• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di Kecamatan Lembang, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di Kecamatan Lembang, Jawa Barat"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA JABOTICABA (

Myrciaria

cauliflora

) DI KECAMATAN LEMBANG, JAWA BARAT

JOSIA ANAJOHN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha

Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di Kecamatan Lembang, Jawa Barat adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Josia Anajohn

NIM H34100151

(4)

ABSTRAK

JOSIA ANAJOHN. Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) Di Kecamatan Lembang, Jawa Barat. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI.

Indonesia memiliki tingkat keragaman buah-buahan yang sangat tinggi. Baik itu yang berasal dari dalam negeri sendiri, maupun buah yang didatangkan dari luar negeri yang beriklim serupa dengan Indonesia seperti jaboticaba. Jaboticaba merupakan tanaman buah baru yang berkembang di Indonesia. Perkebunan jaboticaba di Kecamatan Lembang, Jawa Barat merupakan salah satu perkebunan jaboticaba terbesar di Indonesia. Penulis melakukan penelitian analisis kelayakan usaha melalui aspek analisis non finansial dan aspek analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha perkebunan jaboticaba. Dari aspek finansial diperoleh total akumulasi laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 5.494.373.101, NPV sebesar Rp. 120.580.103, IRR sebesar 6,641% dari discount rate 6%, Net B/C sebesar 1,07 dan PP selama 19 tahun. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dijalankan baik dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial dan lingkungan) dan aspek finansial.

Kata kunci: Jaboticaba, aspek non finansial, aspek finansial, NPV, IRR, Net B/C, dan PP

ABSTRACT

JOSIA ANAJOHN. Feasibility Study of Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) in Lembang, West Java.Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI.

Indonesia has a high diversity of fruits. The original fruits can be come from Indonesia or from other countries. Jaboticaba is one of the fruit plants from the other country that can be growth in Indonesia. Jaboticaba farm at Lembang, West Java is the biggest Jaboticaba farm in Indonesia. This research will analyze the business if the farm is reliable. The analyze aspects are financial analyze and non financial analyze. The financial analylze shown that earn after tax is Rp.5.494.373.101, NPV Rp.120.580.103, IRR 6,641% (discount rate is 6%), Net B/C 1,07 and PP is 19 years. The non-financial analyze shown the farm are reliable included market aspect, technical aspect, management aspect, social and environment aspect. The conclusion after the writer took observation that Jaboticaba Cherry Brazil farm is reliable to agribusiness.

Keywords: Jaboticaba, non-financial aspect, financial aspect, NPV, IRR, Net B/C, and PP

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

JOSIA ANAJOHN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA JABOTICABA (

Myrciaria

cauliflora

) DI KECAMATAN LEMBANG, JAWA BARAT

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) di Kecamatan Lembang, Jawa Barat

Nama : Josia Anajohn

NIM : H34100151

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah Jaboticaba, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba (Myrciaria cauliflora) Di Kecamatan Lembang, Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Burhannudin MM sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Teddy Wijaya yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Jaboticaba 5

Sistem Budidaya Jaboticaba 5

Penelitian Terdahulu 6

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Analisis Aspek Non Finansial 9

Analisis Usaha 11

Analisis Finansial Usaha 12

Analisis Nilai Pengganti 12

Kerangka Pemikiran Operasional 13

METODE PENELITIAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Jenis dan Sumber Data 15

Metode Pengolahan Data 15

Analisis Aspek Non Finansial 15

Analisis Usaha 16

Analisis Pendapatan Usaha 16

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R-C Ratio) 16

Analisis Waktu Pengembalian Modal (Payback Period) 17

Analisis Finansial Usaha 17

Net Present Value (NPV) 17

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio) 17

Internal Rate of Return 18

Analisis Sensitivitas 18

(10)

GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN JABOTICABA 20

Lokasi Perkebunan 20

Sejarah dan Perkembangan Perkebunan 20

Visi dan Misi Perkebunan 21

ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL 22

Aspek Pasar 22

Analisis Peluang Pasar 22

Analisis Pesaing 22

Strategi pemasaran 24

Hasil Analisis Aspek Pasar 24

Aspek Teknis 24

Hasil Analisis Aspek Teknis 28

Aspek Manajemen 28

Hasil Analisis Aspek Manajemen 28

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 28

Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan 29

ANALISIS ASPEK FINANSIAL 30

Proyeksi arus kas 30

Arus masuk (inflow) 30

Arus keluar (outflow) 30

Analisis laba rugi 32

Analisis kelayakan investasi 32

Net Present Value (NPV) 32

Internal Rate of Return (IRR) 32

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 32

Payback Period (PBP) 32

Analisis Nilai Pengganti (Analysis Switching Value) 33

SIMPULAN DAN SARAN 35

Simpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

RIWAYAT HIDUP 47

DAFTAR TABEL

1. Proyeksi konsumsi buah-buahan per kapita tahun 2005-2015 1
(11)

3. Data Kunjungan Wisatawan yang Datang ke Kota Bandung Tahun 2011 3 2

4. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Beli Pupuk 33

5. Hasil Perhitungan Interpolasi pada Variabel Harga Jaboticaba Segar 34

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba 14

2. Selai Jaboticaba 23 3. Buah Jaboticaba Segar 23 4. Bibit Jaboticaba 23 5. Layout Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil 27

DAFTAR LAMPIRAN

1. Proyeksi Arus Masuk 39

2. Rincian Biaya Investasi 40

3. Rincian Biaya Tetap 41

4. Rincian Biaya Variabel 41

5. Proyeksi Laba Rugi 42

6. Cashflow 43

7.

Proyeksi Laba Rugi dan Cashflow Hasil switching value dengan Perubahan Harga Beli Pupuk 45
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki tingkat keragaman buah-buahan yang sangat tinggi. Berdasarkan Balai Kajian Buah Tropika IPB, disampaikan bahwa Indonesia memiliki 3000 jenis buah-buahan yang tersebar di seluruh daerah. Prospek pengembangan buah-buahan di Indonesia ditunjukkan dengan jumlah produksi dan potensi pasar yang besar dan terus meningkat. Selain jumlah produksi yang besar, prospek buah-buahan juga ditunjukan dengan potensi pasar yang terus berkembang. Prospek pemasaran buah-buahan di dalam negeri diperkirakan makin baik. Perkiraan permintaan buah-buahan Indonesia hingga tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Proyeksi konsumsi buah-buahan per kapita tahun 2005-2015

Tahun Populasi Penduduk

(Juta) Total Buah Konsumsi/Kapita (Kg) Total Konsumsi (Ribu Ton) 2005 2010 2015 227.000 240.000 254.000 45,70 57,92 78,74 10.373,90 13.900,80 19.999,96 Sumber : Pusat Kajian Buah Tropika (1998)

Iklim tropis Indonesia sangat mendukung suburnya buah-buahan yang tumbuh, baik itu yang berasal dari dalam negeri sendiri, maupun buah yang didatangkan dari luar negeri yang beriklim serupa dengan Indonesia. Dari berbagai jenis buah-buahan yang ada di Indonesia, terdapat salah satu komoditi buah yang berpeluang besar untuk dikembangkan adalah buah jaboticaba. Hal tersebut ditunjukkan dengan harga jual buah jaboticaba yang tinggi di pasaran yaitu sebesar Rp 100000 per kilogramnya.

