• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTA DINAS NOMOR ND-1237/WPB.22/2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NOTA DINAS NOMOR ND-1237/WPB.22/2021"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

JALAN DR. KUSUMA ATMAJA RENON, DENPASAR 80235; TELEPON (0361) 235051; FAKSIMILE (0361) 222844;

SUREL KANWILDJPBBALI@KEMENKEU.GO.ID; LAMAN WWW.DJPB.KEMENKEU.GO.ID/KANWIL/BALI

NOTA DINAS

NOMOR ND-1237/WPB.22/2021

Yth : Direktur Pelaksanaan Anggaran

Dari : Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bali

Sifat : Biasa

Lampiran : 1 (satu) berkas

Hal : Penyampaian Kajian Fiskal Regional Final Triwulan III Tahun 2021 Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali

Tanggal : 02 November 2021

Sehubungan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: SE- 61/PB/2017 Tanggal 4 Agustus 2017 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional dan Nota Dinas Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-838/PB.2/2021 hal Penyusunan Kajian Fiskal Regional (KFR) Triwulan III 2021, bersama ini disampaikan Kajian Fiskal Regional Final Triwulan III Tahun 2021 Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali yang telah kami kirimkan juga ke ke surel lo.ditpa@gmail.com.

Demikian disampaikan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Ditandatangani secara elektronik Teguh Dwi Nugroho

(2)
(3)

K A T A P E N G A N T A R

KATA PENGANTAR

a) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas limpahan rahmat-Nya Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Bali Triwulan III Tahun 2021 dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat pada waktu.

b) Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan Nota Dinas Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND-838/PB.2/2021 mengamanatkan penyusunan Kajian Fiskal Regional Triwulan III 2021 untuk memenuhi tugas dan fungsi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Kajian Fiskal Regional disusun oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bali untuk memenuhi tugas dan fungsi serta sebagai sarana untuk memberikan gambaran kebijakan fiskal yang telah dilaksanakan di Provinsi Bali serta pengaruhnya terhadap perkembangan ekonomi pada periode Triwulan III Tahun 2021.

Kajian Fiskal Regional menggambarkan kondisi perkembangan perekonomian di Provinsi Bali yang kami harapkan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan untuk menentukan kebijakan fiskal secara nasionlan maupun secara regional di Provinsi Bali.

Dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Bali Tahun 2021 ini, sinergi yang baik dengan Pemerintah Pusat dan Daerah sebagai penyedia data sangat kami rasakan, seperti dari BPS Provinsi Bali, Kanwil Ditjen Pajak Provinsi Bali, Kanwil Ditjen Bea dan Cukai Bali NTB dan NTT, Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali, Kantor Otoritas Jasa Keuangan Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, BPKP Perwakilan Bali, dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Provinsi/ Kabupaten/ Kota se-Provinsi Bali, serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Sehingga oleh karena itu, kami menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak, semoga kerja sama yang telah terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami menyadari penyusunan Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas Kajian Fiskal Regional ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, terutama untuk kemakmuran masyarakat di Provinsi Bali.

Denpasar, 02 November 2021 Kepala Kantor

(4)

1 1.1 Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi 1

1.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1

1.1.2 Inflasi 2

1.2 Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 3

1.2.1 Kemiskinan 3

1.2.2 Pengangguran 4

1.2.3 Ketimpangan Pendapatan 4

1.2.4 Nilai Tukar Petani (NTP) 5

1.2.5 Nilai Tukar Nelayan (NTN) 5

6

2.1 Pelaksanaan APBN 7

2.1.1 Pendapatan Negara 7

2.1.2 Belanja Negara 8

2.1.3 Surplus/Defisit 10

2.1.4 Prognosis APBN 10

2.1.5 Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik 11

2.2 Pelaksanaan APBD 11

2.2.1 Pendapatan Daerah 13

2.2.2 Belanja Daerah 14

2.2.3 Surplus/Defisit APBD 15

2.2.4 Pembiayaan Daerah 16

2.2.5 Prognosis APBD 16

2.3 Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian 16

2.3.1 Pendapatan Konsolidasian 17

2.3.2 Belanja Konsolidasian 18

2.3.3 Surplus/Defisit Konsilidasian 19

DAFTAR ISI

BAB I. ANALISIS EKONOMI REGIONAL

BAB II. ANALISIS FISKAL REGIONAL

(5)

NTP dan NTN

3.1.1 Reviu Program Pemerintah untuk Petani dan Nelayan 22 3.1.2 Analisis Perbandingan Tren Antara Pengeluaran Pemerintah

dengan NTP dan NTN

26

3.1.3 Rekomendasi Kebijakan 32

3.2 Analisis Peluang Investasi Daerah 33

3.2.1 Identifikasi Peluang Investasi 34

3.2.2 Informasi Pasar 36

3.2.3 Analisis Kelayakan 39

3.2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Investasi 43

46

4.1 Kesimpulan 46

4.2 Rekomendasi 47

BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(6)

Tabel 2.1 I Account APBN Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III 6 Tabel 2.2 Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2020, dan 2021 s.d. Triwulan

III

7 Tabel 2.3 Realisasi Penerimaan Bea Cukai Tahun 2020, dan 2021 s.d. Triwulan III 8 Tabel 2.4 Pagu dan Realisasi APBN per Pemda Tahun 2020 dan 2021 s.d.

Triwulan III

9

Tabel 2.5 Pagu dan Realisasi APBN Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III 10

Tabel 2.6 Pagu dan Realisasi PC-PEN s.d. Triwulan III 2021 11

Tabel 2.7 LRA Face APBD 12

Tabel 2.8 LRA Konsolidasian 16

Tabel 2.9 Tax Ratio Konsolidasian Provinsi Bali Triwulan III Tahun 2020 dan 2021 18

Tabel 2.10 Rasio Realisasi Belanja dan Transfer Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Bali s.d. Triwulan III Tahun 2020 dan 2021

19

Tabel 3.1 Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali Tahun 2021 20 Tabel 3.2 Indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) Provinsi Bali Tahun 2021 20 Tabel 3.3 Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di Kementerian

Pertanian

22 Tabel 3.4 Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di KPP 23 Tabel 3.5 Belanja Output Strategis Sektor Pertanian di PUPR 23

Tabel 3.6 Penyaluran KUR di Provinsi Bali 24

Tabel 3.7 Perbandingan Perkembangan Belanja K/L, DAK Fisik, KUR, dan Kredit UMI pada Bidang/Sektor Pertanian terhadap Indeks yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Bali Tahun 2017 s.d. 2019

