• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

G. Model Penerapan Kosep Asset Based Community Development

4. Keberlanjutan

Tahapan berkelanjutan ini adalah tahap dimana penerapan metode agropolitan ini memberi manfaat kepada masyarakat dalam jangka Panjang.

Usaha untuk melakukan eksploitasi secara maksimal sumber daya alam walaupun memberikan manfaat yang besar tetapi hanya berorientasi pada periode waktu tertentu bukanlah

127 penerapan tahapan yang berkelanjutan. Dengan demikian, tahapan berkelanjutan mengandung unsur-unsur peningkatan produktivitas pertanian, adanya distribusi dan pemerataan manfaat keseluruh kawasan agropolitan, pelindungan atau pelestarian sumber alam sebagai aset fisik kawasan agropolitan, partisipasi masyarakat sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan dalam menikmati hasil, contoh penerapannya seperti :

- Membuka lahan untuk pengembangan bibit-bibit pertanian yang lebih unggul dan berkualitas;

- Pemerataan fasilitas akses ke desa-desa pertanian yang jauh dan sulit dijangkau;

- Pembuatan waduk atau bendungan untuk mengantisipasi kekeringan sungai saat kemarau;

- Pengembangan daya tarik kawasan pertanian sebagai kawasan agrowisata;

- tidak mengeksploitasi kawasan hutan secara berlebihan demi kebutuhan pertanian;

- pembangunan pusat belanja untuk hasil pertanian masyarakat.

128

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian analisis dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sehubungan dengan permasalahan penelitian yang diajukan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan tidak menggunakan metode ABCD dalam peningkatan produktifitas kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara yaitu :

a. Kurangnya pemahaman dan intervensi pemerintah terhadap konsep agropolitan, sehingga metode yang diterapkan tidak jelas, terhadap pengembangan kawasan agropolitan kecamatan bungku utara sehingga ;

b. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan kawasan agropolitan karena kurangnya pengetahuan tentang kawasan agropolitan itu sendiri, serta;

c. Kurangnya partisipasi dari Lembaga-lembangan sosial, dan investasi dalam usaha agribisnis dan agropolitan karena buruknya kosep pengembangan, sarana infrastruktur, promosi kawasan dan rendahnya pendapatan kawasan agropolitan.

2. Model Penerapan ABCD (Asset Bassed Community Development) dalam Pengembangan Kawasan Agropolitan Di Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara Berdasarkan hasil identifikasi aset-aset yang ada dan hasil identifikasi wilayah penelitian, maka dibutuhkan strategi Pengelolaan Sumber daya Berbasis Komunitas (Community

129 Based Resources Management) yaitu strategi pembangunan yang memberi peran dominan kepada masyarakat pada tingkat komunitas untuk mengelola proses pembangunan, khususnya dalam mengontrol dan mengelola sumber daya produktif.

Strategi ini dilakukan pada 3 tahapan yaitu : Desentaralisasi, Pemberdayaan, Proses Belajar Sosial, dan Keberlanjutan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian terdapat beberapa saran dari peneliti adalah sebagai berikut :

1. Kepada seluruh masyarakat di kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara kabupaten Morowali Utara, diharapkan mampu mengembangkan asset-aset yang sudah dimilikinya serta mampu mengembangkan mutu sumber daya manusia baik dari bantuan pemerintahan setempat maupun melalui non-pemerintahan secara berkelanjutan.

2. Kepada Pemerintah Kabupaten Morowali Utara, diharapkan mampu mengembangkan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara dengan model penerapan Asset Based Community Development (ABCD) dan memaksimalkan potensi pertanian (sumber daya alam) di wilayah setempat, juga meningkatkan kemandirian masyarakatnya dan membangun sarana dan prasarana pendukung kegiatan pengembangan agropolitan.

DAFTAR PUSTAKA

Action Strategies for community development, (http.neighborhood.org/…/ActionStr, diakses 21 September 2018

Adnan, Tajuddin, D. Yuliani, L. Komaruddin, dan H. Lopulala, Belajar dari Bungo: Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi (Bogor:

Center For Inretnasional forestry Reseach)

Arief Hidayatullah, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Aset, http://acakadul.wordpress.com/2010/04/23/, diunduh pada tanggal 21 September 2018

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Morowali Utara, RTRW Kab. Morowali Utara Tahun 2015-2035

Badan Pusat Statistik, Kabupaten Majene Dalam Angka Tahun 2017.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2007), Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang (2007), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).

Jayadinata, 1999, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, ITB, Bandung.

Jhon McKnight, The Careless Society: The Community and Its counterfeits (New York; Basic Books, 2010).

Prof. Dr. Sugiono, 2016, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), Alfabet, bandung.

Mahi K.A., 2015, Agropolitan : Teori dan Aplikasi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Noor J., 2015, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, Prenadamedia Group, Jakarta.

Soefaat dkk, 1997, Kamus Tata Ruang, Direktorat Jendral Cipta Karya Departement Pekerjaan Umum dan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, Jakarta.

Soetomo, 2008, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

http://bukik.com/asset-based-community-development-kreativitas-di-tumpukanpersoalan/ diakses 30 September 2018.

Tim Penyusun program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota UNIBOS, 2018, Pedoman Petunjuk & Penulisan Proposal Kripsi, Program Studi perencanaan Wilayah & Kota.

