artinya setiap penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging.

Penggunaan tenaga kerja pada peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan di Kecamatan Gunung Sindur tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini disebabkan tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak ayam ras pedaging, baik peternak mandiri maupun kemitraan merupakan tenaga kerja dalam keluarga, dimana tidak terdapat pembagian kerja dalam pengelolaan usahaternak. Kegiatan usahaternak biasanya dilakukan oleh suami yang dibantu oleh istri dan atau anak yang tidak memiliki pengalaman dalam usahaternak, selain itu tenaga kerja pada peternak kemitraan 63.33 persen dan peternak kemitraan sebesar 56.67 persen memiliki pengalaman usahaternak di bawah lima tahun, sehingga belum cukup berpengalaman dalam usahaternak.

Nilai elastisitas tenaga kerja peternak mandiri sebesar 0.023, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.023 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas tenaga kerja peternak kemitraan sebesar 0.190, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.190 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi tenaga kerja peternak ayam ras pedaging di Kecamatan

72 Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.108, artinya setiap peningkatan satu persen tenaga kerja akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.108 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi tenaga kerja positif antara 0 sampai 1, menunjukan penggunaan tenaga kerja berada pada daerah rasional.

3. Vaksin

Dalam usahaternak ayam ras pedaging, program pencegahan penyakit harus dilaksanakan dengan baik. Ketika unggas terserang penyakit atau terinfeksi parasit akan mengakibatkan produksi daging yang dihasilkan rendah, pertumbuhan ayam menurun, konversi ransum tinggi dan mortalitas akan meningkat. Kegiatan pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan pemberian vaksin. NDLS-Vac merupakan vaksin yang wajib dilakukan pada usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur. Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan vaksin tersebut sebesar 17.16 persen dari total biaya OVAC.

Secara hipotesis, vaksin merupakan variabel yang memiliki koefisien bernilai positif sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi ayam ras pedaging. Berdasarkan hasil pendugaan parameter, penggunaan vaksin memang berpengaruh positif, namun pada fungsi produksi peternak mandiri, peternak kemitraan, dan peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan penggunaan vaksin tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal ini disebabkan vaksin NDLS pada dasarnya hanya digunakan sebagai pencegah penyakit ND pada awal masa pertumbuhan ayam, namun bila vaksinasi ini tidak dilakukan, dan ayam telah terjangkit serta menyebar maka akan menyebabkan kematian masal karena penyakit tersebut tidak dapat diobati melainkan hanya

73 dapat dicegah. Kerugian ekonomi akibat ND sangat besar karena angka kematian yang ditimbulkannya sangat tinggi.

Nilai Elastisitas produksi vaksin peternak mandiri sebesar 0.019, artinya setiap peningkatan satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.019 persen (ceteris paribus). Elastisitas produksi vaksin peternak kemitraan sebesar 0.055, artinya peningkatan sebesar satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam sebesar 0.055 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi vaksin pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar 0.011, artinya setiap peningkatan satu persen vaksin akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.011 persen (cateris paribus). Nilai elastisitas produksi yang bernilai positif antara 0 sampai 1 menunjukan penggunaan vaksin pada usahaternak berada daerah rasional.

4. Pemanas

Pemanas merupakan faktor yang penting digunakan dalam usahaternak ayam ras pedaging, terutama pada masa ayam umur 1-2 minggu karena pada umur tersebut ayam belum mampu mengatur suhu tubuhnya secara sempurna. Secara hipotesis, penggunaan pemanas berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging. Hal tersebut dikarenakan pemanas dapat membuat DOC tumbuh dan berkembang dengan baik.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter, pemanas berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging dan berpengaruh secara nyata pada peternak mandiri dan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan peternak kemitraan pemanas berpengaruh secara nyata pada taraf α sebesar sepuluh persen. Nilai

74 elastisitas produksi pemanas bernilai positif yaitu antara 0 sampai 1. Nilai elastisitas pemanas pada peternak mandiri sebesar 0.168, artinya setiap peningkatan satu persen penggunaan untuk pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.168 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pemanas pada peternak kemitraan sebesar 0.194, artinya setiap peningkatan satu persen penggunaan pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.194 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas pemanas pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.261, artinya setiap peningkatan sebesar satu persen pemanas akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.261 persen (ceteris paribus).

Berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa elastisitas produksi penggunaan pemanas peternak kemitraan lebih responsif terhadap produksi dari pada peternak mandiri karena rata-rata penggunaan pemanas pada awal pemeliharaan peternak mandiri hanya dilakukan selama 10 hari, pemberian pemanas pada awal pemeliharaan sangat penting untuk dilakukan, pemberian pemanas pada anak ayam seharusnya dilakukan selama 18-21 hari (Fadilah, 2006). Menurut Fadilah (2006), kurangnya pemberian pemanas akan mengganggu pertumbuhan ayam, berat badan menjadi tidak merata dan proses pembentukan kekebalan menjadi terganggu, akibatnya ayam banyak yang kerdil dan mudah terserang penyakit.

5. Sekam

Sekam merupakan faktor produksi yang penting terutama pada awal pemeliharaan ayam. Selain berfungsi sebagai tempat tidur ayam, sekam berfungsi sebagai tempat menampung kotoran yang dikeluarkan ayam (Fadilah, 2004). Sekam merupakan faktor penting karena sebagian besar peternak, baik pada

75 peternak kemitraan dan peternak mandiri di Kecamatan Gunung Sindur sebesar 66.67 persen dan 83.33 persen menggunakan kandang postal/litter. Dalam usahaternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur, biaya sekam sebesar 1.67 persen dari total biaya variabel.

Secara hipotesis sekam berpengaruh positif terhadap produksi ayam ras pedaging, artinya setiap penambahan sekam akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging. Sekam berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan pada taraf α sebesar satu persen, sedangkan pada peternak mandiri sekam tidak berpengaruh secara nyata. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan kondisi lapang, jumlah sekam yang disebarkan di dalam kandang tidak sesuai dengan aturan yang ada. Sekam hanya ditebar dengan ketebalan kurang lebih 3-4 cm, menurut Fadilah (2004) umumnya sekam ditebar dengan ketebalan kurang lebih 5-8 cm. Kurangnya penggunaan sekam menyebabkan kandang menjadi lembab, apalagi jika sekam yang digunakan sebagian peternak mandiri adalah sekam basah menyebabkan kadar amonia di dalam kandang menjadi tinggi, sistem pernafasan pada ayam dapat terganggu dan menyebabkan pertambahan berat badan ayam menjadi lambat. Penambahan sekam seharusnya dilakukan seiring bertambahnya berat badan ayam. Menurut Fadilah (2006), sekam harus dikontrol setiap hari, dan diusahkan dalam keadaan kering. Secara keseluruhan, sekam berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur pada taraf α sebesar lima persen.

Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan sebesar 0.139, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.139 persen

76 (ceteris paribus). Nilai elastisitas produksi sekam pada peternak mandiri sebesar 0.001, artinya setiap peningkatan penggunaan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.001 persen. Nilai elastisitas sekam pada peternak kemitraan sebesar 0.262, artinya setiap peningkatan penggunan sekam sebesar satu persen akan meningkatkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.262 persen. Nilai elastisitas produksi sekam bernilai positif yaitu antara 0 sampai 1 dan berada pada daerah rasional.

6. Mortalitas

Mortalitas merupakan faktor penting dan harus diperhatikan dalam suatu usahaternak ayam ras pedaging. Tingkat kematian banyak terjadi pada minggu- minggu pertama pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak umur 1-3 hari. Tingkat kematian dapat dipengaruhi oleh iklim, bobot badan ayam, sanitasi peralatan dan kandang, penyakit dan kebersihan lingkungan (Fadilah, 2004). Rata- rata tingkat kematian atau mortalitas ayam peternak mandiri sebesar 5.94 persen, adapun tingkat mortalitas peternak kemitraan mencapai 7.31 persen. Mortalitas maksimum yang tidak merugikan adalah sebesar lima persen (North dalam Iskandar et.al, 1999).