Jaboticaba atau dalam bahasa latinnya disebut Myrciaria cauliflora, merupakan buah eksotik tanaman tropis yang berasal dari negara Brazil. Asal mulanya buah ini tumbuh di daerah pegunungan Rio de Janeiro dan Minas Gerais, yaitu bagian dari selatan Brazil (Morton 1987). Kemudian buah ini sekarang telah menyebar ke berbagai pelosok dunia termasuk ke Indonesia

Adapun jenis pohon ini sangat cocok tumbuh di negara yang beriklim tropis seperti layaknya Indonesia. Bahkan dari hasil penelusuran penulis sendiri, diketahui bahwa terdapat perkebunan Jaboticaba yang cukup besar di Jawa Barat, yaitu perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil. Lahan perkebunan Jaboticaba seluas 1,2 hektar terletak di bawah lereng kaki gunung Tangkuban Perahu, Lembang, Jawa Barat.

(14)
[image:14.595.110.513.167.435.2]

Buah Jaboticaba memiliki rasa manis-asam dan segar, serta memiliki kandungan gizi yang penting bagi kebutuhan hidup manusia, seperti hasil pengamatan yang disampaikan oleh Laboratorium FIM de Nutricion, Havana, Cuba (1995) di bawah ini.

Tabel 2 Informasi kandungan gizi buah jaboticaba Informasi Kandungan Gizi Buah

Jaboticaba per 100 gram

Kalori 45,70g

Moisture 87,10g

Protein 0,11g

Lemak 0,01g

Karbohidrat 12,58g

Serat 0,08g

Ash 0,20g

Kalsium 6,30mg

Fosfor 9,20mg

Besi 4,90mg

Thiamine 0,02mg

Riboflavin 0,02mg

Niacin 0,21mg

Asam Ascorbic 22,70mg

Tryptophan 1,00mg

Lysine 7,00mg

Sumber : Hasil Laboratorium FIM de Nutricion, Havana, Cuba (1955).

Di negara asalnya Brazil, kulit buah jaboticaba yang dikeringkan digunakan sebagai obat penyembuhan penyakit hemoptysis, asthma, diare and dysentery. Berdasarkan cita-rasa yang enak, dengan kandungan gizi yang tinggi, serta memiliki nilai jual yang tinggi pula diduga jaboticaba mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan menjadi salah satu usaha agribisnis di Indonesia.

Pengembangan produksi Jaboticaba dapat dilakukan dengan suatu sistem usahatani skala besar dengan pengelolaan moderen, ataupun dengan sistem usahatani dengan skala kecil yang diimbangi dengan teknologi tepat guna dalam produksi, pasca panen, dan pemasaran hasil. Berdasarkan pengamatan potensi pasar, pengusahaan jaboticaba memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Selain letak perkebunan yang nyaman dengan panorama yang indah dan tidak jauh dari kota wisata Bandung ini, penulis meyakini, bahwa ada kesempatan besar jenis usaha ini untuk terus dikembangkan.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2011), diketahui bahwa kunjungan wisatawan ke wilayah Bandung dan sekitarnya menunjukkan angka yang terus meningkat, hal ini merupakan peluang besar untuk memasarkan hasil buah jaboticaba kepada masyarakat luas. Jumlah pengunjung tersebut dapat diketahui dalam tabel 3 di bawah ini:

(15)
[image:15.595.100.518.105.499.2]

Tabel 3 Data kunjungan wisatawan yang datang ke kota Bandung tahun 2011

No Keterangan Jumlah

Wisatawan 2011

Satuan

I Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 30.533.812 Kendaraan (Pasteur, Pasir Koja, Kopo, M .Toha, Buah

Batu)

II 1. Jumlah pengunjung melalui Gerbong Tol 69.674.507 Orang 2. Jumlah pengunjung melalui bandara,

stasiun, terminal

6.388.447 Orang

Jumlah 76.062.954 Orang

III Wisatawan yang melalui pintu gerbang kedatangan

a. Wisman 225.585 Orang

b. Wisnus 6.487.239 Orang

Jumlah wisatawan 6.712.824 Orang

IV Wisatawan menginap

a. Wisman 194. 062 Orang

b. Wisnus 3.882.010 Orang

Jumlah tamu menginap (penghitungan occupancy hotel)

4.076.072 Orang

Jumlah tamu tidak menginap 2.636.752 Orang

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2011)

Kultur tanah di Indonesia terutama di sekitar Bandung yang dikelilingi gunung dan perbukitan sangat memungkinkan dapat mengembangkan jenis tanaman ini. Maka dengan berbagai kemungkinan yang menguntungkan, penulis mencoba mengangkat tema pengembangan usaha Jaboticaba untuk di analisa, apakah layak menjadi jenis usaha yang dapat dikembangkan.

Rumusan Masalah

Dalam rangka pengembangan budidaya Jaboticaba Cherry Brazil, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu, apakah penanaman Jaboticaba layak untuk dijadikan usaha agribisnis?

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, kiranya perlu dilakukan analisis usaha dan analisis kelayakan finansial serta mengkaji faktor-faktor yang menjadi kendala dan peluang dalam budidaya Jaboticaba tersebut dengan beberapa hal di bawah ini:

(16)

2. Bagaimana kelayakan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil ditinjau dari aspek finansial?

3. Bagaimana pengaruh dari perubahan harga-harga input maupun output terhadap budidaya Jaboticaba Cherry Brazil?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan penelitian ini, antara lain :

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya Jaboticaba Cherry Brazil pada aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha budidaya Jaboticaba Cherry Brazil pada aspek finansial.

3. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha budidaya Jaboticaba Cherry Brazil terhadap kemungkinan terjadinya perubahan harga input maupun output.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik dalam budidaya perkebunan Jaboticaba dalam mengembangkan budidaya buah Jaboticaba.

2. Sebagai informasi dan bahan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah yang terkait.

Ruang Lingkup Penelitian

Pembudidayaan Jaboticaba yang dijadikan objek penelitian adalah perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil, terletak di bawah lereng kaki gunung Tangkuban Perahu, Lembang, Jawa Barat. Lahan seluas 1,2 hektar yang dijadikan budidaya Jaboticaba merupakan salah satu perkebunan luas yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian analisis kelayakan usaha Jaboticaba. Adapun penelitian akan melihat usaha budidaya Jaboticaba dalam berbagai aspek, seperti; aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan serta aspek finansial.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Jaboticaba

Jaboticaba merupakan salah satu buah tropis yang dapat tumbuh di Indonesia dan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Jaboticaba memiliki nama latin Myrciaria spp. Buah jaboticaba dapat dimakan langsung dengan kualitas yang baik, memiliki cita rasa yang nikmat dan buahnya pun banyak mengandung air. Dalam bidang industri buah jaboticaba dapat pula dijadikan makanan berupa jeli dan minuman wine. Buah jaboticaba harus diproses atau dikonsumsi paling lama tidak lebih dari tiga hari dalam suhu kamar. (Bermejo dan León 1994).

Tanaman jaboticaba memiliki ketinggian pohon medium tidak melebihi 12m, pohon berbentuk seperti mahkota, tebal dan simetris. Tanaman jaboticaba memiliki satu atau lebih batang dan memiliki banyak cabang. Daun jaboticaba berbentuk bulat telur atau lanset, berkisar 5 x 2,5cm, halus dan mengkilap. Dan bila waktunya sudah berbuah, bunga-bunga tanaman jaboticaba akan tumbuh dari batang dan cabang utama. Bunga jaboticaba terdapat empat kelopak putih dan banyak benang sari berbentuk panjang. Buah jaboticaba berbentuk bulat, berdiameter 2-3cm. Dalam satu tandan jaboticaba terdapat sekitar 3 hingga tujuh buah berwarna merah dan hitam mengkilat. Jangka waktu antara setelah berbuah dan panen tidak melebihi waktu dua minggu (Bermejo dan León 1994).