LAMPIRAN Daftar Pertanyaan Penelitian Skripsi

1. Apa pendapat Bapak/Ibu terkait pengembangan Kawasan agropolitan di kecamatan bungku utara ini?;

2. Apa manfaat dari perkembangan Kawasan agropolitan ini bagi pemerintah dan masyarakat?;

3. Apa saja jenis-jenis pertanian dan perkebunan yang ada di Kawasan agropolitan ini?;

4. Apa saja jenis tanaman yang paling banyak ditanam di Kawasan agropolitan ini?;

5. Apa saja jenis tanaman yang paling banyak menghasilkan keuntungan untuk ekonomi masyarakat?;

6. Sejauh mana target pasar dari hasil panen Kawasan agropolitan ini?;

7. Apakah Kawasan agropolitan ini mempunyai pabrik pengolahan sendiri dalam mengolah hasil panennya?;

8. Apa jenis metode pengembangan yang diterapkan dikawasan agropolitan kecamatan bungku utara ini?;

9. seperti apa system penerapan metode pengembangan agropolitan yang sekarang diterapkan di kecamatan bungku utara ini?;

10. apa keunggulan metode pengembangan Kawasan ini?;

11. Apa-apa saja usaha pemerintah dalam menerapkan metode pengembangan agropolitan ini?

12. Apakah metode yang diterapkan sudah efektif atau tidak?;

13. Sejak kapan penerapan metode pengembangan agropolitan ini di lakukan?;

14. Apa kendala yang dihadapi selama penerapan metode pengembangan agropolitan yang sekarang ini?;

15. Siapa sajakah orang yang terlibat dalam upaya penerapan metode pengembangan agropolitan di kecamatan bungku utara ini?;

16. Selain dari pemerintah, adakah keterlibatan dari masyarakat dan dari pihak asing?;

17. Adakah upaya pembentukan kelompok-kelompok tani disetiap desa untuk peningkatan kwalitas produksi pertanian?;

18. Apakah ketersediaan sarana dan prasarana pertanian di wilayah agropolitan ini sudah memadahi?;

19. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah demi terpenuhnya ketersediaan sarana dan prasarana di Kawasan agropolitan ini?;

20. Adakah Lembaga-lembaga seperti koperasi pertanian yang didirikan sebagai penyokong peningkatan aktifitas pertanian?;

21. Kenapa masih banyak masyarakat desa yang masih kurang berminat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Kawasan agropolitan ini?;

22. Apakah masyarakat desa di Kawasan agropolitan pernah diberikan penyuluhan atau pelatihan tentang tata cara penerapan dan pengembangan Kawasan agropolitan ini sebelum?;

23. Apakah ada masalah pembagian lahan pertanian selama penerapan metode pengembangan Kawasan agropolitan dikecamatan bungku utara ini?;

24. Adakah keluhan-keluhan masyarakat yang diterima oleh pemerintah dengan system yang sekarang ini?;

25. Apakah tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk mengkaji ulang atau mengganti metode pengembangan Kawasan agropolitan dikecamatan bungku utara ini?.

26. Apakah anda mengetahui metode Asset Based Community Development (ABCD)?

27. Kenapa mencoba menerapkan metode ABCD ini di kawasan agropolitan kecamatan bungku utara?

28. Apakah anda yakin Metode yang sekarang lebih baik dari metode ABCD?

29. Apakah anda tertarik untuk menerapkan metode ABCD ini untuk peningkatan produktifitas di kawasan agropolitan kecamatan bungku utara?

Kuisioner Survei Penelitian

Perhitungan Analisis Proyeksi Kelapa Sawit :

P2017 = 240.161,50 + 72.776,13 (1)

= 312.973,63

P2018 = 240.161,50 + 72.776,13 (2)

= 385.713,76

P2019 = 240.161,50 + 72.776,13 (3)

= 458.449,89

P2020 = 240.161,50 + 72.776,13 (4)

= 531.265,65

P2021 = 240.161,50 + 72.776,13 (5)

= 604.042,5

Padi :

P2017 = 218.437,20 + 88.972,80 (1)

= 307.410

P2018 = 218.437,20 + 88.972,80 (2)

= 396.382.8

P2019 = 218.437,20 + 88.972,80 (3)

= 485.355,60

P2020 = 218.432,20 + 88.972,80 (4)

= 574.328,4

P2021 = 218.437,20 + 88.972,80 (5)

= 663.301.2

Kakao :

P2017 = 3.814,20 + 1.298,1 (1)

= 5.113

P2018 = 3.814,90 + 1.298,1 (2)

= 6.411,1

P2019 = 3.814,90 + 1.298,1 (3)

= 7.709,2

P2020 = 3.814,90 + 1.298,1 (4)

= 9.007,3

P2021 = 3.814,90 + 1.298,1 (5)

= 10.305,4

Kepala :

P2017 = 928,80 + 205,5 (1)

= 1.134,3

P2018 = 928,8 + 205,5 (2)

= 1.339,8

P2019 = 928,8 + 205,5 (3)

= 1.545,3

P2020 = 928,8+ 205,5 (4)

= 1.750,8

P2021 = 928,8 + 205,5 (5)

= 1.956,3

Dokumen terkait