BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
C. Hasil Identifikasi Wilayah Penelitian Dengan Pendekatan
3. Fasilitas
4. Komunitas adalah sebuah sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis dan saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan kontribusi bagi lingkungannya.
62 5. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
6. Organisasi adalah sebagai tempat atau wadah untuk orang berkumpul dan bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin, dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya baik uang, metode, material, lingkungan, sarana dan prasarana, data dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
7. Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya atau suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya.
8. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
9. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan.
10. Pengembangan adalah memperbaiki atau meningkatkan atau memajukan sesuatu yang sudah ada.
11. Pengelolaan adalah menggerakkan, mengorganisasikan dan mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.
63 12. Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu
meteri atau unsur tertentu dalam kehidupan.
13. Warga Negara adalah sekumpulan orang yang mendiami suatu wilayah tertentu.
Eksisting :
- Kawasan agropolitan dikecamatan Bungku Utara kabupaten Morowali menjadi lokasi studi dalam penelitian ini, karena adanya permasalahan produktifitas Kawasan agropolitan karena kurangnya partisipasi masyarakat dari metode pengembangan agropolitan sebelumnya.
- Akibat penurunan produktifitas Kawasan agropolitan, pendapatan ekonomi masyarakat berkurang dan perimbas pada kesejateraan masyarakat Kawasan agropolitan itu sendiri.
Harapan :
- Diharapkan adanya penerapan metode ABCD dalam upaya peningkatan produktifitas Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara;
- Diharapkan adanya langkah-langkah dalam penerapan metode ABCD untuk meningkatkan produktifitas kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara.
Teori :
- Teori pengembangan Kawasan - Teori agropolitan
- Teori Asset Based Community Development (ABCD)
- Analisis Deskriptif dengan pendekatan Kualitatif
- Pengumpulan data dilakukan dengan Teknik wawancara mendalam
Data :
- Pemerintah atau penyelenggara pengembangan Kawasan sebagai subjek / Nara sumber.
- Telaan Pustaka - Dokumentasi
Hasil Analisis :
- Pengoptimalisasian produktifitas Kawasan agropolitan
- Model Penerapan Kosep ABCD (Asset Based Community Development) dalam peningkatan produktifitas Kawasan agropolitan.
Rumusan Masalah :
- Apa yang menyebabkan sehingga pemerintah kecamatan bungku utara belum menggunakan metode ABCD dalam upaya peningkatan produktifitas Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara;
- Bagaimana upaya penerapan metode ABCD dalam upaya peningkatan produktifitas Kawasan agropolitan di kecamatan Bungku Utara.
Tujuan :
- Untuk mengidentifikasi penyebab rendahnya produktifitas Kawasan agropolitan Kecamatan Bungku Utara karena tidak adanya penerapan metode ABCD;
- Untuk mengetahui Model Penerapan Asset Based Community Development Dalam peningkatan produktifitas Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara.
Manfaat :
- Sebagai bahan masukan dan informasi dasar bagi pemerintah dalam hal perencanaan tata ruang kawasan agropolitan khususnya di Kecamatan Bungku Utara Kabupaten Morowali Utara.
- Sebagai informasi bagi pihak – pihak yang membutuhkan dan penelitian kedepannya.
Kajian :
- Arahan penerapan ABCD guna meningkatkan pengoptimalisasian produktifitas Kawasan agropolitan.
a. Letak Geografis
Kabupaten Morowali Utara merupakan salah satu dari 13 (tiga belas) kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tengah yang secara geografis terletak pada 1°31' - 3°04' Lintang Selatan dan 121°02' - 123°15' Bujur Timur. Topografi wilayahnya mulai dari pesisir, dataran rendah, hingga Pegunungan yang merupakan bagian dari Pegunungan Pompangeo, Paa-Tokala, Peleru dan Pegunungan Rerende dengan ketinggian wilayah antara 0-2.500 meter diatas permukaan air laut (mdpl).
