• Tidak ada hasil yang ditemukan

6 ANALISIS FAKTOR PELUANG AKSES KREDIT LKM-A PUAP KE PERBANKAN

Pengujian Model Peluang Akses Kredit ke LKM-A

Model regresi logistik digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi peluang akses kredit LKM-A PUAP ke perbankan. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi peluang akses kredit yang digunakan adalah jarak LKM-A dengan kantor cabang Bank terdekat, nilai asset yang dimiliki LKM-A,

£¤¥¥y anggota kelompok mempunyai tabungan di Bank, £¤¥¥y anggota

kelompok mempunyai sumber pembiayaan lain, £¤¥ ¥y pernah mengajukan

kredit berkelompok sebelum adanya program PUAP, £¤¥ ¥y petugas kredit

pernah mengunjungi kelompok untuk menawarkan kredit, £¤¥¥y LKM-A

berbadan hukum dan £¤ ¥¥y LKM-A telah memiliki kemitraan. Untuk menguji

Uji G

Analisis regresi logistik dilakukan menggunakan ¦ §¨tw©ª « SAS 9.1 dengan

memasukkan semua peubah penjelas ke dalam model. Pengujian parameter secara simultan dengan uji G didapatkan nilai statistik uji chi-kuadrat sebesar 18.2851 dengan nilai p = 0.0192 (p < 0.10). Jika H0 = peubah bebas tidak berpengaruh

nyata terhadap peubah tak bebas dan H1 = peubah bebas berpengaruh nyata

terhadap peubah tak bebas, karena 0.0192 < 0,1, maka disimpulkan bahwa H0

ditolak, yang berarti setidaknya ada satu peubah yang berpengaruh nyata terhadap peluang akses kredit LKM-A PUAP ke lembaga perbankan, atau secara bersama- sama variable-variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (ada atau tidak ada akses kredit), yang ditunjukkan pada Lampiran 10. Uji Wald

Pengujian parameter secara parsial dilakukan dengan uji wald, peubah yang berpengaruh nyata pada taraf alpha 10% adalah Sumber Pembiayaan Lain (p-value = 0.0644) dan Kunjungan Petugas Kredit (p-value =0.0665) yang dapat dilihat pada Lampiran 10.

Kebaikan Model

Kebaikan model peluang akses kredit LKM-A PUAP ke perbankan dianalisis dengan meihat tabel klasifikasi pada Tabel 15.

Tabel 15 . Tabel Prediksi Model Akses Kredit

Aktual Prediksi (Alpha=10%) Total

Y=1 Y=0

Y=1 7 4 11

Y=0 20 23 43

Proporsi Keseluruhan untuk klasifikasi yang benar diduga oleh model logistik yang diperoleh adalah:

P (klasifikasi benar) = (7+23)/54 = 0.556

Tingkat kebaikan pendugaan atau prediksi dari model logistik yang diperoleh untuk menduga peluang akses kredit LKM-A PUAP ke lembaga perbankan yaitu 55.6%, pada tingkat probabilitas 0,1 dengan rincian pada Lampiran 10.

Interpretasi Nilai Odds Ratio Variabel Akses Kredit

Variabel-variabel yang berpengaruh nyata yang dilihat dari uji Wald, selanjutnya dianalisis nilai odds rasio nya, untuk dilihat pengaruh variabel- variabel yang digunakan terhadap akses kredit LKM-A PUAP ke perbankan. Hasil pendugaan model logit peluang akses kredit LKM-A PUAP ke perbankan ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil estimasi koefisien faktor-faktor yang mempengaruhi akses kredit LKM-A PUAP ke perbankan

Variabel Akses Kredit Y(1) : Akses Kredit

Y(0) : Tidak Bisa akses kredit

Parameter Pr

> Chi-Sq

Odds Ratio Jarak LKM-A dari Bank terdekat 0.0153 0.3668 1.015 Nilai Asset -0.0136 0.5090 0.986 ¬­® ®ypunya tabungan di Bank 0.7186 0.4842 2.051 ¬­® ®ypunya sumber pembiayaan lain 2.0442 0.0644* 7.723 ¬­® ®ypengajuan kredit sebelum PUAP 1.6398 0.3838 5.154 ¬­® ®ypetugas kredit mengunjungi LKM-A 1.9987 0.0665* 7.380 ¬­® ®yLKM-A berbadan hukum 10.9395 0.9506 >999.999 ¬­® ®yLKM-A punya mitra 12.5517 0.9434 >999.999 Intercept -14.0984 0.7459

