• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Hasil Identifikasi Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

2. Usaha Pemerintah Dalam Penanganan Pengembangan

Kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara

Pemerintah secara khusus hanya melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang penetapan Kawasan agropolitan di kecamatan Bungku Utara melalui Perda RTRW tahun 2015.

Pemerintah juga membantu menyediakan sarana dan fasilitas untuk mendukung peningkatan perekonomian masyarakat dengan pertanian dan perkebunan tanpa mengetahui aset-aset apa saja dan metode yang diterapkan dalam memejukan produktifitas di Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah kecamatan bungku utara sangat terbuka dengan konsep agropolitan tersebut, tetapi penerapannya yang keliru menyebabkan konsep agropolitan itu tidak sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. Dengan menerapan metode ABCD di Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara diharapkan pemerintah mengetahui cara pengelolaan agropolitan dengan memahami kebutuhan desa atau wilayah tani tersebut dari aset-asetnya seperti topografi, jenis tanah, jenis tanaman, kebutuhan masyarakat dan sebagainya, sehingga pemerintah dapat memberikan bantuan yang tepat sesuai kebutuhan Kawasan pertanian/perkebunan yang ada di kecamatan bungku utara.

3. Kendala Pemerintah Dalam Penerapan Pengenbangan Kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara

Selama penaganan pengembangan Kawasan agropolitan, pemerintah menemui beberapa kendala-kendala seperti masalah pembagian tanah pertanian, susahnya akses masuk dibeberapa desa tani terpencil, kekeringan di musim kemarau, dan kurangnya minat masyarakat untuk mencoba perkebunan

108 baru seperti, cabai merah, kentang, nenas, semangka yang masih sangat kurang di Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara.

Dari uraian pernyataan diatas dapat dilihat bahwa kendala-kendala tersebut bukanlah sesuatu yang baru dalam pengembangan wilayah agropolitan, dengan menerapkan metode ABCD,pemerintah bisa memanfaatkan aset-aset seperti aset manusia yaitu masyarakat, aset social seperti sumber daya social atau jaringan kelompok, aset finan sial seperti sumber-sumber keuangan masyarakat dan aset natural atau SDM.

Masyarakat dapat bekerja sama membentuk sebuah komunitas untuk mengkaji masalah-masalah tersebut serta menemukam solusi yang tepat, contohnya seperti masalah pertanian yang hanya mengandalkan Padi dan jagung, dengan adanya aset-aset ini peerintah bisa membentuk lembaga ataupun komunitas pertanian tempat masyarakat berbagi ilmu tetang tanaman apa saja perlu dikembangkan, mengumpulkan modal seperti hasil patungan atau koperasi pertanian, dan merealisasikannya.

4. Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Pengembangan Kawasan Agropololitan Kecamatan Bungku Utara

Penanganan pengembangan Kawasan agropolitan di kecamatan Bungku Utara untuk sekarang masih ditangani oleh pemerintah daerah Kecamatan Bungku Utara dan masyarakat, Lembaga atau pihak-pihak lain seperti investor dalam maupun luar daerah masih sangat kurang, kecuali dalam sektor perkebunan kelapa sawit ada beberapa perusahaan yang mulai berinvestasi di Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara.

Kurangnya Pihak-pihak yang terlibat seperti investor, atau Lembaga-lembaga lain seperti yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan tidak lain karena kurangnnya

109 pemanfaatan aset-aset natural atau SDA yang ada di kecamatan bungku utara. Aset-aset ini sangat berguna sebagai daya tarik investor dan perusahaan-perusahaan luar daerah untuk masuk berinvestasi di Kawasan agropolitan, aset-aset natural itu seperti potensi pemanfaatan wisata agrari, atau desa tani yang mana dapat meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat selain dari hasil perkebunan juga dari pendapatan pariwisatanya.

Aset-aset seperti wisata alam dan wisata budaya sangat besar potensinya untuk menarik minat pengunjung luar. Aset-aset ini bisa dikelola dengan baik dengan menerapkan metode ABCD dalam pengembangan Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara.