Sistem Budidaya Jaboticaba

Jaboticaba banyak dikembangkan dan ditanam baik itu secara vegetatif (stek akar, layering dan cangkok) maupun melalui benih biji. Metode yang disukai para petani dalam penyebaran benih Jaboticaba adalah dari biji. Tanaman jaboticaba yang tumbuh berasal dari benih biji memiliki ketahanan yang cukup kuat terhadap kekeringan.

Biji Jaboticaba ditaburkan dan diberi jarak antar biji 10 cm di tempat pembenihan tanah subur dan 30 cm antara baris. Lalu dibiarkan selama satu tahun. Ketika tinggi poho telah mencapai tinggi 10 sampai 15 cm, tanaman dipindahkan ke pembibitan dengan metode rootball. Jarak antar tanaman spasi 1 m dengan 2 m antar baris, lalu dibiarkan kembali tiga sampai lima tahun. Ketika mereka mencapai tinggi 1,5 m barulah ditanam di lahan dengan rootball seluas 60 cm. Tanaman yang ditanam di beri jarak antar pohon 6 x 6 m atau 6 x 4 m. (Hernándo Bermejo dan León 1994).

(18)

Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan adalah berbagai penelitian yang berhubungan dengan analisis kelayakan usaha. Penelitian mengenai analisis kelayakan terutama kelayakan pada subsektor pertanian telah dilakukan oleh peniliti terdahulu namun dengan objek kajian atau komoditas yang berbeda. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh RR. Miranti Candraningtyas pada tahun 2013. Penelitian ini berjudul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Krisan Potong di Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur. Hasil dari penelitian ini antara lain: berdasarkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial usaha budidaya krisan potong pada skala usaha luasan 1000 m2, diperoleh nilai NPV 297.538.961,7, IRR diperoleh sebesar 271,65% dengan tingkat discount rate sebesar 11%, diperoleh nilai Net B/C sebesar 8,04, PBP diperoleh selama 1 tahun 10 bulan 14 hari. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan switching value. Variabel-variabel yang diubah dalam analisis tersebut yaitu: perubahan harga jual krisan potong dan perubahan harga bibit krisan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Setelah dilakukan analisis dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya krisan potong layak dilaksanakan.

Penelitian lainnya yang penulis jadikan rujukan adalah penelitian dilakukan oleh Triana Gita Dewi pada tahun 2010 yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ternak Kambing Perah (Kasus: Peternakan Prima Fit, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Hasil dari penelitian ini berdasarkan analisis aspek finansial dengan membandingkan dua kondisi yaitu kondisi usaha ternak tanpa pengembangan usaha atau tanpa penambahan populasi kambing perah laktasi 1 (skenario 1) dan kondisi usaha ternak dengan pengembangan usaha atau dengan penambahan populasi kambing perah laktasi 1 (skenario 2). Pada skenario 1 diperoleh nilai NPV Rp1.293.372.706,00 sedangkan pada skenario 2 diperoleh NPV sebesar Rp 2.636.267.980,00. IRR pada skenario 1 sebesar diperoleh sebesar 30% sedangkan IRR pada skenario 2 sebesar 55 persen dengan tingkat discount rate sebesar 6%. Net B/C pada skenario 1 sebesar 1,77 sedangkan pada skenario 2 sebesar 2,67. PBP dari usaha ini pada skenario 1 adalah selama tiga tahun, enam bulan, dan 24 hari sedangkan pada skenario 2 PBP diperoleh selama 2 tahun, 11 bulan, 16 hari . Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan switching value. Variabel-variabel yang diubah dalam analisis tersebut yaitu: perubahan harga susu dan perubahan harga ampas tempe. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan. Secara aspek non finansial, peternakan Prima Fit telah layak untuk dilaksanakan.

(19)

yang diubah dalam analisis sensitivitas yaitu : kenaikan tingkat inflasi per tahun, kenaikan biaya pakan per tahun, rata-rata produksi susu per ekor induk, harga jual susu per liter dan tingkat kenaikan gaji karyawan tiap tahun. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek dampak usaha dan analisis terhadap aspek finansial dapat disimpulkan bahwa gagasan pengembangan usaha layak untuk dilaksanakan. Pengembangan skala usaha dari 60 ekor menjadi 80 ekor induk laktasi membuat peternakan beroperasi secara lebih efisien dan mencapai skala ekonomi yang baik.

Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Tiara pada Tahun 2009. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Srikaya Organik pada Perusahaan Wahana Cory Kecamatan

Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat”. Penelitian tersebut bertujuan untuk

menganalisis kelayakan non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial ekonomi serta lingkungan), menganalisis kelayakan finansial, dan menganalisis tingkat kepekaan kondisi kelayakan pengusahaan buah srikaya organik di Wahana Cory terhadap perubahan jumlah produksi srikaya organik serta peningkatan biaya operasional. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan srikaya organik yang dijalankan oleh Wahana Cory layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dan penawaran yang masih terbatas serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha srikaya organik dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan srikaya organik menggunakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial, ekonomi serta lingkungan, pengusahaan srikaya organik dapat memberikan kontribusi kepada negara berupa pajak, mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar usaha.

Hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan payback period, pengusahaan srikaya organik oleh Wahana Cory layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari analisis finansial yang menunjukan bahwa NPV>0 yaitu sebesar Rp 1.034.057.46,24, Net B/C>1 yaitu sebesar 2,75 dan IRR sebesar 26,86 persen, dimana ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 9 persen. Serta Payback Period yang diperoleh dalam pengusahaan srikaya organik adalah 5 tahun 8 bulan. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan jumlah produksi pengusahaan srikaya organik adalah hal yang paling berpengaruh terhadap kelangsungan usaha dibandingkan dengan penurunan biaya operasional.

(20)
(21)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam menjalankan penelitian diperlukan teori-teori yang mendukung penelitian ini. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek kelayakan bisnis. Adapun aspek-aspek-aspek-aspek kelayakan bisnis yang dianalisis antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan serta aspek finansial.

Analisis Aspek Non Finansial

Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat empat aspek non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini.

1. Aspek Pasar

Pasar meliputi keseluruhan pembeli potensial yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dimana pembeli tersebut bersedia dan mampu membeli alat-alat pemuas melalui pertukaran. Dengan kata lain pasar merupakan kumpulan orang yang berpotensi untuk membeli suatu produk sehingga analisis aspek pasar sangat diperlukan karena diharapkan bisnis dapat berjalan dengan baik bila produk yang dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran. Dalam menganalisis diperlukan data mengenai permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan. (Sudiyono, 2002).

Dalam menganalisis aspek pasar perlu juga diketahui berbagai kebijakan pemasaran atau yang sering disebut sebagai bauran pemasaran. Menurut Umar (2005), bauran pemasaran terdiri dari (1) Produk (Product), dalam memasarkan produk, perusahaan sebaiknya menetapkan manfaat-manfaat yang diberikan oleh produk yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut, (2) Harga (Price), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli, (3) distribusi (Place), saluran distribusi adalah sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan produk tersedia bagi penggunaan atau konsumsi oleh konsumen. (4) Promosi (Promotion), promosi dilakukan untuk mengkomunikasikan produk kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya dibeli.

(22)

dari kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan pembelian, dan sikap. Setelah dilakukan segementasi perlu analisis untuk menentukan segmen pasar yang dicakup dan dapat dilayani. Tahap terakhir adalah penentuan posisi pada segmen terpilih yang akan ditempati. Pesaing juga akan menentukan keberlajutan sebuah bisnis sehingga perlu dilakukan analisis pesaing. Pesaing merupakan suatu perusahaan lain yang mempunyai salah satu atau lebih ciri-ciri : (1) perusahaan yang menawarkan produk dan harga yang sama di pasar, (2) perusahaan yang membuat produk atau kelas produk yang sama, (3) perusahaan yang membuat produk dan memasok yang sama, dan (4) perusahaan yang memperebutkan uang dari konsumen yang sama.

