• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PARTIKEL BAKARI, HODO, DAN KURAI/GURAI PADA KALIMAT BAHASA JEPANG

DALAM MAJALAH WOCHI KOCHI EDISI 30 DAN 32

3.1 Fungsi dan Makna Partikel Bakari

Cuplikan 1: 手 男性 い 場合 あ 女性 い 場合 あ

(Wochi Kochi, ed:30, hal:26)

Kogite wa dansei bakari no baai mo arushi, josei bakari no baai mo aru.

(Tukang dayung adakalanya kira-kira pria, adakalanya kira-kira wanita saja)

Analisis:

Kalimat di atas memililki sebuah partikel bakari, sebelum partikel bakari diikuti oleh kata yang menyatakan perkiraan batasan suatu hal. Partikel bakari pada kalimat di atas memiliki makna “kira-kira” yaitu kira-kira perempuan atau laki- laki saja yang dapat menjadi pendayung perahu. Penggunaan partikel pada kalimat di atas sudah tepat. Partikel bakari pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa pendayung ada saatnya kira-kira laki-laki saja dan ada saatnya perempuan saja. Hal ini menggambarkan bahwa ada batasan berdasarkan

namun berdasarkan gender (jenis kelamin)nya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sudjianto bahwa partikel bakari berfungsi untuk menyatakan perkiraan jumlah, batas, atau derajat tertentu dan juga pendapat Chino yang menyatakan bahwa partikel bakari berfungsi untuk menyatakan perkiraan terendah (minimum). Cuplikan 2: 世界 い 最 誇 ほ 泣派 いう 思い 抱い 人生 い 得 え い 教 訓 う

(Wochi kochi, ed: 30, hal:58)

Soshite, Betonamu wa sekai de sai mo hokorashiku naha nakuni na noda to iu omoi wo daite jinsei kara uru no wa tsurai kyoukun bakari datta.

(Lalu, Vietnam memiliki image sebagai negara terhormat yang sangat membanggakan di dunia, namun yang diperoleh rakyatnya paling-paling pendidikan yang menyedihkan).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel bakari, sebelum partikel bakari diikuti kata kyoukun yang menyatakan suatu perkiraan mengenai tingkatan pendidikan yang rendah. Partikel bakari pada kalimat di atas memililiki makna “Paling- paling”. Kata “paling-paling” pada kalimat di atas sesuai dengan maknanya dalam

bahasa Indonesia ialah segala sesuatu yang terlampau rendah. Penggunaan partikel bakari pada kalimat di atas sudah tepat, karena memberikan nuansa makna bahwa tingkat pendidikan rakyat Vietnam yang rendah atau bisa dikatakan menyedihkan itu sangat bertolak belakang dengan gambaran negara Vietnam yang dianggap sebagai negara hebat dan membanggakan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel bakari cenderung (hanya cenderung) mengarah pada perkiraan minimum (terendah). Yang dimaksud mengenai hal minimum (terendah) pada kalimat di atas ialah pendidikan masyarakatnya.

Cuplikan 3:

歳 い

留学 年間 , %失敗

(Wochi kochi, ed:32, hal:22)

20 sai no koro ni ryuugakushita ichi nen kan wa, 99 % shippai bakari datta

(Selama satu tahun melanjutkan sekolah ke luar negeri saat berusia 20 tahun, kira- kira 99% gagal).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel bakari. Sebelum partikel bakari diikuti oleh kata bilangan 99 %, menunjukkan tingkatan atau bobot suatu perkiraan. Partikel bakari pada kalimat di atas memiliki makna “kira-kira”, yaitu kira-kira 99 % yang gagal ketika melanjutkan sekolah ke luar negeri. Bilangan 99 % secara umum menyatakan jumlah yang maksimal. Penggunaan partikel bakari pada

kalimat di atas kurang tepat karena biasanya partikel bakari menunjukkan jumlah terendah. Pada kalimat di atas, partikel hodo lebih tepat menggantikan makna partikel bakari, karena partikel hodo memberikan nuansa makna perkiraan tertinggi, sehingga kalimatnya menjadi :

歳 留学 年間 , %失敗ほ

20 sai no koro ni ryuugakushita ichi nen kan wa, 99 % shippai hodo datta

Partikel hodo pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa

bilangan 99 % yang mengikuti partikel hodo dapat diartikan kira-kira banyaknya yang gagal 99% (sudah merupakan perkiraan batas maksimal). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel bakari cenderung (hanya cenderung) mengarah kepada jumlah terendah saja sedangkan partikel bakari mengarah pada jumlah tertinggi.