Wilayahnya termasuk beberapa pulau kecil di Teluk Towuri dan Teluk Tolo di Laut Banda seperti Pulau Pangia, Pulau Tokonanaka, dan Pulau Tokobae.
b. Batas Administrasi
Adapun wilayah administrasi kabupaten Morowali Utara adalah sebagai berikut :
• Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Tojo Una-una;
• Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Morowali;
• Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Poso;
• Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kabupaten Banggai dan perairan Teluk Tolo;
Secara administratif luas wilayah Kabupaten Morowali utara adalah 10.004,28 km² Kabupaten ini adalah kabupaten terluas,
66 terpadat ke-13, dan memiliki populasi terbanyak ke-10 di Sulawesi Tengah. Kecamatan terluasnya adalah Kecamatan Bungku Utara dan yang terkecil adalah Kecamatan Petasia Barat. Kabupaten Morowali Utara terbagi atas 10 Kecamatan yaitu Kecamatan Mori atas, Kecamatan Lembo, Kecamatan Lembo Raya, Kecamtan Petasia Timur, Kecamatan Petasia, Kecamatan Petasia Barat, Kecamatan Mori Utara, Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Mamosolato, Dan kecamatan Bungku Utara, Serta Memiliki 125 Desa/Kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Dirinci Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Morowali Utara Tahun 2017
Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
No. Kecamatan Luas (km2) Persentase(%)
1. Mori Atas 1.508,01 15,08
2. Lembo 676,23 6,75
3. Lembo Raya 657,61 6,57
4. Petasia Timur 509,77 5,10
5. Petasia 646,34 6,46
6. Petasia Barat 480,30 4,80
7. Mori Utara 1.048,93 10,48
8. Soyo Jaya 605,51 6,05
9. Bungku Utara 2.406,79 24,06
10. Mamosolato 1.464,99 14,64
Total 10.004,28 100,00
67 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Morowali Utara
68
69 Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
b. Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk ditentukan oleh jumlah penduduk dan luas wilayah yang menempati wilayah tersebut.Pada akhir tahun 2016 berdasarkan hasil rekapitulasi data jumlah penduduk Kabupaten Morowali Utara tercatat sebanyak 120.322 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 12,03 jiwa/km2 . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 mengenai luas wilayah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Majene tahun 2017 dibawah ini.
Tabel 4.3
Kepadatan Penduduk kabupaten Morowali Utara Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2016
9. Bungku Utara 8.281 7.865 16.146 105,29 10. Mamosolato 6.816 5.696 11.743 106,16 Total 62.816 57.506 120.322 103,23
No. Kecamatan Presentasi populasi
Kepadatan Penduduk
1. Mori Atas 9,64 7,69
2. Lembo 12,13 21.61
3. Lembo Raya 6,71 12,28
4. Petasia Timur 12,43 29,34
5. Petasia 14,94 27,82
6. Petasia Barat 6,72 16,83
7. Mori Utara 6,15 7,06
8. Soyo Jaya 8,09 16,08
9. Bungku Utara 13,42 6,71
10. Mamosolato 9,76 8.02
Total 100,00 12,03
70 Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
Populasi penduduk tertinggi berada di Kecamatan Petasia dengan Presentasi penduduk sebesar 14,94 dengan tingkat kepadatan penduduk 27,82/km2 , sedang populasi penduduk terendah berada di Kecamatan Mori Utara dengan presentase penduduk 6,15 dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 7,06 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Bungku Utara dengan presentasi penduduk sebanyak 13,42 dengan tingkat kepadatan penduduk hanya mencapai 6,71 jiwa/km2 .
c. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Morowali Utara pada tahun 2016 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Morowali Utara adalah sebanyak 120.322 jiwa.
Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Petasia yaitu sebanyak 17.982 jiwa, sedangkan wilayah Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Mori Utara yaitu sebanyak 7.404 jiwa.
Tabel 4.4
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten morowali Utara Dirinci Menurut kecamatan Tahun 2016
No. Kecamatan Jumlah Penduduk Laju pertumbuhan Penduduk 2010-2016 (%)
2010 2016
1. Mori Atas 10.418 11.681 1,89
2. Lembo 20.300 14.598 -4,69
3. Lembo Raya - 8.078 -
4. Petasia Timur - 14.956 -
71 Sumber : BPS Kabupaten Morowali Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas yaitu Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata laju tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Morowali Utara pada tahun 2010-2016 dirinci menurut Kecamatan mengalami kenaikan sebesar 2,60% per tahun.
