• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FISKAL REGIONAL

Dalam dokumen NOTA DINAS NOMOR ND-1237/WPB.22/2021 (Halaman 24-35)

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

6

APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.

APBN dilaksanakan secara terbuka untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.

Postur APBN Tahun 2021 di wilayah Bali memiliki target pendapatan sebesar Rp11,93 triliun sedangkan alokasi belanja sebesar Rp 23,31 triliun terdiri dari alokasi belanja untuk kementerian lembaga sebesar Rp11,71 triliun dan alokasi TKDD sebesar Rp.11,60 triliun. Keadaan ini menyebabkan defisit anggaran sebesar Rp.11,38 triliun (adanya PMK 18/KM.7/2021 tanggal 6 September 2021 mengalokasikan Cadangan DAK Fisik untuk percepatan penanganan persampahan sebesar Rp 83,24 miliar sehingga alokasi belanja yang semula Rp 23,23 triliun menjadi Rp23,31 triliun).

Tabel 2.1

I Account APBN Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III (miliar Rupiah)

PAGU REALISASI % REALISASI PAGU REALISASI % REALISASI

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 16.599,71 7.417,20 44,68% 11.924,63 6.659,22 55,84% -10,22%

7

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2021 adalah Rp 6,66 triliun rupiah atau terealisasi sebesar 55,84% dari target. Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu sebesar Rp.7,42 triliun atau sebesar 44,68% dari target. Kinerja pendapatan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya disebabkan adanya penurunan target pendapatan. Sedangkan belanja negara terealisasi sebesar Rp.16,42, triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja tahun 2020 sebesar Rp.16,06 triliun. Persentase realisasi belanja pada triwulan III tahun 2021adalah sebesar 70,44%, lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu 76,32%.

2.1. Pelaksanaan APBN 2.1.1. Pendapatan Negara

Pendapatan negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan; Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Pendapatan Hibah. Penerimaan Perpajakan merupakan penerimaan negara yang utama dalam struktur APBN. Target penerimaan dalam negeri pada tahun 2021 lebih rendah daripada target pendapatan tahun 2020. Pada tahun 2021, target pendapatan negara ditetapkan sebesar Rp11,92 triliun menurun perpajakan tahun 2020. Pada tahun 2021 target penerimaan perpajakan yaitu sebesar Rp10,14 triliun, sedangkan penerimaan perpajakan tahun 2020 sebesar Rp.14,82 triliun. Target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2021 ditetapkan sebesar Rp.1,78 triliun lebih besar daripada target tahun 2020 sebesar Rp.1,71 triliun.

Penerimaan Perpajakan terdiri dari Penerimaan Pajak Dalam Negeri dan Penerimaan Pajak dalam rangka aktifitas perdagangan internasional. Realisasi Penerimaan Perpajakan sampai dengan Triwulan III 2021 mencapai Rp.5,129 triliun atau 50,57% dari target. Penerimaan pajak dalam negeri didominasi pajak penghasilan dengan penerimaan sebesar Rp3,588 triliun atau 69,95% total penerimaan pajak sampai dengan triwulan III 2021 diikuti penerimaan dari PPN 28,14%. Pajak Lainnya menunjukkan kinerja yang baik dengan penerimaan sebesar Rp96,84 miliar, meningkat 46,29% dari periode yang sama tahun 2020.

Tabel 2.2

Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2020, dan 2021 s.d. Triwulan III

Sumber: Kanwil DJP Provinsi Bali, diolah

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

8

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu sumber pendapatan negara, di luar penerimaan perpajakan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sejak tahun 2007, terdapat pos baru dalam PNBP yaitu pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), dimana BLU merupakan satuan kerja (satker) dibawah kementerian/lembaga yang status pengelolaan keuangannya berubah menjadi BLU.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terdiri dari Pendapatan Badan Layanan Umum dan PNBP lainnya. Realisasi PNBP pada Triwulan III 2021 yaitu

Hibah adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah barang atau jasa dan seluruh surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sampai dengan Triwulan III 2021 realisasi pendapatan negara dari hibah sebesar Rp2,01 miliar.

2.1.2. Belanja Negara

Kinerja Belanja Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lembaga sampai dengan Triwulan III 2021 berjalan cukup baik (on track) dengan capaian 65,51% atau melebihi target pada Triwulan III 2021 yaitu sebesar 60,00%.

Pagu Belanja Pemerintah Pusat pada TA 2021 yaitu sebesar Rp.11,62 triliun Sedangkan realisasi belanjannya yaitu sebesar Rp7,61 triliun. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa penyerapan pada Belanja Modal masih relatif rendah, masih sebesar Rp 1,78 triliun atau sebesar 65,72% dari pagu yang disediakan sebesar Rp 2,71 triliun.