Cuplikan 4:

西 方角 気

(Wochi kochi, ed:32, hal: 26)

Nishi no houkaku bakari ga ki ni naru.

(Paling-paling memikirkan negeri barat. Paris menjadi hal yang terus saya pikirkan)

Analisisnya:

Kalimat di atas diikuti oleh partikel bakari. Partikel bakari pada kalimat di atas memiliki makna “paling-paling” yang menyatakan batasan terhadap suatu hal. Penggunaan partikel bakari pada kalimat di atas sudah tepat karena memiliki nuansa makna bahwa “paling-paling dia memikirkan negara barat dan negara Paris lah yang selalu dipikirkannya. Partikel bakari pada kalimat di atas menunjukkan perkiraan terhadap satu hal saja yaitu selalu memikirkan negara Paris, artinya tidak ada negara lain yang dipikirkannya selain Paris. Pada kalimat di atas partikel bakari menekankan makna keseluruhan kalimat tersebut secara utuh terhadap batasan minimum mengenai pemikirannya terhadap sebuah negara saja yaitu Paris. Hal ini sesuai dengan pendapat Chino yang menyatakan bahwa partikel bakari berfungsi untuk menyatakan perkiraan mengenai batasan minimum (terendah).

3.2 Fungsi dan Makna Partikel Hodo

Cuplikan 1:

ラ ン ス 人 え い 行 い 長 キ ほ

鉄 う

(Wochi kochi, ed:30 hal: 13)

Furansujin ga erai no wa, nantoka shite ikitai to nagasa 14 kiro hodo no tetsudou o tsukuttan desu.

(Kehebatan orang Perancis adalah bila kita ingin berpergian entah bagaimana caranya, mereka menciptakan rel kira-kira panjangnya 14 meter)

Analisis :

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel hodo. Makna partikel hodo pada kalimat di atas ialah “kira-kira”. Sebelum partikel hodo diikuti dengan kata bilangan 14

kiro yang menunjukkan perkiraan jumlah jarak. Penggunaan partikel hodo pada

kalimat di atas sudah tepat karena nuansa makna yang hendak disampaikan ialah jarak 14 kilometer merupakan jarak yang sangat jauh dan jarak 14 kilometer pada kalimat tersebut sudah dianggap merupakan jarak terpanjang (maksimal) yang sanggup dibuat oleh orang Perancis ketika membangun rel kereta api. Hal ini sesuai dengan pendapat Chandra bahwa partikel hodo berfungsi untuk Menunjukkan kira-kira berapa banyak/lama/besar/berat/jauh dan sebagainya sesuatu yang artinya: “kira-kira; lebih kurang; sekitar”, dan teori Chino yang menyatakan bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah lebih.

Cuplikan 2:

軒ほ あ 寺 待 僧侶 う

話 ハーチェン いう言葉

(Wochi Kochi, ed:30, hal:12)

40 ken hodo aru otera o matte souryo to hanashita tokoro, [haa.chen] to iu kotoba o kangaetekureta.

(Pada saat saya berbicara dengan biarawan yang mendiami kuil kira-kira 40 bangunan (kuil), membuat saya terus menerus memikirkan istilah [haa.chen] ).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki partikel hodo. Partikel hodo diikuti dengan kata bilangan

40 ken yang berarti 40 bangunan (kuil). Partikel hodo pada kalimat di atas

bermakna “kira-kira”. Penggunaan partikel hodo pada kalimat di atas sudah tepat dimana partikel hodo memberikan nuansa makna bahwa kira-kira ada 40 bangunan (kuil) yang didiami oleh para biarawan dan 40 bangunan kuil tersebut merupakan jumlah bangunan kuil terbanyak.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah maksimal.

