• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Gambaran Umum Harian Republika 1. Sejarah Harian Republika

2.2 Misi Republika

Dengan latar belakang tersebut, misi Republika di berbagai kehidupan adalah sebagai berikut:

Bidang Politik

Dalam bidang politik, Republika memiliki beberapa misi yaitu: 1. Mengembangkan demokrasi;

2. Optimalisasi peran lembaga-lembaga negara;

3. Mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat;

3

4. Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik; 5. Penghargaan terhadap hak-hak sipil;

6. Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih.

Bidang Ekonomi

Dalam bidang ekonomi, Republika memiliki beberapa misi yaitu;

1. Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi menjadi kepedulian Republika;

2. Mempromosikan profesionalisme yang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen;

3. Berpihak pada kepentingan ekonomi domestik dari pengaruh globalisasi; 4. Pemerataan sumber-sumber daya ekonomi;

5. Mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis; 6. Mengembangkan ekonomi syari’ah;

7. Berpihak pada usaha menengah, kecil, mikro, dan koperasi (UMKMK).

Bidang Budaya

Dalam bidang budaya, Republika memiliki beberapa misi yaitu:

1. Mendukung sikap terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat;

2. Mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani;

3. Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian yang merusak moral, akidah, dan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan;

Bidang Agama

Dalam bidang agama, Republika memiliki beberapa misi yaitu:

1. Mendorong sikap beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer;

2. Mempromosikan semangat toleransi yang tulus;

3. Mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam rangka mendapatkan pemahaman yang segar dan tajam;

4. Mendorong pencarian titik temu di antara agama-agama.

Bidang Hukum

1. Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum; 2. Menjunjung tinggi supremasi hukum;

3. Mengembangkan mekanisme checks and balances pemerintah-masyarakat;

4. Menjunjung tinggi HAM;

5. Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas. 3. Struktur Organisasi Republika

Berdasasarkan data company profil Republika, berikut adalah susunan redaksi harian tersebut:4

Tabel 6

Struktur Organisasi Republika

4

Pemimpin Redaksi Nasihin Masha

Wakil Pemimpin Redaksi Arys Hilman Nugraha Redaktur Pelaksana Koran Elba Damhuri

Redaktur Pelaksana Newsroom Maman Sudiaman Redaktur Pelaksana Online M. Irwan Ariefyanto

Redaktur Senior Anif Punto Utomo

Wakil Redaktur Pelaksana Irfan Junaidi

Syahruddin El-Fikri Kumara Dewantasari Asisten Redaktur Pelaksana Fikrah Fansuri

Heri Ruslan Johar Arief Joko Sadewo Nur Hasan Murtiaji Subroto

Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf

Kepala Quality Control dan Bahasa Rakhmat Hadi Sucipto

Reporter Senior Harun Husein

Muhammad Subarkah Nurul S. Hamami Selamat Ginting

Siwi Tri Puji Budiwiyati Teguh Setiawan

Kepala Desain Sarjono

Staf Redaksi Agus Yulianto, Alwi Shahab, Andi Nur Aminah, Andri Saubani, Anjar Fahmiarto, Asep K Nurzaman, Budi Raharjo, Burhanuddin Bella, Darmawan Sepriyosa, Dewi Mardianni, Didi, Purwadi, Endro Yuwanto, EH Ismail, Ferry Kisihandi, Fitriyan Zamzami, Heri Purwata, Indira Rezkisari, Irwan Kelana, Israr, Khoirul Azwar, M Ikhsan Shiddiqiey, Nashih Nasrullah, Natalia Endah Hapsari, Nidia Zuraya, Nina Chairani Ibrahim, Priyantono Oemar, Rahmat Budi Harto, Ratna Puspita, Reiny Dwinanda, R Hiru Muhammad, Stevy Maradona, Taufiqurahman Bachdari, Teguh Firmansyah, Wachidah Handasah, Wulan Tunjung Palupi, Yeyen Rostiyani, Yogi Ardhi Cahyadi, Yussuf Assidiq, Zaki Al Hamzah, Edwin Dwi Putranto,

Abdullah Sammy, Agus Raharjo, Ahmad Islamy Jamil, Ahmad Reza Safitri, Amri Amrullah, Ani Nursalikah, A Syalabi Ichsan, Bilal Ramadhan, Bowo Priadi Citra Listya Rini, Damanhuri Zuhri, Darmawan, Desy Susilawati, Djoko Suceno, Ditto Papilanda, Dwi Murdaningsih, Dyah Ratna Meta Novia, Edi Setyoko, Eko Widiyanto, Erdy Nasrul, Erik Purnama Putra, Esthi Maharani, Fernan Rahardi, Fitria Andayani, Friska Yolanda, Ichsan Emerald Alamsyah, Indah Wulandari, Irfan Fitrat Pribadi, Lilis Sri Handayani, Lingga Permesti, Mansyur Faqih, Meilani Fauziyah, Mohammad Akbar, Muhammad Akbar Wijaya, Muhammad Fakhruddin, Mutia Ramadhani, M Hafil, Neni Ridarineni, Nur Aini, Qommaria Rostanti, Rosita Budi Suryaningsih, Rusdi Nurdiansyah, Satya Festiani, Sefti Oktarianissa, Setyanaviditia Livikacansera, Susie Evidia Yuvidianti, Yoebal Ganesha Rasyid, Yulianingsih, Tahta Aidilla, Aditya Pradana Putra, Agung Supriyanto, Wihdan Hidayat, Nian Poloan (Medan), Maspriel Aries (Palembang), Ahmad Baraas (Bali).