Tabel 2.3

Realisasi Penerimaan Bea Cukai Tahun 2020, dan 2021 s.d. Triwulan III

Sumber: Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT, diolah

Grafik 2.2

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tw III 2021

Sumber: Om Span, diolah

9

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

Dilihat dari persebaran alokasi APBN menurut lokasi satker per pemda di provinsi Bali, Kota Denpasar mendapatkan porsi belanja pegawai 77,35%, belanja barang 89,50%, belanja modal

81,76% dan belanja sosial 64,92%. Hal ini disebabkan satuan kerja vertikal kementerian/lembaga sebagian besar berada di Kota Denpasar.

Di triwulan III 2021, realisasi belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal relatif stabil di 6.26% s.d. 8,14% kecuali belanja sosial untuk bulan September 2021 mencapai 16,28%.

Tabel 2.4

Pagu dan Realisasi APBN per Pemda Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III (miliar Rupiah)

Sumber: Om Span, diolah

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb

er

Belanja Pegawai 5,30% 12,39% 20,18% 28,69% 39,30% 50,82% 58,52% 66,07% 73,69%

Belanja Barang 0,95% 5,59% 13,60% 21,84% 29,02% 37,08% 43,82% 51,69% 59,13%

Belanja Modal 8,43% 12,52% 17,69% 20,92% 27,40% 36,51% 42,77% 49,78% 57,92%

Belanja Bansos 0,00% 6,73% 14,93% 38,65% 38,94% 38,94% 39,63% 41,34% 57,62%

0%

20%

40%

60%

80%

Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021 (%)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb er Belanja Pegawai 5,30% 7,09% 7,79% 8,50% 10,61% 11,52% 7,70% 7,55% 7,62%

Belanja Barang 0,95% 4,64% 8,00% 8,25% 7,18% 8,07% 6,74% 7,87% 7,44%

Belanja Modal 8,43% 4,09% 5,17% 3,23% 6,47% 9,11% 6,26% 7,01% 8,14%

Belanja Bansos 0,00% 6,73% 8,20% 23,72% 0,29% 0,00% 0,69% 1,71% 16,28%

10%0%

20%30%

Grafik 2.3 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Bulanan Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021 (%)

Sumber: Om Span, diolah

Sumber: Om Span, diolah

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

10

Sedangkan untuk tren penyerapan APBN untuk belanja barang, belanja modal dan belanja sosial di 57,62% s.d. 59,13%, tetapi untuk belanja pegawai sudah mencapai 73,69%.

Belanja Transfer Ke Daerah (TKDD) adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiscal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. Tujuan dari alokasi Transfer ke Daerah adalah untuk: (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah; (2) meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan ketepatan waktu pengalokasian dan penyaluran anggaran Transfer ke Daerah; (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) mendukung kesinambungan fiskal nasional; (5) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah; (6) meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan; dan (7) meningkatkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap jenis dana transfer tertentu guna meningkatkan kualitas belanja daerah.

Kinerja Belanja Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 tercatat terealisasi sebesar Rp 8,80 triliun atau 75,88% dari pagu. Capaian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 9,72 triliun atau 88,54%.

2.1.3. Surplus/Defisit

Sampai dengan triwulan III tahun 2020 defisit APBN mencapai Rp 8.641,71 miliar dari pagu Rp 4.442,48 miliar atau 194,52% dan sampai dengan triwulan yang sama pada tahun 2021 defisit mencapai Rp9.758,82 miliar dari pagu Rp 11.384,26 miliar atau 85,72%. Persentase defisit yang lebih kecil di tahun 2021 disebabkan penurunan target penerimaan negara sehingga angka defisit mengalami kenaikan hampir 3x dari tahun 2020.

2.1.4. Prognosis APBN

Berdasarkan kebijakan penyerapan anggaran tahun 2021 oleh Kementerian Keuangan, kementerian lembaga ditargetkan untuk melakukan realisasi belanja pada triwulan I sebesar 15%; triwulan II sebesar 40%,

Pagu dan Realisasi APBN Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III (miliar)

Sumber: Om Span, diolah

11

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

2.1.5. Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik

Sampai dengan akhir triwulan III 2021 realisasi PC-PEN di provinsi Bali mencapai Rp 233,38 miliar atau 90,36% untuk dana PC-PEN yang ada pagunya, sedangkan total realisasinya mencapai Rp325,16 miliar atau 125,90% (termasuk realisasi tanpa pagu) dan untuk capaian outputnya baru tercapai 2.37 juta atau 6,75% dari target 35,06 juta.