B. Gambaran Umum Kecamatan Bungku Utara
72 Secara administratif Kecamatan Bungku Utara juga merupakan Kecamatan teluas dari 10 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Morowali Utara dengan luas wilayah 2.406,79 Km2 . Kecamatan Morowali Utara terbagi atas 23 Desa/Kelurahan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5
Luas Kecamatan Bungku Utara Dirinci Menurut Desa Tahun 2016
No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km2)
Presentase (%)
1. Takonanaka 30,22 1,26
2. Matube 539,39 22,41
3. Posangke 284,92 11,84
4. Tokala Atas 177,03 7,36
5. Uewajo 3,71 0,15
6. Baturube 78,95 3,28
7. Woomparigi 22,38 0,93
8. Tambarobone 7,86 0,33
9. Taronggo 580,51 24,12
10. Uemasi 116,34 4,83
11. Tirongan Atas 59,00 2,45
12. Kalombang 43,19 1,79
13. Tirongan Bawah 32,20 `1,34
14. Tanakuraya 6,95 0,29
15. Opo 118,41 4,92
16. Siliti 30,77 1,28
17. Ueruru 15,08 0,63
18. Lemo 42,35 1,76
73
19. Boba 31,59 1,31
20. Salubiro 117,94 4,90
21. Pokeang 17,00 0,71
22. Uempanapa 21,00 0,87
23. Lemowalia 30,00 1,25
Kecamatan 2.406,79 100,00
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
74 Gambar 4.2 Peta Administrasi Kecamatan Bungku Utara
75 2. Aspek Demografi
a. Jumlah Penduduk
Pada akhir tahun 2016 jumlah penduduk di Kecamatan Bungku Utara dihuni penduduk sebanyak 16.146 jiwa. Secara umum kondisi kependudukan di Kecamatan Bungku Utara dapat dilihat pada penjelasan tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Rata-rata Penduduk Per-Km2
1. Takonanaka 30,22 314 10
2. Matube 539,39 942 2
3. Posangke 284,92 445 2
4. Tokala Atas 177,03 414 2
5. Uewajo 3,71 896 246
6. Baturube 78,95 1.669 21
7. Woomparigi 22,38 579 26
8. Tambarobone 7,86 971 124
9. Taronggo 580,51 1.283 2
10. Uemasi 116,34 319 3
11. Tirongan Atas 59,00 642 11
12. Kalombang 43,19 518 12
13. Tirongan Bawah 32,20 526 16
14. Tanakuraya 6,95 770 111
15. Opo 118,41 624 5
16. Siliti 30,77 711 23
17. Ueruru 15,08 345 23
76
18. Lemo 42,35 533 13
19. Boba 31,59 438 14
20. Salubiro 117,94 1.826 15
21. Pokeang 17,00 577 34
22. Uempanapa 21,00 397 19
23. Lemowalia 30,00 407 14
Kecamatan 2.406,79 16.146 7
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan penduduk di Kecamatan Bungku Utara yaitu di desa Baturube merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk tertinggi yakni 2.667 jiwa dan jumlah penduduk terendah berada di Desa Tanakuraya yakni 314 jiwa.
Sementara kepadatan penduduk tertinggi berada di desa Uewajo yaitu 246 Jiwa/km2 dengan jumlah penduduk 3,71 jiwa dan luas 896 km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah yaitu 2 jiwa/km2 berada di empat desa, yaitu desa Matube dengan penduduk 942 jiwa dan luas 539,39 km2, Desa Posangke dengan Penduduk 445 Jiwa dan luas 284,92 km2 , Desa Tokala Atas dengan penduduk 414 jiwa luas 177,03 km2, Dan desa Taronggo berpenduduk 1.283 jiwa serta luas 580,51 km2.
C. Hasil Identifikasi Kawasan Agropolitan Dengan Pendekatan Teori ABCD
Sebagaimana yang dikemukan pada bab 2 sebelumnya yakni tinjauan pustaka terdapat langkah atau faktor dalam pendekatan teori ABCD untuk mengidentifikasi dan mengintegrasi aset lokal.
