BAB IV TUJUAN PERNIKAHAN MENURUT SYARIAT ISLAM PADA
B. Analisis Faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan
Perjalanan rumah tangga akan sangat tergantung kepada suami sebagai kepala
rumah tangga dan isteri dengan anak-anak (jika ada) sebagai anggotanya. Atau
diumpakan kepada sebuah kapal laut, suami adalah seorang nakhoda sedangkna anak
dan isterinya adalah penumpang. Dalam kehidupan rumah tangga adalah sangat
penting bagi suami dan isteri untuk bisa mengungkapkan sebab-sebab dan akar
terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Sama sekali tidak ada yang
berharap pernikahan yang suci harus tergores oleh permasalahan, apalagi sampai
menyebabkan pertengkaran yang menakutkan. Sama sekali tidak ada yang
menginginkan pernikahan yang kokoh dan kuat harus hancur berantakan. Juga tidak
ada yang mendambakan pernikahan yang suci harus berwarna kelam karena tidak ada
lagi tempat untuk bersatu.
Singkatnya sangat banyak hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
benturan keras dalam rumah tangga. Sebagian sebab-sebab itu memang tidak
sepatutnya terjadi. Sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Tahu kebaikan dibalik
64
mempertahankan kehidupan keluarga, jangan sampai hancur berantakan, karen ahal itu bertentangan dengan semangat Syari‟at Islam.
Demikian halnya dengan keberadaan pasangan pasangan yang ada di Desa
Pusaka Rakyat, sebagaimana setiap keluarga pada hakikatnya masing-masing
mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Mereka sama sekali tidak
menginginkan keadaan rumah tangganya seperti telah dideskripsikan pada bagian
sebelumnya. Mereka sebagaimana masyarakat Muslim pada umumnya mendambakan
kehidupan rumah tangga yang berjalan normal yang penuh dengan kebahagiaan lahir
dan batin. Tetapi diantara perjalanan hidup rumah tangga mereka ditakdirkan lain;
mereka jauh dari atmospir bahagia atau harmonis; yang ada hanyalah
penderitaan-penderitaan yang berkepanjangan yang dirasakan oleh isteri dan anak.
Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan
ketidakharmonisan sebuah rumah tangga. Penyebab ketidakharmonisan dalam rumah
tangga di Desa Puakajaya bermacam-macam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Ekonomi
Secara empirik, bagi sebagian besar pasangan suami isteri, ketidaksiapan
ekonomi menjadi faktor penyebab utama terjadinya masalah dalam kehidupan rumah
tangga. Walaupun tingkat keyakinan agama pasangan itu kuat, bahwa Tuhan akan
memurahkan rezekinya kepada mereka setelah menjalani pernikahan, tetapi hal ini
bisa menolak fakta bahwa salah satu penyebab terjadinya masalah dalam rumah
tangga adalah masalah ekonomi. Dalam al-Qur‟an surat al-Nur ayat 32 Allah berfirman sebagai berikut:
Artinya: Dan kawinkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”(An-Nur:[24]:32)
Konon, menurut cerita orang tua, para isteri tempo dulu yang perkawinannya
tidak bahagia, pada umumnya tidak mempunyai pilihan lain untuk menyelesaikan
kemelut rumah tangga, kecuali tetap hidup bersama suami. Pada masa sekarang, para
isteri yang tidak bahagia bisa melakukan banyak pilihan, antara lain mencari
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dalam keluarga yang isterinya bekerja di
luar rumah, tingkat ketergantungan terhadap suami menjadi kurang dan hal ini
memungkinkan rumah tangga menjadi lebih rapuh.4
Di Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya faktor ekomoni ini pun
menjadi salah satu faktor ketidak harmonisan kehidupan berumah tangga. Hal ini
dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 1.
4
Hendi Suhendi & Ramdani Wahyu, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga, (Bandung: Pustaka
66
Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena
Faktor Ekonomi di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014
Faktor Ekonomi Frekuensi Persentasi
Berpengaruh terhadap keharmonisan 56 70% Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 24 30%
Jumlah 80 100%
Faktor Ekonomi Frekuensi Persentasi
Bepengaruh terhadap keharmonisan 56 70%
Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 24 30%
Jumlah 80 100%
Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang
berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 pasangan suami isteri.
