• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

C............................................................................................ Kete

xlix

1. Kualitas Auditor dengan Integritas dan Obyektivitas Auditor

Penelitian Wurangian (2005:405) mengemukakan bahwa kualitas auditor sangat mempengaruhi integritas dan obyektivitas auditor. Kualitas auditor yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan auditor, penguasaan pengetahuan penunjang di luar akuntansi dan PPL terbukti berkontribusi dalam membentuk auditor yang memiliki integritas dan obyektivitas auditor (Wurangian, 2005:405). Auditor yang mempunyai kualitas yang tinggi, yang ditandai dengan tingginya keahlian dan banyaknya pengalaman dianggap bahwa auditor tersebut mempunyai integritas dan obyektivitas yang tinggi pula.

Ha1: Kualitas auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

integritas dan obyektvitas auditor.

2. Ukuran Klien dengan Integritas dan Obyektivitas Auditor

Berdasarkan penelitian Wurangian (2005:406) secara parsial ukuran klien tidak mempengaruhi integritas dan obyektivitas auditor. Semakin besar ukuran klien yang diaudit, maka dianggap bahwa auditor akan semakin integritas dan obyektif, karena perusahaan yang go public

cenderung lebih memperhatikan kinerja perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan yang non go public.

Ha2: Ukuran klien mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

l

3. Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha dengan Klien

dengan Integritas dan Obyektivitas Auditor

Penelitian yang dilakukan oleh Wurangian (2005:405) menunjukkan bahwa hubungan auditor dengan klien mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas dan obyektivitas auditor dengan tingkat signifikansi sebesar 0,018. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001:8) mengindikasikan bahwa ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien sangat mempengaruhi independensi akuntan publik. Dengan adanya ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien dapat mengurangi integritas dan obyektivitas auditor. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (1988) dalam Hendarjatno dan Budi Rahardja (2003:116) bahwa ikatan keuangan mempengaruhi rusaknya independensi sebesar 78%.

Akuntan publik dapat kehilangan integritas dan obyektivitasnya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya.

Ha3: Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

li

4. Ketaatan terhadap Ketentuan dengan Integritas dan Obyektivitas

Auditor

Ketaatan terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku juga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas dan obyektivitas auditor meskipun rata-rata responden memiliki tingkat ketaatan yang cukup besar (Wurangian, 2005:407). Akuntan publik yang memiliki tingkat ketaatan yang tinggi terhadap ketentuan, maka semakin tinggi pula integritas dan obyektivitasnya.

Ha4: Ketaatan terhadap ketentuan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

5. Jasa Non Audit dengan Integritas dan Obyektivitas Auditor

Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2002:5) menyatakan bahwa terdapat dua pendapat berkenaan dengan objektivitas akuntan publik dalam jasa non atestasi. Pendapat pertama menyatakan obyektivitas dapat dipertahankan jika jasa non atestasi dilakukan oleh divisi terpisah dari divisi audit. Pendapat lain menyatakan obyektivitas akan hilang karena akuntan publik akan bertindak untuk kepentingan pihak yang mmemberikan penugasan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001:9) menunjukkan bahwa jasa non audit tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.

lii

Ha5: Jasa non audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

integritas dan obyektivitas auditor.

6. Audit Fee dengan Integritas dan Obyektivitas Auditor

Berdasarkan penelitian Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001:10) besarnya audit fee tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan publik. Namun, penelitian yang dilakukan Wurangian (2005:405) adanya contingent fee dan bonus memiliki pengaruh yang signifikan.

Integritas dan obyektivitas seorang akuntan publik akan diragukan apabila ia menerima audit fee selain yang dicantumkan dalam kontrak. Penelitian tentang audit fee juga telah dilakukan oleh Iskak (1999:25) dimana faktor-faktor yang mempengaruhi audit fee adalah ukuran besarnya perusahaan auditee, jumlah waktu audit, dan ukuran besarnya kantor akuntan publik.

Ha6: Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas

dan obyektivitas auditor

7. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Integritas dan

Obyektivitas Auditor

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001:10) ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi akuntan

liii

publik. Ukuran kantor akuntan publik diindikasikan dapat mempengaruhi integritas dan obyektivitas auditor, yakni apabila ukurannya semakin besar maka akan semakin integritas dan obyektif, karena tidak bergantung hanya pada suatu klien tertentu saja.

Ha7: Ukuran KAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

integritas dan obyektivitas auditor.