27

Tabel 3.8 Perbandingan Perkembangan Belanja K/L, DAK Fisik, KUR, dan Kredit UMI pada Bidang/Sektor Perikanan NTN di Provinsi Bali

28

Tabel 3.9 Tabel Analisis Pasar 37

Tabel 3.10 Jumlah Wisatawan Domestik pada Provinsi Bali 41

DAFTAR TABEL

(7)

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III-2021 1

Grafik 1.2 Inflasi Denpasar dan Singaraja 2

Grafik 1.3 Perkembangan Kemiskinan di Bali 3

Grafik 1.4 Presentase Pengangguran di Bali 4

Grafik 1.5 Presentase Pengangguan di Bali 4

Grafik 2.1 APBN Tahun 2020 dan 2021 6

Grafik 2.2 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tw III 2021 8 Grafik 2.3 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Bulanan Lingkup Provinsi Bali

s.d. Triwulan III 2021

9 Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat

Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021

9 Grafik 2.5 Perubahan Pendapatan Pemerintah Konsolidasian Prov. Bali

s.d.Triwulan III Tahun 2021 dan 2020

17 Grafik 2.6 Perbandingan Belanja dan Transfer Pem. Pusat dan Daerah thd

Belanja dan

Transfer Konsolidasian Prov. Bali s.d. Triwulan III Tahun 2021

18

Grafik 2.7 Perbandingan Belanja dan Transfer Pemerintah Konsolidasian Prov. Bali

s.d. Triwulan III Tahun 2021 dan 2020

19

Grafik 3.1 Tren Indeks Harga yang Diterima Petani (It), Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Tukar Petani

(NTP) dari Januari 2015 s.d. September 2021

26

Grafik 3.2 Tren Indeks Harga Dibayar Petani (Ib) Januari 2015 s.d.

Desember 2019

26

Grafik 3.3 Perkembangan Pagu Belanja K/L Bidang Pertanian dan Alokasi DAK Fisik Bidang Pertanian di Provinsi Bali TA 2019-2021

28

Grafik 3.4 Perkembangan NTP Bulanan Provinsi Bali Tahun 2021

28

Grafik 3.5 Perkembangan Penyaluran KUR dan Kredit UMi Di Provinsi Bali Tahun 2015 s.d. *2021

29

Grafik 3.6 Porsi Penyaluran KUR dan Kredit UMi Di Provinsi Bali Tahun Tahun 2021*

29

(8)

Grafik 3.7 Tren Indeks Bulanan Nilai Tukar Nelayan (NTN) Desember 2019 s.d. September 2021

29

Grafik 3.8 Perkembangan Penyaluran KUR Di Provinsi Bali Tahun 2015 s.d. *2021

31

Grafik 3.9 Grafik Analisis Pasar 37

Grafik 3.10 Grafik Analisis Pasar 39

(9)

R I N G K A S A N E K S E K U T I F

RINGKASAN EKSEKUTIF Bali Bangkit, Bali Kembali

Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang berbeda di tiap kotamadya/kabupaten di Provinsi Bali.

Sebagai contoh, untuk Kota Denpasar, Kab. Badung, dan Kab. Gianyar, dampak pandemi paling terasa karena mayoritas aktivitas pariwisata ada di daerah-daerah itu sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata juga sangat menurun. Di daerah lain seperti Kab. Bangli, Kab.

Buleleng, dan Kab. Jembrana tidak terlalu menderita karena aktivitas ekonomi dari pariwisata tidak mendominasi. Sektor tradisional seperti pertanian dan perikanan masih cukup mampu bertahan.

Pemerintah mencanangkan jargon Bali Bangkit dan Bali Kembali, yaitu upaya pemulihan kembali perekonomian Bali terutama dari sektor pariwisata. Namun hal ini membutuhkan kerja keras dari semua pihak, pariwisata Bali dapat bangkit atau tidak sangat tergantung pada ketaatan masyarakat dalam mencegah Covid-19. Usaha yang dilakukan antara lain gerakan vaksinasi massal di berbagai daerah di Provinsi Bali serta memperketat protokol kesehatan dengan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Perkembangan Pelaksanaan APBN Tingkat Regional

APBN Tahun 2021 di wilayah Bali memiliki target pendapatan sebesar Rp11,93 triliun sedangkan alokasi belanja sebesar Rp 23,31 triliun terdiri dari alokasi belanja untuk kementerian lembaga sebesar Rp11,71 triliun dan alokasi TKDD sebesar Rp.11,60 triliun. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2021 adalah Rp 6,66 triliun rupiah atau terealisasi sebesar 55,84% dari target.

Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu sebesar Rp.7,42 triliun atau sebesar 44,68% dari target. Sedangkan belanja negara terealisasi sebesar Rp.16,42 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja tahun 2020 sebesar Rp.16,06 triliun. Persentase realisasi belanja pada triwulan III tahun 2021adalah sebesar 70,44% lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu 76,32%. Sampai dengan triwulan III tahun 2020 defisit APBN pada Provinsi Bali mencapai Rp 8.641,71 miliar dari pagu Rp 4.442,48 miliar atau 194,52% dan sampai dengan triwulan yang sama pada tahun 2021 defisit mencapai Rp9.758,82 miliar dari pagu Rp 11.384,26 miliar atau 85,72%. Persentase defisit yang lebih kecil di tahun 2021 disebabkan penurunan target penerimaan negara sehingga angka defisit mengalami kenaikan hampir 3x dari tahun 2020.

Perkembangan Pelaksanaan APBD Tingkat Regional

Realisasi Pendapatan Daerah seluruh Pemda di Bali sampai dengan Triwulan III tahun 2021 mencapai Rp 14,92 triliun atau 66,46% dari target yang ditetapkan, turun 10,80% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun 2020. Sedangkan Belanja Daerah terealisasi sebesar Rp

(10)

R I N G K A S A N E K S E K U T I F

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

13,20 triliun atau 50,63% dari pagu, perkembangannya minus 7,21% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 14,27 triliun. Secara total, sampai dengan triwulan III tahun 2021, anggaran pemerintah daerah di Bali mengalami surplus sebesar Rp 1,72 triliun. Surplus pada periode triwulan III tahun 2021 turun sebesar 31,23% dibandingkan dengan triwulan III Tahun 2020.

