• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FINANSIAL PELAKU USAHA PERIKANAN DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Atribut keuntungan merupakan atribut yang sangat penting dalam dimensi ekonomi dan analisis ini, sesuai dengan analisis bioekonomi, alat tangkap yang digunakan telah distandarisasikan ke alat tangkap huhate (pole and line). Selain perhitungan analisis finansial pada alat tangkap huhate, peneliti juga menganalisis finansial pada pancing tonda (trolling) serta analisis rasio keuangan pada LKM.

Analisis Finansial Kapal Ikan/Huhate

Investasi pada kapal ikan yang menggunakan alat tangkap huhate lebih banyak digunakan untuk membiayai kapal, mesin dan alat tangkap umpan. Adapun nilai investasi armada tangkap huhate dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Jenis, nilai dan umur ekonomi investasi usaha perikanan tangkap pelagis besar dengan menggunakan huhate di Pesisir Kota Ambon

No Jenis Investasi Jumlah Unit Satuan Harga per Unit (Rp) Nilai Investasi (Rp) Umur Ekonomi (thn) Depresiasi (Rp/thn)

1 Kapal ikan 1 Buah 400.000.000 400.000.000 5 80.000.000 2 Jaring umpan 2 Buah 55.000.000 110.000.000 5 22.000.000 3 Mesin genset 1 Buah 20.000.000 20.000.000 5 4.000.000 4 Mesin kapal 1 Buah 200.000.000 200.000.000 2 100.000.000 5 Lampu air 2 Buah 3.500.000 7.000.000 2 3.500.000 Sub Total 737.000.000 206.000.000 Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan investasi terhadap usaha perikanan tangkap dengan menggunakan huhate, diperoleh investasi sebesar Rp.737.000.000, terdiri atas investasi kapal, jaring umpan, mesin kapal, dan mesin genset. Biaya berdepresiasi muncul dari investasi ini setiap tahunnya mencapai Rp.206.000.000.

Biaya variabel terdiri atas BBM, es balok, umpan, perbekalan, perawatan dan bagi hasil untuk ABK, alat huhate dan mata pancing yang dihitung berdasarkan musim barat dan musim timur (Tabel 31). Rata-rata biaya variabel untuk per trip adalah Rp.17.159.000 belum termasuk biaya tenaga kerja (sistem

bagi hasil) yang terdiri dari musim timur Rp.15.850.000 dan musim barat Rp.17.720.000. Jumlah trip selama setahun rata-rata mencapai 93 trip yang terdiri dari 28 trip musim timur dan 65 trip musim barat. Adapun biaya untuk musim timur Rp.443.166.000 dan musim barat Rp.1.156.052.800.

Biaya variabel pada usaha perikanan tangkap dengan menggunakan huhate per trip penangkapan dapat dilihat pada Tabel 31 sebagai berikut.

Tabel 31 Perhitungan biaya variabel pada usaha perikanan tangkap dengan menggunakan huhate per trip penangkapan

Musim Timur

No. Jenis Biaya

Operasional Kebutuhan Satuan

Harga/satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Umpan 45 Ember 55.000 2.475.000 2 Solar 5 Drum 1.100.000 5.500.000 3 Oli 10 Liter 35.000 350.000 4 Es 180 Balok 35.000 6.300.000 5 Beras 50 kg 1 Karung 500.000 500.000 6 Mi instan 5 Karton 45.000 225.000

7 Rokok dan lainnya 1 Paket 500.000 500.000

Total 15.850.000 Musim Barat 1 Umpan 45 Ember 55.000 2.475.000 2 Solar 6 Drum 1.100.000 6.600.000 3 Oli 12 Liter 35.000 420.000 4 Es 200 Balok 35.000 7.000.000 5 Beras 50 kg 1 Karung 500.000 500.000 6 Mi instan 5 Karton 45.000 225.000

7 Rokok dan lainnya 1 Paket 500.000 500.000

Total 17.720.000

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Aturan yang berlaku pada bagi hasil adalah 60% dari keuntungan menjadi bagian pemilik kapal dan 40% untuk ABK. Sistem bagi hasil usaha untuk ABK terdiri atas seorang fishing master dan KKM memperoleh masing-masing 2 bagian, dua orang boyi-boyi yang menebar umpan mendapatan 1,5 bagian per orang, dua orang keker pemegang teleskop untuk melihat ruaya ikan memperoleh 1 bagian per orang dan 12 orang ABK yang memegang huhate masing masing memperoleh 1 bagian. Setiap ABK rata-rata mendapat Rp.382.000 per 1 bagian. Data sistem bagi hasil disajikan pada Tabel 32.

