ANALISA DAN PEMBAHASAN
2. Analisis Framing Majalah Tempo Edisi 21-27 Februari 2011
Topik utama Tempo dalam berita yang dimuat dalam rubrik Laporan Utama ini adalah tentang organisasi massa Islam Front Pembela Islam (FPI). Berita ini tetap dimasukkan ke dalam objek penelitian karena selain membahas FPI secara detail, Tempo juga membuat satu angel
berita dengan topik keterlibatan FPI dalam kasus Cikeusik 16 Februari lalu. Berita berjudul “Ada Front di Cikeusik” ini menceritakan penangkapan Kiai Ujang Bengkung (disebut-sebut sebagai ketua FPI Pandeglang) yang dicurigai sebagai dalang kerusuhan di Cikeusik.
Dalam pemberitaannya, Tempo terkesan memberitakan kasus ini secara sepihak saja. Pihak Tempo sama sekali tidak melakukan verifikasi kasus ini terhadap Kiai Ujang Bangkung.
Tempo berdalih tidak berhasil mewawancarai Kiai Ujang yang sudah berada di Tumah Tahanan Kepolisian Daerah Banten. Berikut ini cara Tempo membingkai kasus ini.
Problem Identification. Tempo menilai masalah ini sebagai masalah hukum. Meskipun
pada beberapa bagian berita Tempo juga mengait-ngaitkan kasus ini dengan isu politik. Terutama antara Front Pembela Islam (FPI) dengan presiden dan beberapa tokoh politik dan pengusaha lainnya. Namun secara keseluruhan, Tempo melihat kasus ini sebagai permasalahan hukum.
Judul Berita Isi Berita/Wawancara Sumber Berita Ada Front di Cikeusik Penangkapan Ujang Arif Bin Surya alias
Kiai Ujang Bengkung selaku aktor tragedi Cikeusik. Tempo menelusuri sepak terjang Kiai Ujang, berdasarkan keterangan narasumber Tempo, Kiai Ujang adalah Ketua FPI Pandeglang. Namun FPI Pusat mengaku tidak ada FPI di Pandeglang atau Banten.
Ahmad Dimyati Natakusumah (anggota
komisi hukum DPR), Mamat (saksi mata), Munarman (juru bicara FPI),
Causal Interpretation. Dari keseluruhan berita Tempo dalam edisi ini, Ujang Arif Bin Surya alias Kiai Ujang Bengkung diposisikan sebagai pelaku (aktor) utama, sebagai penyebab masalah. Disamping dua tokoh lainnya: Munir bin Masyri dan Muhammad bin Syarif. Diantara ketiga orang tersebut, Kiai Ujang Bangkung dinilai sebagai penyebab utama dalam tragedi Cikeusik. Sebab, ide pengusiran Ahmadiyah di Cikeusik ini pertama kali datang melalui Kiai Ujang Bangkung. Hal ini terlihat dari pengirim pertama pesan pendek berisi ajakan mengusir Ahmadiyah dari Pandeglang. Disebutkan Tempo Kiai Ujang Bangkung inilah pengirim pertamanya. Sedangkan yang dua kiai lainnya ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap ikut terlibat menggerakkan massa.
“Banyak jejak menunjukkan keterlibatan Kiai Ujang dalam peristiwa yang menewaskan tiga orang itu. Sejumlah kiai yang diperiksa polisi menyebut Kiai Ujang sebagai pengirim pesan pendek ajakan mengusir Ahmadiyah dari Pandeglang. Tim Pembela Muslim yang menjadi pengacara Ujang juga mengakui penyebaran pesan pendek itu.”
Moral Evaluation. Berdasarkan identifikasi permasalahan dan penentuan aktor di balik semua masalah tersebut, lantas penilaian moral Tempo terhadap aktor penyebab masalah dalam kasus ini adalah sebagai berikut. Kiai Ujang digambarkan sebagai sosok yang sangat anti Ahmadiyah. Selain itu dia juga disebut-sebut Tempo sebagai ketua Front Pembela Islam (FPI) Pandeglang.