5. Perekonomian Masyarakat Agropolitan Kecamatan Bungku Utara

Mata pencarian masyarakat kecamatan Bungku Utara dari dulu memang didominasi oleh bertani dan berkebun. Akan tetapi masyarakat berlahan-lahan mulai beralih pekerjaan yang menurut mereka lebih layak dan meninggalkan profesi bertaninya. Pendapatan masyarakat pertanian dikecamatan bungku utara bisa dikatakan masih rendah karena masyarakat bekerja mengurus hasil perkebununannya semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri tampa berpikir untuk meningkatkan hasil panennya. Mainset berpikir seperti itulah yang membuat perekonomian masyarakat Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara cenderung stagnan dan tidak berkembang.

Dari uraian pernyataan di atas bisa disimpukan bahwa, tidak meningkatnya perekonomian masyarakat Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara dikarenakan kurangnya minat masyarakat dalam mengembangkan usaha pertaniannya akibat

110 mainset berpikir yang cenderung sempit. Untuk itu perlu adannya penerapan metode ABCD dikawasan agropolitan kecamatan bungku utara. Karena metode ABCD punya perana penting dalam memajukan sumber daya manusia dengan gagasannya yaitu yang dapat menyesesaikan suatu problem masyarakat adalah masyarakat itu sendiri. Penerapannya sendiri salah satunya mengembangkan potensi dan aset-aset masyarakat dan mengimplementasikannya dalam pengembangan Kawasan agropolitan kecamatan bungku utara.

6. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara

Sektor pertanian dan perkebunan dengan pendapatan tertinggi di Kawasan agropolitan kecamatan Bungku Utara adalah padi sawah, kelapa sawit, dan kakao. Hasil panen dari ketiganya sangat berperan penting terhadap pendapatan daerah karena pemasannya sudah sampai keluar daerah kecamatan bungku utara bahkan diluar pulau. Untuk pengelolanya masyarakat baru bisa menghasilkan produk sendirinya, yaitu beras dari hasil pertanian padi sawah, sementara untuk kelapa sawit dan kakao masyarakat baru bisa mengolahnya sampai bahan mentah saja dan hasilnya dikirim dan diproduksi dikeluar daerah. karena belum adanya perusahaan dikecamatan bungku utara yang mampu mengolah hasil perntanian itu menjadi sebuah produk. Hasil pertanian dan perkebunan lainnya seperti tanaman pangan, buah-buahan dan rempah-rempah juga hanya dipasarkan didalam wilayah kecamatan bungku utara, kabupaten morowali utara, dan kabupaten-kabupaten disekitarnya saja.

Dari uraian diatas bisa disimpulkan pengelolaan dan pemasaran hasil pertanian dikawasan agropolitan kecamatan

111 Bungku Utara masih sangat kurang dari target pengembangan Kawasan agropolitan pada umumnya, dikarenakan penerapan metode pengembangan agropolitan yang tidak jelas dan tidak sesuai arahan pengembangan Kawasan yang ada. Tentunya dengan menerapkan metode ABCD diharapkan tingkat produktifitas kawasan agropolitan kecamatan bungku utara meningkat dengan melakukan pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif, meningkatkan potensi masyarakat, membentuk komunitas masyarakat yang mampu mengelola sektor-sektor pertanian dibidangnya masing, dan menetapkan target pemasaran yang sesuai kebutuhan pasar.

7. Kesejahteraan Masyarakat Pertanian Kawasan Agropolitan Kecamatan Bungku Utara

Kesejahteraan masyarakat yang berada di kawasan agropolitan kecamatan bungku utara bisa dikatakan masih sangat rendah, terutama yang berprofesi sebagai petani di kecamatan bungku utara, tingkat pendapat untuk petani padi sawah saja berkisar antara lima ratus ribu hingga dua juta rupiah perbulannya. Untuk petani kepala sawit pendapatannya berkisar tiga juta hingga lima juta rupiah perbulan, pendapatan itu lumayan tinggi dibandingkan petani padi sawah. Untuk pendapatan pertani perkebunan lainnya rata-rata di bawah pendapatan petani padi sawah.

Rendahnya kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai petani sangat berbanding terbalik dengan konsep agropolitan itu sendiri yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kondisi itu terjadi karena beberapa hal seperti buruknya kondisi infrastruktur pendukung kawasan agropolitan, rendahnya sumber daya manusia, kurangnya pelaku industri agrobisnis, dan buruknya

Dokumen terkait