Direktur Utama Daniel JP Wawengkang

Direktur Pemberitaan Ikhwanul Kiram Mashuri Direktur Operrasional Mira R. Djarot

Direktur Business Development Tommy Tamtono

Komisaris Utama Adi Sasono

Wakil Komisaris Utama Erick Thohir

Komisaris R. Harry Zulnardy

Adrian Syarkawi

GM Keuangan Didik Irianto

GM Marketing dan Sales Yulianingsih

Manager Iklan Indar Wisnu Wardhana

Manager Produksi Nurrokhim

Manager Sirkulasi Darkiman Ruminta Manager Keuangan Heri Setiawan

46

Sejak dibentuknya Panitia Khusus (Pansus) RUU Ormas yang baru pada tanggal 3 Oktober 2011 dengan tujuan untuk mengatur ulang Undang-Undang Ormas No.8 Tahun 1985, hal ini banyak menimbulkan polemik ditengah masyarakat Indonesia. Salah satu polemik yang terjadi adalah timbulnya penolakan organisasi-organisasi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, serta beberapa ormas-ormas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Indonesia.

Sebagian besar organisasi-organisasi masyarakat tersebut, menolak adanya asas pancasila sebagai asas tunggal karena mereka menganggap hal ini akan mengulang kembali sejarah kelam RUU Ormas dan membangkitkan rezim represif otoriter terhadap kebebasan berserikat dan berkumpul.Tidak hanya masalah asas tunggal saja, tetapi Ormas-ormas baik Ormas dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga mengkritik adanya pasal di RUU Ormas yang mengharuskan mereka untuk melaporkan data yang berkaitan dengan sumber-sumber keuangan ormas, termasuk penggunaan, serta pertanggung jawabannya. Menurut Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) pasal ini bertujuan agar terciptanya transparansi dana ormas serta untuk mengontrol dana asing yang masuk ke Indonesia melalui ormas.

Pemerintah menganggap bahwa memang peraturan mengenai Ormas sangat diperlukan di Indonesia saat ini mengingat banyaknya ormas-ormas di Indonesia baik ormas yang terdaftar, ataupun ormas asing berkegiatan di

Indonesia tanpa adanya sistem regulasi yang jelas mengenai peraturan mereka selama berkegiatan di Indonesia. Selain itu, RUU Ormas yang baru berguna untuk mengatur ormas-ormas yang liar karena belakangan ini banyak kasus anarkisme dilakukan oleh Ormas tertentu sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat serta pemerintah Indonesia.

Munculnya pro dan kontra ditengah masyarakat mengenai dibentuknya Undang-Undang yang mengatur tentang Organisasi Masyarakat, ternyata bukan baru pertama kali ini saja. Sebelumnya, pro kontra juga pernah terjadi pada tahun 1985 saat Undang-Undang Organisasi Masyarakat pertama kali dibuat. Saat itu, banyak pemberitaan mengenai RUU Ormas di beberapa media massa. Berikut adalah tabulasi mengenai beberapa pemberitaan Pro Kontra RUU Ormas lama, tahun 1985.

Tabel 7

Pemberitaan Pro Kontra Mengenai RUU Ormas di Media Massa Tahun 1985

No. Media Tema yang dibahas Narasumber

1. Kompas, 30 Mei 1985

Muhammadiyah belum menentukan sikap menyangkut diterima atau ditolaknya Pancasila sebagai asas tunggal di Rancangan Undang-Undang Ormas 1985. KH. AR Fakhruddin selaku ketua PP Muhammadiyah. 2. Suara Merdeka, 7 Mei 1985

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mengusulkan pasal

Ketua Panitia Khusus RUU Ormas, Dr.

baru yang berisi mengenai hubungan antara agama dengan Pancasila.

Shardiman SE.

3. Sinar Harapan, 16 Mei 1985

Organisasi Masyarakat yang memiliki atau tidak memiliki badan hukum seperti Persekutuan Gereja Indonesia (PGI), Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI) dan Muhammadiyah harus tunduk pada Undang-Undang Organisasi Kemasyarakatan.

H. Pamudji, juru bicara Fraksi Partai Demokrasi Indonesia.

Saat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memutuskan untuk menggantikan UU No. 8 Tahun 1985 dengan RUU Ormas yang baru, banyak media-media baik cetak maupun elektronik memuat berita pro kontra yang terjadi akibat hal tersebut, tidak terkecuali media harian Suara Pembaruan (SP) dan Republika. Tentunya, setiap media memiliki perbedaan dalam mengkonstruksi berita yang akan dimuat sesuai dengan kepentingan masing-masing media. Republika yang memiliki ideologi dan nilai-nilai keislaman pada setiap pemberitaannya, pasti memiliki perbedaan dalam mengkonstruksi berita dengan Suara Pembaruan yang mempunyai visi dan misi kristiani, meskipun kedua media tersebut pada setiap pemberitaannya tetap bersifat universal. Karena itulah, penulis ingin melihat

kecenderungan sudut pandang Republika dan Suara Pembaruan terhadap pro kontra RUU Ormas.

Peneliti mengambil empat judul judul berita yang ada di pemberitaan harian umum Suara Pembaruan dan Republika periode Maret sampai April. Empat judul tersebut dipilih karena peneliti menganggap judul-judul tersebut telah mewakili pemberitaan pro kontra RUU Ormas. Empat judul berita tersebut, Pancasila Bukan Asas Tunggal, Asas Utama Pancasila Final dan Mengikat, Ormas Dinilai Takut Transparan, dan Ormas Asing Wajib Laporkan Sumber Dana.

A. Define Problems Kasus Pro Kontra RUU Ormas di Media Suara

Dokumen terkait