Cuplikan 3:

時間半ほ 湖 う

ン ンプ 村 いう小

村 着

(Wochi Kochi, ed:30, hal:31)

Koko kara booto de 1 jikan han hodo mizuumi o sagaru to, konponpuro mura toiu chiisana mura ni tsuku.

(Kalau kita menyeberangi danau dari sini dengan boat kira-kira 1 jam setengah, kita akan tiba disebuah desa kecil bernama Konponpuro ).

Analisis: Kalimat di atas memiliki partikel hodo. Sebelum partikel hodo diikuti dengan kata

1 jikan han berarti 1 jam setengah yang menyatakan perkiraan waktu. Partikel hodo pada kalimat di atas bermakna “kira-kira”. Penggunaan partikel hodo pada

kalimat di atas sudah tepat. Partikel hodo pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa waktu yang ditempuh kira-kira satu setengah jam ialah waktu yang lama untuk dapat menuruni sungai hingga sampai ke desa yang disebut dengan desa “Konpuro”. Perkiraan terhadap lamanya waktu pada kalimat di atas menyatakan perkiraan jumlah waktu maksimal yang harus ditempuh. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sugihartono bahwa partikel hodo menunjukkan tingkatan atau jumlah yang diperkirakan serta pendapat Chino bahwa partikel hodo menunjukkan jumlah maksimal, dimana waktu 1 setengah jam dianggap sebagai waktu maksimal yang harus ditempuh.

Cuplikan 4:

土産物 売 軒ほ 小 集落 あ

(Wochi kochi, ed:30, hal:42)

Miyagemono o uru 50 ken hodo no chiisana shuuraku ga aru.

(Ada sebuah desa kecil dimana kira-kira lima puluh rumah yang menjual benda- benda souvenir).

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel hodo. Partikel hodo pada kalimat di atas bermakna “kira-kira”. Sebelum partikel hodo diikuti oleh kata bilangan 50 ken yang berarti 50 rumah (bangunan) dimana hodo pada kalimat di atas berfungsi untuk menunjukkan perkiraan jumlah banyaknya bangunan. Pada kalimat di atas penggunaan partikel hodo sudah tepat karena kalimat tersebut dapat diartikan bahwa terdapat 50 unit bangunan di sebuah desa yang menjual berbagi macam

souvenir. Penggunaan partikel hodo disini dapat dilihat sebagai nuansa ekspresi

yang beranggapan bahwa jumlah 50 unit bangunan adalah perkiraan jumlah tertinggi (maksimal), dan juga menekankan perkiraan mengenai berapa banyak jumlah bangunan yang ada. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Chino bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan angka tertinggi dan juga pendapat Chandra bahwa partikel hodo berfungsi untuk menunjukkan kira-kira berapa banyak/lama/besar/berat/jauh dan sebagainya sesuatu yang artinya: “kira-kira; lebih kurang; sekitar”.

Cuplikan 5: 学 生 年 ほ 前 え 奇跡的 経済発展 い い 秘密 関心 日本 ほ 関心

(Wochi kochi, ed: 32 hal: 75)

Gakusei wa, 20 nen hodo mae wa kisekiteki na keizai hatten no himitsu e no kanshin kara nihon ni kanshin o motta mono deshita.

(Pelajar kira-kira 20 tahun yang lalu, merupakan sosok yang memiliki minat pada Jepang, mulai dari minat pada rahasia perkembangan ekonomi yang ajaib).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel hodo yang maknanya ialah “kira-kira”. Sebelum partikel hodo diikuti dengan kata bilangan 20 nen yang bermakna 20

tahun yang menyatakan perkiraan lamanya waktu. Penggunaan partikel hodo pada

kalimat di atas sudah tepat karena partikel hodo memberikan nuansa makna bahwa perkiraan lamanya waktu 20 tahun merupakan perkiraan jumlah waktu yang sangat lama dimana pelajar di Jepang sejak 20 tahun yang lalu memiliki minat terhadap perkembangan kemajuan ekonomi Jepang yang ajaib, sehingga keberadaan partikel hodo dapat mempertegas makna kalimat secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjianto bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah orang, waktu, dan sebagainya, serta pendapat Chino yang menyatakan bahwa partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah maksimal.