Perkembangan Ekonomi Regional

Pendapatan Konsolidasian sampai dengan Triwulan III tahun 2021 tercatat sebesar Rp 12,77 triliun atau 46,94% lebih rendah dibanding periode Triwulan III tahun 2020. Belanja Konsolidasian sampai dengan Triwulan III tahun 2021 tercatat sebesar Rp 12,77 triliun atau 46,94% lebih rendah dibanding periode Triwulan III tahun 2020. Sampai dengan periode triwulan III tahun 2021, secara konsolidasian di Provinsi Bali mengalami defisit sebesar Rp8,04 triliun atau naik sebesar 29,64%

dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Sedangkan korelasi antara Belanja Pemerintah dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran adalah positif, yang berarti belanja yang menurun meningkatkan tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Peran Fiskal Untuk Kesejahteraan Petani dan Nelayan

Indeks NTP Provinsi Bali sejak Januari 2015 sampai dengan Desember 2019 cenderung konstan, dan selalu berada di atas angka 100, yang artinya indeks harga yang diterima petani (It) secara konsisten berada diatas indeks harga yang dibayar petani (Ib). Namun pada awal tahun 2020, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalani penurunan yang sangat signifikan sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Bahkan untuk pertama kalinya setelah sekian tahun terakhir, NTP Provinsi Bali berada dibawah angka 100 yakni 96,27 pada bulan Januari 2021. Pemerintah dapat mengambil beberapa kebijakan dibidang pertanian, yakni 1) peningkatan bantuan pemerintah untuk petani yang disalurkan melalui belanja K/L, 2) peningkatan DAK Fisik bidang pertanian, dan 3) optimalisasi pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil melalui relaksasi KUR dan Kredit UMi sektor pertanian

Pada subsektor perikanan yang diwakili oleh indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN). Tren indeks bulanan NTN tercatat cenderung datar/tetap yang dapat diartikan bahwa dampak pandemi Covid- 19 tidak terlalu berpengaruh terhadap kesejahteraan nelayan di Provinsi Bali. Berdasarkan data dari bulan Desember 2019 sampai dengan September 2021 (22 bulan) diperoleh angka rata-rata NTN sebesar 99,51. Angka ini menunjukkan bahwa indeks harga yang diterima nelayan (It) berada dibawah indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) yang mengindikasikan para nelayan secara umum belum sejahtera. Beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan para nelayan diantaranya 1) peningkatan bantuan pemerintah untuk nelayan yang disalurkan melalui belanja K/L, 2) peningkatan DAK Fisik bidang perikanan, dan 3) pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil melalui program KUR dan Kredit UMi.

(11)

D A S H B O A R D M A K R O F I S K A L

DASHBOARD MAKRO FISKAL

(12)

D A S H B O A R D M A K R O F I S K A L

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021 DASHBOARD MAKRO FISKAL

(13)

DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISTILAH

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

 Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

 Bea adalah pungutan yang dikenakan atas keluar masuknya barang/komoditas yang berkaitan yang masuk dan keluar wilayah pabean. Pungutan bea ini bersifat wajib dan dikenakan pada produk hasil ekspor dan impor. Bea yang dikenakan atas barang impor disebut bea masuk, dan bea yang dikenakan atas barang keluar disebut bea keluar.

 Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

 Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

 Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai.

 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang disahkan oleh Direktur Jenderal Anggaran atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

 Ekspor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (baik berupa penjualan, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari residen suatu wilayah Provinsi terhadap pelaku ekonomi luar negeri (non-resident).

 Gini Rasio adalah indikator yang menunjukkan tingkat ketimpangan pengeluaran secara menyeluruh. Nilai Rasio Gini berkisar antara 0 hingga 1. Nilai Rasio Gini yang semakin mendekati 1 mengindikasikan tingkat ketimpangan yang semakin tinggi. Rasio Gini bernilai 0 menunjukkan adanya pemerataan pendapatan yang sempurna, atau setiap orang memiliki pendapatan yang sama.

 Impor barang adalah transaksi perpindahan kepemilikan ekonomi (mencakup pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dari pelaku ekonomi luar negeri (non-resident) terhadap residen suatu wilayah Provinsi.

(14)

DAFTAR ISTILAH

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

 Indeks Harga konsumen (IHK) adalah Indeks yang menghitung rata-rata perubahan Harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.

 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

 Indeks Harga konsumen (IHK) adalah Indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. IHK merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat inflasi.

Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari barang dan jasa.

 Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa di dalam negeri meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang. Dengan demikian, inflasi dapat juga diartikan sebagai penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum.

 Inventori adalah persediaan yang dikuasai oleh unit yang menghasilkan untuk digunakan dalam proses lebih lanjut, dijual, atau diberikan pada pihak lain, atau digunakan dengan cara lain.

 Laju pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

 Nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan unit mata uang negara lain.

 Nilai Tukar Nelayan (NTN) adalah rasio antara indeks harga yang diterima nelayan (It) dengan indeks harga yang dibayar nelayan (Ib) dinyatakan dalam%tase. Secara konsepsional, NTN pengukur kemampuan tukar produk perikanan tangkap yang dihasilkan nelayan dengan barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga nelayan dan keperluan mereka dalam menghasilkan produk perikanan tangkap.

 Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

(15)

DAFTAR ISTILAH

 Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah kepada produsen untuk menghasilkan atau mengimpor barang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan dalam setiap proses produksi maupun distribusi/pungutan terhadap konsumsi Barang Kena Pajak/Jasa Kena pajak di dalam daerah Daerah Pabean.

 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas.

 Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

 Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

 Pendapatan Hibah adalah setiap penerimaan Pemerintah Pusat dalam bentuk uang, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri, yang atas pendapatan hibah tersebut, pemerintah mendapat manfaat secara langsung yang digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi K/L, atau diteruskan kepada Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.

 Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.

 Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah nilai seluruh jenis output pemerintah dikurangi nilai output untuk pembentukan modal sendiri dikurangi nilai penjualan barang/jasa (baik yang harganya signifikan dan tdk signifikan secara ekonomi) ditambah nilai barang/jasa yang dibeli dari produsen pasar untuk diberikan pada RT secara gratis atau dengan harga yang tidak signifikan secara ekonomi (social transfer in kind-purchased market production).

 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) merupakan pengeluaran atas barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi.

(16)

DAFTAR ISTILAH

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

 Produk Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu. PDRB dapat dilihat dari sisi produksi dan dari sisi konsumsi. PDRB menurut produksi merupakan perhitungan dari seluruh komponen lapangan usaha yang berada pada suatau lokasi daerah.

Sementera itu PDRB dari sisi konsumsi merupakan perhitungan atas konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, dan belanja pemerintah.

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk di suatu daerah, yang diperoleh dari hasil pembagian pendapatan penduduk suatu daerah (PDRB) dengan jumlah penduduk regional tersebut.

 Rasio gini (gini ratio) yang merupakan salah satu alat yang mengukur tingkat kesenjangan pembagian pendapatan relatif antar penduduk suatu wilayah.

