• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 ANALISIS ADVERSE SELECTION PADA LKM-A PUAP

VARIABEL LAINNYA

Tahun berdiri LKM-A 0.1390 0.7674 1.149 ðñ òòyLKM-A dibentuk saat PUAP akan

digulirkan

4.7493 0.0011* 115.500

ðñ òòyseleksi anggota -4.6321 0.0686** 0.010 ðñ òòypekerjaan utama sesuai dengan RUB -2.5708 0.2064*** 0.076 ðñ òòymelibatkan PMT -5.0230 0.0016* 0.007 ðñ òòylama seleksi anggota -11.8550 0.9889 <0.001

Intercept -262 0.7813

Number of Obs 108

Signifikan* = taraf nyata 5% Signifikan**= taraf nyata 10% Signifikan***= taraf nyata 20%

Berdasarkan Tabel 18 diatas, terlihat bahwa semua tanda parameter dugaan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dari 16 variabel yang digunakan hanya 10 yang signifikan pada taraf nyata 5 persen, 10 persen dan 20 persen.

Umur berpengaruh negatif terhadap terjadinya çèé êëì ê ì êíêîtïon dan

signifikan pada taraf nyata 5 persen. Yang berarti, setiap penambahan umur 1 tahun, diduga peluang salah pilih anggota naik sebesar 91 persen apabila variabel yang lain tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa anggota yang semakin tua tidak menjamin mempunyai risiko yang lebih besar mengalami salah pilih anggota, namun bisa berpengaruh negatif terhadap terjadinya salah pilih anggota. Hal ini bisa dilihat dengan rata-rata umur anggota LKM-A yang berada pada umur dewasa (40 tahun- 60 tahun ) berisiko terjadinya salah pilih anggota namun anggota yang berumur 61-70 tahun keatas tidak mengalami salah pilih anggota. Hal ini disebabkan karena di umur tua tidak banyak aktivitas yang dilakukan, sehingga bisa focus untuk satu kegiatan saja.

Jarak rata-rata anggota kelompok berpengaruh positif terhadap terjadinya

çèéêëìê sêíêîtïon dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai odds ratio

variabel jarak adalah 1.004, artinya apabila jarak rata-rata antar anggota bertambah 1 meter maka peluang terjadinya salah pilih anggota sebesar 1 kali

peluang tidak salah pilih anggota, dengan kata lain peluang salah pilih anggota dengan tidak salah pilih anggota adalah sama.

Jumlah anggota kelompok berpengaruh negatif terhadap terjadinya salah pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Nilai odds ratio jumlah anggota kelompok adalah 0.924 artinya apabila jumlah anggota betambah 1 orang maka peluang terjadinya salah pilih anggota naik 92 persen jika variabel yang lain tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun kelompok memiliki jumlah anggota yang lebih banyak tidak menjamin memiliki risiko salah pilih anggota yang lebih besar dibanding dengan jumlah anggota yang sedikit. Hal ini bisa dilihat dari data di lapangan dimana kelompok yang memiliki anggota lebih dari 110 anggota tidak mengalami salah pilih anggota.

ó ôõõy daerah lahir berpengaruh negatif terhadap terjadinya salah pilih

anggota dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Rasio odss anggota kelompok yang lahir di daerah yang sama dengan yang tidak sebesar 0.06 atau peluang anggota kelompok yang tidak sama daerah lahir terjadinya salah pilih anggota adalah 16.67 kali lebih besar daripada yang sama daerah lahir. Hal ini disebabkan karena jika berbeda daerah lahir, maka pengenalan tentang karakter anggota tersebut akan sulit dilakukan, sehingga risiko untuk terjadinya salah pilih anggota akan semakin besar.

ó ôõõy kenal anggota sebelum LKM-A terbentuk berpengaruh negatif

terhadap terjadinya salah pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 10 persen. Rasio odds anggota yang belum mengenal anggota lainnya dibandingkan dengan anggota yang telah mengenal anggota lainnya adalah 0.037 atau peluang anggota yang telah mengenal anggota lainya 27 kali lebih besar terjadinya salah pilih dibandingkan dengan yang tidak mengenal. Artinya walaupun telah megenal anggota yang tergabung dalam LKM-A tetap tidak menjamin terhindar dari salah pilih anggota. Dari hasil wawancara dilapangan, rata-rata anggota yang mengenal anggota lainnya tidak mengenal sifat dan karakter anggota lain secara mendalam, karena berada dalam satu lingkungan dan menjalin tali silaturahmi.