2. Aspek Teknis

Menurut Nurmalina et al. (2009) terdapat beberapa hal yang perlu dikaji dalam aspek teknis antara lain lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment.

1) Lokasi Bisnis

Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis ini terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama yang dimungkinkan untuk berubah. Variabel utama antara lain (1) ketersedian bahan baku, (2) letak pasar yang dituju, (3) Tenaga listrik dan air, (4) Supply tenaga kerja dan (5) Fasilitas transportasi. Sedangkan variabel bukan utama antara lain (1) hukum dan peraturan di Indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, (2) Sikap dari masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pada pendirian suatu bisnis dan (3) Rencana masa depan perusahaan dalan kaitannya dengan perluasan bisnis.

2) Luas Produksi

Beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaan proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. Pada produk baru, kapasitas produksi biasanya masih belum optimal, namun sebaiknya kapasitas produksi ini masih berada di tingkat titik impas.

3) Proses Produksi

Proses produksi terdiri atas 3 jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi.

4) Layout

(23)

5) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Pada dasarnya pemilihan teknologi ini berpatokan pada seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Saat ini digunakan pula teknologi tepat yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat.

3. Aspek Manajemen

Analisis manajerial diperlukan agar pelaksanaan bisnis dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Analisis aspek manajemen dibagi kedalam dua kelompok yaitu manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang perlu dipelajari meliputi pelaksana bisnis, jadwal penyelesaian bisnis tersebut, pelaku studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Sedangkan manajemen dalam operasi meliputi struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang diperlukan, dan menentukan anggota direksi dan tenaga inti.

4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Aspek sosial ekonomi yang dinilai antara lain penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis serta akan dinilai juga apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat. Aspek lingkungan akan dinilai antara lain apakah pembangunan suatu usaha memberikan dampak bagi lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Suatu bisnis tidak akan dapat bertahan jika tidak bersahabat dengan lingkungan sehingga sebelum membangun sebuah usaha diperlukan analisis lingkungan.

Analisis Usaha

Analisis yang dilakukan dalam pembudidayaan Jaboticaba Cherry Brazil dapat dijadikan indikator untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha budidaya Jaboticaba tersebut dijalankan. Analisis usaha ini dapat dijadikan acuan ataupun dasar bagi pengusaha dalam membuat perhitungan dan menentukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan. Adapun komponen-komponen yang digunakan dalam analisis usaha adalah penerimaan usaha, pengeluaraan usaha, dan pendapatan yang diperoleh dari usaha pembudidayaan Jaboticaba.

(24)

Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi, yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah output yang dihasilkan (Sugiarto et al, 2000).

Analisis R-C Ratio adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh setiap rupiah biaya yang digunakan dapat memberikan nilai penerimaan sebagai manfaat (Sugiarto et al, 2000). Analisis payback period digunakan untuk menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan dapat kembali. Dalam perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu.

Analisis Finansial Usaha

Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu usaha atau proyek dilaksanakan dengan baik dan berhasil (Husnan dan Muhammad, 2000). Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha antara lain : aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Sedangkan komponen penerimaaannya yaitu nilai penjualan hasil produksi.

Indikator yang biasa dipakai untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR).

Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih (Net Present Value). Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari nol yang artinya bisnis menguntungkan atau memberi manfaat. Net Benefit-Cost Ratio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan yang merupakan perbandingan atau rasio jumlah bersih sekarang yang negatif (Gray et all 1993). Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu. Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari tingkat diskontoIRR-nya. Tingkat diskonto merupakan tingkat bunga yang digunakan dalam proses untuk memperoleh nilai sekarang dari suatu nilai yang akan datang dinyatakan dalam bentuk persen.

Analisis Nilai Pengganti

(25)

mengukur “perubahan maximum” dari perubahan suatu komponen inflow seperti penurunan harga output, penurunan produksi atau perubahan komponen outflow seperti peningkatan harga input yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak dijalankan. Kriteria minimum kelayakan investasi tersebut adalah apabila nilai NPV sama dengan nol dan net B/C sama dengan satu.

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha budidaya jaboticaba yang dilakukan perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil merupakan respon dari adanya permintaan jaboticaba yang tinggi dengan potensi sumber daya alam yang mendukung baik dari segi bahan baku maupun keadaan geografis wilayah. Selain itu, jaboticaba merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu sebesar 100.000 rupiah per kilogram. Harga jaboticaba yang tinggi menjadikan insentif bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha. Adanya peluang bisnis tersebut, menyebabkan banyak orang yang tertarik berinvestasi langsung pada komoditi hortikultura ini, khususnya budidaya jaboticaba.

Perkebunan Jaboticaba merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang jaboticaba. Dalam kegiatan usahanya, perusahaan telah mengeluarkan biaya investasi yang tidak sedikit. Mengingat setiap usaha yang dilakukan memiliki resiko, karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan usaha pada saat merencanakan dan mengembangkan usaha tersebut.

(26)
[image:26.595.108.539.55.747.2]

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba Pada Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil.

Peluang Pasar

-peluang pasar kalangan keatas tinggi

-rasa buah enak, banyak diminati masyarakat

-banyak olahan makanan dapat berasal dari buah jaboticaba

Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil

Usaha Budidaya Jaboticaba

Aspek Non Finansial

 Aspek pasar  Aspek teknis  Aspek

manajemen  Aspek sosial

ekonomi dan lingkungan

Aspek Finansial

 Analisis NPV  Analisis IRR  Analisis Net

B/C Ratio  Analisis

Payback Periode

Layak

Analisis Nilai Pengganti

Tidak Layak

Evaluasi Keunggulan

-harga jual tinggi

-kuantitas panen per pohon tinggi

-tanaman musiman

Jaboticaba merupaka tanaman buah asal Brazil yang dapat tumbuh subur di Indonesia

Sistem Agribisnis Jaboticaba

Subsistem input Subsistem

(27)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian studi kelayakan bisnis akan dilakukan pada perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil di Lembang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa perkebunan lahan Jaboticaba Cherry Brazil sangat luas dan cukup untuk dijadikkan model percontohan dalam penelitian analisis kelayakan usaha Jaboticaba. Selain itu letak dan tempat perkebunan jaboticaba Cherry Brazil terletak dalam satu wilayah dengan penulis di Bandung, mempermudah penulis untuk memperoleh data lebih cepat dan mudah. Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan mulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada pemilik perkebunan Jaboticaba dan observasi lapang secara langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui berbagai literatur, jurnal, internet, dinas tanaman hortikultura dan aneka tanaman serta badan pusat statistika (BPS).

Metode Pengolahan Data

Data primer yang diperoleh lalu diolah untuk diperoleh hasil penelitian yang diinginkan. Pengolahan dan analisis data primer ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif mencakup gambaran mengenai aspek-aspek non finansial. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk memperoleh hasil analisis aspek finansial diolah dengan penggunaan program komputer Microsoft excel 2007. Hasil pengolahan data akan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah pemahaman.

Analisis Aspek Non Finansial

Aspek Pasar

Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan. Pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dikatakan layak bila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba ini, masih terbukanya peluang pemasaran produk-produk Jaboticaba sehingga seluruh hasil produksi yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar.