 Rasio pajak (tax ratio) adalah perbandingan atau persentase penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) dimana hal itu juga merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja penerimaan pajak.

 Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran RPJMD, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, serta rencana kerja dan pendanaan untuk satu tahun, mengacu pada RKPD.

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur terpilih yang menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan dalam lima tahun pemerintahan.

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah penjabaran dari visi, misi dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJPN, yang

(17)

DAFTAR ISTILAH

memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencangkup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (disingkat RPJP Nasional) adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

 Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu.

 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.

(18)

BAB I

ANALISIS EKONOMI REGIONAL

(19)

K A J I A N E K O N O M I R E G I O N A L

1

1.1. Perkembangan dan Analisis Indikator Makro Ekonomi 1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Total perekonomian Bali pada triwulan III-2021 yang diukur berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku (ADHB) tercatat sebesar Rp54,19 triliun, atau jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2010, PDRB Bali tersebut tercatat sebesar Rp35,34 triliun.

Ekonomi Bali triwulan III-2021 tercatat kontraksi 4,08% jika dibandingkan dengan capaian triwulan II-2021 (q-to- q). Dari sisi produksi, kontraksi terdalam tercatat pada Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib yaitu minus 17,02%. Sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam tercatat pada Komponen Impor Barang dan Jasa yaitu minus 21,18%.

Sedangkan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y-on-y), ekonomi Bali triwulan III-2021 tercatat kontraksi 2,91%. Dari sisi produksi, kontraksi terdalam tercatat pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan yaitu minus 16,03%. Sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam tercatat pada Komponen Impor Barang dan Jasa yaitu minus 52,02%.

Jika diakumulasikan pertumbuhan triwulan I-2021 sampai dengan triwulan III- 2021, maka ekonomi Bali tercatat tumbuh negatif atau terkontraksi sedalam 3,43% (c-to-c). Struktur ekonomi Bali dari sisi produksi, pada triwulan III-2021 masih didominasi oleh Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) yang tercatat berkontribusi sebesar 16,13%. Sementara dari sisi pengeluaran, kontribusi terbesar tercatat pada Komponen Konsumsi Rumah Tangga yaitu 55,42%.

Peningkatan kasus positif Covid-19 yang sangat tinggi usai libur Lebaran 2021 menyebabkan pemerintah menerapkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali selama triwulan III-2021 yang dimulai pada tanggal 1 sampai dengan 20 Juli 2021 dan dilanjutkan dengan PPKM Level 4 sampai dengan tanggal 13 September 2021. Hal tersebut kembali memukul perekonomian Bali, khususnya sektor pariwisata yang pada triwulan sebelumnya tengah mencoba untuk bangkit dari keterpurukan masa pandemi Covid-19 dengan adanya dukungan dari pasar wisatawan domestik.

Grafik 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan III-2021

Sumber: BPS Provinsi Bali

(20)

K A J I A N E K O N O M I R E G I O N A L

2

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

1.1.2. Inflasi

Pada bulan September 2021 Kota Denpasar tercatat mengalami inflasi setinggi 0,19% yang ditunjukkan dengan peningkatan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) dari 104,83 pada Agustus 2021 menjadi 105,03 pada September 2021. Tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) dan tingkat inflasi tahun ke tahun (yoy) tercatat masing-masing setinggi 0,78%

dan 1,35%. Dari sebelas kelompok pengeluaran, terdapat lima kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi, dan yang paling tinggi adalah kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) setinggi 3,72%; kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya) setinggi 0,80%; kelompok II (pakaian dan alas kaki) setinggi 0,22%; kelompok IX (pendidikan) setinggi 0,13%; dan kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga) setinggi 0,08%. Komoditas yang tercatat mengalami peningkatan harga atau memberikan sumbangan inflasi terbesar pada bulan September 2021 antara lain, canang sari, daging ayam ras, minyak goreng, jeruk, pipa, baju kaos berkerah pria, hand body lotion, rokok kretek filter, susu cair kemasan, dan biaya pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi.

Sementara itu Kota Singaraja tercatat mengalami deflasi sedalam 0,45% dengan Indeks Harga Konsumen (tahun dasar 2018=100) sebesar 106,70. Tingkat inflasi tahun kalender September 2021 setinggi 0,47%. Sementara itu, tingkat inflasi tahun ke tahun (yoy) tercatat setinggi 1,72%. Tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi (m to m) yaitu kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam 1,69%; kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam 0,96% dan kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) sedalam 0,12%. Komoditas yang tercatat memberikan sumbangan deflasi pada bulan September 2021 antara lain, beras, cabai rawit, canang sari, tongkol diawetkan, bawang merah, tomat, daging babi, telur ayam ras, dan pisang.

Dalam rangka memitigasi berlanjutnya tekanan harga, TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) terus berupaya mengendalikan inflasi dari keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif. Salah satu langkah yang dilakukan oleh TPID adalah mendorong petani untuk bergabung dalam marketplace untuk dapat langsung memasarkan hasil komoditasnya serta mengadakan berbagai program untuk meningkatkan daya tahan hasil panen petani.

Grafik 1.2

Inflasi Denpasar dan Singaraja

Sumber: BPS Provinsi Bali

(21)

K A J I A N E K O N O M I R E G I O N A L

3

1.2. Perkembangan dan Analisis Indikator Kesejahteraan 1.2.1. Kemiskinan

Perkembangan kasus Covid-19 sampai saat ini berimbas pada naiknya penduduk miskin di Bali, kondisi Maret 2021 tercatat sebesar 4,53%, angka ini naik 0,08% poin dari kondisi September 2020 yang tercatat sebesar 4,45%. Jumlah penduduk miskin di Bali pada Bulan Maret 2021 tercatat sekitar 201,97 ribu orang, bertambah 5,05 ribu orang dibandingkan jumlah penduduk miskin pada September 2020 yang tercatat sekitar 196,92 ribu orang. Selama periode September 2020 – Maret 2021, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan tercatat mengalami peningkatan, dari 4,04% pada September 2020 menjadi 4,12% pada Maret 2021. Hal yang sama juga terjadi di daerah perdesaan, tercatat persentase penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami peningkatan dari 5,40% pada September 2020 menjadi 5,52%

pada Maret 2021.

Garis kemiskinan tercatat naik sekitar 3,21%, dari Rp 438.167,00 per kapita per bulan pada September 2020 menjadi Rp 452.221,00 per kapita per bulan pada Maret 2021. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Bali pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,682, naik sebesar 0,072 poin dibandingkan September 2020 yang tercatat sebesar 0,610, sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik 0,031 poin dari 0,123 pada September 2020 menjadi 0,154 pada Maret 2021.