3.1 Fungsi dan Makna Partikel Kurai/Gurai

Cuplikan 2 : 土手 降 高 いあ 雨季 う 水 量 い う い い いう

Dote no ue kara shite made oriru to takasa 20 metoru gurai arimasukara, uki no suiryou wa ikani sugoi katoiu koto desune.

(kalau turun dari atas tebing ke bawah, ketinggiannya kira-kira 20 meter, berarti debit air hujan bagaimana luar biasanya ya).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel gurai. Partikel gurai pada kalimat di atas diikuti dengan keterangan bilangan 20 metoru yang berarti 20 meter yang menunjukkan perkiraan jumlah panjangnya tebing. Partikel gurai pada kalimat di atas bermakna “kira-kira”. Penggunaan partikel gurai pada kalimat di atas sudah tepat, namun penggunaanya dapat digantikan dengan partikel hodo ataupun partikel bakari, hanya nuansa yang diberikan oleh kalimat tersebut menjadi berbeda. Partikel gurai biasanya hanya menunjukkan pernyataan terhadap perkiraan suatu hal tanpa menegaskan makna bahwa hal tersebut merupakan perkiraan terendah atapun perkiraan tertinggi. Jika partikel gurai pada kalimat di atas diganti dengan partikel hodo maka akan menjadi 20 metoru hodo yang berarti

kira-kira 20 meter adalah perkiraan jarak yang sangat panjang untuk ditempuh,

namun jika digantikan dengan partikel bakari maka akan menjadai 20 metoru

bakari berarti kira-kira 20 meter adalah perkiraan jarak yang pendek untuk

ditempuh. Hal ini sesuai dengan teori Chino bahwa partikel kurai/gurai menerangkan perkiraan jumlah tanpa menyebutkan batas angka tertinggi atau terendah, sedangkan partikel hodo menunjukkan perkiraan jumlah tertinggi. Sebaliknya, partikel bakari menunjukkan perkiraan jumlah terendah.

Cuplikan 2: 雨季 う 湖 面積 倍 い い 広

(Wochi kochi, ed: 30, hal: 16)

Uki wa mizuumi no menseki ga 3 bai gurai ni hirogarimasu.

(Pada musim hujan, permukaan danau meluas menjadi kira-kira 3 kali lipat) Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel gurai. Partikel gurai pada kalimat di atas diikuti oleh kata bilangan 3 bai yang menyatakan tingkatan jumlah. Makna partikel gurai yang terdapat di dalamnya ialah “kira-kira”. Kalimatnya dapat diartikan bahwa pada musim hujan luas area danau meluas kira-kira 3 kali lipat, kalimat tersebut hanyalah sebuah pernyataan yang dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengenai perkiraan luasnya danau yang jika musim hujan menjadi 3 kali lipat dari luas biasanya, namun pada kalimat tersebut tidak menekankan bahwa 3 kali lipat itu adalah jumlah tertinggi atau terendah. Partikel

kurai/gurai biasanya hanya sekedar pernyataan perkiraan saja. Penggunaan

partikel kurai/gurai pada kalimat di atas sudah tepat. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel kurai/gurai menerangkan perkiraan jumlah tanpa menyebutkan batas angka tertinggi atau terendah.

Cuplikan 3:

今後 年 い 変わ 可能性

う い

(Wochi kochi, ed:30, hal:19)

Kongo 20 nen gurai de, mono sugoku kawaru kanousei ga arimasu.

(Kira-kira 20 tahun kedepan, ada kemungkinan berubah secara luar biasa). Analisis:

Kalimat di atas memiliki partikel gurai. Sebelum partikel gurai diikuti oleh bilangan 20 nen yang berarti 20 tahun yang menyatakan jumlah waktu. Partikel

gurai pada kalimat di atas bermakna “kira-kira”. Penggunaan partikel gurai pada

kalimat di atas sudah tepat. Nuansa makna yang ingin disampaikan hanya sekedar pernyataan perkiraan terhadap suatu hal saja.

Penggunaan partikel gurai pada kalimat di atas juga dapat digantikan

dengan partikel hodo bertujuan lebih mempertegas makna dari kalimat tersebut. Jika penggunaan partikel gurai pada kalimat di atas diganti dengan hodo maka nuansa makna yang diberikan kalimat di atas menjadi berbeda.