Dalam penelitian ini, ada 3 faktor yang diduga mempengaruhi pengembangan kawasan agropolitan berbasis ABCD di Kecamatan
Aset manusia yang dimaksud dalam penelitian ini yakni pengetahuan, kemampuan untuk bekerja, keterampilan, serta pentingnya kesehatan yang baik agar mampu menerapkan strategi-strategi dalam penghidupannya dan erat kaitannya dengan pengembangan kawasan agropolitan di wilayah penelitian Kecamatan Bungku Utara.
Tabel 4.7
Sebaran Tingkat Pendidikan Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016 Tingkat
Pendidikan
Jumlah Murid/Siswa
Peserta Ujian
Lulus
SD 2.019 232 232
SLTP 503 168 166
SLTA 450 65 65
PTS 247 23 23
Total 3.219 448 446
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.7, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 jumlah murid SD di Kecamatan Bungku
78 Utara sebanyak 2.019 orang dengan jumlah peserta ujian dan dinyatakan lulus sebanyak 232 orang, jumlah murid SLTP di Kecamatan Malunda sebanyak 503 orang dengan jumlah peserta ujian 168 orang dan dinyatakan lulus sebanyak 166 orang, jumlah murid SLTA sebanyak 450 orang dengan jumlah peserta ujian dan dinyatakan lulus sebanyak 65 orang, sedangkan jumlah mahasiswa PTS di Kecamatan Bungku Utara sebanyak 247 dan sebanyak 23 orang telah menyelesaikan pendidikan kuliahnya. Dengan demikian, dari hasil identifikasi pada tingkat pendidikan tabel 4.7 ini merupakan salah satu peluang atau aset yakni aset manusia dalam bidang pengetahuan yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara.
79 Tabel 4.8
Sebaran Kelompok Umur Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.10, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun memiliki jumlah penduduk tertinggi sebesar 1.929 orang dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 993 orang dan penduduk
Kelompok Umur
Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 993 936 1.929
5-9 904 886 1.790
10-14 691 701 1.792
15-19 633 551 1.184
20-24 677 690 1.367
25-29 735 698 1.433
30-34 639 618 1.257
35-39 645 554 1.199
40-44 556 588 1.144
45-49 509 459 968
50-54 4439 357 796
55-59 289 292 581
60-64 234 232 466
65-69 157 133 290
70-74 92 79 171
75+ 88 91 179
Total 8.281 7.865 16.146
80 perempuan sebanyak 936 orang, dan jumlah penduduk terendah pada kelompok umur 75 tahun keatas sebanyak 179 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 88 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 91 orang.
Tabel 4.9
Sebaran Jumlah Petani Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara
Tahun 2016
Kecamatan Petani Jumlah Penduduk
Presentase (%) Bungku Utara 4.937 16.146 100
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.9, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 jumlah petani di Kecamatan Bungku Utara sebesar 3.475 jiwa dari total penduduk sebesar 16.146 jiwa dengan persentase sebesar 30,5 %. Hal ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan aset manusia dalam kemampuan untuk bekerja di Kecamatan Bungku Utara dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di wilayah tersebut, melihat banyaknya jumlah petani yang ada.
Tabel 4.10
Sebaran Jumlah Usaha Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
Sektor Usaha Jumlah
Perdangangan 50
Industri Pertanian 3
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
81 Berdasarkan tabel 4.10, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 jumlah pengusaha kecil pada sektor perdagangan sebanyak 50 dan industri pertanian sebanyak 3 yang terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan.
Ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan aset manusia dalam bidang keterampilan baik pada sektor industri pertanian maupun perdagangan untuk meningkatkan perekomonian masyarakat di Kecamatan Bungku Utara untuk pengembangan kawasan agropolitan di wilayah tersebut.
b. Aset Finansial
Aset finansial yang dimaksud dalam penelitian ini, terkait dengan pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara ialah sumber-sumber keuangan (lembaga keuangan) yang digunakan oleh masyarakat untuk dapat memilih sumber penghidupan yang cocok bagi masyarakat setempat.