Pemerintah Pusat melakukan perpanjangan penyaluran bantuan sosial nontunai, berupa Program Sembako dengan besaran bantuan Rp200 ribu/KPM/bulan dan Program Keluarga Harapan (PKH). Selain bantuan sosial non tunai, Pemerintah Pusat juga meningkatkan target penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) pada tahun 2021 dari 10 juta KPM menjadi 12 juta KPM secara nasional dengan indeks Rp300 ribu/KPM, serta perpanjangan bantuan subsidi listrik bagi pelanggan rumah tangga 450 VA sampai dengan 900 VA. Secara spasial, program pengentasan kemiskinan juga dilakukan oleh Pemerintah Daerah, diantaranya melalui pengalokasian anggaran untuk masyarakat miskin berupa keikutsertaan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan, pemberian bantuan sosial tunai dan sumbangan pembinaan pendidikan (BST- SPP), hingga perluasan Program Padat Karya.

Grafik 1.3

Perkembangan Kemiskinan di Bali

Sumber: BPS Provinsi Bali

(22)

K A J I A N E K O N O M I R E G I O N A L

4

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

1.2.2. Pengangguran

Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2021 tercatat sebanyak 2,58 juta orang, meningkat 12,60 ribu orang dibandingkan Agustus 2020. Namun pada periode yang sama, TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) mengalami penurunan sebesar 0,78 persen poin menjadi 73,54% pada Agustus 2021. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2021 sebesar 5,37%, menurun 0,25 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2020. Namun TPT tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan TPT Bali sebelum pandemi Covid-19 pada

Februari 2020 yang tercatat sebesar 1,25%.

Pada Agustus 2021, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 2,44 juta orang, meningkat 18,44 ribu orang dibandingkan kondisi Agustus 2020. Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase terbesar adalah Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib (0,90 persen poin). Sementara sektor yang mengalami penurunan terbesar yaitu Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (-0,61 persen poin).

Sebanyak 139,42 ribu orang (57,10%) bekerja pada kegiatan informal, meningkat 0,40 persen poin dibanding Agustus 2020. Dibandingkan dengan Agustus 2020, persentase setengah penganggur turun sebesar 0,09 persen poin, sementara persentase pekerja paruh waktu naik sebesar 5,42 persen poin. Terdapat 714,21 ribu orang (20,35%) penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19 di Provinsi Bali. Terdiri dari pengangguran karena COVID-19 (48,89 ribu orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 (33,41 ribu orang), sementara tidak bekerja karena COVID-19 (38,15 ribu orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 (593,75 ribu orang).

1.2.3. Ketimpangan Pendapatan

Salah satu ukuran ketimpangan yang digunakan adalah Indeks Gini Ratio. Nilai indeks gini ratio berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi nilai indeks gini ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Gini ratio Provinsi Bali pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,378 nilai ini mengalami kenaikan sebesar 0,009 poin dari kondisi September 2020 yang tercatat sebesar 0,369. Kondisi ini menunjukkan semakin meningkatnya kesenjangan ekonomi antar penduduk di

Grafik 1.4

Grafik Presentase Pengangguran di Bali

Sumber: BPS Provinsi Bali

Grafik 1.5

Perkembangan Indeks Gini Ratio di Bali

Sumber: BPS Provinsi Bali

(23)

K A J I A N E K O N O M I R E G I O N A L

5

Provinsi Bali. Berdasarkan daerah tempat tinggal, indeks gini ratio di daerah perkotaan pada Maret 2021 tercatat sebesar 0,387, angka ini naik 0,009 poin dibanding nilai gini ratio kondisi September 2020 yang tercatat sebesar 0,378. Untuk daerah perdesaan, indeks gini ratio Maret 2021 tercatat sebesar 0,301, nilai ini mengalami penurunan sebesar -0,003 poin jika dibandingkan dengan indeks gini ratio kondisi September 2020 yang tercatat sebesar 0,304.

Peningkatan gini ratio didorong oleh semakin kecilnya distribusi pendapatan pada kelompok penduduk 40% terbawah di Provinsi Bali yaitu sebesar 17,85% pada Maret 2021, menurun dibandingkan dengan periode September 2020 sebesar 18,63%.

1.2.4. Nilai Tukar Petani (NTP)

Indeks NTP Provinsi Bali September 2021 sebesar 93,00 atau naik 0,12% dibanding kondisi bulan sebelumnya. Kenaikan indeks NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,08%, sebaliknya Indeks yang Dibayar Petani (Ib) turun sedalam 0,04%. Indeks NTP periode Januari–September 2021 Provinsi Bali tercatat 92,43 dengan nilai It sebesar 99,29 sedangkan Ib sebesar 107,42.

Indeks NTP Provinsi Bali pada bulan September 2021 masih berada di bawah angka 100.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam tingkatan tertentu nilai tukar produk yang dihasilkan petani belum mampu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani, yang terdiri atas dua hal pokok, yaitu konsumsi rumah tangga dan biaya produksi pertaniannya. Dari 5 subsektor yang menjadi komponen penyusunan indeks NTP, hanya subsektor perikanan yang mencapai angka 100 di bulan September 2021.

Pemerintah Provinsi Bali terus mendorong kinerja sektor pertanian dengan menempatkan pembangunan pertanian sebagai salah satu bidang prioritas. Strategi untuk pembangunan sektor pertanian dilakukan melalui penyediaan pangan yang memadai dari produksi lokal, perbaikan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta perbaikan pendapatan petani. Hingga saat ini sejumlah kebijakan telah dibuat untuk mendukung sektor pertanian.

1.2.5. Nilai Tukar Nelayan (NTN)

Bulan September 2021, indeks Nilai Tukar Nelayan (NTN) tercatat sebesar 102,27 naik 2,17% dari bulan sebelumnya yang tercatat 100,10. Kenaikan ini disebabkan oleh It yang naik 2,18%, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan Ib sebesar 0,01%. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok penangkapan ikan di laut (khususnya ikan tongkol, ikan cakalang, dan ikan layang) sebesar 2,19%. Sementara itu, indeks harga pada kelompok penangkapan di perairan umum tercatat stabil. Di sisi lain, kenaikan Ib terjadi karena indeks BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal) naik 0,29%, sebaliknya indeks konsumsi rumah tangga turun sedalam 0,21%.

(24)

BAB II

ANALISIS FISKAL REGIONAL

(25)

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

6

APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.

APBN dilaksanakan secara terbuka untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara.

