• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Analisis Framing

Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini, menghasilkan suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena media mutakhir.14

13

Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. (Jakarta: Granit, 2004) h. 2-3. 14

Orang yang pertama kali melontarkan gagasan mengenai framing adalah Beterson pada tahun 1955.15 Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas. Berikut beberapa definisi mengenai framing yang dikemukakan para Tokoh:16

Tabel 3

Definisi Framing Menurut Beberapa Tokoh

TOKOH DEFINISI

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang

teroganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi mana peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

15

Alex Sobur, Analisis Teks MediaSuatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009) h. 161.

16

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk disampaikan kepada khalayak pembaca. Peristiwa- peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benfort Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame

mengorganisasikan system kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk mendapatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membentuk individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Dari definisi-definisi tersebut, definisi framing mengacu pada suatu cara untuk menyajikan realitas, dimana realitas yang ada dikemas sedemikian rupa dengan menggunakan symbol-simbol yang terpilih, diseleksi, diitekankan, dan ditonjolkan sehingga peristiwa tertentu dapat lebih mudah dipahami berdasarkan perspektif tertentu yang dimaksudkan dalam proses framing tersebut. Jadi, realitas yang disampaikan bukanlah realitas yang utuh.

Analisis Framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu ditonjolkan sedangkan yang lain tidak? Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain yang diwawancarai?17 Pertanyaan-pertanyaan tersebut mendasari bagaimana media massa membentuk dan mengkonstruksi realitas, yang membuat khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang ditekankan dan ditonjolkan oleh media massa D. Analisis Framing Model Robert Entman

Robert N. Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, yang salah satunya ditulis dalam sebuah artikel untuk Jurnal of Political Communication.18 Entman melihat framing dalam dua dimensi besar, yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti, atau lebih ingat oleh khalayak.19 Framing didefinisikan Entman sebagai proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisis tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari sisi yang lain. Dalam praktiknya, Framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu dan mengabaikan isu yang

17

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta : Kencana Prenada Media Group : 2006), h. 252.

18

Eriyanto. Analisis Framing, : Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. (Yogyakarta: Lkis. 2007) h. 185.

19

lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana – penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan/bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/ peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain-lain. Kata penonjolan (salience) didefinisikan sebagai membuat informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan.20 Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan atau mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal.

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Frame beriita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun suatu pengertian mengenai peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, simbol, citra, yang ada dala narasi berita yang memberi makna tertentu dari teks berita.21

Konsep framingdalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkapkan the power of a communication text. Konsepsi mengenai

20

Eriyanto. Analisis Framing, Ideologi, dan Politik Media. (Yogyakarta: Lkis, 2002)h.185 21

framing dari Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.

Tabel 4

Framing Model Robert Entman

Problem Identification (Pendefinisian masalah)

Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat dan didefinisikan? Sebagai apa atau sebagai masalah apa?

Diagnose Causes (Memperkirakan penyebab/sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab masalah? Siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah?

Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral/Penilaian atas penyebab masalah)

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi dan mendelegitimasi suatu tindakan? Penilaian apa yang disajikan terhadap penyebab masalah?

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

Define Problems (pendefinisan masalah) adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa yang dipahami oleh wartawan ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.

Diagnose Cause (memperkirakan penyebab masalah), ini merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai actor dari suatu peristiwa.

Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi juga bisa berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dapat dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sumber masalah.22

Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut gagasan yang diikuti berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.23

Treatment recommendation (menekankam penyelesaian), elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.24

22

Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h. 189-190

23

Ibid, h. 191 24

35 A. Profil Suara Pembaruan

1. Sejarah Singkat Suara Pembaruan

Pada 27 April 1961, lahirlah harian umum Sinar Harapan yang beredar sore hari. Sebagai Presiden Direktur yang pertama adalah I.D.Pontoan, dan Direkturnya adalah H.G.Rorimpandey. Koran ini diterbitkan oleh PT Sinar Kasih. Meskipun didukung Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Sinar Harapan bukan koran partai. Mottonya adalah “Memperjuangkan Kemerdekaan dan Keadilan, Kebenaran dan Perdamaian, Berdasarkan Kasih”.

Selama hayatnya, Sinar Harapan hidup penuh perjuangan. Sempat diberi sanksi oleh pemerintah, yakni tiga kali mendapat teguran berupa penutupan atau pelarangan terbit. Puncaknya pada 9 Oktober 1986, pemerintah mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Sinar Harapan, karena dianggap menyimpang dari ketentuan pemerintah di bidang penerbitan. Tetapi pada 4 Februari 1987, terbitlah untuk pertama kalinya Harian Umum Suara Pembaruan, sebagai kelanjutan dari Sinar Harapan yang dibreidel pemerintah.