Treatment Recommendation. Rekomendasi yang dibuat Tempo adalah penegak hukum
harus segera menyelidiki dan memproses para tersangka penyebab masalah ini. Sejauh penelusuran Tempo, yang menjadi aktor utama dalam kasus ini adalah Kiai Ujang Arif bin Surya, Munir bin Masyri dan Muhammad bin Syarif. Rekomendasi yang lebih penting adalah, di mata
Tempo Kiai Ujang ini adalah pemimpin ormas Islam FPI wilayah Pandeglang, oleh sebab itu tidak cukup kalau kasus ini hanya menuntut Kiai Ujang, melainkan ormas Islam tunggangannya dan ormas-ormas Islam lainnya yang dinilai anarkis juga harus dibereskan.
Soal rekomendasi pembubaran ormas-ormas Islam yang disebut-sebut radikal ini, Tempo
benar-benar ngotot agar pemerintah secepat mungkin bertindak terhadap pembubaran FPI dan beberapa Ormas Islam lainnya yang dianggap anarkis. Hal ini terlihat jelas bagaimana Tempo
membingkainya dalam tulisan berikut.
“Ancaman yang sama disiarkan setelah peristiwa monas, ketika Front Pembela Islam menyerang Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, pada Juni 2008. Kini ancaman serupa dilontarkan presiden setelah penyerbuan atas penganut Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten, Ahad tiga pekan lalu. “kepada penegak hukum, agar dicarikan jalan yang sah untuk dilakukan pembubaran dan pelarangan organisasi massa yang melakukan anarki,” kata Presiden tiga hari setelah kejadian.
Toh ancaman itu tidak pernah dilaksanakan. Sejumlah organisasi massa terus melakukan kekerasan. Kepolisian Negara Republik Indonseia tahun lalu mencatat, Front Pembela Islam, Forum Betawi Rempung, dan Barisan Muda Betawi melakukan setidaknya 50 kali kekerasan. Seberapa susah membubarkan organisasi anrakis?”
Tabel 6. Framing Berita Tempo Edisi 21-27 Februari 2011
Problem Identification Masalah hukum.
Diagnoses Causes Secara khusus Kiai Ujang Arif Bin Surya alias Kiai Ujang Bengkung disebut sebagai pelaku (aktor) utama penyebab masalah. Disamping dua tokoh lainnya: Munir bin Masyri dan Muhammad bin Syarif. Dan pada dasarnya Tempo
mengarah kepada ormas Islam anarkis seperti FPI sebagai
trouble maker dalam kasus ini.
Moral Evaluation Evaluasi moral lebih diarahkan kepada ormas-ormas Islam yang selama ini aktif melakukan berbagai aktivias di masyarakat, utamanya kepada FPI dan beberapa ormas Islam lainnya yang turut serta menyuarakan pembubaran Ahmadiyah. Ormas-ormas ini dinilai telah menodai kerukunan ummat beragama di Indonesia serta mencabut hak warga negara atas kebebasan memilih dan menjalankan agama dan kepercayaannya. Lebih jauh, Tempo menilai ormas-ormas ini adalah organisasi yang kerap melakukan kekerasan di masyrakat. Kiai Ujang Arif Bin Surya alias Kiai Ujang Bengkung, Munir bin Masyri dan Muhammad bin Syarif dinilai sebagai anggota ormas Islam berbahaya yang getol melancarkan aksi kekerasan di masyarakat .
Treatment Recommendation Melalui penegak hukum, pemerintah harus segera menindaklanjuti penyidikan terhadap pelaku tindak
kriminal yang terjadi di Cikeusik. Dan ormas Islam yang anarkis harus dibubarkan, Presiden tidak cukup hanya dengan mengumbar janji-janji akan segera menertibkan ormas-ormas Islam tersebut.