Postur APBN Tahun 2021 di wilayah Bali memiliki target pendapatan sebesar Rp11,93 triliun sedangkan alokasi belanja sebesar Rp 23,31 triliun terdiri dari alokasi belanja untuk kementerian lembaga sebesar Rp11,71 triliun dan alokasi TKDD sebesar Rp.11,60 triliun. Keadaan ini menyebabkan defisit anggaran sebesar Rp.11,38 triliun (adanya PMK 18/KM.7/2021 tanggal 6 September 2021 mengalokasikan Cadangan DAK Fisik untuk percepatan penanganan persampahan sebesar Rp 83,24 miliar sehingga alokasi belanja yang semula Rp 23,23 triliun menjadi Rp23,31 triliun).

Tabel 2.1

I Account APBN Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III (miliar Rupiah)

PAGU REALISASI % REALISASI PAGU REALISASI % REALISASI

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 16.599,71 7.417,20 44,68% 11.924,63 6.659,22 55,84% -10,22%

Penerimaan Perpajakan 14.822,40 5.894,81 39,77% 10.144,44 5.129,63 50,57% -12,98%

Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.715,64 1.498,73 87,36% 1.780,19 1.527,58 85,81% 1,92%

Hibah 61,67 23,66 38,37% 2,01

BELANJA NEGARA 21.042,19 16.058,91 76,32% 23.308,89 16.418,04 70,44% 2,24%

BELANJA PEMERINTAH PUSAT (BPP) 9.920,19 6.331,96 63,83% 11.621,87 7.613,40 65,51% 20,24%

Belanja Pegawai 4.450,33 3.190,43 71,69% 4.351,49 3.152,33 72,44% -1,19%

Belanja Barang 3.746,23 2.255,76 60,21% 4.536,04 2.664,54 58,74% 18,12%

Belanja Modal 1.706,61 872,46 51,12% 2.712,22 1.782,46 65,72% 104,30%

Belanja Bantuan Sosial 17,02 13,31 78,20% 22,12 14,07 63,61% 5,71%

Belanja Hibah Belanja Lain-Lain

Belanja Pembayaran Bunga Utang Belanja Subsidi

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA (TKDD) 11.122,00 9.726,95 87,46% 11.687,02 8.804,64 75,34% -9,48%

TRANSFER KE DAERAH 10.471,08 9.076,03 86,68% 11.007,90 8.211,24 74,59% -9,53%

Dana Perimbangan 9.903,70 8.393,83 84,75% 10.463,16 7.864,23 75,16% -6,31%

Dana Transfer Umum 7.262,38 6.088,02 83,83% 7.090,96 5.879,07 82,91% -3,43%

Dana Bagi Hasil 481,08 410,82 85,40% 443,20 333,36 75,22% -18,85%

Dana Alokasi Umum 6.781,30 5.677,20 83,72% 6.647,76 5.545,71 83,42% -2,32%

Dana Transfer Khusus 2.641,32 2.305,81 87,30% 3.372,20 1.985,16 58,87% -13,91%

Dana Alokasi Khusus Fisik 431,49 394,66 91,46% 958,41 325,43 33,96% -17,54%

Cadangan Dana Alokasi Khusus Fisik 103,15 65,81 63,80% 83,24 - 0,00% -100,00%

Dana Alokasi Khusus Non Fisik 2.106,68 1.845,34 87,59% 2.330,55 1.659,73 71,22% -10,06%

Dana Insentif Daerah 567,38 682,20 120,24% 544,74 347,01 63,70% -49,13%

Dana Insentif Daerah 567,38 682,20 120,24% 544,74 347,01 63,70% -49,13%

Dana Otsus dan DIY - - - - Dana Otonomi Khusus

Dana Tambahan Otonomi Khusus Tambahan Dana Keistimewaan DIY

DANA DESA 650,92 650,92 100,00% 679,12 593,40 87,38% -8,84%

Dana Desa 650,92 650,92 100,00% 679,12 593,40 87,38% -8,84%

SURPLUS/DEFISIT (4.442,48) (8.641,71) 194,52% (11.384,26) (9.758,82) 85,72% 12,93%

PEMBIAYAAN Penerimaan Pembayaran Pengeluaran Pembiayaan

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA)

Triwulan III 2020 Triwulan III 2021

U r a i a n % Growth

Grafik 2.1 APBN Tahun 2020 dan 2021

Sumber: Om Span, Simtrada, diolah

Sumber: Om Span, Simtrada, diolah

(26)

7

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2021 adalah Rp 6,66 triliun rupiah atau terealisasi sebesar 55,84% dari target. Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu sebesar Rp.7,42 triliun atau sebesar 44,68% dari target. Kinerja pendapatan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya disebabkan adanya penurunan target pendapatan. Sedangkan belanja negara terealisasi sebesar Rp.16,42, triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi belanja tahun 2020 sebesar Rp.16,06 triliun. Persentase realisasi belanja pada triwulan III tahun 2021adalah sebesar 70,44%, lebih rendah dari periode yang sama di tahun 2020 yaitu 76,32%.

2.1. Pelaksanaan APBN 2.1.1. Pendapatan Negara

Pendapatan negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan; Penerimaan Negara Bukan Pajak dan Pendapatan Hibah. Penerimaan Perpajakan merupakan penerimaan negara yang utama dalam struktur APBN. Target penerimaan dalam negeri pada tahun 2021 lebih rendah daripada target pendapatan tahun 2020. Pada tahun 2021, target pendapatan negara ditetapkan sebesar Rp11,92 triliun menurun dari target tahun 2020 sebesar Rp16,59 triliun.

Begitu juga target penerimaan perpajakan tahun 2021 lebih rendah dibandingkan dengan target penerimaan perpajakan tahun 2020. Pada tahun 2021 target penerimaan perpajakan yaitu sebesar Rp10,14 triliun, sedangkan penerimaan perpajakan tahun 2020 sebesar Rp.14,82 triliun. Target Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) tahun 2021 ditetapkan sebesar Rp.1,78 triliun lebih besar daripada target tahun 2020 sebesar Rp.1,71 triliun.

Penerimaan Perpajakan terdiri dari Penerimaan Pajak Dalam Negeri dan Penerimaan Pajak dalam rangka aktifitas perdagangan internasional. Realisasi Penerimaan Perpajakan sampai dengan Triwulan III 2021 mencapai Rp.5,129 triliun atau 50,57% dari target. Penerimaan pajak dalam negeri didominasi pajak penghasilan dengan penerimaan sebesar Rp3,588 triliun atau 69,95% total penerimaan pajak sampai dengan triwulan III 2021 diikuti penerimaan dari PPN 28,14%. Pajak Lainnya menunjukkan kinerja yang baik dengan penerimaan sebesar Rp96,84 miliar, meningkat 46,29% dari periode yang sama tahun 2020.