Number of Obs 54

Signifikan* = taraf nyata 10%

Berdasarkan Tabel 16 diatas, terlihat bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dari 8 variabel yang digunakan hanya 2 yang signifikan pada taraf nyata 10 persen, yaitu ¯°± ±y sumber

pembiayan selain LKM-A PUAP dan¯°±±ykunjungan petugas kredit.

² °±±y sumber pembiayaan selain LKM-A PUAP berpengaruh positif

terhadap akses kredit LKM-A PUAP ke perbankan dan signifikan pada taraf nyata 10 persen (p-value = 0.0644). Rasio odds kelompok yang memiliki Sumber pembiayaan lain dibanding kelompok yang tidak memiliki sumber pembiayaan lain sebesar 7.723 atau peluang kelompok yang tidak memiliki sumber pembiayaan selain LKM-A PUAP bisa mengakses kredit ke lembaga perbankan 0.12 kali lebih besar dibanding kelompok yang memiliki sumber pembiayaan selain LKM-A PUAP. Artinya kelompok yang memiliki sumber pembiayaan selain LKM-A PUAP memiliki peluang lebih besar untuk mengakses kredit ke lembaga perbankan dibanding kelompok yang tidak memiliki sumber pembiayaan selain LKM-A PUAP. Sumber pembiayaan selain PUAP adalah koperasi dan kredit dari perbankan. Dengan adanya interaksi ke lembaga perbankan, mengindikasikan bahwa kelompok, mempunyai akses untuk ke perbankan. Jika dana yang tersedia minim, dari hasil pengamatan di lapangan beberapa LKM-A seperti batu Gadang Bersama, Fajar Mahkota dan Agrofloris, anggota harus antri sekitar 2 bulan untuk mendapatkan perguliran dana kredit PUAP. Hal ini juga terjadi pada LKM-A anduring, walaupun nilai NPL nya 0, namun terdapat waiting list anggota yang akan meminjam dana kredit, namun dari hasil wawancara dengan manajer LKM-A waktu tunggu untuk anggota yang terdapat daftarw³´t´µ¶ · ´st tersebut hanya sekitar 2 minggu, hal ini disebabkan pada LKM-A ini

pengembalian dana dilakukan setiap hari senin dan kamis, agar perputaran dana bisa cepat.

Akses dari pengurus yang mempunyai sumber pembiayaan selain LKM-A ini adalah yang berprofesi sebagai karyawan, pegawai negri sipil, wiraswasta dan petani yang mempunyai penghasilan tambahan dari usaha sampingan. Pengurus tersebut berasal dari berbagai LKM-A, seperti LKM-A Kapalo Koto Bersama, LKM-A Batu Gadang Bersama, LKM-A Jaya Saiyo, LKM-A Tigo Sarumpun,

LKM-A Agro Floris, LKM-A Fajar Mahkota, LKM-A Sejahtera, LKM-A Anduring dan LKM-A Ambacang Sakato.

Dari hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa kredit yang diperoleh dari bank ditujukan untuk berbagai kepentingan seperti kredit konsumsi, kredit perumahan maupun kredit modal kerja. Walaupun kredit yang didapatkan oleh pengurus hanya bersifat individu, namun pengalaman dan informasi yang diperoleh diharapkan bisa menjadi acuan bagi kelompok untuk mendapatkan akses kredit ke perbankan.