Tabel 4.11
Sebaran Jumlah Lembaga Keuangan Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
Desa Lembagan Keuangan Jumlah
Baturube Agen Bank Rakyat Indonesia (BRI) 1 Tanakuraya Agen Bank Rakyat Indonesia (BRI) 1
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.11, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 terdapat 2 agen Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berada di Desa Baturube dan Tanakuraya. Hal ini dapat menjadi peluang untuk mengembangkan aset manusia
82 dalam kemampuan untuk bekerja di Kecamatan Bungku Utara dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di wilayah tersebut, melihat adanya 2 lembaga keuangan.
2. Organisasi
83
13. Tirongan Bawah - 6
14. Tanakuraya 3 162
15. Opo 5 249
16. Siliti 2 181
17. Ueruru 4 161
18. Lemo 7 287
19. Boba 4 150
20. Salubiro 9 486
21. Pokeang 10 283
22. Uempanapa 8 182
23. Lemowalia 8 165
Jumlah 123 4.937
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.12, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 Desa Taronggo memiliki kelompok tani dewasa/taruna tani tertinggi yaitu 12 dengan jumlah petani terbanyak yaitu 563, desa Tanakuraya memiliki kelompok Tani/Taruna Terendah sebanyak 2 dengan jumlah angota terbanyak yaitu 152. Sedangkan desa Takonanaka, matube, Uewajo, dan Tirongan Bawah tidak memiliki Kelompok Tani dan jumlah petani yang banyak karena kondisi wilayahnya yg berada di pesisir sehingga masyarakatnya cenderung bermata pencarian sebagai nelayan. Hal ini merupakan sebuah peluang atau potensi dan aset sosial yang dimiliki Kecamatan Malunda dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di wilayah tersebut.
84 Tabel 4.13
Sebaran Usaha Koperasi Unit Desa (KUD) Serta Jumlah Anggota Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pegembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan
Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa Koperasi Unit
Desa (KUD)
Jumlah Anggota
1. Takonanaka - -
2. Matube - -
3. Posangke - -
4. Tokala Atas 1 60
5. Uewajo - -
6. Baturube 1 167
7. Woomparigi - -
8. Tambarobone - -
9. Taronggo - -
10. Uemasi - -
11. Tirongan Atas - -
12. Kalombang 1 83
13. Tirongan Bawah - -
14. Tanakuraya - -
15. Opo - -
16. Siliti - -
17. Ueruru - -
18. Lemo - -
19. Boba - -
20. Salubiro - -
21. Pokeang 1 45
85
22. Uempanapa - -
23. Lemowalia - -
Jumlah 4 355
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.13, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 di Desa Baturube memiliki KUD dengan jumlah anggota terbanyak yaitu 163 orang, kemudian ada desa kalombang yang memiliki 83 orang anggota, desa Tokala Atas dengan 60 Anggota, dan desa Pokeang dengan 45 anggota. Banyaknya anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam organisasi seperti KUD ini merupakan aset sosial yang ada Kecamatan Malunda.
Tabel 4.14
Sebaran Pegawai Pada Instansi/Jawatan Dinas Menurut Jenis Kelamin Yang Terkait Dengan Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Instansi/Jawatan Dinas
Laki-laki Perempuan
Jumlah
Tetap Tidak
Tetap Tetap Tidak Tetap
1. Kantor Camat 14 18 3 15 50 2. Cabang Dinas P
& K 5 1 1 2 9
3. Puskesmas 7 16 18 47 88
4. KUA 5 - 1 - 6
5. PLN 5 - - - 5
6. BKKBN - - 2 - 2
7. PDAM 2 - - - 2
86 8.
Pertanian, Perkebunan, &
Kehutanan
7 3 - 6 16
9. Kantor Pembantu
Pos & Giro 2 - - - 2
10. Badan Pusat
Statistik 1 - - - 1
Total 48 38 25 70 181
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.14, maka dapat diketahui bahwa di Kantor Camat memiliki pegawai tetap laki-laki terbanyak yakni 14 orang dan terendah di BPS sebanyak 1 orang.
Kantor Camat juga memiliki pegawai tidak tetap sebanyak 18 orang dan pegawai tidak tetap laki-laki terendah di Cabang Dinas P & K. Sedangkan, pagawai tetap perempuan terbesar di Puskesmas sebanyak 18 orang dan terendah sebanyak 1 orang di Cabang Dinas P & K dan Kantor Urusan Agama.