Suara Pembaruanditerbitkan sebagai alat perjuangan demi terwujudnya cita -cita dan idealisme yang melatarbelakangi dan mendasarinya sesuai dengan visi dan misi. Motivasi penerbitan Suara Pembaruan tidak terlepas dari cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang pengejawantahannya terdapat dalam dasar

negara Pancasila dan UUD 1945. Memiliki tagline “Memihak pada kebenaran”

Suara Pembaruan ingin memberikan informasi kepada khlayak berdasarkan fakta-fakta terhadap issue yang berkembang.

2. Visi dan Misi Harian Suara Pembaruan

Suara Pembaruan memiliki visi yaitu untuk menjadi Koran sore terbaik, terbesar, dan terpercaya. Visi tersebut harus selalu dijadikan sasaran dan pendorong sebagai kriteria penilaian keberhasilan. Sesuai dengan cita-cita dan idealism yang mendasarinya, misi Suara Pembaruan adalah “Mewujudkan masyarakat Indonesia yang majemuk, demokratis, adil dan sejahtera, berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan nilai-nilai Kristiani.”1

Misi itu tercermin pula di dalam nama Suara Pembaruan dan motto, yaitu

“Memperjuangkan Harapan Rakyat Dalam Pembangunan Nasional Berdasarkan

Pancasila.” Dari nama itu dapat ditarik pemahaman bahwa surat kabar ini ingin menyampaikan kepada khalayak pembaca hal-hal yang merupakan, atau setidak-tidaknya dapat mendorong kearah terjadinya pembaruan/reformasi yang diperlukan di dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara, demi semakin terwujudnya pengalaman Pancasila.

1

3. Struktur Organisasi Suara Pembaruan

Berdasasarkan data company profile Suara Pembaruan, berikut adalah susunan redaksi harian tersebut:2

Tabel 5

Struktur Organisasi Suara Pembaruan

Pemimpin Redaksi Primus Dorimulu

Wakil Pemimpin Redaksi Petrus Christian Mboeik

Redaktur Pelaksana Aditya L Djono

Dwi Argo Santosa Asisten Redaktur Pelaksana Anselmus Bata

Miko Napitupulu

Redaktur Asni Ovier Dengen Paluin, Alexander Suban, Bernadus Wijayaka, Gatot Eko Cahyono, Marselius Rombe Baan, M Zainuri, Paulus C Nitbani, Syafrul Mardhy Pasaribu, Steven Setiabudi Musa, Surya Lesmana, Unggul Wirawan

Asisten Redaktur Agustinus Lesek, Adrianus Berthus Mandey, Heri S Soba, Irawati Diah Astuti, Noinsen Rumapea, Sumedi Tjahja Purnama, YC Kurniantoro,Yuliantino Situmorang

Staf Redaksi Abimanyu, Ari Suprianti Rikin,Charles Ulag, Daurina L Sinurat, Debora MJ Pesik, Elvira Anna Siahaan, Endah Dwi Sotyati, Gardi Gazarin, Hendro D Situmorang, Hotman Siregar, Ignatius Liliek, Jeanny Aipassa, Jeis Montesori, Kurniadi, Luther Ulag, Marthin Brahmanto, Natasia Christy Wahyuni, Robertus Wardi, Ruht Semiono, Siprianus Edi Hardum, Willy Masaharu, Yeremia Sukoyo, Yumeldasari Chaniago, Dewi Gustiana (Tangerang), Laurensius Dami (Serang), Epi Helpian (Bogor), Stefy Thenu (Semarang), Teguh Lulus Rachmadi (Surabaya), Aries

2

Sudiono (Malang), Muhammad Hamzah (Banda Aceh), Henry Sitinjak, Arnold H Sianturi (Medan), Bangun Paruhuman Lubis (Palembang), Radesman Saragih (Jambi), Hermansyah Bermani (Bangka), Usmin (Bengkulu), Margaretha Feybe Lumanauw (Batam), I Nyoman Mardika (Denpasar)

Adhie Malehere (Kupang), Sahat Oloan Saragih (Pontianak), Barthel B Usin (Palangkaraya), M Kiblat Said (Makassar), Fanny Waworundeng (Manado), Adi Marsiela (Bandung), Fuska Sani Evani (Yogyakarta), Robert Isidorus Vanwi (Papua), Vonny Litamahuputty (Ambon)

Pjks Kepala Sekretariat Rully Satriadi Kepala Litbang, Data dan

Informasi

Dhewasasri M Wardani Koordinator Tata Letak. Robert Prihatin

Koordinator Grafis Antonius Budi Nurcahyo

B. Gambaran Umum Harian Republika

Dokumen terkait