Tabel 32 Sistem bagi hasil huhate di Pesisir Kota Ambon

No Jabatan Jumlah (Orang) Bagi Hasil/ (Orang) Total (Bagian)

1 Tanase (Fishing master) 1 2 2

2 KKM 1 2 2

3 Boyi-boyi (Penebar umpan) 1 1,5 3

4 Keker 2 1,5 3

5 ABK (Pemancing) 12 1 12

Total 16 24

Kinerja usaha perikanan tangkap pelagis besar di Pesisir Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 33 sebagai berikut.

Tabel 33 Kinerja usaha perikanan tangkap huhatedi Pesisir Kota Ambon

No Keterangan Nilai (Rp)

1 Laba rata-rata pemilik per bulan 35.927.767 2 Laba rata-rata pemilik per tahun 431.133.200

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Dari uraian Tabel 31, 32 dan 33 diperoleh total penerimaan rata-rata setiap bulannya sebesar Rp.35.927.767 dan setahun mencapai Rp.431.133.200. Total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun adalah sebesar Rp.2.952.866.800. Total penjualan selama setahun Rp.3.384.000.000. Total penerimaan usaha perikanan tangkap dengan menggunakan huhate selama satu tahun sebesar Rp.215.833.200. Laba bersih selama setahun mencapai Rp.186.149.880.

Hasil perhitungan NPV, B/C dan IRR usaha penangkapan ikan menggunakan huhate pada Tabel 30 menunjukkan usaha penangkapan huhate menguntungkan dan layak dikembangkan (Lampiran 14).

Tabel 34 Nilai NPV, B/C dan IRR investasi armada huhate

Uraian Nilai

Net Present Value (NPV) (Rp) 752.476.347,00

Benefit Cost Ratio (B/C) 2,02

Internal Rate of Return (IRR) (%) 44,16

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Hasil analisis pada Tabel 34 menunjukkan nilai NPV Rp.752.476.347, artinya nilai saat ini dari keseluruhan penerimaan yang akan diperoleh selama umur usaha 5 tahun dimasa yang akan datang adalah Rp.752.476.347. Nilai ratio net B/C 2,02 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan/manfaat sebesar 2,02 kali dari biaya yang dikeluarkan selama umur usaha 5 tahun dengan suku bunga 18%. IRR 44,16%, artinya usaha tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan sebesar 44,16% per tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan selama umur usaha 5 tahun. Analisis pada tahap ini menyimpulkan bahwa pengembangan usaha perikanan tangkap ikan pelagis besar menggunakan huhatedi Kota Ambon memberikan keuntungan yang layak untuk dikembangkan.

Analisis Finansial Kapal Tonda/Pancing Tonda (Trolling)

Investasi pada kapal ikan yang menggunakan alat tangkap pancing tonda lebih banyak digunakan untuk membiayai kapal, mesin dan alat tangkap.

Tabel 35 Jenis, nilai dan umur ekonomi investasi usaha pancing tonda di Pesisir Kota Ambon

No Jenis Investasi Jumlah

Unit Satuan Harga per Unit (Rp) Nilai Investasi (Rp) Umur Ekonomi (thn) Depresiasi (Rp/thn) 1 Kapal 1 Buah 15.000.000 15.000.000 10 1.500.000 2 Papan 1 Buah 135.000 135,000 3 45.000

3 Mesin kapal (15 pk) 1 Buah 20.000.000 20.000.000 10 2.000.000

4 Tali pancing 1 Buah 100.000 100.000 3 33.333

Total 35.135.000 3.578.333

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan investasi usaha perikanan tangkap ikan pelagis besar dengan menggunakan pancing tonda, diperoleh investasi usaha sebesar Rp.35.135.000 terdiri atas investasi kapal, mesin kapal, dan papan dan alat tangkap. Biaya berdepresiasi muncul dari investasi ini setiap tahunnya adalah Rp.3.578.333.

Biaya variabel terdiri atas BBM, es balok, perbekalan, perawatan dan bagi hasil untuk ABK dan mata pancing yang dihitung berdasarkan musim barat dan musim timur (Tabel 36). Rata-rata biaya variabel setiap trip adalah Rp.431.750 tidak termasuk biaya tenaga kerja (sistem bagi hasil) yang terdiri dari musim timur Rp.503.000 dan musim barat Rp.360.500. Jumlah trip untuk masing-masing musim, yaitu 35 kali untuk musim timur dan 75 kali untuk musim barat dengan biaya untuk setiap musim yakni untuk musim timur Rp.16.191.570 dan musim barat Rp.27.077.155.