Dan, pegawai tidak tetap sebanyak 47 orang di Puskesmas dan terendah sebanyak 2 orang di Cabang Dinas P & K.
Jumlah total Pegawai Tertinggi sebanyak 88 orang berada Puskesmas. Banyaknya jumlah pegawai yang berada dalam naungan instansi pemerintahan setempat juga merupakan aset sosial yang ada Kecamatan Bungku Utara.
3. Fasilitas a. Aset Fisik
Aset fisik dalam penelitian ini salah satunya infrastruktur dasar (air, energi listirik, pasar, fasilitas ibadah, dan lain-lain) yang memampukan masyarakat untuk menigkatkan sumber penghidupannya.
87 Tabel 4.15
Sebaran Jumlah Pelanggan PDAM Morowali Utara Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa 2016
1. Takonanaka -
2. Matube -
3. Posangke -
4. Tokala Atas -
5. Uewajo -
6. Baturube 136
7. Woomparigi -
8. Tambarobone -
9. Taronggo -
10. Uemasi -
11. Tirongan Atas 46
12. Kalombang 53
13. Tirongan Bawah 28
14. Tanakuraya 37
15. Opo 8
16. Siliti -
17. Ueruru -
18. Lemo 18
19. Boba -
20. Salubiro -
21. Pokeang -
22. Uempanapa -
88 Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.15, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 Desa Baturube memiliki Jumlah pelanggan PDAM terbanyak yaitu 136, Sedangkan yang paling sedikit adalah desa Opo yaitu 8 pelanggan pada PDAM Morowali Utara.
Tabel 4.16
Sebaran Jumlah Langganan Pascabayar Listrik Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa Langganan
Pascabayar
1. Takonanaka -
2. Matube -
3. Posangke 77
4. Tokala Atas 77
5. Uewajo 82
6. Baturube 346
7. Woomparigi 112
8. Tambarobone 132
9. Taronggo 43
10. Uemasi 40
11. Tirongan Atas 75
12. Kalombang 90
23. Lemowalia -
Kecamatan 326
89
13. Tirongan Bawah 87
14. Tanakuraya 197
15. Opo 46
16. Siliti -
17. Ueruru -
18. Lemo -
19. Boba -
20. Salubiro -
21. Pokeang 95
22. Uempanapa -
23. Lemowalia -
Total 1.449
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.16, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 Desa Baturube memiliki langganan pascabayar listrik tertinggi sebesar 346, Desa Tanakuraya 197 Desa Tambarobone sebesar 132, dan Desa Woomparigi 112. Sedangkan, Desa Uemasi yang paling rendah yakni sebesar 40.
Tabel 4.17
Sebaran Jumlah Pasar Umum Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan
di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa Pasar Umum
1. Takonanaka -
2. Matube -
3. Posangke -
90
4. Tokala Atas -
5. Uewajo -
6. Baturube 1
7. Woomparigi -
8. Tambarobone -
9. Taronggo -
10. Uemasi -
11. Tirongan Atas -
12. Kalombang -
13. Tirongan Bawah -
14. Tanakuraya -
15. Opo -
16. Siliti -
17. Ueruru -
18. Lemo 1
19. Boba -
20. Salubiro -
21. Pokeang -
22. Uempanapa -
23. Lemowalia -
Total 2
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.17, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 Kecamatan Bungku Utara memiliki masing-masing 1 pasar di Desa Baturube, dan Desa Lemo dengan total jumlah pasar sebanyak 2 pasar umum. Pasar umum yang tersebar di 2 desa di Kecamatan Bungku Utara merupakan suatu aset fisik serta fasilitas yang dapat digunakan masyarakat untuk menjual hasil-hasil produksi
91 (sumber daya alam) yang ada di Kecamatan Bungku Utara sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat khususnya para petani.