¸ ¹ººy Kunjungan Petugas Kredit berpengaruh positif terhadap akses

kredit LKM-A PUAP ke perbankan dan signifikan pada taraf alpha 10 persen (p- value = 0.0665). Rasio odds kelompok yang pernah dikunjungi petugas kredit dibanding kelompok yang tidak pernah dikunjungi petugas kredit sebesar 7.380. Peluang kelompok yang tidak pernah dikunjungi petugas kredit bisa mengakses lembaga perbankan 0.14 kali lebih besar dibanding kelompok yang pernah dikunjungi petugas kredit. Artinya kelompok yang pernah dikunjungi petugas dan ditawarkan kredit memiliki peluang lebih besar untuk mengakses kredit ke lembaga perbankan dibanding kelompok yang tidak pernah dikunjungi petugas dan ditawarkan kredit. Kunjungan petugas kredit ini, dari hasil wawancara dilapangan diketahui, bahwa petugas kredit dari Bank menawarkan kepada kelompok untuk meminjam kredit di Bank mereka bertugas, dan informasi sejumlah produk-produk Bank lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan informasi yang diberikan oleh petugas Bank kepada LKM-A, akses untuk mendapatkan kredit dari Bank bisa dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa petugas kredit menawarkan jenis Kredit Usaha Rakyat kepada kelompok, Bank yang menawarkan antara lain Bank Nagari (BN) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). LKM-A yang ditawarkan atau didatangi oleh petugas kredit adalah LKM-A Jaya Saiyo, LKM-A Agro Floris, LKM-A Sepakat, dan LKM-A Anduring. Masing- masing LKM-A tersebut tergolong pada LKM-A yang mempunyai nilai »on ¼½¾ ¿À¾ ºÁ ÂÃÄ À Å (NPL) yang berbeda, LKM-A yang tergolong mempunyai nilai

NPL yang rendah adalah LKM-A Jaya Saiyo (1,74 persen), LKM-A Sepakat (18,8 persen), dan LKM-A Anduring (0,0 persen), sedangkan LKM-A yang mempunyai nilai NPL yang tinggi adalah LKM-A Agro Floris (79,75 persen). Frekuensi petugas kredit rata-rata hanya berlangsung 1 kali tiap masing LKM-A. Walaupun telah dikunjungi oleh petugas kredit kesemua LKM-A tersebut belum terdapat tindak lanjut dalam penyiapan berkas pengajuan kredit, namun diharapkan dengan adanya petugas kredit dan informasi yang diperoleh diharapkan dapat mengenalkan kelompok dengan dunia perbankan.

Di LKM-A Anduring terdapat wÅÁtÁ ÂÃ ÆÁst anggota yang akan meminjam

kredit LKM-A, karena keterbatasan jumlah dana PUAP, maka tiap anggota harus menunggu sampai mendapatkan gilirannya meminjam setelah anggota lain mengembalikan dana PUAP yang telah dipinjam. Keadaan ini tentu menjadi pemacu bagi pengurus untuk mendapatkan tambahan pendanaan diluar LKM-A, karena dana PUAP hanya diberikan 1 kali kepada LKM-A sebesar Rp. 100.000.000,-. Sesuai dengan tujuan didirikannya LKM-A yang berfungsi untuk mengelola dan mengembangkan asset, maka sudah menjadi kewajiban pengurus untuk mendapatkan tambahan dana dari luar seperti kredit dari perbankan. Dengan sistem kredit kelompok diharapkan dapat menjadi pengganti agunan fisik

yang digunakan untuk mendapatkan kredit dari Bank, sehingga LKM-A yang mempunyai pengelolaan dana yang baik dan mempunyai nilai NPL rendah bahkan sampai dengan 0 persen dapat menjadi alasan yang kuat untuk mendapatkan akses kredit ke bank.

Masalah akses kredit ke perbankan, dimana bank menggunakan prinsip 5c (ÇÈÉÉÊË ÌÍÊ ÉÎ ÇÊÏÊ ÇÐtyÎ ÇÑÊ ÍÊ ÇtÌÍÎ ÇÈÒÓ ÐtÐonÓÊnÇÊÏ ÐÊ Ét ) dalam menyeleksi

borrower yang akan diberikan kredit. Tidak semua petani mampu memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Bank, karena kendala masalah collateral (agunan), sehingga dicoba dengan system secara berkelompok (ÔÍ ÈÕÏ ÉÌÒÓ ÐÒ Ô) dapat

membuka akses untuk ke perbankan, dimana pada hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang akses ke perbankan bisa didapatkan oleh LKM-A yang mempunyai kinerja yang baik dalam pengelolaan dana PUAP nya, yaitu LKM-A yang mempunyai NPL kurang dari 2%.

Dokumen terkait