2.2. Pelaksanaan APBD

APBD merupakan bagian fiskal yang menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, APBD juga sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Realisasi Pendapatan Daerah seluruh Pemda di Bali sampai dengan Triwulan III tahun 2021 mencapai Rp 14,92 triliun atau 66,46% dari target yang ditetapkan, turun 10,80% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun 2020. Sedangkan Belanja Daerah terealisasi sebesar Rp 13,20 triliun atau 50,63% dari pagu, perkembangannya minus 7,21% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 14,27 triliun. Secara total, sampai dengan triwulan III tahun 2021, anggaran pemerintah daerah di Bali mengalami surplus sebesar Rp 1,72 triliun.

Tabel 2.6

Pagu dan Realisasi PC-PEN s.d. Triwulan III 2021

Pagu Realisasi Target Capaian

Infrastruktur Pengelolaan Perbenihan Ikan 2.595.256.000 2.388.728.369 35.040.080 2.365.447

Infrastruktur Pengembangan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan 6.246.600.000 3.346.327.422 1

325.169.747.720 35.061.739 2.366.244

Kelompok Output

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

12

PAGU REALISASI % REALISASI PAGU REALISASI % REALISASI

PENDAPATAN DAERAH 24.510,33 16.730,14 68,26% 22.455,53 14.922,97 66,46% -10,80%

Sumber: Om Span, LRA Pemda, Simtrada, diolah

13

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (I-Account), kebijakan fiskal yang diterapkan di Provinsi Bali mengalami kemunduran. Hal ini terlihat dari porsi PAD yang menurun baik secara pagu maupun realisasi dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya. sejalan dengan hal tersebut, ketergantungan pada dana perimbangan secara alokasi pagu cenderung meningkat, hal ini masih disebabkan oleh dampak dari kondisi pandemi yang masih terus berlangsung sehingga pemerintah memilih menggunakannya untuk menjaga keberlangsungan hidup masyarakatnya tanpa mengenyampingkan strategi pemulihan perekonomian yang terlihat dari pertumbuhan belanja modal yang positif.

2.2.1. Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah s.d. Triwulan III 2021 sebesar Rp 14,92 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 5,01 triliun dengan kontribusi 33,6% terhadap total pendapatan, dan Pendapatan Transfer sebesar Rp. 9,49 triliun dengan kontribusi 63,7%, serta Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar Rp 408,01 miliar dengan kontribusi sebesar 2,7%. Adapun rincian Pendapatan Pemda se-Provinsi Bali adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD s.d. Triwulan III 2021 sebesar Rp 5,01 triliun, tumbuh negatif 14,62%

dibandingkan realisasi triwulan III 2020. PAD didominasi oleh Pendapatan Pajak Daerah sebesar Rp 3,38 triliun atau 67,5% dari Total realisasi PAD, diikuti Lain-lain PAD Yang Sah sebesar Rp 1,03 triliun (20,6% dari total realisasi PAD). Realisasi tertinggi berasal dari Pemprov Bali dengan kontribusi sebesar Rp. 2,09 triliun (41,8% dari total realisasi PAD), sedangkan kontribusi terendah adalah Kab. Bangli sebesar Rp. 71,80 miliar (1,4% dari total realisasi PAD). Perkembangan penerimaan daerah pembentuk struktur PAD di Provinsi Bali sampai dengan Triwulan III 2020 adalah sebagai berikut:

a) Pendapatan Pajak Daerah.

Total Penerimaan Pajak Daerah se-Provinsi Bali s.d. Triwulan III tahun 2021 adalah Rp 3,38 triliun. Kontribusi terbesar diberikan Pemda Provinsi Bali dengan capaian Rp 1,69 triliun atau 46,81% % dari total Penerimaan Pajak Daerah, diikuti Pemda Kabupaten Badung sebesar Rp 846 miliar (25,01%), dan Kota Denpasar sebesar Rp 373 miliar (11,04%). Penerimaan Pajak Daerah dalam masa pandemi Covid-19 secara total tumbuh negatif sebesar 18,18% dibandingkan periode triwulan III tahun 2020.

b) Penerimaan Retribusi Daerah.

Total Penerimaan Retribusi Daerah se-Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021 mencapai Rp 116,06 miliar, yang bersumber dari Jasa Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan Tertentu.

Kontributor terbesar adalah Kab. Buleleng sebesar Rp 20,29 miliar (17,48%) dan Kota Denpasar sebesar Rp 19,07 miliar (16,43%). Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

14

mengalami pertumbuhan negatif sebesar 39,51 %, dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020.

c) Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan.

Penerimaan ini berasal dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik Daerah/BUMD, BUMN, Perusahaan Swasta dan Lembaga Keuangan Non Bank daerah/

BUMD, BUMN, Perusahaan Swasta dan Lembaga Keuangan Non Bank (BUKP).

Penerimaan terbesar diperoleh Kab. Badung sebesar Rp 206,34 miliar atau 42,97 % dari total penerimaan hasil kekayaan daerah yang dipisahkan, diikuti Provinsi Bali sebesar Rp 160,71 miliar atau 33,47%.

d) Penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (LLPAD).