Berdasarkan tabel 1 diatas, 56 (70%) responden menyatakan bahwa faktor
ekonomi/nafkah yang diberikan suami terhadap isterinya berpengaruh terhadap
keharmonisan rumah tangga. Sedangkan 24 (30%) responden menyatakan bahwa
faktor ekonomi/nafkah yang diberikan suami tidak berpengaruh terhadap
keharmonisan rumah tangga.
Sebagai deskripsi dari data diatas penulis melakukan wawancara dengan salah
dan I seharusnya relatip cukup, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan masing-masing
yang sehari-hari berprofesi sebagai PNS guru SD yang keduanya sudah bergolongan
IV(a). Dalam suasana perekonomian Indonesia seperti sekarang ini, dimana laju
pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih cepat daripada perkembangan lapangan kerja,
sehingga banyak penganggur, bahkan mereka yang sudah bekerja pun banyak yang
di-PHK, pasangan D dan I seharusnya serba cukup dari segi ekonomi untuk hidup.
Bahkan dengan adanya kenaikkan gaji PNS dan pegawai lain mulai Januari 2006
seharusnya kehidupan rumah tangga D dan I semakin mantap, menatap masa depan
dengan penuh optimis.
Tetapi, menurut I (isteri dari D) mengatakan bahwa masalah yang sering
dialaminya adalah justeru yang berkaitan dengan ekonomi keluarga, karena D yang
jarang sekali memberikan gajinya kepada isterinya pada setiap bulannya. I sebagai
isteri tidak pernah diberi tahu, tentang penggunaan uang gaji yang diperoleh
suaminya setiap bulan. Yang jelas, dia tidak pernah memberikan gajinya kepada I
sebagai kewajiban dalam memberikan nafkah terhadap keluarga. Disamping
menderita tidak mendapatkan nafkah, I juga merasa khawatir dan lebih tersiksa oleh
ketidakterusterangan D terhadap dirinya tentang penggunaan uang yang dia peroleh
setiap bulan. Kadang-kadang, I berburuk sangka apakah suaminya memiliki isteri
lain, atau senang berjudi atau bersenang-senang dengan cara lainnya.5
2. Faktor Intervensi
5
68
Faktor intervensi juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya masalah
dalam kehidupan rumah tangga. Intervensi dapat berasal dari orang tua suami dan
isteri, juga dapat berasal dari saudara-saudara suami atau isteri yang lebih tua, bahkan
yang muda sekali pun.
Pada masyarakat di Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya faktor
intervensi ini pun nenjadi salah satu faktor ketidak harmonisan kehidupan berumah
tangga. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:
Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena
Faktor intervensi di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014
Tabel 2
Faktor Intervensi Frekuensi Persentasi
Berpengaruh terhadap keharmonisan 46 57,5%
Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 34 42,5%
Jumlah 80 100%
Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang
berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 pasangan sumi isteri.
Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa 46 (57,5%) responden menyatakan bahwa
faktor intervensi berpengaruh terhadap keharmonisan kehidupan rumah tangga.
Sedangkan 34 (42,5%) responden menyatakan bahwa faktor intervensi tidak
Seperti halnya yang dialami oleh pasangan T dan R, permasalahan yang
timbul dalam keluarganya itu tidak terlepas dari adanya intervensi yang dilakukan
oleh orang tua dan kerabat dari T, terutama dari ayah T.6 Intervensi mereka terutama
menyangkut keuangan rumah tangga. Sudah seharusnya mereka tidak terlalu ikut
campur pada urusan rumah tangga T dan R, karena mereka sudah memberikan
amanat yang setulusnya sejak berlangsungnya akad nikah. Orang tua cukup
mengawasi dan memberikan saran untuk perbaikkan jika diperlukan. Intervensi
terlalu dalam justeru akan memperkeruh kehidupan rumah tangga anak. Hal itu dapat
menipiskan rasa percaya diri anak yang tengah membangun rumah tangga yang
membutuhkan sikap kemandirian dan percaya diri yang tinggi.