Tabel 2.2

Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2020, dan 2021 s.d. Triwulan III

Sumber: Kanwil DJP Provinsi Bali, diolah

(27)

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

8

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan salah satu sumber pendapatan negara, di luar penerimaan perpajakan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sejak tahun 2007, terdapat pos baru dalam PNBP yaitu pendapatan Badan Layanan Umum (BLU), dimana BLU merupakan satuan kerja (satker) dibawah kementerian/lembaga yang status pengelolaan keuangannya berubah menjadi BLU.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terdiri dari Pendapatan Badan Layanan Umum dan PNBP lainnya. Realisasi PNBP pada Triwulan III 2021 yaitu Rp1.527,58 miliar atau 85,81%

dari target. Untuk penerimaan Bea dan Cukai sampai dengan periode Triwulan III tahun 2021 terealisasi sebesar Rp. 464,15 miliar.

Hibah adalah setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah barang atau jasa dan seluruh surat berharga yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Sampai dengan Triwulan III 2021 realisasi pendapatan negara dari hibah sebesar Rp2,01 miliar.

2.1.2. Belanja Negara

Kinerja Belanja Pemerintah Pusat melalui Kementerian Lembaga sampai dengan Triwulan III 2021 berjalan cukup baik (on track) dengan capaian 65,51% atau melebihi target pada Triwulan III 2021 yaitu sebesar 60,00%.

Pagu Belanja Pemerintah Pusat pada TA 2021 yaitu sebesar Rp.11,62 triliun Sedangkan realisasi belanjannya yaitu sebesar Rp7,61 triliun. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa penyerapan pada Belanja Modal masih relatif rendah, masih sebesar Rp 1,78 triliun atau sebesar 65,72% dari pagu yang disediakan sebesar Rp 2,71 triliun.

Tabel 2.3

Realisasi Penerimaan Bea Cukai Tahun 2020, dan 2021 s.d. Triwulan III

Sumber: Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT, diolah

Grafik 2.2

Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Tw III 2021

Sumber: Om Span, diolah

(28)

9

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

Dilihat dari persebaran alokasi APBN menurut lokasi satker per pemda di provinsi Bali, Kota Denpasar mendapatkan porsi belanja pegawai 77,35%, belanja barang 89,50%, belanja modal

81,76% dan belanja sosial 64,92%. Hal ini disebabkan satuan kerja vertikal kementerian/lembaga sebagian besar berada di Kota Denpasar.

Di triwulan III 2021, realisasi belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal relatif stabil di 6.26% s.d. 8,14% kecuali belanja sosial untuk bulan September 2021 mencapai 16,28%.

Tabel 2.4

Pagu dan Realisasi APBN per Pemda Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III (miliar Rupiah)

Sumber: Om Span, diolah

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb

er

Belanja Pegawai 5,30% 12,39% 20,18% 28,69% 39,30% 50,82% 58,52% 66,07% 73,69%

Belanja Barang 0,95% 5,59% 13,60% 21,84% 29,02% 37,08% 43,82% 51,69% 59,13%

Belanja Modal 8,43% 12,52% 17,69% 20,92% 27,40% 36,51% 42,77% 49,78% 57,92%

Belanja Bansos 0,00% 6,73% 14,93% 38,65% 38,94% 38,94% 39,63% 41,34% 57,62%

0%

20%

40%

60%

80%

Grafik 2.4 Tren Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021 (%)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Septemb er Belanja Pegawai 5,30% 7,09% 7,79% 8,50% 10,61% 11,52% 7,70% 7,55% 7,62%

Belanja Barang 0,95% 4,64% 8,00% 8,25% 7,18% 8,07% 6,74% 7,87% 7,44%

Belanja Modal 8,43% 4,09% 5,17% 3,23% 6,47% 9,11% 6,26% 7,01% 8,14%

Belanja Bansos 0,00% 6,73% 8,20% 23,72% 0,29% 0,00% 0,69% 1,71% 16,28%

10%0%

20%30%

Grafik 2.3 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Bulanan Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021 (%)

Sumber: Om Span, diolah

Sumber: Om Span, diolah

(29)

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

10

Sedangkan untuk tren penyerapan APBN untuk belanja barang, belanja modal dan belanja sosial di 57,62% s.d. 59,13%, tetapi untuk belanja pegawai sudah mencapai 73,69%.

Belanja Transfer Ke Daerah (TKDD) adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiscal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. Tujuan dari alokasi Transfer ke Daerah adalah untuk: (1) meningkatkan kapasitas fiskal daerah serta mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah, serta antar daerah; (2) meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan ketepatan waktu pengalokasian dan penyaluran anggaran Transfer ke Daerah; (3) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; (4) mendukung kesinambungan fiskal nasional; (5) meningkatkan sinkronisasi antara rencana pembangunan nasional dengan pembangunan daerah; (6) meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan; dan (7) meningkatkan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap jenis dana transfer tertentu guna meningkatkan kualitas belanja daerah.

Kinerja Belanja Transfer Ke Daerah Dan Dana Desa sampai dengan Triwulan III Tahun 2021 tercatat terealisasi sebesar Rp 8,80 triliun atau 75,88% dari pagu. Capaian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 9,72 triliun atau 88,54%.

2.1.3. Surplus/Defisit

Sampai dengan triwulan III tahun 2020 defisit APBN mencapai Rp 8.641,71 miliar dari pagu Rp 4.442,48 miliar atau 194,52% dan sampai dengan triwulan yang sama pada tahun 2021 defisit mencapai Rp9.758,82 miliar dari pagu Rp 11.384,26 miliar atau 85,72%. Persentase defisit yang lebih kecil di tahun 2021 disebabkan penurunan target penerimaan negara sehingga angka defisit mengalami kenaikan hampir 3x dari tahun 2020.

2.1.4. Prognosis APBN

Berdasarkan kebijakan penyerapan anggaran tahun 2021 oleh Kementerian Keuangan, kementerian lembaga ditargetkan untuk melakukan realisasi belanja pada triwulan I sebesar 15%; triwulan II sebesar 40%, triwulan III 60% dan triwulan IV sebesar 90%. Dengan demikian prognosis realisasi belanja pada pemerintah pusat dapat diperhitungkan realisasinya sampai dengan triwulan IV 2021 yaitu sebesar Rp.10,45 triliun.