Jika diubah maka kalimat tersebut menjadi:

今後 年ほ 変わ 可能性 あ

Partikel hodo pada kalimat di atas memberikan nuansa makna bahwa kongo 20 nen hodo yang berarti kira-kira 20 tahun kedepan merupakan jumlah waktu

sebagai tahun maksimal yang harus ditunggu guna mencapai perubahan yang besar. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Chino bahwa partikel hodo berfungsi untuk menyatakan perkiraan lebih (maksimal). Angka tertinggi (maksimal) yang dimaksud pada kalimat di atas ialah “20 tahun”.

Cuplikan 4:

向 う 人 皮肉 言わ 日本 い小 話

.

(Wochi kochi, ed:32, hal: 17)

Mukou no hito ni hiniku o iwaremashitayo. [nihon to onaji gurai chiisakake hanasetemo dekimasen].

(Kita disindir oleh orang diseberang sana lho. [sekalipun kita bisa berbicara lebih kecil kira-kira sama dengan Jepang, tetap saja tidak bisa]).

Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel gurai. Makna partikel gurai yang dimiliki kalimat di atas adalah “kira-kira”. Penggunaan partikel gurai pada kalimat di atas sudah tepat karena makna kalimat tersebut tidak menekankan kepada perkiraan suatu tingkatan (jumlah) tertinggi atau terendah. Kalimat tersebut hanya mengenai perkiraan yang berupa pernyataan biasa tanpa ada penekanan makna, tidak seperti pada partikel bakari ataupun gurai yang memberikan ekspresi nuansa makna yang berbeda pada tiap kalimatnya. Hal ini

disesuaikan dengan kondisi pembicaraan yang terkandung pada kalimat di atas. Makna yang ingin disampaikan pada kalimat di atas ialah sekalipun dapat berbicara lebih kecil kira-kira seperti orang Jepang, tetapi tetap saja dianggap tidak bisa (tidak sama dgn orang Jepang) oleh orang yang berada diseberang sana. Hal ini sesuai dengan pendapat Chino yang menyatakan bahwa partikel

kurai/gurai berfungsi untuk menyatakan perkiraan jumlah tanpa menyebutkan

batas tertinggi ataupun terendah.

Cuplikan 5:

週 間 う

い日本 い 落 着

(Wochi Kochi, ed:32, hal:28)

Nisshuukan kurai nihon ni iru to, ochi tsuka nakunattekuru.

(Kalau berada di Jepang kira-kira 2 minggu, menjadi semakin tidak tenang) Analisis:

Kalimat di atas memiliki sebuah partikel kurai. Partikel kurai pada kalimat di atas diikuti dengan kata bilangan 2 shuukan yang berarti 2 minggu yang menunjukkan perkiraan waktu. Makna partikel kurai yang terdapat di dalamnya ialah “kira-kira”. Penggunaan partikel kurai pada kalimat di atas sudah tepat, dapat diartikan bahwa kira-kira berada dua minggu di Jepang, menjadi semakin tidak tenang (baik itu ketidaktenangan perasaan maupun pikiran).

Kalimat tersebut hanyalah sebuah pernyataan yang dimaksudkan hanya untuk menyampaikan perkiraan waktu tanpa berpatokan terhadap batas waktu minimal atau batas waktu maksimal. Partikel kurai hanya menekankan pada pernyataan perkiraan saja mengenai batasan terhadap suatu hal. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sudjianto bahwa partikel kurai berfungsi untuk menunjukkan derajat, tingkat, taraf, atau batas-batas tertentu dan juga teori yang dinyatakan oleh Chino bahwa partikel kurai/gurai menerangkan perkiraan jumlah tanpa menyebutkan batas angka tertinggi atau terendah.

Partikel kurai pada kalimat di atas juga dapat digantikan dengan partikel hodo, sehingga kalimatnya menjadi:

週 間 う

ほ 日本 い 落 着

Nisshuukan hodo nihon ni iru to, ochi tsuka nakunattekuru.