3. Faktor seks
Hasrat biologis atau keinginan melakukan hubungan seks bagi suami isteri
adalah suatu fitrah dan rahmat yang patut disyukuri. Suami dan isteri harus
berhati-hati dalam menyikapi permasalahan seks, karena pada tingkat tertentu, dari sinilah
ketegangan rumah tangga muncul.7
Pada masyarakat di Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya faktor seks
ini pun nenjadi salah satu faktor ketidak harmonisan kehidupan berumah tangga. Hal
ini dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3
6
Wawancara dengan T, tanggal 28 April 2015
7
http://Indonesian.irib.ir/islam/keluarga/item/80927_Pentingnya_Pernikahan_Dalam_Islam, Diakses pada tanggal 2 Januari 2015
70
Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena
Faktor sek di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014
Faktor Sex Frekuensi Persentase
Berpengaruh terhadap keharmonisan 42 52,2%
Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 36 47,5%
Jumlah 80 100%
Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang
berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 pasangan sumi isteri.
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa 42 (52,5%) responden menyatakan bahwa
faktor seks berpengaruh terhadap keharmonisan kehidupan rumah tangga. Sedangkan
38 (47,5%) responden menyatakan bahwa faktor seks tidak mempengaruhi
keharmonisan kehidupan rumah tangga. Faktor seks ini (biasanya pelayanan yang
diberikan isteri terhadap suaminya) merupakan kepanjangan dari tidak terlaksananya
kewajiban suami dalam hal pemberian nafkah/faktor ekonomi.
Seperti yang diungkapkan oleh E bahwa kemunculan masalah yang dialami
oleh keluarganya salah satunya adalah masalah seks juga, bahwa Y (isteri E) selalu
bersikap dingin, tidak mau atau enggan sekali untuk melayani hasrat biologis
suaminya.8
8
Memperhatikan macam-macam faktor di atas dapat diambil pemahaman
bahwa masalah yang terjadi dalam pasangan E dan Y di atas semuanya berkaitan
dengan tidak terpenuhinya hak seseorang yang berkedudukan sebagai suami dan
isteri, atau terganggunya hak seseorang dari partnernya.
4. Faktor Komunikasi
Kehidupan keluarga bagaikan sebuah perahu yang akan berlayar mengarungi
luasnya samudera kehidupan. Sudah menjadi kewajaran ketika dalam perjalanan
sebuah rumah tangga terjadi perselisihan kecil, bahkan orang sering menyebut itu
dengan bumbu dalam berumah tangga. Akan tetapi, permasalahannya bagaimana kita
menyikapi perselisihan-perselisihan kecil itu agar jangan menjadi besar sehingga
menjadi malapetaka, dan hanya menjadi bumbu dalam berumah tangga.
Setiap permasalahan yang dihadapi manusia, pasti ada jalan keluarnya, dan
hal yang penting adalah untuk bisa menemukan jalan keluar dari itu adalah dengan
komunikasi, yaitu didiskusikan atau dimusyawarahkan, karena walaupun hak seorang
suami sebagai pemimpin untuk ditaati pendapatnya, tidak berarti harus mengabaikan
pendapat atau masukan yang datang dari isteri. Karena, bisa saja justeru pendapat
isteri lebih baik dan bisa menjadi jalan keluar bagi permasalahan keluarga yang
sedang dihadapi.9
Tabel 4.
9
TRIPOD, Peran Komunikasi (Suami-Istri) dalam mebina keluarga sakinah, Diakses pada tanggal 1 Januari 2015, http://ukhuwah-i.tripod.com/kelu11.htm
72
Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena
Faktor komunikasi di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014
Faktor Komunikasi Frekuensi Persentasi
Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 27 33,75%
Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 53 66,25%
Jumlah 80 100%
Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang
berjumlah 160 yang terdiri dari 80 pasangan sumi isteri.
Misalnya yang terjadi pada pasangan S dan F adalah sebaliknya. S dan F
sudah merasa bahwa permasalahan sudah tidak bisa diselesaikan lagi, maka yang ada
hanya egoisme masing-masing. S tidak mau mendengarkan pendapat F; begitupun F
tidak mau jika terus-terusan selalu menjadi pihak yang disalahkan oleh S. Alhasil,
komunikasi di antara mereka untuk menyelesaikan persoalan rumah tangga menjadi
mandeg, sudah tidak ada harapan bahwa kehidupan rumah tangga mereka akan
membaik. Menurut, istilah I “dah mati-matian” mengusahakan agar kebuntuan dalam komunikasi menjadi mencair, tapi hasilnya tetap nihil.10
10
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyebab Tidak Tercapainya Tujuan