ó ôõõy tahu penjualan anggota lainnya berpengaruh negatif terhadap

terjadinya masalah salah pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Rasio odds anggota yang tidak mengetahui penjualan anggota lainnya dibandingkan dengan anggota yang mengetahui penjualan anggota lainnya adalah 0.207. Peluang anggota kelompok yang mengetahui penjualan anggota lainnya terjadi salah pilih anggota 4.8 kali lebih besar dibanding anggota kelompok yang tidak mengetahui penjualan anggota lainnya. Artinya dengan tahu penjualan belum menjamin terhindar dari salah pilih anggota, karena kemungkinan untuk memberikan informasi yang salah bisa terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi asimetrik terjadi pada pembentukan LKM-A PUAP, karena yang mengetahui jumlah dan tingkat penjualan setiap anggota adalah dirinya sendiri. Nilai penjualan dari tiap anggota dari hasil wawancara dilapangan pada umumnya hanya diketahui oleh pengurus dan hanya sebagian kecil dari anggota yang mengetahui penjualan anggota lainnya.

ó ôõõy LKM-A dibentuk saat PUAP akan digulirkan berpengaruh positif

terhadap terjadinya salah pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 10 persen. Rasio odds LKM-A yang tidak dibentuk saat PUAP digulirkan dibandingkan dengan LKM-A yang dibentuk saat PUAP digulirkan adalah 115.500. Hal ini dikarenakan LKM-A yang terbentuk jauh sebelum PUAP digulirkan, sudah

memiliki kesolitan antar anggotanya, sudah saling mengenal satu sama lain, dan lebih matang dalam mengelola dana PUAP. Sebanyak 60 persen dari LKM-A yang diteliti merupakan LKM-A yang dibentuk pada saat PUAP akan digulirkan, sehingga peluang untuk salah pilih anggotanya semakin besar. Karena tingkat kesiapan sumber daya manusianya untuk pengelolaan dana PUAP dalam jumlah yang relatif besar yaitu Rp. 100 juta masih rendah, dan belum dilakukan pembinaan yang berkesinambungan pada pengurus LKM-A. Pada tahun 2009 ketika pertama kali PUAP digulirkan, kesiapan kelompok dan dinas terkait masih kurang, hal ini bisa dilihat dari tujuan pendirian kelompok atau LKM-A secara cepat yang hanya ditujukan untuk dapat mengakses pendanaan PUAP. Selain itu dana PUAP dianggap sebagai dana hibah yang tidak perlu dikembalikan kepada pemerintah, hal ini dapat dilihat dari nilai NPL yang mencapai angka 61.45 persen atau rata-rata 3.23 persen.

Hal ini masih berlanjut pada tahun 2010, yang nilai NPL nya meningkat tajam dengan 61.96 atau rata-rata 7.75 persen. Karena melihat tidak ada sangsi tegas yang diberikan maka anggapan bahwa dana PUAP tidak perlu dikembalikan semakin meningkatkan ö÷ø ùú ûùü ùø ý pada anggota peminjam di masing-masing

LKM-A. dimana rendahnya pemahaman petani tentang maksud dan tujuan program PUAP ini disebebkan juga karena ketidak seriusan petani dalam mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh Gapoktan. Selain itu menurut Kamira (2011) walaupun petani telah menghadiri sosialisasi tetapi tetap tidak memahami maksud dan tujuan program PUAP. Hal ini disebabkan karena kurangnya minat dan keterterikan pada topik yang dibicarakan sehingga saat sosialisasi mereka tidak memperhatikan. Selain itu menurut hasil penelitian Kamira tingkat partisipasi petani yang datang ke masing-masing gapoktan untuk mengikuti sosialisasi masih rendah, karena tidak mau meninggalkan pekerjaan rutinnya. Petani sudah malas datang dan tidak mau meninggalkan pekerjaan rutinnya, karena mereka tidak mau rugi, petani sekarang sudah mulai hitung-hitungan, kalau tidak akan menguntungkan rasanya mereka tidak akan menghadiri undangan gapoktan. Namun pada tahun 2011 dengan berkurangnya nilai NPL secara drastic mencapai angka 2.34 persen, menunjukkan bahwa pembenahan LKM-A mulai dilakukan oleh dinas pertanian dan secretariat PUAP dalam penyeleksian LKM-A penerima dana PUAP, serta beberapa studi telah dilakukan dalam mengevaluasi berjalannya LKM-A PUAP pada tahun 2011. Sehingga informasi tentang kegagalan PUAP di tahun sebelumnya dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk tahun berikutnya.