Aspek Teknis

(28)

pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi perkebunan mampu menunjang pengembangan usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout perkebunan sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi sudah tepat, kondisi tanaman, pemberian pupuk dan air, penanganan penyakit dan hama, teknik pembibitan, dan teknik pengolahan produk Jaboticaba pasca panen buah.

Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dapat dikatakan layak bila manajemen sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha perkebunan tersebut telah dikelola dengan baik, pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan.

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Pengembangan usaha kambing perah pada peternakan Prima Fit dikatakan layak pada aspek social ekonomi bila mampu meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, serta pendapatan asli daerah.

Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.

Analisis Usaha

Analisis Pendapatan Usaha

Analisis pendapatan usaha digunakan untuk mengetahui komponen-komponen output dan input yang terlibat dalam usaha dan besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Sugiarto et al 2000). Secara matematis analisis pendapatan usaha dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan : Keuntungan

TR : Penerimaan Total TC : Pengeluaran Total

Kriteria Usaha : TR>TC maka usaha menguntungkan TR<TC maka usaha rugi

TR=TC maka usaha dalam keadaan impas

Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R-C Ratio)

Analisis imbangan penerimaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan (Sugiarto et al 2000). Secara matematis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut:

(29)

Keterangan TR : Penerimaan Total TC : Biaya Total

Kriteria Usaha : R/C>1 maka usaha menguntungkan R/C<1 maka usaha rugi

R/C=1 maka usaha dalam keadaan impas

Analisis Waktu Pengembalian Modal (Payback Period)

Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Husnan dan Muhammad 2004). Secara matematis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut:

Payback Period =

x 1 Tahun

Analisis Finansial Usaha

Net Present Value (NPV)

NPV adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih nilai kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya (Kadariah, Karlina, dan Gray 1978). Secara matematis Net Present Value dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan Bt : Benefit kotor tahunan Ct : Biaya kotor tahunan i : Tingkat suku bunga

n : Umur ekonomis suatu usaha

: Discount Factor (df)

Kriteria kelayakan pada metode NPV adalah:

NPV > 0 maka layak diusahakan NPV < 0 maka tidak layak diusahakan

Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV dari total benefit bersih terhadap total biaya bersih (Gray et al 1993). Net B/C digunakan untuk ukuran tentang efisiensi dalam penggunaan modal. Secara matematis Net B/C dapat dirumuskan sebagai berikut:

(30)

Keterangan Bt : Benefit kotor tahunan Ct : Biaya kotor tahunan i : Tingkat suku bunga

n : Umur ekonomis suatu usaha

: Discount Factor (df)

Kriteria kelayakan pada metode Net B/C adalah

Net B/C > 1 maka usaha akan memperoleh keuntungan Net B/C < 1 maka lebih baik tidak diusahakan

Internal Rate of Return

IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukan jumlah sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos proyek atau NPV sama dengan nol (Bray et al 1993). Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan bunga yang berlaku menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :

[ ]

Keterangan : Tingkat bunga yang menghasilkan : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV’ : NPV pada tingkat suku bunga yang i’

NPV’’ : NPV pada tingkat suku bunga yang i’’

Kriteria kelayakan pada metode IRR adalah

IRR > i maka usaha layak dan dapat dilanjutkan IRR < i maka usaha tidak layak lebih baik jangan

melakukan usaha tersebut

Analisis Sensitivitas

(31)

Asumsi Dasar

Analisis kelayakan usaha Jaboticaba Cherry Brazil menggunakan asumsi dasar sebagai berikut:

1. Umur bisnis ditentukan selama 27 tahun berdasarkan umur ekonomis tanaman Jaboticaba.

2. Bibit yang digunakan dalam pengusahaan Jaaboticaba adalah bibit yang disemai sendiri sebanyak 1100 tanaman dan 500 tanaman diperoleh dengan cara membeli seharga Rp.25000 per tanaman.

3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber dari hasil wawancara dan survey lapang pada pemilik perkebunan, dan karyawan perkebunan.

3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini konstan hingga akhir umur usaha, yang berlaku pada bulan Oktober 2013.

4. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan, dan 365 hari. Sedangkan satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari.

5. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni: Penyusutan =

6. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008.

7. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito Bank Centra Asia (BCA) yakni pada bulan Oktober 2013 sebesar 6,0 persen per tahun. Pemilihan bunga deposito pada bank BCA karena pemilik memiliki tabungan di bank tersebut.

(32)

GAMBARAN UMUM PERKEBUNAN JABOTICABA

Lokasi Perkebunan

Perkebunan jaboticaba Cherry Brazil terletak di desa Cibogo, kecamatan Lembang, Bandung, Jawa Barat. Pemilik perkebunan memulai usahanya dengan membeli lahan tanah secara bertahap sampai seluas 1,2 ha. Harga tanah saat pemilik membeli pada tahun 1989 dan 2003 masih murah yaitu 25000 dan 100000 rupiah per meter. Hal tersebut melatar belakangi pendirian perkebunan jaboticaba di tempat tersebut, selain harga lahan yang masih murah, pemilik memilih mendirikan perkebunan nya di Lembang karena iklim yang cocok bagi jaboticaba untuk tumbuh dan berkembang yaitu berada di dataran tinggi.

Lalu lembang merupakan salah satu tempat favorit bagi para wisatawan untuk dikunjungi karena alam nya yang masih asri dan udara nya yang sejuk. Selain itu lembang memiliki berbagai objek wisata seperti tangkuban perahu, pabrik tahu susu, dan pemandian air panas ciater sehingga banyak wisatawan datang. Perkebunan jaboticaba menjadi salah satu agrowisata potensial yang bisa menarik para wisatawan yang berada ke lembang untuk datang.

Letak Geografis Desa Cibogo berada di wilayah utara Kabupaten Bandung Barat. Luas wilayah Desa Cibogo 195,143 Ha, berada pada ketinggian 1.200 M di atas permukaan laut dengan curah hujan 2.200 MM/ tahun dengan suhu rata-rata 19 s.d 22 oC. Dengan Jumlah penduduk Desa Cibogo tahun 2012 sudah mencapai + 10.349 jiwa. Masyarakat Desa Cibogo adalah bercocok tanam, bertani, buruh tani, peternak sapi perah dan buruh lainya. Jarak tempuh ke Ibukota Kecamatan sejauh 2 Km dengan lama tempuh 5 - 10 menit. Angkutan yang digunakan mudah didapat dengan Angkutan Umum. Desa Cibogo secara umum berada di Jalur Jalan Raya Provinsi. Pada batas desa, diketahui bahwa sebelah utara terdapat Desa Cikole, disebelah timur terdapat Desa Langensari, disebelah selatan terdapat Desa Kayu Ambon, dan disebelah barat terdapat Desa Jayagiri.

Sejarah dan Perkembangan Perkebunan

Pertama kali Bapak Teddy Wijaya, pemilik perkebunan jaboticaba Cherry Brazil mengetahui tanaman tersebut saat pertama kali melihat tanaman ini menjadi tanaman bonsai di tahun 1978. Pemilik mengamati pohon tersebut saat masih usia muda, batang pohonnya fleksibel dan mudah diatur. Tanaman tersebut cocok untuk menjadi tanaman bonsai. Dan setelah berbuah ternyata buah nya baik dan memiliki ciri khas.

Pemilik tertarik dan jatuh cinta akan tanaman tersebut, lalu mulai mengumpulkan dan mencari bibit-bibit tanaman jaboticaba untuk ditanam. Sebagian lagi pemilik menyemai nya sendiri mulai dari biji.