Biaya variabel pada usaha perikanan tangkap dengan menggunakan pancing tondaper trip penangkapan dapat dilihat pada Tabel 36 sebagai berikut.

Tabel 36 Perhitungan biaya variabel pada usaha perikanan tangkap dengan menggunakan pancing tonda per trip penangkapan

Musim Timur

No. Jenis Biaya

Operasional Kebutuhan Satuan

Harga / satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Minyak 49 Liter 7.500 367.500 2 Oli 1 Liter 45.000 45.000 3 Es 1 Balok 20.000 20.000

4 Mata Pancing 1 Paket 22.500 22.500

5 Rokok dan lainnya 1 Paket 48.000 48.000

Total 503.000

Musim Barat

No. Jenis Biaya

Operasional Kebutuhan Satuan

Harga / satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 1 Minyak 30 Liter 7.500 225.000 2 Oli 1 Liter 45.000 45.000 3 Es 1 Balok 20.000 20.000

4 Mata Pancing 1 Paket 22.500 22.500

5 Rokok dan lainnya 1 Paket 48.000 48.000

Total 360.500

Berbeda penangkapan dengan huhate, kapal pancing tonda umumnya dioperasikan oleh pemilik kapal sehingga hasil penjualan hasil tangkapan menjadi pendapatan pemilik kapal. Kapal pancing tonda dioperasikan oleh 1-2 orang yang umumnnya satu keluarga (ayah dan anak).

Kinerja usaha perikanan tangkap pelagis besar dengan pancing tonda di Pesisir Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 37 sebagai berikut.

Tabel 37 Kinerja usaha perikanan tangkap pancing tondadi Pesisir Kota Ambon

No Keterangan Nilai (Rp)

1 Laba rata-rata pemilik per bulan 3.435.835

2 Laba rata-rata pemilik per tahun 41.230.025

Sumber: Hasil Analisis Data (2014)

Dari uraian Tabel 31, 32 dan 33 diperoleh total penerimaan kotor rata-rata setiap bulannya adalah Rp.3.435.835 dan setahun Rp.41.230.025. Total biaya yang dikeluarkan selama satu tahun adalah sebesar Rp.43.268.725. Total penjualan selama setahun Rp.84.498.750. Total penerimaan usaha perikanan tangkap dengan menggunakan pancing tonda selama satu tahun adalah Rp.26.921.692. Laba bersih selama setahun mencapai Rp.23.419.523.

Hasil perhitungan NPV, B/C dan IRR usaha penangkapan ikan menggunakan pancing tonda pada Tabel 38 menunjukkan penangkapan ikan pelagis besar menguntungkan dan layak dikembangkan (Lampiran 15).

Tabel 38. Nilai NPV, B/C dan IRR invetasi armada pancing tonda

Uraian Nilai

Net Present Value (NPV) (Rp) 96.671.510,00

Benefit Cost Ratio (B/C) 3,75

Internal Rate of Return (IRR) (%) 85,76

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Hasil analisis pada Tabel 38 menunjukkan nilai NPV Rp.96.671.510, artinya nilai saat ini dari keseluruhan penerimaan yang akan diperoleh selama umur usaha 5 tahun dimasa yang akan datang adalah Rp.96.671.510. Nilai ratio net B/C 3,75 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan/manfaat sebesar 3,75 kali dari biaya yang dikeluarkan selama umur usaha 5 tahun dengan suku bunga 15%. IRR 85,76%, artinya usaha tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian atau keuntungan sebesar 85,76% per tahun dari seluruh investasi yang ditanamkan selama umur usaha 5 tahun. Analisis pada tahap ini menyimpulkan bahwa pengembangan usaha perikanan tangkap ikan pelagis besar menggunakan pancing tonda di Kota Ambon memberikan keuntungan yang layak untuk dikembangkan.

Analisis Rasio Keuangan Lembaga Keuangan Mikro

Lembaga keuangan mikro yang ada di lokasi penelitian berbadan hukum koperasi yang berhubungan dengan masyarakat pesisir. Di Latuhalat terdapat Koperasi Mercisuar, di Negeri Laha terdapat Koperasi Ale Teua, dan di Hutumuri terdapat Koperasi LEPP-M3 Basudara. Dari ketiga koperasi tersebut, hanya

Koperasi LEPP-M3 Basudara yang masih aktif melakukan fungsi organisasi dan kegiatan usaha. Dibuktikan dengan pencatatan, laporan tahunan dan kegiatan usaha masih berjalan.

