• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek finansial dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha yaitu perkebunan buah jaboticaba Cherry Brazil. Kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama periode usaha dan kriteria investasi sesuai perhitungan.

Proyeksi arus kas

Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow).

Arus masuk (inflow)

Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Inflow pada perkebunan buah jaboticaba Cherry Brazil terdiri dari hasil penjualan buah jaboticaba segar, selai jaboticaba, dan bibit tanaman jaboticaba.

Sumber pendapatan utama perkebunan adalah dari hasil penjualan buah jaboticaba segar. Jumlah produksi buah jaboticaba dan hasil penjualan dapat dilihat pada Lampiran 1. Buah jaboticaba segar dijual dengan harga yang tinggi yaitu 100.000 rupiah per kilogramnya dan bapak teddy menjual rata-rata buah jaboticaba nya 100 kilogram per minggu.

Selain itu pemilik perkebunan juga membuat usaha pembuatan selai. Kisaran harga selai 30.000 rupiah per botol kemasan 260 gram. Rata-rata penjualan 200 botol per tahunnya. Dan yang terkahir pemilik mendapat pemasukan lebih dari penjualan bibit jaboticaba yang dipatok dengan harga per pohonya 200.000 rupiah untuk umur pohon 1-2 tahun.

Arus keluar (outflow)

Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan saat usaha sedang dibangun atau saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi, dan biaya operasional. Biaya operasional termasuk biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan pada awal pendirian usaha dengan umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama usaha. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha berkahir harus dibeli kembali atau direinvestasi. Adapun beberapa biaya investasi yang telah diuraikan sebelumnya. Total luas lahan sebesar 1,2 ha dibeli secara bertahap, tahap awal sebesar 5000m dan 7000m. Masing-masing harga per meter yaitu 25.000 rupiah dan 100.000 rupiah. Lahan tidak mengalami penyusutan sehingga nilai sisa pada akhir umur usaha merupakan nilai beli lahan tersebut pada awal umur usaha.

Jumlah tanaman jaboticaba yaitu sebanyak 1600 pohon, merupakan tanaman bibit yang diperoleh sebagian dengan cara disemai dan 500 bibit tanaman dibeli dengan harga 25.000 rupiah per pohon.

Selanjutnya untuk pemeliharaan tanaman jaboticaba, pemilik membuat sumur dan saluran air yang akan dialirkan ke setiap tanaman. Dan pemilik mempersiapkan alat-alat pertanian yang diperlukan seperti arit, gunting, cangkul dan lain sebagainya. Hal satu yang unik adalah pemilik menanam rumput kobe sekitar jari-jari satu meter di luar setiap tanaman untuk mempermudah bagi pekerja memberi pupuk kepada tanaman jaboticaba.

Terakhir pemilik mempersiapkan lahan dan tempat bagi para pengunjung yang datang untuk agrowisata buah jaboticaba. Pemilik membangun dua buah saung, satu toilet dan menata lahan perkebunan untuk jadi lebih nyaman.

Komponen investasi yang masih dapat digunakan pada akhir periode usaha atau umur teknisnya belum habis maka komponen tersebut masih memiliki nilai sisa. Nilai sisa juga terdapat komponen investasi yang telah direinvestasi namun masih memiliki umur teknis di akhir periode usaha. Nilai sisa akan dihitung sebagai inflow di akhir periode usaha. Nilai sisa yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar 1.159.604.286 rupiah.

Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya output, semakin banyak output maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan.

Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari biaya pembayaran listrik, upah karyawan, gaji tukang kebun, iuran RT/RW dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Adapun rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3.

Biaya tetap perkebunan jaboticaba berdasarkan perhitungan diperoleh sebesar 27.060.000 rupiah per tahunnya.

Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proposional dengan aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap semua unit yang diproduksi. Adapun biaya variabel pada perkebunan jaboticaba adalah pemupukan, polybag untuk bibit jaboticaba yang dijual, isi media tanam, keranjang buah segar, botol selai, dan bahan pembuatan selai.

Pemupukan dilakukan dalam 2 tahap yang pertama tahap pertumbuhan dimana tanaman jaboticaba masih sangat rentan terhadap lingkungan, pemilik memberi pupuk MPK dan Vitamin buah hasil racikan sendiri. Setelah jaboticaba cukup usia dan besar kuantitas pemberian vitamin buah di perbesar dan pemberian pupuk MPK ditiadakan. Untuk pupuk MPK diberikan setiap 3 bulan sekali sebanyak 2 kg. Dan vitamin buah merupakan komposisi dari M4, gula merah dan kotoran kambing, semua nya difermentasikan baru disiram ke tanaman. Untuk pembuatan 100 liter vitamin buah diperlukan komposisi 50kg kotoran kambing, 2 liter M4, gula merah 1 kg dan air 60 liter.

Pembuatan selai bahan-bahan yang diperlukan memakan biaya sebesar 22.940 rupiah per botol.

Analisis laba rugi

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas usaha perkebunan jaboticaba. Total akumulasi pajak selama 27 tahun yakni sebesar 324.679.797 rupiah. Sedangkan total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh sebesar 5.494.373.101 rupiah atau 67,069 persen dari total akumulasi penerimaan selama umur usaha.