(33)

perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil terdapat dua buah saung dan satu toilet bagi para pengunjung yang datang, rumah bagi penjaga kebun atau karyawan dan lahan tanam jaboticaba seluas 1,1 ha. Tanaman jaboticaba sendiri ditanam dengan jarak antar tanaman 6x4 meter dan sekeliling setiap tanamannya dibuat lingkaran dengan menanami rumput kobe. Pemilik selain memproduksi buah jaboticaba juga mengolah buah jaboticaba menjadi selai dan pemilik juga mengusahakan bibit tanaman jaboticaba untuk dijual. Berawal dari hobi pemilik memelihara dan mencintai tanaman jaboticaba, sekarang telah menjadi lahan bisnis agrowisata yang memiliki prospek baik ke depan nya.

Visi dan Misi Perkebunan

(34)

ANALISIS ASPEK NON FINANSIAL

Aspek Pasar

Analisis terhadap aspek pasar pada perkebunan Jaboticaba dibutuhkan. Jaboticaba diharapkan menembus pasar international dan dapat diterima dengan baik oleh pasar tujuan. Analisis aspek pasar meliputi produk hasil perkebunan jaboticaba yakni buah segar jaboticaba, selai jaboticaba dan bibit tanaman jaboticaba.

Analisis Peluang Pasar

Jaboticaba bila dilihat dari harga jual buah segar yang tinggi sebesar seratus ribu rupiah per kilogram nya, menunjukkan indikasi bahwa buah ini banyak di cari orang dan jumlah permintaan nya banyak.

Lain halnya dengan animo masyarakat mengunjungi agrowisata sangat besar terutama seperti dikota-kota besar misal Bandung. Wisatawan yang datang dari jakarta dan kota lain sekitar bandung berbondong-bondong mencari wisata alam seperti wisata perkebunan. Hal tersebut merupakan prospek pasar yang baik bagi perkebunan buah jaboticaba Cherry Brazil.

Analisis Pesaing

Perkebunan jaboticaba Cherry Brazil merupakan perkebunan jaboticaba terbesar satu-satunya di Indonesia, adapun perkebunan lainnya hanya perkebunan rumahan dengan skala yang kecil. Bila ditinjau menurut persaingan produk hasil perkebunan jaboticaba, selai jaboticaba memiliki banyak pesaing produk makanan selai dengan bahan dasar buah yang berbeda-beda, seperti rasa strawberry, nanas, dan coklat. Pesaing produsen selai seperti mariza dan nutella.

Dan untuk produk bibit tanaman jaboticaba yang dijual mendapat persaingan dari para kolektor dan penjual tanaman pinggir jalan. Untuk produk buah segar jaboticaba perkebunan Cherry Brazil menghadapi pesaing dari perusahaan perkebunan luar negeri yang mengekspor buah jaboticaba untuk di jual di pasar Indonesia.

a. Produk (product)

Produk-produk yang dihasilkan perkebunan jaboticaba salah satunya adalah buah segar jaboticaba. Perkebunan Cherry Brazil menghasilkan rata-rata setiap kali panen sebanyak 4800kg buah jaboticaba dari 1600 pohon miliknya. Dari hasil tersebut pemilik menjual dalam bentuk buah segar dan sisanya dijadikan selai jaboticaba. Produksi selai bpk teddy sebanyak 600 botol selai per tahun, berat kemasan bersih 260gram/botol.

(35)

Gambar 2 Selai jaboticaba Gambar 3 Buah jaboticaba segar

Gambar 4 Bibit jaboticaba

b. Harga (price)

Harga jual buah segar jaboticaba dipatok tinggi yaitu 100000 rupiah per kg. Karena buah jaboticaba tergolong langka sehingga jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran membuat harga jual buah jaboticaba tinggi. Para konsumen tidak keberatan membeli dengan harga yang tinggi, menurut mereka buah tersebut langka dan unik rasanya. Selain buah jaboticaba segar pemilik menjual selai jaboticaba dan bibit tanaman jaboticaba umur 2 tahun masing-masing harga 30000 rupiah/botol dan 200000 rupiah/tanaman.

c. Distribusi (place)

Penjualan buah jaboticaba segar dijual langsung di tempat perkebunan. Para pengunjung yang datang ke perkebunan Cherry Brazil dapat memetik langsung buah dari pohonnya. Lalu ditimbang dan dibayar oleh konsumen. Belum ada mekanisme pendistribusian buah segar jaboticaba yang dilakukan perkebunan ke pasar atau supermarket. Sama halnya dengan bibit tanaman jaboticaba dijual secara langsung ditempat bagi para pengunjung yang berminat membeli.

Sedangkan selai jaboticaba Cherry Brazil sudah melalukan pendistribusian selai ke beberapa outlet makanan atau supermarket seperti, Total Fresh, Setiabudi Supermarket, dan Tahu Susu Lembang. Pemilik menitipkan selai hasil produk olahan nya ke tempat-tempat tersebut dan bagi hasil bagi pemilik tempat dari banyak selai yang terjual.

d. Promosi (promotion)

[image:35.595.105.501.74.583.2]
(36)

yang datang untuk menceritakan perihal perkebunan jaboticaba ke kerabat atau teman-temannya. Baru belakangan ini pemilik memasang pamflet untuk arah menuju lokasi perkebunan jaboticaba. Pamflet dipasang di beberapa jalan besar di Lembang.

Strategi pemasaran

Analisis strategi pemasaran dilakukan melalui pengkajian segmentasi pemasaran, target pemasaran, dan positioning produk.

a. Segmentasi Pemasaran

Segmentasi pemasaran dilakukan pemilik kebun jaboticaba melihat dari beberapa variabel yaitu vasriabel geografis, pasar dalam negeri dan pasar luar negeri , dan variabel demografis yang dilihat dari segi pendapatan yaitu masyarakat bawah, menengah, dan atas.

b. Target Pemasaran

Untuk target pemasaran buah jaboticaba memiliki target pasar pada variabel geografis adalah pasar dalam negeri, meskipun beberapa pembeli beberapa dari mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Dan pada variabel demografi pemilik menargetkan penjualan pada masyarakat kalangan atas sehingga faktor harga tinggi tidak mempengaruhi keputusan pembelian.

c. Posisi Produk

Karena masih tergolong baru dikembangkan di Indonesia, buah jaboticaba merupakan buah unik bagi masyarakat. Masyarakat berbondong-bondong ingin mencoba rasa dari buah unik tersebut. Penjual hanya perlu menjaga kestabilan jumlah panen dan kontinuitas panen buah selalu ada. Persaingan yang mungkin timbul dengan perkebunan buah lainnya yang mengguna konsep petik sendiri seperti, perkebunan strawberry.

Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dilaksanakan bila dilihat dari harga jual buah segar yang tinggi sebesar seratus ribu rupiah per kilogram. Pada Bauran Pemasaran pun tidak terdapat masalah yang dapat menjadi kendala. Namun sebaiknya petani memperluas kegiatan promosi dan memperbanyak jenis produk olahan serta kontinuitas adanya buah jaboticaba untuk meningkatkan jumlah penjualan.

Aspek Teknis

(37)

1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil di Kecamatan Lembang Jawa Barat. Di lokasi usaha ini terdapat agrowisata Jaboticaba dan perkebunan Jaboticaba. Hal ini dipilih agar pembeli yang membeli Jaboticaba ke perkebunan dapat memanen buah Jaboticaba sendiri dan menikmati wisata alam di perkebunan. Lokasi perkebunan ini dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu :

a. Ketersediaan lahan.

