• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai Willingness to Accept Masyarakat

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.4 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTA Responden

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi WTA dilakukan dengan menggunakan teknik regresi berganda. Fungsi Willingness to Accept (WTA)

diamati dengan memasukkan variabel terikat (dependent variable) dan bebas

(independent variable) yang diduga berpengaruh. Hasil analisis nilai WTA responden dapat dilihat pada Tabel 13.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R2 yang dihasilkan bernilai 46,7 %. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman WTA responden sebesar 46,7 % dapat dijelaskan oleh model, sisanya 53,3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Nilai F hitung sebesar 3,406 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,002 (Lampiran 3) menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden pada taraf

α 20 persen. Model regresi linier berganda harus memenuhi asumsi tidak ada masalah multikolinieritas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan uji asumsi normalitas. Hasil uji tersebut adalah disajikan sebagai berikut:

1. Uji Multikolinieritas

Pengujian terhadap multikolinieritas didasarkan pada nilai VIF pada model. Nilai VIF pada Tabel 13 terlihat bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai yang kurang dari sepuluh (VIF < 10). Nilai tersebut mengindikasikan tidak terjadi pelanggaran multikolinieritas.

2. Uji Autokorelasi

Pelanggaran terhadap autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson yang terdapat pada Tabel 13. Pemeriksaan ini melihat dari nilai statistik DW yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu sebesar 2,156. Nilai tersebut berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus, 2004).

3. Uji Homoskedastisitas

Pemeriksaaan asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan melihat sebaran pada scatterplot. Plot yang terdapat pada Gambar 23 terlihat tidak membentuk pola apapun atau dengan kata lain menyebar bebas, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat pelanggaran asumsi homoskedastisitas.

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 23. Scatterplot pada WTA Responden di Desa Lulut 4. Uji Asumsi Normalitas

Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov yang disajikan dalam Tabel 13. Pada output komputer terlihat nilai Asymp.Sig. (2-tailed) yaitu sebesar 0,969. Alpha (α) yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 20 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari alpha. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi normalitas atau galat menyebar normal.

Pemenuhan asumsi-asumsi analisis regresi menandakan bahwa model tersebut telah layak untuk digunakan. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :

WTA = 1,389 – 0,236 PNDK – 0,143 JTK+0,557 WRS + 1,075 SWT+ εi

Tabel 13 Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Responden

Variabel B Std. Error t P-value Tolerance VIF

(Constant) 1.389 .998 1.392 .175 UR -.164 .225 -.729 .472 .210 4.764 PNDK -.236 .153 -1.543 .134** .296 3.373 PNDP .004 .190 .022 .983 .361 2.770 JTK -.143 .088 -1.634 .113** .528 1.893 LT -.105 .184 -.569 .574 .357 2.802 JTT -.080 .168 -.476 .638 .462 2.163 KU .180 .151 1.190 .244 .594 1.683 KA .050 .250 .201 .842 .656 1.525 KBS -.001 .218 -.007 .995 .606 1.651 KSH .106 .233 .456 .652 .613 1.632 PNS .594 .770 .772 .447 .620 1.613 WRS .577 .403 1.432 .163*** .607 1.647 PTN .164 .296 .555 .583 .527 1.899 SWT 1.075 .524 2.052 .050* .685 1.460 SPR .004 .424 .008 .993 .450 2.222 R-square 66,1 % R-square adj. 46,7 % Durbin-Watson 2,156 Asymp.Sig.(2-tailed) 0.969

Sumber : Data Primer Diolah, 2011

Keterangan : * nyata pada taraf α = 10% ** nyata pada taraf α = 15% *** nyata pada raraf α = 20%

Berdasarkan Tabel 13 diketahui variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap model pada alpha 20%, 15% dan 10 %, yaitu tingkat pendidikan, jumlah

tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal, dummy wiraswasta, dan dummy

pegawai swasta.

Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai P-value 0,134 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,15 (15%). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi tingkat pendidikan, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan responden dengan pendidikan yang tinggi memiliki kecenderungan untuk mengkalkulasikan terlebih dahulu nilai wta yang diharapkan sehingga nilai yang diinginkan tidak sembarangan. Berbeda pada responden dengan tingkat pendidikan rendah yang spontan dan umumnya menginginkan nilai yang lebih besar. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTA responden. Nilai dari koefisien tingkat pendidikan adalah 0,236 yang artinya bahwa jika tingkat pendidikan meningkat sebesar satu satuan (tingkatan pendidikan), maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar 0,236 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Nilai P-value untuk jumlah tanggungan keluarga adalah sebesar 0,113 sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,15 (15%). Koefisien jumlah tanggungan adalah bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 0,143. Hal ini menggambarkan bahwa jika jumlah tanggungan responden meningkat satu satuan (orang) maka diduga besarnya rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar 0,143 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus. Hubungan negatif antara jumlah tanggungan dengan besarnya nilai wta tidak sesuai dengan hipotesis awal. Berdasarkan data di lapangan, responden dengan

jumlah tanggungan yang tinggi memiliki kebutuhan yang tinggi pula. Tekanan akan kebutuhan hidup yang tinggi membuat mereka bersedia untuk menerima nilai yang rendah daripada tidak mendapat kompensasi sama sekali.