Secara hipotesis, tingkat kematian ayam berpengaruh negatif terhadap produksi ayam ras pedaging artinya setiap ayam mati akan mengurangi produksi. Pada peternak mandiri koefisien regresi mortalitas berpengaruh positif, namun tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi ayam ras pedaging, hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis karena pada kondisi lapang diperkirakan dengan kematian ayam tersebut menyebabkan tingkat kepadatan berkurang sehingga persaingan makanan berkurang dan ayam dapat tumbuh dan berkembang dengan

77 baik. Besar pengaruh mortalitas terhadap produksi pada peternak mandiri adalah sebesar 0.005, artinya setiap peningkatan mortalitas sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.005 persen. Mortalitas berpengaruh negatif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada peternak kemitraan pada taraf α lima persen. Namun, secara keseluruhan mortalitas berpengaruh negatif dan nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada taraf α sepuluh persen.

Nilai elastisitas mortalitas pada peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur secara keseluruhan sebesar -0.127, artinya setiap peningkatan kematian ayam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam ras pedaging sebesar 0.127 persen (ceteris paribus). Nilai elastisitas mortalitas peternak kemitraan sebesar -0.218, artinya setiap peningkatan mortalitas ayam sebesar satu persen akan menurunkan produksi ayam sebesar 0.218 persen (ceteris paribus).

7. Kepadatan Kandang

Rata-rata kepadatan kandang peternak mandiri adalah 11 ekor/m2 dan rata- rata kepadatan kandang peternak kemitraan adalah 13 ekor/m2. Secara hipotesis kepadatan kandang berpengaruh positif terhadap produksi, namun kepadatan kandang yang melebihi batas maksimum akan berpengaruh negatif terhadap produksi, artinya setiap peningkatan ayam per m2 akan menurunkan produksi. Semakin padat kandang ayam, akan cenderung meningkatkan konsumsi air sehingga konsumsi pakan berkurang, pertumbuhan terhambat, dan meningkatnya kanibalisme. Umumnya kepadatan kandang yang baik adalah maksimum penggunaannya sebanyak 8-10 ekor/m2 untuk rata-rata berat badan ayam satu kg (Fadilah, 2004). Menurut Mulyantini (2011), pada kandang dengan lingkungan yang baik dengan ventilasi udara dan pendingin, kepadatan dapat ditingkatkan.

78 Sebagian besar peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Gunung Sindur menggunakan kandang litter dan berada dalam lingkungan pemukiman. Oleh karena itu, diperlukan manajemen kandang yang baik sehingga sirkulasi udara tetap lancar.

Berdasarkan hasil pendugaan parameter, kepadatan kandang berpengaruh negatif namun tidak nyata terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri, hal ini menunjukan bahwa kepadatan kandang pada peternak mandiri telah melebihi batas maksimum kepadatan kandang. Adapun peternak kemitraan, kepadatan kandang berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi pada taraf α sebesar lima persen. Nilai koefisien yang bernilai positif pada model fungsi produksi peternak kemitraan, berdasarkan kondisi lapang manajemen kandang pada peternak kemitraan berbeda dengan peternak mandiri. Sistem perkandangan pada peternak kemitraan memiliki ventilasi yang lebih baik dengan dilengkapi kipas angin serta 73.33 persen kandang menghadap ke arah Barat-Timur sehingga panas matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang, oleh karena itu dengan sistem manajemen kandang yang lebih baik dimungkinkan kepadatan kandang dapat ditingkatkan. Secara keseluruhan, kepadatan kandang berpengaruh positif namun tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging pada seluruh peternak di Kecamatan Gunung Sindur.

Besar pengaruh kepadatan kandang terhadap produksi ayam ras pedaging peternak mandiri adalah -0.037, artinya setiap kepadatan kandang meningkat sebesar satu persen akan menurunkan produksi sebesar 0.037 persen (ceteris paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang terhadap produksi ayam ras pedaging peternak kemitraan adalah 0.696, artinya setiap peningkatan kepadatan

79 kandang satu persen akan meningkatkan produksi sebesar 0.696 persen (ceteris paribus). Besar pengaruh kepadatan kandang pada peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan terhadap produksi sebesar 0.145, artinya setiap peningkatan kepadatan kandang sebesar satu persen akan meningkat produksi ayam ras pedaging adalah 0.145 persen (ceteris paribus).

Dokumen terkait