8. Lamanya Hubungan Audit dengan Integritas dan Obyektivitas

Auditor

Menurut penelitian Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001:9) menunjukkan bahwa lamanya hubungan audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Supriyono (1988) bahwa lamanya penugasan audit berpengaruh terhadap independensi akuntan publik sebesar 34% (Hendarjatno dan Budi rahadrja, 2003:117).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Wurangian (2005:406) mengidentifikasikan bahwa lamanya hubungan audit berpengaruh signifikan terhadap integritas dan obyektivitas auditor, yakni dengan nilai signifikansi 0,026. Semakin lama seorang auditor berinteraksi dengan klien akan menyebabkan auditor merasa sudah mengenali karakter usaha klien yang meliputi operasional dan akuntansinya.

liv

Ha8: Lamanya hubungan audit mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

9. Jangka Waktu Audit dengan Integritas dan Obyektivitas Auditor

Menurut Wurangian (2005:406) jangka waktu audit berpengaruh terhadap integritas dan obyektivitas auditor. Variabel ini diindikasikan oleh lamanya jangka waktu penyelesaian dan pihak penentu waktu penyelesaian. Auditor dalam melaksanakan audit memerluakn waktu yang cukup sesuai dengan prosedur audit yang dilaksanakan, ukuran sampel, item yang dipilih dan waktu pelaksanaan untuk mendapat bukti audit yang memadai. Karenanya auditor harus membuat perencanaan audit termasuk jangka waktu pelaksanaan. Apabila jangka waktu pelaksanaan tersebut tidak sesuai dengan perhitungan dan mengakibatkan berubahnya prosedur audit dan jumlah bukti yang dikumpulkan maka hal ini akan memungkinkan akan berpengaruh terhadap integritas dan obyektivitas auditor yang bersangkutan.

Ha9: Jangka waktu audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

lv D. Kerangka Pemikiran

Model hubungan antar variabel untuk penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian

Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y)

Kualitas Auditor

Ukuran KAP Ikatan Kepentingan

Keuangan Dan Hubungan Usaha

Ketaatan Terhadap Ketentuan Ukuran Klien

Jasa Non Audit

Audit Fee Integritas Dan Obyektivitas Auditor Lamanya Hubungan Audit

lvi E. Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini menggunakan hipotesis alternatif (alternative hypothesis). Dengan demikian hipotesis penelitian ini yaitu:

Ha1: Kualitas auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

integritas dan obyektvitas auditor.

Ha2: Ukuran klien mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas

dan obyektivitas auditor.

Ha3: Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

Ha4: Ketaatan terhadap ketentuan mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

Ha5: Jasa non audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

integritas dan obyektivitas auditor.

Ha6: Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas dan

obyektivitas auditor

Ha7: Ukuran KAP mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap integritas

dan obyektivitas auditor.

Ha8: Lamanya hubungan audit mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

Ha9: Jangka waktu audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

lvii

Ha10: Kualitas auditor, ukuran klien, ikatan kepentingan keuangan dan

hubungan usaha dengan klien, ketaatan terhadap ketentuan, jasa non audit, audit fee, ukuran kantor akuntan publik, lamanya hubungan audit dan jangka waktu audit mempunyai pengaruh secara simultan terhadap integritas dan obyektivitas auditor.

lviii BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kausalitas yakni tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:27), yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu: kualitas auditor, ukuran klien, ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, ketaatan terhadap ketentuan, jasa non audit,

audit fee, dan ukuran kantor akuntan publik, lamanya hubungan audit dan jangka waktu audit terhadap variabel dependen yaitu integritas dan obyektivitas auditor.

Adapun yang menjadi sasaran penelitian ini adalah auditor yang terdiri dari: Partner, Manager, Supervisor, Senior dan Junior Auditor yang bekerja di KAP yang berada di wilayah DKI Jakarta. Pemilihan wilayah tersebut didasari oleh:

1. Wilayah tersebut terdapat banyak kantor akuntan publik (KAP), dan 2. Wilayah tersebut mudah terjangkau.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode convenient sampling. Convenient sampling adalah istilah umum yang

lix

mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenient sampling berarti unit sampel yang ditarik dengan mudah dihubungi, tidak menyusahkan, bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30).