Tabel 2.5

Pagu dan Realisasi APBN Tahun 2020 dan 2021 s.d. Triwulan III (miliar)

Sumber: Om Span, diolah

(30)

11

KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI BALI

TRIWULAN III / 2021

A N A L I S I S F I S K A L R E G I O N A L

2.1.5. Analisis Capaian Output: Layanan Dasar Publik

Sampai dengan akhir triwulan III 2021 realisasi PC-PEN di provinsi Bali mencapai Rp 233,38 miliar atau 90,36% untuk dana PC-PEN yang ada pagunya, sedangkan total realisasinya mencapai Rp325,16 miliar atau 125,90% (termasuk realisasi tanpa pagu) dan untuk capaian outputnya baru tercapai 2.37 juta atau 6,75% dari target 35,06 juta.

2.2. Pelaksanaan APBD

APBD merupakan bagian fiskal yang menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, APBD juga sebagai alat pendorong dan salah satu penentu tercapainya target dan sasaran makro ekonomi daerah yang diarahkan untuk mengatasi berbagai kendala dan permasalahan pokok yang merupakan tantangan dalam mewujudkan agenda masyarakat yang sejahtera dan mandiri.

Realisasi Pendapatan Daerah seluruh Pemda di Bali sampai dengan Triwulan III tahun 2021 mencapai Rp 14,92 triliun atau 66,46% dari target yang ditetapkan, turun 10,80% dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun 2020. Sedangkan Belanja Daerah terealisasi sebesar Rp 13,20 triliun atau 50,63% dari pagu, perkembangannya minus 7,21% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 14,27 triliun. Secara total, sampai dengan triwulan III tahun 2021, anggaran pemerintah daerah di Bali mengalami surplus sebesar Rp 1,72 triliun.

Tabel 2.6

Pagu dan Realisasi PC-PEN s.d. Triwulan III 2021

Pagu Realisasi Target Capaian

Kesehatan Pengawasan Obat dan Makanan di 31 Balai Besar/Balai Pom 4.805.140.000 2.543.075.000 3 - Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 15.039.000.000 10.329.039.325 3 1 Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 31.181.902.000 28.287.145.251 190 2 Infrastruktur Penyediaan Akses Rumah Layak Huni 54.000.000.000 10.000.000.000 1.270 - Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 26.800.297.000 50.657.818.508 196 75 Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 3.017.550.000 2.413.778.850 3.067 133 Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 51.369.219.000 54.270.641.781 235 37 Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 2.165.573.000 1.192.438.000 1.953 324 Infrastruktur Penyelenggaraan Sanitasi yang Layak 15.000.000.000 26.200.000.000 6.322 2 Infrastruktur Penyelenggaraan Air Minum yang Layak 11.126.684.000 11.126.684.000 3.967 - Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 522.600.000 230.950.000 720 - Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 2.766.981.000 834.458.409 34 - Infrastruktur Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional 3.295.300.000 2.223.711.000 3.400 9 Infrastruktur Pelayanan Transportasi Darat 5.441.813.000 5.985.876.139 2 - Infrastruktur Infrastruktur Konektivitas Transportasi Darat - 50.513.262.078 - - Infrastruktur Infrastruktur Konektivitas Transportasi Darat - 514.892.090 - - Infrastruktur Pelayanan Transportasi Darat - 15.711.419.000 - - Infrastruktur Pengelolaan Perencanaan, Keuangan, BMN, dan Umum SDM Transportasi 40.000.000 660.473.204 2 - Infrastruktur Pengelolaan Organisasi dan SDM Transportasi Darat 75.000.000 72.903.875 1 - Infrastruktur Keselamatan dan Keamanan Transportasi Darat - 17.631.020.000 - - Infrastruktur Keselamatan dan Keamanan Transportasi Darat - 986.850.000 - - Infrastruktur Keselamatan dan Keamanan Transportasi Darat - 6.429.125.390 - - Infrastruktur Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 4.375.000.000 4.228.894.547 36 28 Infrastruktur Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian 14.250.000.000 14.250.000.000 190 174 Infrastruktur Pengelolaan Kawasan Dan Kesehatan Ikan 478.280.000 478.280.000 1 1

Infrastruktur Pengelolaan Perbenihan Ikan 2.595.256.000 2.388.728.369 35.040.080 2.365.447

Infrastruktur Pengembangan Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan 6.246.600.000 3.346.327.422 1 - Infrastruktur Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan 2.280.000.000 585.821.534 10 5 Infrastruktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha 185.200.000 - 3 - Infrastruktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha 92.510.000 32.737.000 1 - Infrastruktur Pemantauan dan Operasi Armada 57.750.000 26.236.000 39 3 Infrastruktur Pemantauan dan Operasi Armada 21.600.000 15.958.061 4 - Infrastruktur Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan 1.020.645.000 996.354.887 2 1 Infrastruktur Pengelolaan Sistem informasi dan teknologi 31.635.000 4.848.000 7 2

258.281.535.000

325.169.747.720 35.061.739 2.366.244

Kelompok Output

J u m l a h

Output Nilai

Sektor

Sumber: Om Span, diolah

Gambar

Grafik Presentase Pengangguran di Bali
Grafik 2.1  APBN Tahun 2020 dan 2021
Grafik 2.3 Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Bulanan Lingkup Provinsi Bali s.d. Triwulan III 2021 (%)
Grafik 2.5 Perubahan Pendapatan Pemerintah Konsolidasian Prov. Bali  s.d.Triwulan III Tahun 2021 dan 2020 (miliar rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Media dapat berfungsi sebagai alat bantu, sebagai elemen dari proses pengajaran, maupun sebagai figur yang bertindak sebagai wakil guru dalam proses belajar mengajar. Akan

bahwa dalam upaya optimalisasi tugas dan fungsi Camat dan Lurah sebagai perangkat daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta upaya peningkatan pelayanan

Sebagaimana Islam juga tidak memberikan garis yang jelas bahwa sebuah negara harus dikemas dalam bentuk negara Islam yang secara eksklusif tidak memberikan

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Promosi pariwisata merupakan salah satu kunci yang penting dalam upaya meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke suatu tempat wisata.dengan promosi yang optimal,

Halaman Kata Sambutan Direktur Politeknik Negeri Balikpapan i Kata Sambutan Kepala Pusat Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat iii Kata Pengantar Ketua Pelaksana

1) Produk, memiliki produk yang berbeda dari sekolah lainnya yakni kegiatan baca tulis Al-Quran, kegiatan ekstrakurikuler drumband, beladiri, pramuka, futsal, voli, basket. 2)

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang dilakukan di SMP Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, teknik pengumpulan data