Partikel bakari pada kalimat di atas menyatakan bahwa kira-kira dua minggu berada di Jepang, terasa sangat lama karena semakin tidak tenang. Nuansa makna yang diberikan ialah waktu dua minggu dirasakan menjadi waktu yang sangat lama, sehingga dapat mempertegas makna keseluruhan kalimat. Oleh karena itu partikel hodo juga dapat menggantikan partikel gurai pada kalimat di atas. Hal ini sesuai dengan teori Chino bahwa partikel hodo berfungsi menyatakan perkiraan angka tertinggi (maksimum).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Dalam bahasa Jepang ada tiga buah partikel yang dipakai untuk menerangkan perkiraan yaitu: bakari, hodo, kurai/gurai yang semuanya termasuk kelompok Fukujoshi. Partikel bakari, hodo, kurai/gurai biasanya dipakai setelah kata yang menyatakan perkiraan terhadap sesuatu hal. Partikel bakari, hodo, dan

kurai/gurai dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kira-kira/paling-paling”,

meskipun memiliki arti yang sama tetapi pemakaiannya berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga nuansa makna yang ditimbulkan dari ketiga partikel tersebut berbeda-beda. Adakalanya penggunaan ketiga partikel tersebut bisa saling menggantikan dan adakalanya juga tidak bisa saling menggantikan sesuai dengan nuansa makna yang ditimbulkan oleh kalimat.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh fungsi dan makna partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai yang terdapat dalam majalah Wochi Kochi edisi 30 dan 32 adalah sebagai berikut:

1. Partikel Bakari bermakna “kira-kira/paling-paling” yang berfungsi menyatakan tingkatan atau bobot suatu perkiraan berupa perkiraan jumlah, batas, atau derajat tertentu. Partikel bakari mengandung nuansa makna yang menunjukkan batasan perkiraan terendah (minimum).

2. Partikel Hodo bermakna “kira-kira” yang berfungsi menyatakan tingkatan

atau jumlah yang diperkirakan, dapat berupa perkiraan jumlah benda, orang, waktu, dan sebagainya. Partikel hodo mengandung nuansa makna yang

bertolak belakang dengan partikel bakari. Tidak seperti partikel bakari yang memiliki nuansa makna perkiraan terendah (minimum), partikel hodo sebaliknya mengandung nuansa makna perkiraan terhadap batasan tertinggi (maksimum).

3. Partikel Kurai/Gurai bermakna “kira-kira/sekitar” yang fungsinya sama

dengan partikel hodo maupun gurai yaitu menunjukkan perkiraan suatu tingkatan atau jumlah berupa perkiraan jumlah orang, benda, waktu dan sebagainya. Namun, nuansa makna yang diberikan oleh partikel kurai/gurai berbeda dengan partikel bakari dan hodo. Jika partikel bakari dan hodo menunjukkan nuansa makna terhadap suatu perkiraan berdasarkan batasan angka terendah dan tertinggi, namun kurai/gurai menerangkan jumlah tanpa menyebutkan batas angka terendah ataupun tertinggi.

4.2 Saran

Melalui skripsi ini penulis menyarankan beberapa hal untuk mempermudah pembaca dalam memahami partikel bakari, hodo, dan

kurai/gurai yang menunjukkan perkiraan terhadap suatu hal, antara lain:

1. Partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai termasuk ke dalam kelompok

Fukujoshi. Fukujoshi merupakan salah satu kelompok partikel yang

sering digunakan dalam kalimat bahasa Jepang. Untuk itu pelajar bahasa Jepang sebaiknya memahami makna dan fungsi Fukujoshi dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam pemakaiannya pada kalimat bahasa Jepang.

2. Ada baiknya tidak terlalu cepat memberikan makna pada sebuah

Fukujoshi khususnya pada partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai, tetapi

harus membaca dan memahami arti sebuah kalimat yang menggunakan partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai secara utuh, karena ketiga partikel tersebut walaupun memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia yaitu “kira-kira/paling-paling” namun nuansa makna yang diberikan partikel bakari, hodo, dan kurai/gurai dalam sebuah kalimat berbeda- beda.

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, Chaedar A. 1985. Beberapa Madhad dan Dikotomi Teori Linguistik.

Dokumen terkait