Koperasi LEPP-M3 Basudara memiliki satu jenis usaha yakni simpan pinjam. Jumlah aset yang dimiliki hingga tahun 2013 Rp.131.977.500. Modal usaha bersumber dari bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon. Sedangkan sumber dana pihak ketiga (simpanan masyarakat) tidak optimal dikelolah oleh Koperasi LEPP-M3 Basudara. Outstanding pinjaman pada akhir tahun tercatat Rp.111.581.000. Sistem pinjaman yang dikelola berupa pinjaman dengan jangka waktu harian dan bulanan. Outstanding pinjaman harian Rp.23.488.500 dan pinjaman bulanan Rp.88.092.500. Nasabah pinjaman harian berjumlah 23 orang umumnya adalah pedagang pasar dan warung klontong sedangkan nasabah pinjaman bulanan berjumlah 43 orang adalah nelayan, pedagang, pegawai dan lain-lain.

Meskipun Koperasi LEPP-M3 Basudara masih aktif sejak tahun 2005, namun kurang berkembang. Beberapa fungsi organisasi tidak jalan. Simpanan masyarakat dan anggota koperasi tidak optimal, minimnya rapat-rapat dan koordinasi antar pengurus. Hasil kegiatan usaha tercatat masih rugi (- Rp.6.422.400).

Penilaian tingkat kesehatan Koperasi LEPP M3 Basudara Kota Ambon dengan menghitung rasio keuangan yang terdiri dari struktur keuangan, aktiva produktif, likuiditas (LDR), BOPO, rentablitas investasi (ROA) dan rentabilitas modal (ROE). Adapun hasil perhitungan ratio keuangan Koperasi LEPP M3 Basudara Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39 Rasio keuangan Koperasi LEPP M3 Basudara Kota Ambon

Jenis Rasio Keuangan Rasio (%) Nilai Kategori

Struktur Keuangan 143 4 Baik

Aktiva Produktif 39 1 Buruk

Likuiditas (LDR) 81 4 Baik

BOPO 105 1 Buruk

Rentablitas Investasi (ROA) -5 1 Buruk

Rentabilitas Modal (ROE) -8 1 Buruk

Rerata 2 Cukup Buruk

Sumber : Hasil Analisis Data (2014)

Hasil analisis rasio keuangan menunjukkan perkembangan Koperasi LEPP M3 Basudara cukup buruk. Pada Tabel 39 menunjukan struktur keuangan koperasi mencapai 143% termasuk kategori baik (>25%). Modal koperasi dari sumber lainnya selain simpanan pihak ketiga cukup besar. Koperasi terhindar dari kewajiban sebagian besar dari simpanan pihak ketiga yang setiap saat dapat ditarik. Kondisi keuangan LKM Koperasi LEPP M3 Basudara baik dengan persentase modal sendiri dibandingkan dengan simpanan pihak ketiga semakin besar.

Aktiva produktif yang dimiliki LKM Koperasi LEPP M3 Basudara kategori buruk dengan rasio 39% (>10%). Rasio ini mengindikasikan pihak pengelola belum optimal mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan

pendapatan. LKM Koperasi LEPP M3 Basudara memiliki pembiayaan bermasalah mencapai 39%.

Likuiditas (LDR) LKM Koperasi LEPP M3 Basudara tergolong baik. Likuiditas LKM ini mencapai 81% (81-85%) menunjukkan kemampuan LKM untuk memenuhi semua kewajibannya yang jatuh tempo. LKM mampu menyediakan dana lancar setiap saat diperlukan untuk mengantisipasi penarikan pihak ketiga.

Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) LKM Koperasi LEPP M3 Basudara tergolong kategori buruk. Rasio BOPO mencapai 105% (>90%) menunjukkan LKM ini tidak efisien dan efektif penggunaan dananya didalam menghasilkan pendapatan. Hal ini juga dapat dilihat dari sisa hasil usaha tahun berjalan dalam neraca mengalami kerugian.

Rentabilitas yang dilihat dari rasio Return on Asset (ROA) dan rasio Return on Equity (ROE) tergolong buruk. Rasio ROA mencapai -5% (<5%) menunjukkan lemhanya tingkat kemampuan pengelola LKM dalam pengembalian seluruh investasi. Sedangkan nilai rasio ROE -8% menunjukkan pengelola LKM tidak keberhasilan meningkatkan kekayaan pemberi modal.