Analisis kelayakan investasi

Dalam menganalisis kalayakan investasi perkebunan jaboticaba Cherry Brazil, digunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis kelayakan investasi dapat dilihat melalui cashflow pada Lampiran 6.

Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui niali kini manfaat bersih yang diperoleh selama periode usaha. NPV diperoleh sebesar 707.811.823 rupiah artinya usaha perkebunan jaboticaba menghasilkan manfaat bersih tambahan sebesar 707.811.823 rupiah atau 7,569 persen dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dilaksanakan karena NPV lebih besar dari nol.

Internal Rate of Return (IRR)

Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui nilai IRR, maka IRR harus dibandingkan dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan sebesar 6,0 persen. Dari hasil perhitungan, perkebunan jaboticaba Cherry Brazil memiliki niali IRR sebesar 8,998 persen. Nilai IRR yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital yang telah ditentukan sebelumnya sehingga usaha perkebunan jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dilaksanakan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C yang diperoleh dari hasil yakni sebesar 1,521. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar 1 rupiah dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar 1,521 rupiah. Nilai Net B/C lebih besar dari 1 sehingga usaha perkebunan jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dijalankan.

Payback Period (PBP)

PBP digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal. PBP pada usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil yakni selama 19 tahun. Informasi ini menyatakan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu 19 tahun. Bila dibandingkan dengan umur usaha yakni 27 tahun, maka jangka waktu pengembalian modal usaha lebih cepat dari pada umur usaha

sehingga perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dikatakan layak untuk dilaksanakan.

Analisis Nilai Pengganti (Analysis Switching Value)

Analisis nilai pengganti digunakan untuk mengetahui besar perubahan maksimum yang masih menunjukkan kriteria layak pada usaha yang dijalankan. Analisis ini dilakukan untuk melihat skenario usaha mana yang lebih sensitif terhadap perubahan. Perhitungan dilakukan dengan mengubah masing-masing variabel dengan melihat kelayakan usaha dari nilai NPV pada saat terjadi perubahan. Perubahan yang menghasilkan nilai NPV positif dan besar perubahan yang menghasilkan nilai NPV negatif, maka digunakan metode interpolasi untuk mempermudah perhitungan. Adapun variabel yang dilakukan perubahan dalam analisis ini adalah harga jual jaboticaba segar dan harga beli pupuk.

a. Peningkatan Harga Beli Pupuk

Tanaman jaboticaba di perkebunan jaboticaba Cherry Brazil dalam hal input nya menggunakan pupuk. Pupuk berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan saat akan berbuah. Harga pupuk yang diperoleh pemilik tidak menutup kemungkinan akan terjadi peningkatan. Sehingga perlu dilakukan analisis nilai pengganti terhadap peningkatan harga pupuk.

Hasil perhitungan analisis nilai pengganti adalah peningkatan harga pupuk tidak boleh melebihi 2349,34 persen. Jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 2349,34 persen akan menyebabkan nilai NPV mendekati nol. Hal ini mengidikasikan bahwa jika terjadi peningkatan harga pupuk sebesar 2349,34 persen dengan modal sendiri menjadi tidak layak. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value dengan perubahan harga pupuk dapat dilihat pada Lampiran 7.

Tabel 4 Hasil Perhitungan Interpolasi Pada Variabel Harga Beli Pupuk Perubahan Harga Beli Pupuk

Peningkatan NPV (RP) 2349,30% 2349,40% 12.390 (17.226) 2349,340%

b. Penurunan Harga Jual Jaboticaba Segar

Perkebunan jaboticaba di Kecamatan Lembang, Jawa Barat merupakan perkebunan jaboticaba besar, sehingga harga jual ditentukan sendiri oleh penjual dan konsumen hanya mengikuti harga yang telah dipatok. Tetapi tidak menutup kemungkinan kedepannya bahwa banyak perkebunan-perkebunan jaboticaba yang berkembang di Indonesia menjadi perkebunan besar dan menjadi pesaing perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil. Artinya tidak menutup kemungkinan akan terjadi penurunan harga jual jaboticaba segar, mengikuti harga jual pasar. Sehingga perlu dilakukan analisis nilai pengganti terhadap penurunan harga jual jaboticaba segar.

Hasil perhitungan analisis nilai pengganti adalah penurunan harga jaboticaba segar tidak boleh melebihi 31,588 persen atau harga jaboticaba

segar menjadi Rp. 68.412,00. Jika terjadi penurunan harga jaboticaba segar sebesar 31,588 persen akan menyebabkan nilai NPV mendekati nol. Hal ini mengidikasikan bahwa jika terjadi penurunan harga jaboticaba segar sebesar 31,588 persen menjadi tidak layak. Proyeksi laba rugi dan cashflow dari perhitungan switching value dengan perubahan harga jaboticaba segar dapat dilihat pada Lampiran 8.

Tabel 5 Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Jaboticaba Segar Perubahan Harga Jual Jaboticaba Segar

Penurunan NPV (RP) 31,58% 31,59% 189.212 (40.853) 31,588%

Dokumen terkait