Lahan merupakan input yang penting dalam pendirian usaha perkebunan karena untuk mendirikan perkebunan Jaboticaba sekaligus agrowisata dibutuhkan lahan yang cukup luas. Kecamatan Lembang merupakan daerah yang banyak terdapat lahan pertanian dan juga lahan kosong masih tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Selain itu harga lahan yang rendah juga menjadi pertimbangan dari pemilik perkebunan sewaktu pemilik ingin membangun usahanya karena mampu mengurangi biaya investasi awal. Pemilihan lahan menurut pemilik berdasarkan tataletak yang sesuai dengan iklim tumbuh kembang nya tanaman jaboticaba dan jaboticaba membutuhkan lahan yang cukup luas.

b. Ketersediaan Sarana Produksi.

Rata-rata lahan di Kecematan Lembang merupakan lahan pertanian. Sehingga mempermudah bagi para petani dan perkebunan untuk mengakses sarana produksi, seperti pupuk, obat-obatan dan polybag dijual di toko pertanian yang banyak tersebar. Pemilik tidak perlu jauh-jauh membeli sarana produksi pertanian ke kota Bandung. Karena dekat tempat perkebunan telah tersedia dan dapat diakses.

c. Letak Pasar

Pasar merupakan proses transaksi antara permintaan dan penawaran. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pemilik disini menjual produk nya ditempat. Para pengunjung yang datang ke perkebunan Jaboticaba dapat membeli produk Jaboticaba seperti buah jaboticaba, selai dan bibit tanaman. Daerah Kecamatan Lembang merupakan tempat wisata bagi para pengunjung dari luar kota. Sehingga mempermudah pemilik untuk mempromosikan produknya.

d. Ketersediaan Air dan Listrik

Perkebunan Jaboticaba membutuhkan banyak air untuk berbagai keperluan sehingga perkebunan ini perlu mempertimbangkan ketersediaan air di lokasi. Air yang digunakan di perkebunan ini berasal dari sumber mata air yang dihisap langsung oleh pompa air dan ditampung dalam tangki. Perkebunan Jaboticaba merupakan jenis usaha yang tidak terlalu membutuhkan ketersediaan listrik secara kontinu. Karena dimalam hari tidak ada aktivitas di perkebunan. Meskipun demikian daerah ini tetap dialiri listrik yang cukup memadai.

e. Sarana dan Prasarana Transportasi

(38)

perkebunan, jalan tersebut merupakan jalan arteri menuju objek wisata Gunung Tangkuban Perahu

2. Luas Produksi

Luas produksi yang digunakan untuk perkebunan Jaboticaba adalah seluas 1,2 ha, dengan 1,1 ha ditanami tanaman jaboticaba sebanyak 1600 pohon. Sisa lahan digunakan sebagai akses jalan masuk, saung, rumah karyawan dan toilet. Tidak menutup kemungkinan kedepannya pemilik akan memperluas lahan produksi nya.

3. Proses Produksi

Proses produksi yang diterapkan di perkebunan ini merupakan proses produksi dilakukan secara terputus-putus. Artinya proses produksi berjalan saat musim panen karena pada perkebunan Jaboticaba output utama yaitu buah Jaboticaba melakukan pemanenan hanya setahun dua kali. Setelah dilakukan proses pemanenan barulah buah Jaboticaba yang ingin diproses dilakukan pengolahan produk menjadi selai.

a. Penyediaan proses produksi

 Bibit Jaboticaba

Bibit jaboticaba berumur 2-3 tahun barulah ditanam dilahan perkebunan, sebagian merupakan bibit yang dibeli, sebagian lagi pemilik melakukan penyemaian sendiri dari biji.

 Rumput

Pemilik menggunakan rumbut kobe yang ditanam sekitaran setiap tanaman jaboticaba dengan diameter satu meter, fungsinya untuk menandai daerah yang perlu digemburkan, dipupuk, dan disiangi.

 Pupuk

Pupuk yang digunakan pemilik adalah pupuk organik yang diracik sendiri di perkebunan jaboticaba. Pupuk dibuat dengan cara campuran kotoran kambing, M4, gula merah dan air. Tanaman jaboticaba diberi pupuk dua kali dalam setahun.

b. Proses budidaya

Pertama-tama pemilik mencari bibit jaboticaba sekitar umur 2-3 tahun, sebagian bibit pemilik dapat melalui penyemaian dari biji. Setelah bibit didapat barulah pemilik menanam bibit jaboticaba di lahan perkebunan. Setiap pohon diberi jarak tanam sekitar 2,5 meter.

Selama pertumbuhan pohon jaboticaba pemilik melakukan penyiraman dan pemupukan untuk air sendiri tanaman jaboticaba diberi secukupnya sedangkan untuk pupuk pemilik memberi pupuk dua kali dalam setahun, banyak nya tergantung besaran pohon. Pemilik juga melakukan perawatan secara berkala kepada semua tanamannya. Karyawan ditugasi untuk memangkas ranting-ranting yang tumbuh tidak baik dan menyiangi rumput-rumput liar yang tumbuh disekitar tanaman.

(39)

tanaman dapat mulai berbuah secara maksimal. Salah satu keunikan dari tanaman jaboticaba ini adalah tidak memerlukan pembasmi hama karena hama tanaman jaboticaba yaitu ulat sudah secara alami dimakan oleh predator yaitu burung-burung yang disekitar perkebunan.

c. Proses menghasilkan output dan proses pasca panen

Setelah jaboticaba berbuah banyak pemilik melakukan pemanenan diambil secara traditional dengan menggunakan tangan dipetik satu persatu untuk menjaga keutuhan buah. Buah jabotica yang telah dipanen sebagian dijual segar dan sebagian lainnya diolah oleh pemilik menjadi selai jaboticaba.

4. Layout

Layout pada sebuah usaha adalah proses penataan keseluruhan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan guna mencapai keseimbangan kegiatan operasi secara efisien. Gambar 5 memperlihatkan layout perkebunan Jaboticaba.

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa di lahan seluas 0,1 ha ini dibangun pula beberapa bangunan yang tidak difungsikan untuk kepentingan perkebunan Jaboticaba seperti akses jalan masuk, saung, rumah karyawan dan toilet sehingga luas lahan yang benar-benar digunakan untuk peternakan kambing perah seluas 1,1 ha.

Keterangan: Saung Toilet Tanaman Jaboticaba

[image:39.595.111.510.345.750.2]

Sumur Rumah Karyawan

Gambar 5 Layout Perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil

5. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan

(40)

 Bangunan dan rumah karyawan

Pemilik membangun dua saung yang digunakan untuk para pengunjung yang datang bisa bersantai disediakan juga kursi-kursi dan meja besar. Pemilik juga membangun kamar mandi untuk para pengunjung. Untuk para karyawan yang menjaga dan mengurus kebun pemilik membangun satu unit rumah untuk karyawan.

 Peralatan pertanian

Alat-alat pertanian yang digunakan pemilik adalah cangkul, arit, gunting besar, gergaji, sapu, tangga, pompa air, kran air, selang air, gayung dan ember.

 Peralatan tambahan

Peralatan tambahan seperti lampu penerangan, timbangan dan wadah tempat buah. peralatan dibutuhkan selama produksi berlangsung.

Hasil Analisis Aspek Teknis

Dari hasil analisis pada aspek teknis dapat dikatakan bahwa usaha ini layak dilaksanakan, karena tersedianya luas lahan yang cukup dan kondisi lahan yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman Jaboticaba, lokasi yang strategis, serta kemudahan akses input maupun pasar. Selain itu proses budidaya tidak diketemukan kendala.