LLPAD antara lain berasal dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, dan pendapatan BLUD. Penerimaan terbesar berasal dari Provinsi Bali sebesar Rp 237,75 miliar atau 23,01 % dari total LLPAD, disusul Kabupaten Buleleng sebesar Rp. 128,23 miliar atau 12,41%. Total LLPAD seluruh Pemda hingga Triwulan III 2021 adalah sebesar Rp 1,03 triliun.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi Pendapatan transfer seluruh Pemda di Bali pada Triwulan III Tahun 2021 mencapai Rp 9,49 triliun atau tumbuh negatif sebesar 8,98 % dibandingkan triwulan III 2020.

Pendapatan transfer didominasi Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan sebesar Rp 7,86 triliun atau 82,79% dari total transfer. Selanjutnya, Dana Desa sebesar Rp 593,40 miliar (6,25%), transfer Antar Daerah-Pendapatan Bagi Hasil sebesar Rp 527,87 miliar (5,56%), Dana Insentif daerah sebesar Rp. 347,01 miliar (3,65%) dan transfer bantuan keuangan sebesar 166,56 miliar (1,75%).

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pagu Lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp 576 miliar s.d. Triwulan III 2021 terealisasi Rp 408 miliar (70,74%). Penyumbang terbesarnya adalah Kabupaten Karangasem dengan realisasi sebesar Rp 123,03 miliar atau 30,15% dari total realisasi LLPD yang Sah.

2.2.2. Belanja Daerah

Dari sisi penyerapan, s.d. Triwulan III Tahun 2021, realisasi belanja mencapai Rp 13,20 triliun atau 50,63% dari pagu, tumbuh negatif jika dibandingkan Triwulan III Tahun 2020 yang terealisasi sebesar 14,23 triliun (56,53%). Lebih lanjut, Belanja Daerah terdiri dari :

a. Belanja Operasi

Belanja Operasi memiliki realisasi terbesar, mencapai Rp 10,25 triliun atau 77,62% dari total belanja, tumbuh negatif 4,85% dibandingkan dengan realisasi pada Triwulan III 2020. Belanja

15

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

pegawai merupakan komponen yang memiliki realisasi terbesar dalam Belanja Operasi yaitu sebesar Rp 5,74 triliun (56,07%) dari total realisasi Belanja Operasi, yang kemudian disusul Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp. 3,59 triliun (35,11%). Satu-satunya belanja Operasi yang tumbuh positif adalah Belanja Bunga yang tumbuh sebesar 31,18% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2020. Hal ini disebabkan karena pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pinjaman untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul karena kondisi Pandemi.

b. Belanja Modal

Belanja Modal baru terealisasi sebesar Rp. 949,93 miliar atau 21,68% dari alokasi pagu sebesar Rp. 4,38 triliun. Hal ini menunjukan pertumbuhan positif sebesar 11,23%

dibandingkan realisasi pada periode yang sama di tahun 2020. Upaya penambahan belanja modal ini diupayakan sebagai langkah pemulihan ekonomi di masa pandemi ini.

c. Belanja Tak Terduga

Secara realisasi, Belanja Tak Terduga sampai dengan triwulan III tahun 2021 ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 31,57% jika dibandingkan dengan periode triwulan III tahun 2020.

d. Belanja Transfer

Belanja Bagi Hasil dan Belanja Bantuan Keuangan yang merupakan bagian dari Belanja Transfer, keduanya mengalami pertumbuhan negatif dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

2.2.3. Surplus/Defisit APBD

Realisasi Pendapatan Daerah di Provinsi Bali sampai dengan akhir triwulan III tahun 2021 yang sebesar Rp. 14,92 triliun, lebih besar dari realisasi Belanja Daerah sebesar Rp. 13,20 triliun.

Surplus yang dihasilkan sebesar Rp 1,72 triliun ini berdampak positif terhadap keberlangsungan perputaran roda perekonomian di provinsi Bali. Namun disisi lain, jika dibandingkan dengan Surplus pada periode triwulan III tahun 2020, Surplus di tahun ini mengalami penurunan sebesar 31,23% yang juga berarti Pemerintah Daerah harus mulai tanggap atas hal-hal yang mempengaruhinya baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi belanja. Perlambatan realisasi pendapatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan perlambatan realisasi belanja seharusnya menjadi perhatian khusus yang harus dimitigasi oleh Pemerintah Daerah. Komposisi yang harmonis diperlukan untuk mengoptimalkan belanja modal yang meningkat agar dapat menjadi pemicu bergeraknya roda perekonomian daerah sehingga diharapkan dapat meningkatkan realisasi pendapatan pajak daerah.

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

16

Dalam dokumen NOTA DINAS NOMOR ND-1237/WPB.22/2021 (Halaman 24-35)

Dokumen terkait