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa tipe penelitian, yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research): 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, dan menelaah berbagai literatur, artikel, teori, buku, jurnal, majalah, maupun surat kabar yang berhubungan dengan materi dan mendukung pembahasan masalah. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:147). Tujuan penelitian kepustakaan adalah untuk memperoleh dan meningkatkan pengetahuan teoritis penulis yang akan digunakan dalam pembahasan skripsi.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini menggunakan metode survey, yang merupakan metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Metode survey ini dilakukan dengan kuisioner, yaitu melakukan penyebaran kuisioner yang didistribusikan dengan cara menyampaikan pertanyaan–pertanyaan kepada para auditor yang meliputi:

lx

Partner, Manager, Supervisor, Senior, dan Junior Auditor yang bekerja di KAP. Pengiriman kuisioner dilakukan secara langsung, melalui pos, ataupun email. Peneliti juga akan menghubungi responden melalui telepon untuk memproses lebih lanjut.

D. Metode Analisis

Langkah-langkah yang digunakan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi integritas dan obyektivitas auditor adalah dengan uji kualitas data, uji asumsi klasik regresi berganda, dan uji hipotesis:

1. Uji Kualitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas:

a. Uji Validitas Data

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas dengan menggunakan Pearson Correlation

yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali, 2005:45). Kriteria yang digunakan valid atau tidak valid adalah jika korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan valid, apabila butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat

lxi

signifikansi diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Santoso, 2002).

b. Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Hasil uji reliabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu instrumen dapat dikatakn reliable (andal) bila memiliki nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly, 1967) dalam Ghozali (2005:42).

2. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda

Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas:

a. Uji Multikolinieritas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Santoso, 2002:203). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai VIF di sekitar angka 1, angka tolerance mendekati 1, dan koefisien korelasi lemah, yaitu dibawah 0,5 (Santoso, 2002:206).

lxii b. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas (Ghozali, 2005:105). Jika varians berbeda disebut heteroskedastisitas (Santoso, 2002: 208). Kriteria pengujiannya yaitu jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y (Santoso, 2002: 210).

c. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal (Santoso, 2002: 212). Kriteria pengujiannya yaitu jika grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal serta data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, uji koefisien determinasi, uji statistik t dan uji statistik F. Persamaan regresi bertujuan untuk memprediksi besar variabel terikat

lxiii

dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2002:163).

Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +

b9X9 +e

Dimana:

Y = Integritas dan Obyektivitas b0 = Interception point

b1-b10 = Koefisien regresi

X1 = Kualitas Auditor

X2 = Ukuran Klien

X3 = Ikatan Kepentingan Keuangan & Hub. Usaha

X4 = Ketaatan terhadap Ketentuan X5 = Jasa Non Audit

X6 = Audit Fee

X7 = Ukuran KAP

X8 = Lamanya Hubungan Audit

X9 = Jangka Waktu Audit

lxiv a. Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:83).

b. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji hipotesa yaitu untuk menguji signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai sigifikansinya kurang dari 0,05, maka menerima Ha, dan jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka menolak Ha.

c. Uji F

Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:83). Kriteria pengujiannya yaitu apabila nilai sigifikansinya kurang dari 0,05, maka menerima Ha, dan jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka menolak Ha.

lxv E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independent:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dari penelitian ini adalah integritas dan obyektivitas. Integritas adalah unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk mewujudkan apa yang telah disanggupinya dan diyakini kebenarannya ke dalam kenyataan. Obyektivitas adalah unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk menyatakan kenyataan sebagaimana adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun kepentingan pihak lain. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Wurangian (2005) dan Harahap (1991). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari sembilan item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

2. Variabel Independen

Variabel-variabel tersebut adalah: a. Kualitas Auditor

Kualitas auditor merupakan kemampuan profesional auditor dalam melakukan pekerjaannya. Kualitas auditor dapat dilihat dari segi pendidikan formal maupun informal, pelatihan, seminar, pengalaman

lxvi

dan penguasaan ilmu diluar akuntansi. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Wurangian (2005). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari enam item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

b. Ukuran Klien

Ukuran klien adalah besarnya klien yang diukur dengan perusahaan yang sudah go public dengan perusahaan yang tidak go public. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Wurangian (2005). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari dua item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat tidak setuju, 2) Tidak Setuju, 3). Netral, 4) Setuju, 5) Sangat Setuju. c. Ikatan Kepentingan Keuangan dan Hubungan Usaha

Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha adalah kepentingan keuangan secara langsung maupun tidak langsung yang material di dalam perusahaan yang menjadi kliennya, baik itu utang-piutang, investasi dan sebagainya. Jika auditor memiliki ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha maka kecenderungan integritas dan obyektivitasnya terganggu. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari tiga item

lxvii

dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2) Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

d. Ketaatan terhadap Ketentuan

Setiap akuntan publik mempunyai ketentuan-ketentuan yang berlaku guna berjalan dengan baik. Jika auditor menaati setiap ketentuan yang berlaku maka integritas dan obyektivitas akan terjamin dan begitu pula sebaliknya, yakni adanya keharusan penggantian klien yang diaudit oleh partner tertentu dalam 3 tahun, dan 5 tahun untuk Kantor Akuntan Publik (KAP). Variabel ini diukur dengan menggunakan Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep- 20/PM/2002, diadopsdi oleh Wurangian (2005). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari dua item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

e. Jasa Non Audit

Aktivitas Kantor Akuntan Publik (KAP) selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain, jasa lain ini memungkinkan terganggunya integritas dan obyektivitas akuntan publik, karena akuntan publik cenderung memihak kepada kepentingan kliennya yang terdiri dari jasa akuntansi dan pembukuan, jasa konsultasi perpajakan dan jasa konsultasi manajemen. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen Novianty dan Indra Wijaya Kusuma (2001).

lxviii

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari tujuh item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

f. Audit Fee

Audit fee yang jumlahnya besar kemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya integritas dan obyektivitas akuntan publik. Dengan besarnya fee yang diterima KAP besar, cenderung takut kehilangan klien, begitu pula sebaliknya apabila fee yang diterima KAP kecil, biasanya KAP merasa tidak tegantung terhadap klien tertentu. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen Pernyataan Etika Profesi Nomor: 1 dalam Mulyadi dan Kanak Puradirdja (1998). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari enam item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

g. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar lebih independen dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil, karena KAP besar tidak begitu tergantung pada salah satu klien saja, sehingga hilangnya satu klien tidak mempengaruhi pendapatannya. Ukuran KAP diukur dengan KAP yang mengaudit perusahaan go public dan perusahaan non go public. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen

lxix

Hendarjatno dan Budi Rahardja (2003). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari dua item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

h. Lamanya Hubungan Audit

Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua, yaitu (1) lima tahun atau kurang, dan (2) lebih dari lima tahun. Penugasan lebih dari lima tahun dianggap dapat mempengaruhi integritas dan obyektivitas akuntan publik karena jangka waktu tersebut dianggap terlalu lama. Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen Supriyono (1988). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang terdiri dari dua item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

i. Jangka Waktu Audit

Jangka waktu audit merupakan jangka waktu pemeriksaan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien yakni kapan suatu laporan auditan diumumkan atau diserahkan kepada instansi tertentu yang berwenang sehingga mempengaruhi auditor untuk dapat membuat prosedur audit yang cepat dan tepat tanpa risiko dikemudian hari. Variabel ini diukur dengan mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Wurangian (2005). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal yang

lxx

terdiri dari dua item dengan lima poin skala likert yang berkaitan dengan lima pilihan yaitu: 1). Sangat Tidak Setuju, 2). Tidak Setuju, 3). Netral, 4). Setuju, 5). Sangat Setuju.

lxxi Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Indikator Pengukuran

1. Integritas dan Obyektivitas (Sumber: Wurangian, 2005; Harahap, 1991)

a. Laporan audit harus berdasarkan fakta, b. Hasil temuan yang signifikan harus

diungkapkan kepada pihak manajemen, c. Auditor harus bersikap adil, tidak memihak,

jujur secara intelektual, d. Menjauhi konflik kepentingan, e. Harus memegang teguh prinsip,

f. Menolak segala bentuk pemberian, fasilitas, keramahtamahan,

g. Melakukan tindakan berdasarkan pada keyakinan akan keilmuannya yang tidak ceroboh,

h. Menyampaikan informasi yang layak dan obyektif, dan

i. Auditor harus mengungkapkan informasi yang lengkap dan relevan.

Skala Ordinal

2. Kualitas Auditor (Sumber: Wurangian, 2005)

a. Pendidikan formal, b. Pendidikan informal, c. Seminar bagi auditor, d. Pelatihan,

e. Pengalaman, dan

f. Penguasaan ilmu selain akuntansi.

Skala Ordinal

3. Ukuran Klien

(Sumber: Wurangian, 2005)

a. Perusahaan yang sudah go public,dan b. Perusahaan yang tidak go public.

Skala Ordinal

lxxii Sambungan tabel 3.1

No. Variabel Indikator Pengukuran

4. Ikatan Kepentingan Keuangan

Dan Hubungan Usaha (Sumber: Novianty dan Indra Wijaya Kusuma, 2001)

a. Kepentingan keuangan langsung maupun tidak langsung yang material,

b. Investasi, dan c. Utang-piutang.

Skala Ordinal

5. Ketaatan Dengan Ketentuan

(Sumber: Keputusan Ketua

Dokumen terkait