Dummy seleksi anggota berpengaruh negatif terhadap terjadinya salah pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 10 persen. Rasio odds LKM-A yang melakukan seleksi anggota dibandingkan denga yang tidak melakukan seleksi mengalami masalah salah pilih anggota adalah 0.010 atau peluang kelompok yang tidak melakukan seleksi mengalami salah pilih anggota adalah 100 kali lebih besar dibandingkan dengan yang melakukan seleksi. Hal ini mengindikasikan seleksi anggota sangat penting untuk dilakukan guna mendeteksi risiko yang akan muncul sebelum PUAP digulirkan. Selain itu jika melakukan seleksi maka dapat diketahui calon anggota tersebut sesuai atau tidak dengan visi dan misi kelompok, selain itu dengan seleksi diketahui bagaimana karakter dari calon anggota yang akan diterima. Namun dari hasil wawancara di lapangan, seleksi anggota masih tergolong sederhana dan prosesnya juga cepat. Dari hasil pengamatan untuk

beberapa kategori NPL di LKM-A terhadap terjadinya salah pilih anggota, dimana LKM-A dengan NPL tinggi (67-100 persen) yaitu, LKM-A Agro floris, Ceno Pulai, Minang Sakato, Ambacang Sakato, Tigo Sarumpun dan Pakim Sakato, yang terindikasi terjadi salah pilih anggota adalah LKM-A Minang Sakato (100 persen), Ceno Pulai (100 persen) dan Ambacang Sakato (92.78 persen). Dimana risiko ini dilihat dari tingkat risiko kelompok dan kecocokannya dengan anggota lain. Untuk LKM-A yang mempunyai nilai NPL 100 persen tidak menjamin terjadinya salah pilih anggota karena responden yang telah di wawancarai tidak mengalami gagal bayar, dari penelitian ini diduga bahwa responden tidak memberikan informasi yang sempurna (þÿ ). LKM-A dengan NPL

menengah (35-66 persen) yaitu LKM-A Jaya Bersama, Fajar Mahkota, Kapalo Koto Bersama dan Harapan Jaya, tidak mengalami masalah ton .

LKM-A dengan NPL rendah (0-34 persen) yaitu, LKM-A Batu Gadang Bersama, Jaya Saiyo, Anduring, Sepakat, Maju Jaya, Jaruai, dan Aneka Usaha dan Sejahtera, yang mengalami masalah v ton adalah LKM-A Sejahtera

(32.08 persen), Aneka Usaha (8.52persen), karena tidak semua baik pengurus dan anggota memiliki kecocokan risiko yang sama.

þþy pekerjaan utama berpengaruh negatif terhadap terjadinya salah

pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 20 persen. Rasio odds kelompok yang pekerjaan utamanya tidak sesuai dengan RUB dibandingkan dengan yang pekerjaan utamanya sesuai RUB adalah 0.076 atau peluang kelompok yang pekerjaan utamanya sesuai dengan RUB mengalami masalah salah pilih adalah 1/0.076=13 kali lebih besar dari yang tidak. Hal ini mengindikasikan walaupun pekerjaan utamanya sudah sesuai dengan RUB, peluang salah pilih tidak dapat dihindari, karena risiko mungkin berasal dari watak anggota tersebut. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan pekerjaan sudah sesuai dengan RUB, namun tetap terjadi kegagalan pembayaran.

þþy keterlibatan Penyuluh Mitra Tani dalam seleksi anggota

berpengaruh negatif terhadap terjadinya masalah salah pilih anggota dan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Rasio odds LKM-A yang tidak mengikutsertakan PMT dalam seleksi dengan yang mengikutsertakan adalah 0.007 atau peluang kelompok yang melibatkan PMT dalam seleksi anggota LKM- A terjadinya salah pilih anggota adalah 142.8 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak yang melibatkan PMT. Hal ini mengindikasikan walaupun telah didampingi oleh PMT ketika melakukan seleksi, namun hal ini tidak menjadi suatu jaminan LKM-A telah memilih orang berisiko rendah. Hal ini bisa dilihat dari tingginya nilai Non Performing Loan pada masing-masing LKM-A.

Masalah s ton , berangkat dari pembentukan LKM-A yang

secara dadakan maka pembentukannya akan menimbulkan peluang untuk meningkatkan risiko anggota kelompok yang tidak sama, anggota yang berisiko akan terpilih karena proses seleksi yang tidak ketat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PSEKP tahun 2009 menunjukkan bahwa awal pembentukan LKM-A yang dilakukan oleh gapoktan lebih ditujukan untuk mendapatkan akses terhadap program bantuan dana PUAP, sehingga sistem pemilihan anggotanya pun hanya tergantung pada keputusan gapoktan tersebut. Hal ini diduga akan menimbulkan permasalahan dalam penyaluran dan pengembalian kredit jika terjadi kesalahan (v ton ) dalam pemilihan Ketua, Seketaris dan

ton adalah LKM-A yang berdiri pada tahun yang sama saat PUAP

digulirkan yaitu Minang Sakato (100 persen), Sejahtera (32.08 persen), dan Ambacang Sakato (92.78 persen), sedangkan yang tidak adalah Ceno Pulai (100 persen), dan Aneka Usaha (8.52 persen).

Dokumen terkait