Tabel 4.18
Sebaran Tempat Ibadah Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di
Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa
Tempat Ibadah Masjid Mushollah
/ Langgar
Gereja Kristen
Gereja
Katolik Pura Vihara
1. Takonanaka 2 - - - - -
2. Matube 1 - - - - -
3. Posangke 1 1 - - 1 -
4. Tokala Atas 1 3 - - - -
5. Uewajo 1 - - - - -
6. Baturube 2 3 1 - - -
7. Woomparigi 1 - - - - -
8. Tambarobone 1 1 - - 4 -
9. Taronggo 1 - 2 - - -
10. Uemasi - - 2 - - -
11. Tirongan Atas 1 1 - - - -
12. Kalombang 1 - - - - -
13. Tirongan Bawah 1 - - - - -
14. Tanakuraya 1 1 - - - -
15. Opo 2 - 2 - - -
16. Siliti 1 1 - - - -
17. Ueruru 1 - - - - -
18. Lemo - - 4 - - -
19. Boba 1 1 - - - -
20. Salubiro - - 7 - - -
21. Pokeang 1 - - - - -
22. Uempanapa - - 3 - - -
92
23. Lemowalia - - 3 - - -
Total 21 12 24 - 5 -
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.28, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 berdasarkan Desa/Kelurahan yang memiliki tempat ibadah mesjid terbanyak yaitu Desa Baturube dengan jumlah mesjid sebanyak 2, dan musholla sebanyak 3, Serta desa lainnya memiliki masing-masing 1 masjid. Sedangkan. Desa dengan jumlah tempat ibadah Gereja Kristen terbanyak adalah Desa Salubiro sebanyak 7 buah sementara Desa Baturube memiliki jumlah Gereja paling sedikit yaitu 1 buah. Dan desa dengan rumah ibadah Pura terbanyak yaitu Desa Tambarobone yaitu 4 Buah serta Desa Posangke memiliki jumlah pura paling sedikit yaitu 1 buah.
Tabel 4.19
Sebaran Jumlah Hotel, Penginapan, dan Rumah Makan/Warung Yang Terkait Dengan Pengembangan
Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
Kecamatan Hotel Wisma /
Penginapan
Rumah Makan / Warung
Bungku Utara - 2 22
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.19, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 Kecamatan Bungku Utara memiliki 2 Wisma/Penginapan dan rumah makan/warung sebanyak 22.
93 Meskipun, jumlah tersebut masih belum terlalu tinggi, tetapi ini merupakan suatu aset yang harus dipertahankan dan dikembangkan dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara.
Tabel 4.20
Sebaran Jumlah Sekolah Dasar Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan
di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa SD Negeri SD Swasta
1. Takonanaka 1 -
2. Matube 1 -
3. Posangke 1 -
4. Tokala Atas 1 -
5. Uewajo 1 -
6. Baturube 3 -
7. Woomparigi 1 -
8. Tambarobone 1 -
9. Taronggo - 1
10. Uemasi 1 -
11. Tirongan Atas 2 -
12. Kalombang 1 -
13. Tirongan Bawah 1 -
14. Tanakuraya 1 -
15. Opo 1 1
16. Siliti 1 -
17. Ueruru 1 -
18. Lemo 1 -
19. Boba 1 -
94
20. Salubiro 1 3
21. Pokeang 1 -
22. Uempanapa - 1
23. Lemowalia 1 -
Total 23 6
Sumber : BPS Kecamatan Bungku Utara Dalam Angka Tahun 2017
Berdasarkan tabel 4.20, maka dapat diketahui bahwa di Kecamatan Bungku Utara yaitu Desa Baturue memiliki 3 sekolah dasar Negeri dan jumlah yang paling tinggi di Kecamatan Bungku Utara. Sedangkan di Desa-desa lainnya memiliki 1 sekolah di masing-masing desa tersebut. Desa Salubiro memilki jumlah sekolah dasar swasta terbanyak yaitu 3, kemudian desa Uempanapa, Desa Opo, dan Desa Taronggo memiliki 1 sekolah masing-masing di desa tersebut. sekolah dasar yang tersebar sebagai fasilitas yang sudah ada merupakan aset, juga berkontribusi besar dalam pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Bungku Utara. Mengingat, sumber daya alam yang sudah menjadi aset dapat lebih di kembangkan, jika sumber daya manusia juga dapat terpenuhi secara merata dan memadai baik secara kualitas maupun kuantitas.
Tabel 4.21
Sebaran Jumlah Sekolah Menengah Pertama Menurut Desa Yang Terkait Dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bungku Utara Tahun 2016
No. Desa SLTP
1. Takonanaka -
2. Matube 1