Variabel dummy wiraswasta memiliki nilai P-value sebesar 0,163. Variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%). Koefisien untuk variabel tersebut adalah bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0,577. Tanda positif (+) menunjukkan responden yang berprofesi sebagai wiraswasta akan menginginkan nilai WTA yang lebih tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Responden berpendapat bahwa dana kompensasi merupakan dana imbangan yang akan mereka terima apabila mereka tidak dapat bekerja akibat ekternalitas yang timbul. Apabila responden berprofesi sebagai wiraswasta, maka diduga besarnya rata-rata nilai WTA responden akan meningkat sebesar 0,577 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel pegawai swasta memiliki nilai P-value sebesar 0,050. Variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,1 (10%). Koefisien untuk pegawai swasta adalah bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 1,075. Tanda positif (+) menunjukkan responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta akan menginginkan nilai WTA yang lebih tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Responden dengan profesi sebagai pegawai swasta berpendapat bahwa dana kompensasi merupakan dana imbangan yang akan mereka terima apabila mereka tidak dapat bekerja akibat ekternalitas yang timbul. Apabila reponden berprofesi sebagai pegawai swasta, maka diduga besarnya rata- rata nilai WTA responden akan meningkat sebesar 1,075 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Nilai P-value untuk usia responden adalah sebesar 0,472 sehingga variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,20 (20%). Koefisien usia responden adalah bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 0,164. Hal ini menggambarkan bahwa jika usia responden meningkat satu satuan (tahun) maka diduga besarnya rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar 0,164 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai P-value sebesar 0,983. Variabel tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%). Koefisien untuk tingkat pendapatan adalah bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0,004. Tanda positif (+) menunjukkan responden dengan tingkat pendapatan yang tinggi menginginkan nilai WTA yang lebih tinggi. Peningkatan tingkat pendapatan satu satuan (Rp) maka diiduga besarnya rata-rata nilai WTA responden akan meningkat sebesar 0,004 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi

ceteris paribus.

Variabel jarak tempat tinggal memiliki nilai P-value 0,638 artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi jarak tempat tinggal dari penambangan, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin rendah. Nilai dari koefisien adalah 0,080 yang artinya bahwa jika jarak tempat tinggal meningkat sebesar satu satuan (meter), maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar 0,080 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi

ceteris paribus.

Variabel kualitas udara memiliki nilai P-value 0,244 artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2 (20%).

Koefisien variabel ini bertanda positif (+), berarti semakin tinggi kualitas udara, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana kualitas udara bertanda negatif. Nilai dari koefisien adalah 0,180 yang artinya bahwa jika kualitas meningkat sebesar satu satuan (tingkat kualitas udara), maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,180 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi

ceteris paribus.

Variabel kualitas dan kuantitas air memiliki nilai P-value 0,842 artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2 (20%). Koefisien variabel ini bertanda positif (+), berarti semakin tinggi kualitas dan kuantitas air, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal dimana kualitas dan kuantitas air bertanda negatif. Nilai dari koefisien adalah 0,050 yang artinya bahwa jika kualitas meningkat sebesar satu satuan (tingkat kualitas dan kuantitas air), maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,050 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel kualitas kebisingan dan getaran memiliki nilai P-value 0,995 artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2 (20%). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi kualitas kebisingan dan getaran, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin rendah. Nilai dari koefisien adalah 0,001 yang artinya bahwa jika kualitas meningkat sebesar satu satuan (tingkat kualitas kebisingan dan getaran), maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,001 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel dummy pegawai negeri sipil memiliki nilai P-value 0,447 artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf nyata α = 0,2 (20%). Koefisien variabel ini bertanda positif (+), artinya responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Nilai dari koefisien adalah 0,594 yang artinya bahwa jika responden bekerja sebagai pegawai negeri sipil, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,594 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel dummy petani memiliki nilai P-value 0,583 artinya variabel ini tidak berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,2 (20%). Koefisien variabel ini bertanda positif (+), artinya responden dengan pekerjaan sebagai petani, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Nilai dari koefisien adalah 0,164 yang artinya bahwa jika responden bekerja sebagai petani, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar 0,164 satuan (ratus ribu rupiah) dengan asumsi ceteris paribus.

Variabel usia responden, tingkat pendapatan, lama tinggal, jarak tempat tinggal, kualitas udara, kualitas air, kualitas kebisingan dan getaran, biaya kesehatan, pegawai negeri sipil, petani, dan supir/ojek tidak berpengaruh nyata dalam model ini. Nilai P-value masing-masing variabel (Tabel 13) lebih besar dari taraf α = 0,2 ( 20%). Variabel-variabel tersebut hanya menyebabkan perubahan kecil dibandingkan dengan variabel yang berpengaruh signifikan. Hal tersebut terjadi karena kurang beragamnya nilai yang terdapat dalam model.