Aspek Manajemen

Pemilik dalam mengelola perkebunan Jaboticaba menggunakan manajeman yang masih sederhana yaitu pemilik memberikan perintah dan deskripsi kepada karyawannya hal-hal apa saja yang harus dilakukannya, dan karyawan tersebut tinggal melaksanakannya. Karyawan digaji oleh pemilik sesuai dengan tingkat UMR daerah yaitu sebesar 1.500.000 rupiah per bulan. Pengelolaan keuangan perusahaan dipegang oleh pemilik sendiri.

Hasil Analisis Aspek Manajemen

Usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil ini memiliki struktur organisasi, pembagian pekerjaan, serta sistem penggajian yang jelas. Secara manajemen usaha ini layak untuk dijalankan.

Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

(41)

negara agraris. Dengan berkembang pesat nya daerah-daerah di indonesia, masyarakat banyak yang melupakan budaya menanam dan mencintai lingkungan.

Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan

(42)

ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Aspek finansial dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha yaitu perkebunan buah jaboticaba Cherry Brazil. Kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama periode usaha dan kriteria investasi sesuai perhitungan.

Proyeksi arus kas

Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow).

Arus masuk (inflow)

Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Inflow pada perkebunan buah jaboticaba Cherry Brazil terdiri dari hasil penjualan buah jaboticaba segar, selai jaboticaba, dan bibit tanaman jaboticaba.

Sumber pendapatan utama perkebunan adalah dari hasil penjualan buah jaboticaba segar. Jumlah produksi buah jaboticaba dan hasil penjualan dapat dilihat pada Lampiran 1. Buah jaboticaba segar dijual dengan harga yang tinggi yaitu 100.000 rupiah per kilogramnya dan bapak teddy menjual rata-rata buah jaboticaba nya 100 kilogram per minggu.

Selain itu pemilik perkebunan juga membuat usaha pembuatan selai. Kisaran harga selai 30.000 rupiah per botol kemasan 260 gram. Rata-rata penjualan 200 botol per tahunnya. Dan yang terkahir pemilik mendapat pemasukan lebih dari penjualan bibit jaboticaba yang dipatok dengan harga per pohonya 200.000 rupiah untuk umur pohon 1-2 tahun.

Arus keluar (outflow)

Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan saat usaha sedang dibangun atau saat usaha tersebut sedang berjalan. Outflow terdiri dari biaya investasi, dan biaya operasional. Biaya operasional termasuk biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya investasi

(43)

Jumlah tanaman jaboticaba yaitu sebanyak 1600 pohon, merupakan tanaman bibit yang diperoleh sebagian dengan cara disemai dan 500 bibit tanaman dibeli dengan harga 25.000 rupiah per pohon.

Selanjutnya untuk pemeliharaan tanaman jaboticaba, pemilik membuat sumur dan saluran air yang akan dialirkan ke setiap tanaman. Dan pemilik mempersiapkan alat-alat pertanian yang diperlukan seperti arit, gunting, cangkul dan lain sebagainya. Hal satu yang unik adalah pemilik menanam rumput kobe sekitar jari-jari satu meter di luar setiap tanaman untuk mempermudah bagi pekerja memberi pupuk kepada tanaman jaboticaba.

Terakhir pemilik mempersiapkan lahan dan tempat bagi para pengunjung yang datang untuk agrowisata buah jaboticaba. Pemilik membangun dua buah saung, satu toilet dan menata lahan perkebunan untuk jadi lebih nyaman.

Komponen investasi yang masih dapat digunakan pada akhir periode usaha atau umur teknisnya belum habis maka komponen tersebut masih memiliki nilai sisa. Nilai sisa juga terdapat komponen investasi yang telah direinvestasi namun masih memiliki umur teknis di akhir periode usaha. Nilai sisa akan dihitung sebagai inflow di akhir periode usaha. Nilai sisa yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar 1.159.604.286 rupiah.

Biaya operasional

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak ditentukan oleh banyaknya output. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya ditentukan oleh banyaknya output, semakin banyak output maka akan semakin banyak biaya yang dikeluarkan.

Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari biaya pembayaran listrik, upah karyawan, gaji tukang kebun, iuran RT/RW dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Adapun rincian biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3.

Biaya tetap perkebunan jaboticaba berdasarkan perhitungan diperoleh sebesar 27.060.000 rupiah per tahunnya.

Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proposional dengan aktivitas bisnis. Biaya variabel adalah jumlah biaya marjinal terhadap semua unit yang diproduksi. Adapun biaya variabel pada perkebunan jaboticaba adalah pemupukan, polybag untuk bibit jaboticaba yang dijual, isi media tanam, keranjang buah segar, botol selai, dan bahan pembuatan selai.

(44)

Pembuatan selai bahan-bahan yang diperlukan memakan biaya sebesar 22.940 rupiah per botol.

Analisis laba rugi

Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan profitabilitas usaha perkebunan jaboticaba. Total akumulasi pajak selama 27 tahun yakni sebesar 324.679.797 rupiah. Sedangkan total akumulasi laba bersih setelah pajak yang diperoleh sebesar 5.494.373.101 rupiah atau 67,069 persen dari total akumulasi penerimaan selama umur usaha.

Analisis kelayakan investasi

Dalam menganalisis kalayakan investasi perkebunan jaboticaba Cherry Brazil, digunakan kriteria investasi seperti NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis kelayakan investasi dapat dilihat melalui cashflow pada Lampiran 6.

Net Present Value (NPV)

Perhitungan NPV dilakukan untuk mengetahui niali kini manfaat bersih yang diperoleh selama periode usaha. NPV diperoleh sebesar 707.811.823 rupiah artinya usaha perkebunan jaboticaba menghasilkan manfaat bersih tambahan sebesar 707.811.823 rupiah atau 7,569 persen dari akumulasi nilai kini inflow yang diperoleh selama umur usaha. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa usaha perkebunan Jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dilaksanakan karena NPV lebih besar dari nol.

Internal Rate of Return (IRR)

Untuk mengetahui kelayakan suatu usaha melalui nilai IRR, maka IRR harus dibandingkan dengan cost of capital. Nilai cost of capital yang digunakan sebesar 6,0 persen. Dari hasil perhitungan, perkebunan jaboticaba Cherry Brazil memiliki niali IRR sebesar 8,998 persen. Nilai IRR yang diperoleh memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai cost of capital yang telah ditentukan sebelumnya sehingga usaha perkebunan jaboticaba Cherry Brazil layak untuk dil

Gambar

Tabel 2 Informasi kandungan gizi buah jaboticaba
Tabel  3 Data kunjungan wisatawan yang datang ke kota Bandung tahun
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Jaboticaba Pada
Gambar 3  Buah jaboticaba segar
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi yang telah disebutkan di atas mengasosiasikan suatu perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan (financial distress) yang pada akhirnya apabila

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara keseluruhan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran penemuan terbimbing berbasis LKS lebih tinggi

Pada kelompok 2 yang diberi pemanis buatan dosis 5 mg/ K gBB/ hari mulai terjadi perubahan sel hepar.. Sel hepar mengalami degenerasi dan nekrosis dengan rata-rata sebesar 0,52%

Persada Indah Elektrindo menjadi lebih tersisih, disebabkan industri besar (dari luar negeri) yang memiliki banyak modal akan lebih sulit disaingi baik dari segi sumber

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk

dengan DENV-1 pada multiplisitas infeksi = 1 dan dilakukan perlakuan dengan dosis multi-subtoksik dari [6]-gingerol selama masa inkubasi penuh (full time) dan

Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas (Hilgar&amp;Slameto ; 1988

Salah satu sumbangan yang unik dari terapi tingkah laku adalah suatu sistem prosedur yang ditentukan dengan baik yang digunakan oleh terapis dalam hubungan dengan peran